• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENGENAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BAGI PENDUDUK ASING (Studi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PENGENAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BAGI PENDUDUK ASING (Studi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta)"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

IMPLEMENTASI PENGENAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BAGI PENDUDUK ASING

(Studi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta)

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh

DANAR RISSANTO AGUNG WIBOWO

E.1105063

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(4)

commit to user

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Barang siapa bersungguh-sungguh pasti ada jalan / terwujud(MAN JADDA WAJADA)

Penulisan Hukum ini kupersembahkan kepada :

Bapak Soegijono (Alm) dan Ibu Manisih, orang tuaku tercinta

Andri Aryadi, Budi Nuryani, Cicik Cahyarini, kakakku tersayang

Almamater yang kubanggakan

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERNYATAAN

Nama : Danar Rissanto Agung Wibowo

NIM : E1105063

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :

IMPLEMENTASI PENGENAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BAGI

PENDUDUK ASING (Study di Kantor Pelayanan Pajak Surakarta) adalah

betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum

(skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila

kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 14 Juli 2011 yang membuat pernyataan

(6)

commit to user

vi

ABSTRAK

DANAR RISSANTO AGUNG WIBOWO, E 1105063, IMPLEMENTASI PENGENAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBAGI BAGI PENDUDUK ASING (Studi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta), Penulisan Hukum (Skripsi), Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.

Tujuan dari penulisan hukum ini adalah untuk mengetahui implementasi

pemungutan pajak orang pribadi bagi penduduk asing atau warga negara asing di Indonesia dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi pemungutan PPh orang asing di Indonesia.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif. Penelitian ini bersifat deskriptif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder dengan melalui bahan-bahan kepustakaan. Instrument pengumpulan data dengan studi kepustakaan melalui buku-buku dan dibantu data tambahan melalui wawancara. Teknik pengumpulan data dengan studi kepustakaan. Analisis data menggunakan analisis silogisme interprestasi.

Hasil penelitian bahwa implementasi Pengenaan Wajib Pajak Orang Pribadi Bagi Penduduk Asing (Studi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta) menunjukkan bahwa pertama dalam implementasi pemungutan pajak kepada orang asing tidak berbeda jauh dengan pemungutan kepada WNI, terdapat kekhususan kepada orang asing dalam hal persyaratan pendaftaran dan pengawasan. Kedua bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi pemungutan PPh orang asing terdapat 3 faktor, meliputi penerapan substansi hukum, struktur hukum dan budaya hukum.

Penulis menyarankan untuk meningkatkan faktor pengawasan dengan merevisi peraturan perpajakan karena situasi dan kondisi sekarang ini,

profesionalisme aparat pajak dan pelayanan pajak termasuk

pendamping/konsultan yang dapat membantu kelancaran perpajakan dengan agar lebih baik dalam memaksimalkan pendapatan pajak penghasilan (PPh).

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRACT

DANAR RISSANTO AGUNG WIBOWO, E 1105063, IMPLEMENTATION OF PERSONAL TAXPAYER TAKING FOR FOREIGNER (Study in the office of tax service office of Pratama Surakarta), Law Script, Law Faculty of Sebelas Maret University Surakarta, 2011.

Purpose of this law script is to know implementation of personal tax taking for foreigner or foreign citizen in Indonesia and to know factors that influence implementation of PPH (for foreigners in Indonesia).

This Study is a normative law and it is descriptive. Kind of data used in this research is secondary data with bibliotheca materials. Instrument of collecting data is with bibliotheca study to books and additional data trough interview. Technique of collecting data used is bibliotheca study. Interpretation syllogism analysis is used for data analysis.

The result of the research is that implementation of personal taxpayer for foreigner ( study in the office of Tax service Pratama Surakarta) showed that firstly, in implementation of tax taking to foreign people is not far different to tax taking to citizen of Indonesia, there is specialty for foreigner registration requirements and controlling. Secondly is that there are 3 factors which influence implementation of PPh (income tax) taking for foreigner, they are implementation of law substances, law structure, and law culture.

Author suggest to increase controlling factors by revising tax regulation because of the present situation and condition, professionalism of tax apparatus tax service included consultant or guide who can help smoothness of tax taking which is better in maximizing income tax gain (PPh).

(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmannirohim

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-Nya yang besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penulisan Hukum (skripsi) ini.

Terwujudnya Penulisan Hukum (skripsi) tidak lepas dari bantuan segenap pihak, untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof.Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Wasis Sugandha, S.H., M.H. selaku pembimbing penulisan hukum ini

yang telah dengan ikhlas dan sabar serta bertanggung jawab dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis guna penyelesaian penulisan hukum ini.

3. Bapak Harjono, S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah banyak berjasa memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Seluruh Bapak dan Ibu selaku staf Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang memberikan ijin dan data guna penyelesaian penulisan hukum ini.

6. Segenap staf Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta, khususnya Seksi

Pelayanan atas waktu dan bantuannya.

7. Serta berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan

penulisan hukum ini dengan sebaik-baiknya.

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

penulisan hukum di masa mendatang. Semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama untuk penulisan, kalangan akademik, praktisi dan masyarakat umum.

