BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Pemungutan PPh
Asing atau Warga Negara Asing di Indonesia.
1. Penerapan Substansi Hukum
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan adalah produk hukum Pemerintah sebagai wujud penyelenggaraan pemerintah dalam penunjang pembangunan nasional. Tata cara pengenaan pajak dan pelaksanaan Undang-Undang ini dilakukan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. GG. Howard dan RS
Summers menyatakan bahwa : “faktor-faktor yang mempengaruhi
implementasi hukum adalah undang-undang/peraturan daerah yang mengaturnya harus diarancang dengan baik (perancangan
undang-undang/peraturan daerah harus memusatkan tugasnya dengan baik pula”.
Implementasi Pajak Penghasilan yg diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dikaitkan dengan teori Friedman yang menyatakan bahwa salah satu komponen bekerjanya
hukum adalah substansi hukum (Legal Substance) yang merupakan
aturan-aturan, norma-norma dan pola prilaku nyata manusia yang berada dalam sistem. Setiap peraturan hukum menunjukan aturan tentang bagaimana seorang pemegang peran diharapkan untuk bertindak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, terdiri dari 9 (sembilan) bab yaitu mengatur hal-hal sebagai berikut :
a. Bab I mengenai Ketentuan Umum. Ketentuan Umum diatur dalam
Pasal 1 yaitu mengenai Pajak Penghasilan dikenakan kepada Orang Pribadi atau Perseorangan dan Badan berkenaan penghasilan yang didapat dalam masa satu tahun.
b. Bab II mengenai Subjek Pajak, diatur dalam 2 pasal yaitu pasal 2
mengatur tentang subjek pajak itu sendiri, pembagian subjek pajak yang terdiri dari subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri serta pengertiannya. Pasal 3 mengatur tentang siapa-siapa yang tidak termasuk subjek pajak.
c. Bab III mengenai Objek Pajak diatur dalam Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6,
Pasal 7 sampai Pasal 15 mengenai:
1) Yang menjadi objek pajak penghasilan baik yang diperoleh WP
atau tambahan kemampuan ekonomis (Pasal 4 (1));
2) Pengenaan pajak atas bunga deposit berjangka dan tabungan lai
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah (Pasal 4(2));
3) Yang tidak termasuk Objek Pajak (Pasal 4 (3));
4) BUT yang tidak termasuk WP Dalam Negeri namun mempunyai
hubungan istimewa dengan induk perusahaan berdasarkan ketentuan Pasal 26 (Pasal 5 (2));;
5) Besarnya penghasilan pajak (Pasal 6 (1))
6) Orang pribadi atau peseorangan sebagai WP diberikan
pengurangan dimaksud dalam Pasal 7 (Pasal 6 (2));
7) Kompensasi penghasilan (Pasal 6 (3));
8) Pengurangan penghasilan tidak kena pajak bagi Orang Pribadi
commit to user
penghasilan kena pajak diberikan pengurangan yang dinamakan penghasilan tidak kena pajak. Kepada orang pribadi sebagai Wajib Pajak luar negeri, yaitu WP orang pribadi yang berada di Indonesia kurang dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam 12 (dua belas) bulan berturut-turut dari suatu tahun pajak, tidak diberikan potongan berupa penghasilan tidak kena pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Bagi orang pribadi sebagai WP luar negeri, penghasilan kena pajak, adalah jumlah penghasilan bruto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3), Penerapan, faktor yang menentukan besarnya penghasilan tidak kena pajak (Pasal 7);
9) Setiap WP yang memperoleh penghasilan dari usaha dan/atau
pekerjaan bebas wajib menyelenggarakan pembukuan di Indonesia (Pasal 13);
10) Pada hakekatnya untuk dapat memenuhi kewajiban pajak atas
penghasilan dari usaha dan pekerjaan bebas dengan sebaik-baiknya diperlukan adanya pembukuan. Undang-undang bermaksud mendorong semua WP untuk menyelenggarakan pembukuan, namun disadari pula bahwa tidak semua WP mampu menyelenggarakan pembukuan itu. WP yang diizinkan untuk tidak menyelenggarakan pembukuan lengkap meliputi para WP yang peredaran usahanya atau penerimaan brutonya berjumlah kurang dari Rp.60.000.000,- setahun (Pasal 14 (1) dan (2));
11) Pasal ini mengatur tentang Norma Penghitungan Khusus untuk
golongan-golongan WP tertentu berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan. Dalam praktek sering dijumpai kesukaran dalam menghitung besarnya penghasilan dan penghasilan kena pajak bagi golongan WP tertentu, sehingga berdasarkan pertimbangan praktis, oleh undang-undang ini, Menteri Keuangan diberi wewenang untuk mengeluarkan Keputusan untuk menentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Norma Penghitungan Khusus guna menghitung besarnya penghasilan netto, yang dengan sendirinya akan menjadi dasar penghitungan penghasilan kena pajak bagi golongan WP tertentu tersebut (Pasal 15).
