• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

2.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Lemparan

Daya ledak merupakan salah satu komponen biomotorik yang merupakan aktivitas tiba-tiba dan cepat dari gerakan-gerakan lengan (Nala, 2011). Daya ledak merupakan hasil dari kekuatan maksimum dan kecepatan maksimum (Bompa dalam Nala, 2011). Usaha untuk meningkatkan daya ledak dapat dilakukan dengan cara

meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kecepatan atau titik beratnya pada kekuatan, meningkatkan kecepatan tanpa mengabaikan kekuatan atau titik beratnya pada kecepatan, serta meningkatkan keduanya sekaligus, kekuatan dan kecepatan dilatih secara simultan.

2.8.1 Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh atlet sendiri diantaranya: umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, kebugaran fisik dan genetik.

1. Faktor Umur.

Hampir semua komponen biomotorik dipengaruhi oleh umur. Peningkatan kekuatan otot berkaitan dengan pertambahan umur, dimensi, anatomi atau diameter otot dan kematangan seksual. Kekuatan lebih rendah pada anak-anak dan meningkat diusia remaja serta mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun. Pelatihan olahraga atletik termasuk lempar cakram mulai dilatih dari umur 10-12 tahun, dan pelatihan spesialisasi pada umur 13-14 tahun, sehingga puncak prestasinya pada umur 18-23 tahun (Bompa, 2001). Umur yang dipilih sebagai subjek dalam penelitian ini adalah yang berumur 14-17 tahun.

2. Faktor Jenis kelamin.

Dilihat secara biologis pria dan wanita sudah berbeda. Perbedaan kekuatan otot antara pria dan wanita sudah berbeda pada umur 10-12 tahun, kekuatan otot anak laki-laki sedikit lebih kuat daripada anak wanita, dan semakin jauh meningkat dengan bertambahnya umur. Pada usia 18 tahun ke atas anak laki-laki mempunyai kekuatan dua kali lebih besar dari wanita. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh hormon testosteron pada laki-laki yang memacu pertumbuhan tulang dan otot. Dilihat secara morfologis, terlihat pada bertambah lebarnya bahu anak

laki-laki lebih cepat dibandingkan dengan perkembangan pinggulnya, sebaliknya yang terjadi pada anak-anak perempuan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat pada pelebaran pinggulnya, dibandingkan perkembangan pada bagian pinggang dan bahu (Sugiyanto, 1998). Berdasarkan perbedaan tersebut dapat dikatakan bahwa jenis kelamin mempengaruhi perbedaan kekuatan, kecepatan, dan lain-lain. Karena daya ledak ditentukan oleh kekuatan dan kecepatan maka akibatnya jenis kelamin akan mempengaruhi daya ledak. Jenis kelamin yang dipilih sebagai subjek dalam penelitian ini adalah yang berjenis kelamin perempuan.

3. Faktor Berat badan.

Berat badan secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil lemparan cakram. Berat badan merupakan salah satu faktor yang menentukan pusat gravitasi yang nantinya akan menentukan keseimbangan statik maupun keseimbangan dinamik. Keseimbangan akan menentukan besarnya daya ledak saat terjadi gerakan melempar cakram. Setiono (2008), menyatakan berat badan berkaitan dengan beberapa cabang olahraga yang membutuhkan berat badan yang lebih berat seperti, olahraga lempar dalam atletik.

4. Faktor Tinggi badan.

Secara biomekanika menjelaskan semakin tinggi titik tempat melempar maka semakin jauh hasil lemparan cakram. Tinggi badan merupakan keseluruhan tubuh manusia yang meliputi, kaki, togok, leher dan kepala (Setiono, 2008).

5. Faktor Kebugaran fisik/ jasmani.

Kebugaran fisik/ jasmani berhubungan erat dengan kapasitas aerobik seseorang. Semakin baik kapasitas aerobik seseorang makin baik pula kebugaran fisiknya. Kebugaran fisik/ jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-hari secara efektif dan efisien dalam jangka waktu relatif lama

tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Wandaningsih, 2005). Dengan demikian seseorang yang mempunyai kebugaran fisik tinggi akan mampu melakukan kerja atau aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berarti, sehingga kekuatan dan daya ledak otot yang dihasilkan akan lebih baik pada orang yang memiliki tingkat kebugaran fisik yang baik.

6. Faktor Genetik.

Bersifat pembawaan yang sering kali ikut berperan dalam penampilan fisik seperti proporsi tubuh (postur tubuh), kapasitas jantung-paru, sel darah merah, dan serat otot merah dan putih (Wandaningsih, 2005). Pengaruh genetik terhadap kecepatan, kekuatan, daya ledak dan daya tahan pada umumnya berhubungan dengan komposisi serabut otot yang terdiri dari serabut otot putih dan serabut otot merah. Atlet yang memiliki banyak serabut otot putih, lebih mampu untuk melakukan kegiatan yang bersifat anaerobik, sedangkan atlet yang banyak memiliki serabut otot merah lebih tepat untuk melakukan kegiatan yang bersifat aerobik. Dengan demikian faktor genetik juga berpengaruh terhadap basil lemparan cakram. Berbagai faktor mempengaruhi hasil lemparan cakram baik secara langsung maupun karena pengaruh kombinasi komponen biomotorik kecepatan dan kekuatan. Kemampuan daya ledak tergantung pada, kekuatan dasar otot dan kecepatan kontraksi otot yang aktif.

2.8.2 Faktor eksternal

Faktor eksternal sangat mempengaruhi penampilan fisik atlet. Faktor tersebut menyangkut, suhu dan kelembaban lingkungan, arah kecepatan angin, dan ketinggian tempat.