Surakarta, Juli 2011

Penulis

(10)

commit to user

x Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

HALAMAN ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... .. 5

E. Metode Peneltian ... 6

F. Sistematika Penulisan Hukum ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Pengertian Pajak ... 12

2. Ciri – Ciri Pajak ... 13

3. Fungsi Pajak ... 14

4. Asas-asas pemungutan Pajak ... 14

5. Syarat Pemungutan Pajak ... 15

6. Sistem Pemungutan Pajak ... 16

7. Pembagian (Pengelompokan) Pajak ... 16

8. Unsur-Unsur Pajak ... 18

9. Subjek dan Objek Pajak ... 18

10. Penanggung Pajak ... 18

11. Fiskus ... 19

12. Asas Pengenaan Pajak ... 19

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

14. Pembagian Hukum Pajak ... 20

15. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak ... 20

16. Pajak Penghasilan (PPh) ... 22

17. Teori Bekerjanya Hukum ... 23

B. Kerangka Pemikiran ... 28

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta 1. Tugas dan Wewenang Aparat ... 30

a. Dalam Prosedur Pembuatan Rencana Kerja Seksi Pengawasan dan Konsultasi terkait Sub-Bagian Umum ... 32

b. Dalam Prosedur Penyusunan Estimasi Penerimaan Pajak Per Wajib Pajak ... 33

c. Dalam Prosedur Pengawasan Penerbitan Surat Teguran Kepada Wajib Pajak (WP) yang Belum Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) ... 34

d. Wewenang dan Tanggung Jawab Masing-Masing Seksi ... 34

e. Uraian Jabatan Kepala Seksi Pelayanan ... 35

f. Uraian Jabatan Kepala Seksi PDI ... 38

g. Uraian Jabatan Kepala Seksi Penagihan ... 41

B. Implementasi Pemungutan Pajak Orang Pribadi bagi Penduduk Asing atau Warga Negara Asing di Indonesia 1. Kewajiban Mendaftarkan Diri ... 44

2. Fungsi NPWP ... 46

3. NPWP ... 47

4. Syarat-syarat pendaftaran Wajib Pajak Orang Pribadi ... 48

5. Pengukuhan Penghasilan Kena Pajak (PPKP) ... 48

6. Kewajiban Pembayaran dan Pembayaran ... 49

7. Pemotongan / Pemungutan ... 51

8. Pelaporan ... 53

(12)

commit to user

xii BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 70 B. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 28

Gambar 2. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. .. 31

Gambar 3. Sruktur Organisasi PDI ... 38

(14)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Republik Indonesia dalam sistem perpajakan yang sekarang ini dengan tingkat kehidupan sosial ekonomi masyarakat diharapkan berperan dalam melangsungkan dan meningkatkan pembangunan nasional. Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Pengertian negara hukum adalah negara yang seluruh aksinya didasarkan dan diatur oleh Undang Undang yang telah ditetapkan oleh badan pemberi suara rakyat (Parlemen / DPR) dalam menjunjung tinggi hak dan kewajiban warga Negara. Oleh karena itu pemerintah membuat sistem perpajakan peraturan-peraturan yang baru yaitu dengan lahirnya beberapa Undang Undang perpajakan baru; yang terdiri atas: UU No.28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas UU No.6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, UU No.36 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas UU No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pajak adalah adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2008 : 1).

Berkembangnya suatu negara menjadi negara maju salah satunya peningkatan interaksi sosial antar warga negara yang secara tidak langsung memberikan dukungan dan keuntungan secara financial khususnya dibidang ekonomi. Indonesia merupakan salah satu negara strategis dibidang perdagangan, meningkatnya warga asing (penduduk luar negeri) yang datang dengan kepentingan pribadi maupun umum dengan bermacam-macam tujuan dapat diharapkan sebagai lahan asset pendapatan nasional.

Masyarakat Indonesia yang sebagian besar adalah penduduk asli Indonesia dan sebagiannya terdapat warga negara asing yang setiap tahun meningkat jumlahnya. Warga negara asing yang berada atau bertempat tinggal di Indonesia bahkan menjadi penduduk tetap (menjadi warga negara Indonesia) dan menjalankan usaha di Indonesia baik sebagai pegawai, konsultan perusahaan, kontraktor dan lain sebagainya. Dalam hal perpajakan maka mereka menjadi wajib pajak manakala memperoleh penghasilan. Menyangkut kepentingan antar negara dipastikan terjadi suatu transaksi dalam kerjasama ekonomi baik berupa perdagangan barang dan jasa, kerjasama lainnya adalah kerjasama di bidang sosial budaya. Disinilah berlakunya pengenaan pajak terhadap orang luar negeri (wajib pajak).

Indonesia dalam sistem perpajakan yang menganut Self Assesment System,

terutama untuk pajak langsung yaitu pajak penghasilan. Dalam Self Assesment

System, wajib pajak diberi kepercayaan dan kewajiban untuk menghitung,

(16)

commit to user

yang benar oleh wajib pajak sebagaimana mestinya sehingga terjadi kesalahan penghitungan pajak terutang. Jika tidak menjalankan sebagaimana mestinya, maka wajib pajak akan dikenakan sanksi dapat berupa denda bahkan pidana di bidang perpajakan. Landasan hukumnya diatur di dalam Pasal 12 UUNomor 6 Tahun 1983 Jo. UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umun dan Tata Cara Perpajakan.

Dalam rangka meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak, khususnya PPh, dapat dilakukan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi usaha-usaha untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak PPh dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak. Mengoptimalkan dan mengefektifkan penerimaan dari sektor pendapatan pajak nasional, tidak hanya satu pihak melainkan pada

kedua belah pihak, yaitu pemerintah sebagai aparat perpajakan (fiskus) dan orang

pribadi/badan (wajib pajak) atau yang dikenai pajak.