d. Bab IV mengenai Cara penghitungan pajak diatur dalam pasal 16
sampai pasal 19, mengenai :
1) Penghasilan kena pajak merupakan dasar penghitungan untuk
menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang terhutang. Seperti tercantum dalam Pasal 2 ayat (2) dikenal 2 (dua) golongan Wajib Pajak yaitu :
a) WP dalam negeri dan WP Luar Negeri.
b) Bagi WP Dalam Negeri terdapat 2 (dua) cara pada dasarnya
untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak :
(1). Cara penghitungan biasa,
(2). Cara penghitungan dengan mempergunakan Norma
Penghitungan. WP Dalam Negeri dan WP Luar Negeri (Pasal 16).
2) Tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak (Pasal
17);
e. Bab V mengenai Pelunasan Pajak dalam Tahun Berjalan yang diatur
dalam Pasal 20 sampai pasal 27 mengenai pelunasan pajak melalui pemotongan dan pemungutan pajak pada saat dalam tahun berjalan atas hasil perkiraan akan terutang dalam suatu tahun pajak (Pasal 20 dan Pasal 21);
f. Bab VI mengenai Kredit Pajak, Pelunasan Kekurangan Pembayaran
Pajak, Surat Pemberitahuan Tahunan dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (Pasal 28 sampai Pasal 31);
commit to user
g. Bab VII mengenai Ketentuan Lain-Lain yaitu : Tata cara pengenaan
pajak dan sanksi-sanksi berkenaan dengan pelaksanaan undang-undang ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Pasal 32).
h. Bab VIII mengenai Ketentuan Peralihann yaitu WP yang tahun
bukunya berakhir pada tanggal 30 Juni 1984 serta yang berakhir antara tanggal 30 Juni 1984 dan tanggal 30 Desember 1984 dapat memilih cara menghitung pajaknya berdasarkan ketentuan dalam Ordonansi Pajak Perseroan 1925 atau Ordonansi Pendapatan 1944 dan termasuk Penghasilan kena pajak yang diterima atau diperoleh dalam bidang penambangan minyak dan gas bumi serta dalam bidang penambangan lainnya sehubungan dengan Kontrak Karya dan Kontrak Bagi Hasil (Pasal 33 dan Pasal 34);
i. Bab IX mengenai Ketentuan Peutup yaitu hal-hal yang belum cukup
diatur dalam Undang-undang ini diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah (Pasal 35 dan Pasal 36);
Melihat isi/substansi ketentuan/pengaturan perundang-undangan mengenai pajak penghasilan sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 dapat dikatakan bahwa Undang-Undang-Undang-Undang sudah baik. Hal-hal yang diatur dalam Undang-Undang tersebut dirumuskan secara jelas, sistematis dan mudah dimengerti oleh semua pihak sehingga setiap isi ketentuan mengenai pajak penghasilan dalam Undang Nomor 36 Tahun 2008 tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda bagi setiap orang yang membacanya baik itu pelaksanaan/pegawai pajak yang bertugas menangani penyelenggaraan pajak penghasilan, WP maupun masyarakat umum.