1. Faktor Suhu dan kelembaban relatif udara.

Suhu lingkungan yang terlalu ekstrim (dingin atau panas) akan mempengaruhi aktivitas kerja otot. Toleransi setiap individu berbeda satu sama lainnya. Orang

Indonesia umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis yang cukup sekitar 26-280

C, dengan kelembaban relatif sekitar 60-85%. Apabila olahraga dilakukan pada udara yang nyaman maka tubuh hanya mengatasi beban berupa pengeluaran panas tubuh, tetapi apabila udara tidak nyaman maka terpaksa tubuh mendapat beban tambahan untuk melawan panas. Oleh karena itu penelitian sebaiknya dilakukan pada tempat yang nyaman dengan mempertimbangkan tempat dan waktu penelitian.

2. Faktor Kecepatan angin.

Kecepatan angin yang terlalu tinggi dari arah yang berlawanan akan dapat menghambat aktivitas sehingga akan mempengaruhi hasil lemparan cakram. Dalam Penelitian ini arah dan kecepatan angin dalam batas toleransi, diharapkan pengaruhnya dapat ditekan sekecil-kecilya.

3. Faktor Ketinggian tempat.

Ketinggian suatu tempat akan mempengaruhi kinerja atlet. Semakin tinggi suatu tempat maka semakin rendah kadar oksigennya. Kondisi ini akan membutuhkan adaptasi yang lebih dari atlet yang sedang berlatih.

4. Faktor Jenis dan Bahan cakram.

Cakram yang digunakan untuk latihan dan penelitian harus dipilih jenis dan bahan cakram yang baik dan memiliki standar untuk melakukan penelitian yang berkualitas. Ada cakram yang terbuat dari coran beton di bagian luarnya dilapisi dengan bantalan karet, cakram yang terbuat dari kayu di bagian luarnya dikelilingi besi pelindung dan cakram yang terbuat dari fiber dibagian luarnya dikelilingi oleh

besi pelindung. Jenis dan bahan cakram yang digunakan akan mempengaruhi hasil dari penelitian yang dilakukan.

2.8.3 Faktor komponen biomotorik

Komponen biomotorik yang berkaitan dalam pelaksanaan gerak lempar cakram gaya menyamping dalam olahraga atletik, perlu dilatih secara bersamaan dan simultan. Komponen biomotorik yang dimaksud adalah komponen kekuatan otot lengan, kecepatan ayunan lengan, daya ledak otot lengan, kelentukan otot perut, koordinasi gerakan kaki, tangan, dan komponen keseimbangan tubuh supaya tubuh tetap terjaga setelah melakukan gerakan melempar cakram.

Kekuatan adalah kemampuan otot skeletal tubuh untuk melakukan kontraksi atau tegangan maksimal dalam menerima beban sewaktu melakukan aktivitas, hal tersebut terjadi saat otot lengan melakukan kontraksi menerima beban berupa berat cakram yang akan dilempar. Kecepatan adalah kontraksi otot melakukan aktivitas dalam waktu yang sesingkatnya ini terjadi saat lengan mengayun cakram sebelum dilakukan lemparan, semakin cepat ayunan tangan semakin maksimal gerakan dan berpengaruh pada hasil lemparan. Daya ledak adalah kemampuan dari otot untuk melakukan aktivitas secara tiba-tiba dan cepat dengan mengerahkan seluruh kekuatan dalam waktu yang singkat, ini terjadi saat lengan menyangga beban dalam cakram dan tangan mengayun cakram sebelum dilempar sampai akhirnya cakram terlepas dari pegangan, hal tersebut terjadi karena adanya daya ledak dari otot-otot lengan bagian atas. Kelentukan adalah kesanggupan tubuh atau anggota gerak tubuh dalam melakukan gerakan pada beberapa sendi seluas-luasnya, ini terlihat saat gerakan otot-otot perut memilin ke depan atas diikuti gerakan tangan mengayun cakram ke depan atas untuk melakukan gerakan dengan meregangkan sendi seluas-luasnya. Koordinasi adalah

kemampuan tubuh dalam mengintegrasikan berbagai gerakan yang berbeda menjadi satu gerakan tunggal yang harmonis, ini terlihat saat alat gerak atas (lengan atas, lengan bawah dan tangan yang memegang cakram) melakukan ayunan cakram berulang dan gerakan memilin badan serta gerakan kaki ke depan sebagai tanda gerak lanjutan setelah gerakan melempar cakram selesai dilakukan (cakram lepas dari pegangan tangan), kedua gerakan tersebut menjadi satu kesatuan gerak yang terintegrasi dan harmonis. Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap perubahan posisi tubuh, sehingga tubuh tetap stabil dan terkendali, hal ini terlihat saat gerak lanjut setelah selesai melakukan lemparan cakram.

Beberapa komponen biomotorik yang telah dipaparkan dinilai saling berpengaruh antara satu komponen dengan komponen biomotorik lainnya untuk menunjang pelaksanaan melempar cakram sehingga gerakan melempar dan hasil lemparan cakram dapat dilakukan dengan maksimal.

Dalam penelitian yang dilakukan, komponen biomotorik yang lebih fokus dilatih adalah komponen kekuatan, kecepatan yang akan berujung pada komponen daya ledak, karena ketiga komponen tersebut diperlukan dalam pelaksanaan gerak lempar cakram yang sejalan dengan Soegito (2010), menyatakan komponen-komponen yang harus dimiliki pelempar cakram adalah kekuatan, kecepatan, daya ledak.

Dokumen terkait