Dalam kaitannya dengan pengenaan wajib pajak orang pribadi terhadap warga negara asing yang berada di Indonesia, tidak semua warga negara asing menjadi wajib pajak dan tidak semua warga negara asing dapat dikenakan pajak, memerlukan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dan juga tidak semua penghasilan dikenakan pajak. Untuk menetapkan daya pikul wajib pajak juga harus dilihat dari berapa jumlah tanggungannya dan bagaimana susunan keluarganya. Dalam pengenaan pajak dan menghitung berapa besarnya pajak yang harus dibayar wajib pajak. PPh di sini sangat erat kaitanya dengan pengenaan pajak orang pribadi penduduk asing, karena sebagian besar hukum pajak internasional yang terkait hukum nasional, perpajakan diatur di dalam perundang-undangan Negara Indonesia yang di atur dalam UU No.36 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas UU No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

Seperti yang telah diuraikankan di atas, dalam rangka peningkatan penerimaan pajak, pemerintah dalam hal ini aparat perpajakan harus melakukan kegiatan-kegiatan pelayanan. Dalam pelaksanaan memungut pajak, Pasal 23A Amandemen Ke-4 Undang-Undang 1945 sebagai dasar hukum pemungutan pajak

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pasal 23A Amandemen Ke-4 Undang-Undang 1945 ini bertujuan menjamin kepastian hukum pelaksanaan pajak bagi pemerintah dan masyarakat. Sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan yang merupakan peran dan sarana di dalam pembiayaan pembangunan nasional.

Dalam penerapan struktur keorganisasian KPP modern dibanding sebelumnya, mengenai ketentuan-ketentuan khususnya dalam hal pelaksanaan pemungutan PPh dan penentuan subjek pajak orang pribadi serta penghitungan pajaknya terhadap warga negara asing yang berada atau bertempat tinggal di Indonesia diharapkan adanya kepastian hukum dan dapat meningkatkan pendapatan asli negara kedepannya. Oleh karena itu, dalam pelayanan pelaksanaan dan tata cara pengenaan wajib pajak terhadap orang asing harus memberikan kepastian hukum apabila terdapat hambatan-hambatan yang mengakibat terjadinya suatu sengketa. Dari uraian di atas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penulisan hukum dengan judul ”IMPLEMENTASI

PENGENAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BAGI PENDUDUK ASING”

(Studi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta).

B. Rumusan Masalah

Dalam UU No.36 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas UU No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan dikenakan terhadap orang pribadi atau perseorangan dan badan berkenaan dengan penghasilan. Dengan adanya pengenaan Pajak Penghasilan dari uraian latar belakang di atas, maka dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi pemungutan pajak orang pribadi bagi penduduk

asing atau warga negara asing di Indonesia?

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi implementasi pemungutan PPh

(18)

commit to user

C. TujuanPenelitian

Setiap penelitian, pastilah mempunyai tujuan yang jelas. Demikian pula penelitian ini dilakukan oleh penulis agar dapat menyajikan data yang akurat, sehingga dapat bermanfaat dan mampu menyelesaikan masalah. Maka penelitian ini mempunyai tujuan objektif dan tujuan subjektis sebagai berikut :

1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui implementasi pemungutan pajak orang pribadi bagi

penduduk asing atau warga negara asing di Indonesia.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi

pemungutan PPh orang asing atau warga negara asing di Indonesia.

2. Tujuan Subjektif

a. Memperoleh data sebagai bahan utama penyusunan penulisan hukum

sebagai sarana untuk memenuhi persyaratan wajib bagi penulis dalam meraih gelar sarjana di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

b. Memberikan gambaran dan sumbangan pemikiran dalam memperluas

ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Hukum bagi penulis, khususnya di bidang Hukum Administrasi Negara.

D. Manfaat Penelitian

Dalam setiap penelitian diharapkan adanya manfaat dan kegunaan yang dapat di ambil dari penelitian, sebab manfaat dan keguaan penelitian akan menentukan memiliki nilai hasil dari penelitian tersebut. Manfaat yang diharapkan dapat di ambil sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dan sumbangsih

bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya, khususnya Hukum Administrasi Negara.

b. Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan masukan dan dapat

dipergunakan sebagai referensi di bidang karya ilmiah bagi peneliti –

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan jawaban atas permasalahan yang menjadi pokok bahasan

yang sedang diteliti.

b. Meningkatkan, mengembangkan daya fikir dan analisis yang akan

membentuk pola pikir dimanis serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh penulis selama ini baik teori maupun praktek.

E. Metodologi Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya, mengadakan pemeriksaan secara mendalam terhadap fakta hukum tersebut, serta mengsahakan

suatu pemecahan atas permasalahan – permasalahan yng timbul didalam gejala

yang bersangkutan (Soerjono Soekanto, 1986 : 43).

Penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai perspektif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi (Peter Mahmud,2006: 35).

Dalam suatu penelitian, metode penelitian merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang proses penyelesaian suatu permasalahan yang akan dibahas dan merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tingkat ketelitian yang dihadapi.

(20)

commit to user

Metode yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penyusunan penulisan hukum ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian hukum perpustakaan, yaitu hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan – bahan tersebut disusun secara

sistematis, dikaji, kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya

dengan masalah yang diteliti (Soerjono Soekanto 1986: 13-14). Bahan – bahan

tersebut disusun secara sistematis, dikaji, kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti.

2. Sifat Penelitian

Dilihat dalam sifatnya penelitian hukum ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan sifat penelitian yang doktrinal mengenai hukum perpajakan yang diterapkan kedalam masyarakat, menggambarkan silogisnya hukum yang disosialisasikan atau yang sudah atau telah berjalan di masyarakat berjalan dengan baik ataupun tidak, melalui data yang telah didapat dari tulisan-tulisan, pendapat-pendapat, maupun data kualitatif yang didapat dari lapangan baik cetak maupun elektronik yang sudah ada dan masih segar serta masih hangat. Penelitian deskriptif pada umumnya bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat tehadap suatu populasi atau daerah tertentu mengenai sifat-sifat, karakteristik-karakteristik atau faktor-faktor tertentu (Bambang Sunggono, 2003 : 23).