2. Penerapan Struktur Hukum
Lawrence M.Friedman, menyebuatkan bahwa struktur dari sistem hukum merupakan bentuk dari keseluruhan instansi-instansi penegak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hukum. Di Indonesia struktur dari system hukum tersebut, yaitu: Advokat, Polisi, Jaksa, Hakim dan para penegak hukum lainya, para penegak hukum lainya adalah mereka yang ditunjuk undang-undang atau peraturan-peraturan seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dengan tata cara pengenaan pajak dan pelaksanaan Undang-Undang ini dilakukan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu selain aparat penegak hukum lainya juga dapat dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil di lingkungan pemerintah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta yang paling mempengaruhi
adalah pelaksana yaitu (fiskus) aparat/petugas KPP.
Dalam implementasi sebuah kebijakan, sikap dan tindakan pelaksana kebijakan merupakan variabel yang sangat penting bagi berhasilnya implementasi. Kesuksesan kebijakan bisa diharapkan jika aparat/petugas pelaksana memiliki pandangan yang positif dan mau menerima tujuan kebijakan yang ada, karena ada kemungkinan besar aparat pelaksana/petugas akan melaksanakan apa yang dikehendaki oleh pembuat kebijakan. Untuk melihat sejauh mana sikap aparat pelaksana dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dengan melihat tingkat pemahaman aparat pelaksana dalam pelaksanaan kebijakan di lapangan. Ini adalah hubungan yang saling berkaitan satu dengan yang lain.
Dari hasil penelitian empiris sebagai data tambahan penelitian normatif yang penulis lakukan tidak banyak data yang diperoleh penulis, hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman dan kesungguhan aparat/petugas pelaksana dalam menjalankan tugas cukup baik meski masih sedikit kurang dalam implementasinya. Kesungguhan aparat pelaksana dalam menjalankan tugas ditunjukan dengan tidak adanya panduan dalam proses penetapan pajak dan pengenaan WP. Sesegera mungkin untuk dilakukan langkah lebih lanjut agar pengukuhan wajib
commit to user
pajak segera keluar manakala persyaratanya sudah dipenuhi. Sosialisasi kepada wajib pajak khususnya wajib pajak orang pribadi warga asing
juga masih dirasa kurang, terkait self essesment aparat/petugas pelaksana
sebagian besar lebih terlibat pengelolaan data hasil laporan SPT. Selain itu penetapan domisili KPP yang terkait kepada WP orang asing ditentukan dan ditetapkan dari DPJ. Kasus penundaan pemrosesan penetapan pajak penghasilan orang pribadi warga asing jarang terjadi dan kalaupun terjadi lebih disebabkan persyaratan yang dilampirkan tidak tersampaikan karena faktor domisili KPP bertempat. Pemahaman aparat terhadap hakekat tujuan dari kebijakan sangat berpengaruh pada tingkat kesungguhan aparat.
Kasus komplain mengenai pajak penghasilan WP orang asing sangat jarang sekali terjadi bahkan dapat dikatakan tidak ada. Salah satu bentuk kesungguhan dan daya tanggap yang baik dari aparat/petugas pelaksana adalah adanya upaya sosialisasi yang terus-menerus tentang persyaratan penetapan pajak penghasilan dan upaya mendatangi WP sebagai upaya penagihan. Sebagaimana ditegaskan oleh KPP yang bertugas mengurus penyelenggaraan pajak penghasilan:
Dari sisi tanggung jawab aparat pelaksana dalam menjalankan tugas sudah cukup baik. Tanggung jawab yang sangat besar dari aparat pelaksana ditujukan dari komitmen yang kuat dalam menjalankan tugas dan dalam memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya pada pengenaan atas penetapan pajak penghasilan. Bentuk konkret tanggung jawab pelaksana adalah yang dituju sesuai dan tidak semuanya tersampaikan, sebab sering terjadi alamat yang terdaftar di KPP tidak sesuai domisili atau tidak tersampaikan karena tidak menutup kemungkinan domisili WP yang baru atau pindahnya domisili WP ke domisili baru, hal ini sering terjadi mengakibatkan SPT yang dikirim dikembalikan kepada KPP tentunya terjadi keterlambatan pemrosesan atau dapat dikenakan denda administrasi. Dalam pelaksanaan internal ketika masuk dalam masa tahun laporan yang jatuh antara bulan maret dan april, laporan pengembalian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
SPT dari subjek pajak dalam negeri WNI aslipun tidak sedikit dan waktunya sempit, maka memungkinkan pemrosesan PPh dalam SPT wajib pajak orang asing juga ikut terlambat, karena pengembalian laporan SPT dilakukan secara manual, setelah terkumpul terpisah yang berdasarkan tanggal dan bulan, barulah kemudian diproses secara
elektronik yaitu (input)dimasukakan data laporan ke dalam sistem online
dan kemudian dilaporkan kepada DPJ yang bertempat di Jakarta. Kalaupun terdapat keluhan yang disampaikan oleh WP orang asing, aparat pelaksana berusaha untuk menampung dan memberikan jawaban sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan yang ada yang kemudian disampaikan kepada Waskon di wilayah yang sudah ditentukan berdasarkan penetapan tugas wilayah yang ditangani.
Seberapa besar tanggung jawab untuk dimiliki oleh aparat/petugas pelaksana dapat dilihat juga dari bagaimana aparat melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawab dan out put dari pelaksanaan tugas tersebut. Kendala muncul dalam pelaksanaan tugas yang dihadapi oleh aparat pelaksana adalah wajar terjadi. Kendala yang sering muncul dalam pelaksanaan tugas adalah ketidaktahuan WP membayar pajak yang terhutang terkait pengawasan dalam bentuk data laporan SPT dan memang sebagian WP orang asing yang berada di Indonesia menyerahkan laporannya untuk diwakilkan kepada notaris setempat, notaris yang oleh WP percaya. Dalam pengawasan dan
penelitian kepatuhan WP di lakukan oleh seorang Account Representive
(AR) dan sebagai pemeriksa WP yang dilakukan oleh fungsional Pemeriksa Pajak dilakukan setelah adanya laporan SPT yang mengalami keganjilan, sehingga otamatis aparat pelaksana (AR) menindaklanjuti perlu menyiapkan berkas dan menyampaikan kepada pihak Waskon dan laporan SPT Wajib Pajak terjadi keterlambatan. Menghadapi permasalahan seperti ini mengharuskan aparat lebih kreatif dalam mengambil langkah inisiatif dan tindakan. Apabila penagihan ini telah dilakukan berulang kali namun kurang berhasil maka bila perlu WP
commit to user
didatangi oleh Waskon yang bertugas di wilayah yang sudah ditetapkan, aparat Waskon menyampaikan kepada wajib pajak baik melalui sosalisasi yang diharapkan ada rasa tanggung jawab besar dari WP dalam memenuhi kewajibanya namun hal tersebut tidak pernah terjadi kepada WP orang asing. Faktor dukungan dana bagi implementasi kebijakan pajak penghasilan ini memang secara khusus tidak ada alokasi dana untuk penanganan pajak penghasilan. Dari pihak pribadi sebagian besar dana alokasi dikeluarkan sebagai dana operasional secara keseluruhan di lapangan
Secara garis besar sikap aparat pelaksana kebijakan pajak penghasilan di KPP Pratama Surakarta cukup mendukung implementsi pengenaan wajib pajak orang pribadi warga negara asing berdasarkan Undang Nomor 36 Tahun 2008. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pemahaman aparat pelaksana pada tujuan kebijakan yang cukup kemudian tanggung jawab cukup.