3. Jenis Data

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Jenis data yang digunakan dalam penelitian yang penulis lakukan ini adalah jenis data sekunder. Jenis data sekunder yaitu data yang berupa dokumen, peraturan perundang-undangan, bahan-bahan kepustakaan, maupun data cetak elektronik yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.

4. Sumber Data

Sumber data adalah tempat ditemukannya data. Adapun data dari penelitian ini diperoleh dari dua sumber yaitu :

a. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas:

1) Bahan hukum primer

Bahan hukum primer yaitu semua bahan atau meteri hukum yang mempunyai kedudukan mengikat secara yuridis, yaitu bisa berupa norma atau kaidah dasar, Undang-Undang Dasar 1945, Peraturan Perundang-undangan, Peraturan Menteri, dan lain - lain. Diantaranya bahan hukum primer adalah :

a) UU No.28 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas UU No.6 tahun

1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

b)UU No.36 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas UU No.7 Tahun

1983 tentang Pajak Penghasilan.

c) Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 161/PJ./2001 tentang

syarat setiap badan usaha dan orang pribadi yang telah memiliki penghasilan.

d)Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-88/PJ./2004

Tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Elektronik.

2) Bahan hukum sekunder

(22)

commit to user

3) Bahan hukum tersier

Merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, antara lain meliputi Kamus Besar Indonesia, Kamus Hukum, dan bahan-bahan dari internet (Soerjono Soekanto, 1986: 52).

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara – cara yang digunakan dalam

memperoleh data penelitian. Dalam melakukan penelitian, dibutuhkan kemampuan untuk memilih, menyusun dan alat pengumpulan data yang relevan. Karena kecermatan dalam memilih dan menyusun serta alat pengumpul data akan berpengaruh secara obyektif pada hasil penelitian.

Menurut Soerjono Soekanto, didalam penelitian lazimnya dikenal paling sedikit tiga jenis pengumpulan data yaitu studi dokumen atau bahan pustaka (studi kepustakaan), mengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview (Soerjono Soekanto, 2005 :21).

Dalam penelitian ini dilakukan studi kepustakaan, studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data sekunder, dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dari peraturan perundang-undangan, buku-buku, koran bahan kepustakaan lainya yang berkaitan dengan masalah yang penulis teliti serta mengkaji struktur hukum, substansi hukum atau isi bahan hukum dan budaya hukum bahan-bahan tersebut.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian menjadi suatu laporan. Dimana data yang diperoleh dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga dapat menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian.

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kemudian, komunikasikan makna temuan kepada orang lain memalui laporan tertulis (Rhenald Kasali, 2008:369).

Dari semua data yang diperoleh dikumpulkan, disusun, dijelaskan kemudian dianalisis dengan menggunakan metode silogisme interprestasi kualitatif. Pada identifikasi hukum dan melihat efektifitas hukum yang terdapat di dalam masyarakat dari keadaan, perilaku manusia, dan gejala-gejala yang ada secara langsung yang masih segar. Apakah hukum dengan peraturan-peraturan yang ada, peraturan-peraturan perundang-undangan atau peraturan-peraturan lainnya sudah berlaku dengan benar dan efektif dalam praktek di masyarakat. Kualitatif karena sifat data dan penelitian adalah kualitatif, sehingga kesimpulan yang dapat ditarik adalah merupakan hasil dari intepretasi induktif.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Guna memberikan gambaran menyeluruh mengenai sistematika penulisan hukum yang sesuai dengan aturan penulisan hukum. Adapun sistematika penulisan hukum ini terdiri dari 4 (empat) bab yang tiap bab terbagi dalam sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian ini. Sistematika penulisan hukum ini sebagai berikut.

Dalam bab I ini penulis menguraikan tentang Pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum.

Dalam bab II, diuraikan mengenai kerangka teoritis tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, yang meliputi : kerangka teori dan kerangka pemikiran. Dalam kerangka teori penulis akan menguraikan Pengertian

Pajak, Ciri – Ciri Pajak, Fungsi Pajak, Asas-asas pemungutan Pajak, Syarat

(24)

commit to user

Sedangkan dalam kerangka pemikiran penulis akan menampilkan bagan kerangka pemikiran.

Dalam bab III ini penulis menyajikan pembahasan berupa jawaban atas

pertanyaan dalam perumusan masalah, yaitu mengenai:

1. Untuk mengetahui implementasi pemungutan pajak orang pribadi bagi

penduduk asing atau warga negara di Indonesia.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi

pemungutan PPh orang asing atau warga negara asing di Indonesia.

Dalam bab IV menguraikan mengenai kesimpulan atas perumusan masalah yang diteliti dan saran penulis atas pembahasan permasalahan tersebut dalam bab-bab sebelumnya.

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

Dalam sebuah penelitian ilmiah, konsep teori sangat diperlukan, menjadi suatu langkah awal dalam memecahkan masalah yang sedang diteliti, mencari data yang tepat dan akurat guna dapat tercapainya tujuan penelitian yang baik. Kerangka teori merupakan rangkuman yang mengarahkan kemana dari sisi sudut pandang yang ingin diteliti dalam suatu penelitian, sehingga sangat besar pengaruhnya di dalam menentukan kesimpulan akhir yang hendak dicapai.

1. Pengertian Pajak

Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan dalam pembangunan nasional. Banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian pembangunan nasional dan pajak, antara lain sebagai berikut :

Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memerhatikan masalah pembiayaan pembangunan (Waluyo, 2006: 1).

Salah satu usaha mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama (Waluyo, 2006: 2).