3. Penerapan Budaya Hukum (kultur Budaya)
Untuk dapat melakukan kajian yang holistik terhadap budaya hukum, maka diperlukan suatu pendekatan dari aspek hukum empiris yang memungkinkan dapat berlakunya hukum di masyarakat
berkewarganegaraan asing. Kultur hukum atau budaya hukum (Legal
Culture) adalah suasana pikiran sosial yang menentukan bagaimana hukum itu digunakan, dihindari, atau disalahgunakan oleh wajib pajak. Dalam kaitan dengan budaya hukum Lawrence M.Friedman membedakan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Budaya hukum eksternal (external legal culture )
b. Budaya hukum internal (internal legal culture )
Budaya hukum eksternal adalah budaya hukum dari warga nnegara asing secara umum baik dan taat hukum, sedangkan budaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mempunyai profesi di bidang hukum seperti hakim, birokrat, lawyer, konsultan dan lain-lainya.
Menurut Friedman, kekuatan-kekuatan social secara terus
menerus mempengaruhi sistem hukum, terkadang merusak,
memperbarui, memperkuat, atau memilih untuk lebih menampilkan segi-segi tertentu. Dalam melihat hukum sebagai suatu sistem yang terdiri dari unsur-unsur sebagaimana yang dikemukakan oleh Lawrence M.Friedman
yaitu struktur, substansi dan kultur atau budaya, dimana unsur – unsur
yang satu dengan yang lainya saling mempengaruhi dalam bekerjanya hukum pada kehidupan sehari-hari. Perubahan-perubahan sosial yang
serba cepat dan perkembangannya (singkron) sama dalam kebudayaan
pada dirinya, sehingga individu mampu untuk menyesuaikan diri dan harmoni dalam menyikapi sistem hukum nasional serta terorganisasi dalam diri pribadi mereka.
WP orang pribadi warga negara asing terdiri dari masyarakat yang terbuka dan mampu menerima perubahan sosial budaya sejalan dengan perkembangan jaman, serta dapat bekerjasama di bidang ekonomi dengan prinsip kesejajaran dalam diri pribadi yang berstatus sebagai
pendatang (investor) termasuk sebagai tenaga kerja, maupun kepentingan
yang diusungnya sepanjang hal tersebut memberikan peluang dan kesempatan untuk meningkatkan standar kehidupannya.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa partisipasi yang besar dari WP orang asing. Upaya peningkatan pendapatan dari sektor pajak ini tentu saja merupakan bagian dari upaya pengembangan KPP dalam sektor pajak penghasilan (PPh). Dalam pengembangan sistem penegakan hukum di Indonesia nantinya memberi dampak positif bagi pengembangan ekonomi masyarakat dalam tujuan pembangunan nasional. Masyarakat Indonesia sendiri juga terlibat banyak dalam membantu perkembangan pembangunan nasional sesuai dengan kepentingan dan prioritas mereka melalui interaksi baik kerjasama ekonomi, sosial, budaya, pendidikan melalui tukar menukar mahasiswa
commit to user
dan lain-lain sebagai bentuk mendatangkan warga negara asing dengan kepentingannya secara tidak langsung membantu pendapatan negara dalam sektor pajak penghasilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis uraikan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan yang menjadi pokok bahasan dari penulisan hukum ini, yaitu sebagai berikut :
1. Bahwa implementasi pengenaan WP orang pribadi bagi penduduk asing di
Indonesia adalah subjek pajak yang mempunyai kewajiban perpajakan (kewajiban pajak subjektif) yang tidak jauh berbeda dengan Wajib Pajak warga asli Indonesia sendiri dan juga harus memenuhi syarat syarat yang telah ditentukan sesuai peraturan perundang-undangan. Ketika orang asing berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, maka orang asing menjadi subjek pajak memiliki kewajiban perpajakan dan mendaftarkan diri dengan menandatangi Surat Keterangan Domisili (form ditetapkan DPJ) untuk disampaikan kepada KPP dimana orang asing tersebut bertempat tinggal. Kemudian orang asing menyerahkan fotocopy KTP yang masih berlaku atau paspor dan disertakan Surat Keterangan Domisili sebagai WP orang asing ber-NPWP dan mulai terhitung sejak mulai WP orang asing berada di Indonesia. Status orang asing tersebut berubah menjadi WP Dalam Negeri (WP orang asing) yang status namanya sama seperti Warga Negara Indonesia (WNI) yang sudah memiliki
kewajiban perpajakan. Sesuai dengan self essesment bahwa WP berkewajiban
membayar, menghitung dan melaporkan penghasilannya (penghasilan netto) dalam menyampaikan SPT. WP didalam menjalankan kewajiban perpajakan perlu diawasi KPP setempat agar data dan informasi kegiatan WP orang asing dapat mendukung implementasi perpajakan dengan baik serta berjalannya hukum dalam memberikan kepastian hukum kepada WP orang asing dan pengawasan dilakukan para Kepala/Ketua KPP dengan bekerjasama bersama pihak Instansi yang terkait dengan WP orang asing.