Penghasilan negara berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak, dan

atau dari hasil kekayaan alam yang ada di negara itu (natural resources). Dua

sumber itu merupakan sumber yang terpenting memberikan penghasilan kepada negara. Penghasilan itu untuk membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti kesehatan masyarakat, pendidikan, kesejahteraan, dan sebagainya. Jadi dimana ada

(26)

commit to user

kepentingan masyarakat, disitu timbul pungutan pajak sehingga pajak adalah senyawa kepentingan umum (Erly Suandi, 2002: 7).

Dalam definisi pajak dan hukum pajak. Pajak adalah suatu sumbangan paksaan dari perorangan kepada pemerintah untuk membiayai pengeluaran yang bertalian dengan kepentingan orang banyak (umum) tanpa dapat ditunjukan adanya upaya keuntungan khusus terhadapnya (Seligman, 2009: 8).

Pajak adalah adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2008: 1).

Dalam Undang–Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan. Ketentuan Umum pengertian wajib pajak adalah orang atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, sedangkan badan adalah perseroan terbatas, perseroan komanditer, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perseroan atau perkumpulan lainnya, firma, kongsi, perkumpulan koperasi, yayasan atau lembaga, dan bentuk usaha tetap (Seligman, 2009: 8).

2. Ciri - ciri Pajak

Pajak sebagai salah satu pungutan negara mengandung ciri sebagai berikut :

a. Pajak dipungut berdasarkan/dengan kekuatan undang–undang serta

aturan pelaksanaannya.

b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi

individual oleh pemerintah.

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran–pengeluaran pemerintah yang

apabila dari pemasukannya masih terdapat surplus dipergunakan uantuk

pembiayaan public investment.

e. Pajak dapat pula mempunyai tujuan lain yang non budgeter, yaitu sebagai

alat kebijakan perekonomian nasional (Erly Suandy, 2002: 11).

3. Fungsi Pajak

Sebagaimana telah diketahui mengenai ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi, terlihat adanya empat fungsi pajak, yaitu :

a. Fungsi Budgetair / Penerimaan

Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

b. Fungsi Regulerend / Mengatur

Pajak merupakan alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

c. Fungsi Demokrasi

Pajak merupakan penjelmaan atau wujud sistem gotong royong, termasuk kegiatan pemerintahan untuk kemaslahatan umat dan sebagai hak seseorang untuk memperoleh pelayanan pemerintah.

d. Fungsi Redistribusi

Pajak lebih menekankan pada unsur pemerataan dan keadilan dalam masyarakat (Wirawan B. Ilyas, 2007: 11).

4. Asas-asas Pemungutan Pajak

Undang–Undang Pajak harus ada beberapa syarat yang harus dipenuhi,

yaitu :

a. Equality dan Equity

b. Certainly

(28)

commit to user

d. Economic of Collection

Equality mengandung pengertian bahwa pada keadaan yang sama

seseorang harus dibebani pajak yang sama pula. Persamaan ini bukan pada tingkat pendapatnya tetapi pada tingkat kemampuan membayarnya atau daya pikul.

Certainty, artinya pajak yang dibayar oleh wajib pajakharus jelas dan

tidak mengenal kompromi (not arbitary). Dalam asas ini kepastian hukum

yang diutamakan adalah mengenai subjek pajak,objek pajak, tarif pajak, dan ketentuan mengenai pembayarannya.

Convenience of Payment, artinya pajak hendaknya dipungut pada saat

yang paling baik bagi wajib pajak, yaitu saat sedekat-dekatnya dengan saat

diterimanya penghasilan/keuntungan yang dikenakan pajak.

Economic of Collections, artinya pemungutan pajak hendaknya

dilakukan sehemat (seefisien) mungkin, jangan sampai biaya pemungutan

pajak lebih besar dari penerimaan pajak itu sendiri. Karena tidak ada artinya pemungutan pajak kalau biaya yang dikeluarkan lebih besar dari penerimaan pajak yang akan diperoleh (Erly Suandi, 2002: 27-28).

5. Syarat Pemungutan Pajak

Syarat ini diperlukan agar pemungutan pajak tidak mengalami hambatan atau perlawanan, yaitu :

a. Syarat Keadilan

Dalam praktek pelaksanaan pemungutan pajak harus dilaksanakan dengan adil, sesuai dengan tujuan hukum yakni mencapai keadilan.

b. Syarat Yuridis

Pelaksanaan pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang.

c. Syarat Ekonomis

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Syarat Finansial

Pelaksanaan pemungutan pajak harus efisien, hal ini sesuai dengan

fungsi budgetair. Dimana biaya pemungutan pajak harus lebih rendah dari

pajak yang dipungut.

e. Sistem Pemungutannya Harus Sederhana

Hal ini akan mempermudah masyarakat dalam memenuhi kewajiban

pajaknya (Y. Sri Pudyatmoko, 2009: 44-46).

6. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dapat dibagi atas empat macam sistem, yaitu:

a. Official Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan

besarnya pajak yang harus dibayar (pajak yang terutang) oleh seseorang. b. Semi Self Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada fiskus dan Wajib Pajak untuk menentukan besarnya pajak seseorang yang terutang.

c. Self Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak.

d. Witholding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong/memungut besarnya pajak yang terutang. Pihak ketiga yang telah ditentukan tersebut selanjutnya menyetor dan melaporkannya kepada fiskus (Wirawan B. Ilyas, 2007: 22).

7. Pembagian (Pengelompokan) Pajak

(30)

commit to user

Berdasarkan golongannya, pajak dibedakan menjadi :

a. Pajak langsung, adalah pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh

Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain serta dikenakan secara berulang-ulang pada waktu tertentu misalnya Pajak Penghasilan (PPh).

b. Pajak tidak langsung, adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan

kepada orang lain dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu atau peristiwa-peristiwa tertentu saja, misalnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Menurut sifatnya, pajak dibedakan menjadi :

1) Pajak Subjektif, adalah jenis pajak yang dikenakan dengan

pertama-tama memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak (subjeknya). Setelah diketahui keadaan subjeknya barulah diperhatikan gaya pikulnya apakah dapat dikenakan pajak atau tidak, misalnya Pajak Penghasilan (PPh).

2) Pajak Objektif, adalah jenis pajak yang dikenakan dengan

pertama-tama memperhatikan/melihat objeknya baik berupa keadaan perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Setelah diketahui objeknya baru kemudian dicari subjeknya yang mempunyai hubungan hukum dengan objek yang telah diketahui, misalnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) (Sukismo, 2008:1).

Menurut lembaga pemungutnya, pajak dibedakan menjadi :

1) Pajak Pusat, adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Pajak Daerah, adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah

daerah yang dalam pelaksanaan sehari-hari dilakukan oleh Dinas Pendapatan daerah (Dipenda). Pajak daerah dibedakan atas Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten (Sukismo, 2008: 1).

8. Unsur-unsur Pajak

Yang menjadi unsur-unsur pajak diantaranya :

a. Iuran dari rakyat kepada Negara.

b. Berdasarkan undang – undang.

c. Tanpa jasa balik atau kontraprestasi secara langsung dari Negara.

d. Guna membiayai rumah tangga Negara (Rochmat Soemitro, loc.cit: 8).

9. Subjek dan Objek Pajak

Yang menjadi subyek pajak antara lain :

a. Orang pribadi atau perseorangan.

b. Warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan, menggantikan yang

berhak.

c. Badan yang terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, badan

usaha milik negara dan daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perseroan, atau perkumpulan lainnya, firma, kongsi, perkumpulan koperasi, yayasan atau lembaga, dan bentuk usaha tetap.

d. Subyek Pajak terdiri dari subyek pajak dalam negeri dan subyek pajak luar

negeri (Y.Sri Pudyatmoko, 2009: 20-25).

10.Penangung Pajak

Penanggung pajak antara lain :

a. Badan oleh pengurus.

b. Badan yang dinyatakan oleh orang atau badan yang ditugasi untuk

melakukan pemberesan.

(32)

commit to user

d. Suatu warisan yang belum terbagi oleh salah seorang ahli warisnya,

pelaksana wasiatnya atau yang mengurus harta peninggalannya, atau

e. Anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam pengampuan oleh

wali atau pengampunya (Y. Sri Pudyatmoko, 2009: 23).

11.Fiskus

Fiskus (fiscus) dalam perkembangan terkini sering diartikan sebagai

aparatur pemerintah yang menangani pemasukan uang dari rakyat berupa pajak untuk dimasukan ke dalam kas Negara (Y. Sri Pudyatmoko, 2009: 24).

12.Asas Pengenaan Pajak

Asas pengenaan pajak antara lain :

a. Asas tempat tinggal (domisili).

b. Asas negara asal (negara sumber).

c. Asas kebangsaan (Y. Sri Pudyatmoko, 2009 : 43-44).

13.Pengertian Hukum Pajak

Hukum pajak, yang juga disebut hukum fiscal, adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkannya kembali kepada masyarakat dengan melalui kas Negara, sehingga ia merupakan bagian dari hukum publik yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara Negara dan orang-orang atau badan-badan (hukum) yang berkewajiban membayar pajak (selanjutnya sering disebut wajib pajak) (Santoso Brotodiharjo, 1995: 1).

Hukum pajak adalah suatu kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak. Dengan lain perkataan, hukum pajak menerangkan:

a. Siapa-siapa wajib pajak (subyek pajak).

b. Obyek-obyek apa yang dikenakan pajak (obyek pajak).

c. Kewajiban wajib pajak terhadap pemerintah.

d. Timbul dan hapusnya utang pajak.

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

f. Cara mengajukan keberatan dan banding pajak (Buhori, 1995: 25).

14.Pembagian Hukum Pajak

Secara umum hukum pajak dapat dibedakan menjadi dua, yakni hukum pajak material dan hukum pajak formal. Hukum pajak material memuat norma-norma yang menerangkan:

a. Keadaan, perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hukum yang harus

dikenai pajak (obyek pajak) atau disebut juga tatbestand.

b. Siapa-siapa yang harus dikenai pajak (subyek pajak/wajib pajak) dan

c. Berapa besarnya pajak.

Disamping itu termasuk didalamnya adalah:

a. Peraturan-peraturan yang memuat kenaikan-kenaikan, denda-denda.

b. Peraturan-peraturan yang memuat hukuman-hukuman terhadap ketentuan

perpajakan.

c. Peraturan-peraturan tentang tata cara pembebasan dan pengembalian

pajak.

d. Peraturan-peraturan tentang hak mendahului dari fiskus.

Keberadaan hukum pajak formal menyesuaikan dengan kebutuhan yang dikehendaki untuk berlakunya hukum pajak material. Agar hukum pajak material dapat berlaku efektif maka hukum pajak formal ini harus ada. Hukum pajak formal antara lain mengatur :

a. Pendaftaran obyek pajak dan wajib pajak.

b. Pemungutan pajak.

c. Penyetoran pajak.

d. Pengajuan keberatan.

e. Permohonan banding.

f. Permohonan pengurangan dan penundaan pembayaran, dan lain

sebagainya (Y.Sri Pudyatmoko, 2009: 57).