commit to user
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi pemungutan PPh orang asing
atau warga negara asing di Indonesia, antara lain :
a. Substansi/ketentuan/pengaturan perundang-undangan mengenai pajak
penghasilan sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan dikatakan bahwa Undang-Undang sudah baik dan tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda bagi setiap orang yang membacanya.
b. WP orang asing dalam kultur secara dapat menyikapi sistem hukum
nasional, dalam diri pribadi mereka sebagian besar yang mau taat hukum
dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Terkait self essesment, sosialisasi
kepada WP orang asing juga masih dirasa kurang, aparat pelaksana sebagian besar lebih terlibat pengelolaan data hasil laporan
SPT/kurangnnya aparat lapangan dan penanganan Account Representive
(AR) yang dapat mempengaruhi keterlambatan SPT baik menyangkut domisili, identitas hingga penghasilan WP yang wajib dilaporkan. Kurangnya inisiatif sikap dan tindakan tegas aparat pelaksana kepada wajib pajak yang tidak melaporkan dengan alasan tidak mengerti, lupa ataupun tidak mengetahui, maka kembali lagi kepada tindakan sosialisasi dan profesioalisme. Secara garis besar sikap aparat pelaksana kebijakan pajak penghasilan di KPP Pratama di Surakarta cukup baik dalam mendukung implementsi pengenaan wajib pajak orang pribadi warga asing berdasarkan Undang Nomor 36 Tahun 2008.
B. SARAN
Saran yang bisa penulis berikan dari uraian diatas adalah bahwa pada dasarnya dalam hal pendaftaran orang asing sebagai WP hingga pemberkasan SPT WP orang asing, untuk dapat mengefisiensikan implementasi WP orang asing sebagai upaya peningkatan pajak adalah dengan memperbaiki atau menyempurnakan aspek organisasi KPP Modern, antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Dalam implementasi faktor pengawasan kepada WP orang asing tidak hanya
didominasi oleh para kepala KPP dengan bekerjasama dengan instansi tertentu saja, diharapkan lebih luas lagi hingga ke masyarakat umum dalam mendapatkan informasi dan data sumber pendapatan/penghasilan orang asing, karena semakin berkembang dengan pesatnya kondisi dan situasi sekarang
ini. Hal ini salah satunya dapat dilakukan dengan menambah/ atau merevisi
beberapa ketentuan yang terkait dengan aspek pengawasan.
2. Menghadapi permasalahan yang dapat timbul terkait kekurangtahuan secara
teknis kepada para aparat pajak sediri untuk lebih profesionalisme dan
ketidaktahuan informasi bagi WP orang asing terkait self essesment yang
kerap timbul diharapkan aparat/petugas pajak khususnya Seksi Pelayanan
dalam memberikan informasi serta Waskon yang terdiri Account Representive
(AR) bersama fungsionalnya untuk lebih kreatif dalam mengambil langkah inisiatif dan tindakan sebagai langkah awal pelayanan yang lebih baik diluar jadwal kegiatan KPP. Dengan sosialisasi kepada WP orang asing untuk lebih ditingkatkan karena masih dirasa kurang.
3. WP orang asing dalam memenuhi kewajiban perpajakan perlu untuk
melibatkan pendamping/konsultan pajak agar memudahkan WP orang asing dalam memenuhi kewajibannya dan mendukung kelancaran perpajakan.