15.Hak dan Kewajiban Umum Wajib Pajak

(34)

commit to user

Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subyektif dan obyektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.

b. Kewajiban mengisi dan menyampaikan SPT

Surat pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak. Obyek pajak dan/atau bukan obyek pajak dan/atau harta dan kewajiban. Menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

c. Kewajiban membayar pajak

Pajak yang hasilnya dimasukan kedalam kas Negara sangat diperlukan untuk membiayai segala aktivitas dan berjalannya roda pemerintahan.

d. Kewajiban membayar denda

Pemenuhan kewajiban pajak ada kemungkinan terjadi kesalahan, baik itu karena kealpaan maupun karena unsur kesengajaan dari wajib pajak atau penanggung pajak. Kesalahan seperti itu perlu diluruskan kembali dan kepada wajib pajak ataupun penanggung pajak dapat dikenakan sanksi berupa denda.

e. Kewajiban melakukan pembukuan dan pencatatan

Mempunyai maksud mewujudkan tertib administrasi di dalam kegiatan usaha. Sekaligus memberikan perlindungan bagi pihak ketiga yang mempunyai hunungan dengan kegiatan usaha yang bersangkutan.

f. Kewajiban menyerahkan dokumen pada waktu pemeriksaan

Mengingat wajib pajak bisa saja keliru di dalam memenuhi kewajiban pajaknya, entah karena kesengajaan atau karena kelalaian.

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

h. Hak mengangsur dan menunda pembayaran pajak.

i. Mendapatkan pengembalian pajak (Restitusi).

j. Hak mengajukan gugatan.

k. Hak mengajukan keberatan.

l. Hak mengajukan banding.

m.Perlindungan terhadap rahasia wajib pajak.

n. Mendapatkan pengurangan dan pembatalan pajak.

o. Mendapatkan pengurangan dan pembatalan sanksi administrasi Y.Sri

Pudyatmoko, 2009 : 131-171).

16.Pajak Penghasilan (PPh)

a. Subjek pajak

Subjek pajak adalah orang pribadi, warisan, atau badan, termasuk bentuk usaha tetap, baik yang berada di dalam negeri maupun yang berada di luar negeri, yang mempunyai atau memperoleh penghasilan dari Indonesia (Djoko Muljono, 2010: 2-9).

1) Subjek Pajak Dalam Negeri

Subyek Pajak Dalam Negeri adalah orang pribadi atau badan yang bertempat tinggal atau berkedudukan di dalam Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia atau luar Indonesia, baik dengan atau tanpa melalui bentuk usaha tetap di luar negeri dan juga warisan yang belum dibagi.

2) Subyek Pajak Dalam Negeri

Subjek Pajak Dalam Negeri adalah pribadi atau badan yang bertempat tinggal atau berkedudukan di luar Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia, baik dengan ataupun tanpa melalui bentuk usaha tetap (Djoko Muljono, 2010 : 2).

b. Wajib pajak

(36)

commit to user

melakukan kewajiban-kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu (Djoko Muljono, 2010 : 9).

c. Objek pajak

1) Objek pajak dalam negeri

Objek pajak dalam negeri adalah penghasilan yang diperoleh Subjek Pajak dalam negeri, termasuk BUT maupun Subjek Pajak Luar Negeri yang berasal dari Indonesia. Penghasilan yang diperoleh dari dalam negeri didapatkan dari berbagai kegiatan, seperti : usaha, pekerjaan bebas, karyawan, pemanfaatan modal, dan berbagai cara lain yang menimbulkan penghasilan di Indonesia.

2) Objek pajak luar negeri

Objek pajak luar negeri adalah penghasilan yang diperoleh Subjek Pajak dalam negeri, termasuk BUT yang berasal dari luar Indonesia. Penghasilan yang diperoleh dari luar negeri yang sudah atau belum dipotong pajak di tempat penghasilan tersebut didapat, tetapi merupakan objek pajak penghasilan di Indonesia, sedangkan bagi objek pajak luar negeri yang sudah dipotong pajak di luar negeri dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak di Indonesia sesuai dengan ketentuan Pasal 24 UU PPh (Djoko Muljono, 2010: 11).

17.Teori Bekerjanya Hukum

Pada hakekatnya hukum adalah sebagai sistem, maka untuk dapat memahaminya perlu menggunakan pendekatan sistem (Esmi Warassih, 2005 : 30). Pengertian hukum sebagai sistem hukum dikemukakan oleh Lawrence M. Friedman, bahwa keberhasilan penegakan hukum selalu mensyaratkan berfungsinya semua komponen sistem hukum. Sistem hukum dalam pandangan Friedmen terdiri dari tiga komponen, yaitu:

a. Komponen struktur hukum (legal structure)

Struktur hukum (legal structure) merupakan batang tubuh, kerangka,

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

To begin whit, the legal system has the structure of legal system

consist of elements of the kind the number and size of court;their

jurisdiction…structure. Also means how the legislstive is organized.

Wahat procedures he police department follow, and go on.strukture

in a way is a kind of cross section of the legal system. A kind of

photograph, with free the action (Lawrence M.Friedman, 1984 :7).

Peranan aparatur penegakan hukum juga tidak kalah pentingnya dalam menentukan tingkat keberhasilan penegakan suatu peraturan perundangan, baik buruknya aparatur penegakan hukum dapat menentukan pula baik buruknya suatu penegakan peraturan perundangan. Suatu peraturan perundang-undangan yang baik terkadang tidak dapat ditegakkan secara baik, apabila yang menegakan peraturan perundangan tersebut adalah aparatur penegakan hukum yang tidak baik atau cakap. Dan hal tersebut dapat dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya rendahnya tingkat pemahaman dari aparatur penegak hukum terhadap substansi atau peraturan perundangan (M.Syamsudin, 2009: 53).

Diberlakukannya suatu peraturan perundang-undangan yang mempunyai maksud dan tujuan baik belum tentu memberikan suatu manfaat yang nyata bagi masyarakat, apabila tidak ditegakkan secara konsisten dan bertanggung jawab aturan-aturan hukum yang ada didalamnya. Karena suatu peraturan perundangan-undangan pada dasarnya adalah rangkaian kalimat yang tidak akan memberikan makna tanpa adanya mekanisme penegakan hukum yang jelas dan pelaksanaan yang konsisten dari aparatur penegak hukumnya. Salah satu masalah utama yang sulit diatasi di Indonesia sampai saat ini adalah masalah penegakan hukum yang konsisten dan bertanggung jawab dari para aparatur penegakan hukum yang telah dikemukakan sebelumnya.

b. Komponen substansi hukum (legal substance)

Substansi hukum (legal substance) aturan-aturan dan norma-norma

(38)

commit to user

perilaku dari para pelaku yang diamati di dalam sistem. Pemahaman

tentang substansi hukum adalah sebagai berikut:…”Another aspect of the

legal system is its substance. By this means the actual rules, norms behavioral pattens of the people inside the system….the strees here is on

living law not just rules in law goods.” (Lawrence M.Friedman, 1984 :7).

Aspek lain dari sistem hukum adalah substansinya. Yang dimaksud dengan substansi adalah aturan, norma, dan pola prilaku nyata manusia

yang berada dalam sistem itu. Jadi substansi hukum (legal substance)

menyangkut peraturan perundang-undangan yang berlaku yang memiliki kekuatan yang mengikat dan menjadi pedoman bagi aparat penegak hukum.

Substansi atau materi dari suatu produk peraturan perundangan merupakan faktor yang cukup penting untuk diperhatikan dalam penegakan hukum, tanpa substansi atau materi yang baik dari suatu peraturan perundangan rasanya sangat sulit bagi aparatur penegak hukum untuk dapat menegakkan peraturan perundangan secara baik pula, dan hal tersebut sangat ditentukan atau dipengaruhi ketika proses penyusunan suatu peraturan perundangan dilakukan. Suatu produk peraturan perundangan dapat dikatakan baik apabila hal-hal yang diatur dalam peraturan perundangan tersebut dirumuskan secara jelas, tegas, sistematis dan mudah untuk dimengerti oleh semua pihak, sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda bagi setiap orang (subjek hukum) yang membaca peraturan perundangan tersebut (M.Syamsudin, 2009: 53).

c. Komponen budaya hukum (legal culture)

Menurut Lawrence M. Friedman mengemukakan tentang budaya

hukum bahwa…”The third component of legal system of legal culture. By

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

which determines how law is used avended and afused” (Lawrence

M.Friedman, 1984 :7).

Budaya hukum (legal culture) merupakan sikap manusia (termasuk

budaya hukum aparat penegak hukumnya) terhadap hukum dan sistem hukum. Sebaik apapun penataan struktur hukum untuk menjalankan aturan hukum yang ditetapkan dan sebaik apapun kualitas substansi hukum yang dibuat, tanpa didukung oleh budaya hukum oleh orang-orang yang terlibat dalam system dan masyarakat maka penegakan hukum tidak akan berjalan dengan efektif (M.Syamsudin, 2009: 53).

Terkait dengan budaya hukum, Lawrence M. Friedman membedakan menjadi dua bagian, yaitu:

1) Budaya hukum eksternal (external legal culture)

2) Budaya hukum internal (internal legal culture)

(40)

commit to user

masyarakat dalam diri pribadi. Perbuatan-perbuatan ini berupa penyimpangan dari pola-pola umum yang berlaku.

Ketiga komponen ini sangat berpengaruh dalam penegakan hukum. Jika salah satu komponen saja tidak berfungsi dengan baik maka dapat dipastikan penegakan hukum dalam masyarakat akan menjadi lemah. Selanjutnya Friedman mengatakan bahwa unsur sistem hukum tidak terdiri dari struktur dan substansi, masih diperlukan unsur ketiga yaitu budaya hukum (M.Syamsudin, 2009: 53).

Dalam perkembangannya, Friedman menambahkan pula komponen

yang ke-empat, yang disebut komponen dampak hukum (legal impact).

Dengan komponen dampak hukum ini yang dimaksudkan adalah dampak dari suatu keputusan hukum yang menjadi objek kajian peneliti. Berkaitan dengan

budaya hukum (legal culture) ini, menurut Roger Cotterrell, konsep budaya

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

[image:41.595.157.453.147.682.2]

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

NEGARA

Hak dan Kewajiban UU No.36 Th 2008

UU No.17 Th 2000 UU No.28 Th 2007

Implementasi Hukum (Undang-Undang /

Peraturan)

Peraturan

Perundang-undangan

Faktor Pengaruh: Struktur, Substansi, Kultur

Orang Asing Wajib Pajak

WNI

Fiskus

(42)

commit to user

Penjelasan Kerangka Pemikiran :

Negara merupakan pihak yang berkepentingan dalam pemungutan pajak, dalam hal ini pemerintah membentuk peraturan perundang-undangan untuk mengatur tentang pajak bertujuan mengisi devisa negara guna pembangunan yang berkelanjutan. Salah satunya adalah pajak penghasilan, terkait pelaksanaannya didasarkan dalam ketentuan Undang No.28 Tahun 2007 dan Undang-Undang No.26 Tahun 2008. Menyangkut pajak penghasilan terdapat orang pribadi sebagai subjek PPh, yang diambil dari orang pribadi adalah penghasilan yang didapat orang pribadi tersebut, yang besarnya sesuai peraturan perundang-undangan mengenai PPh. PPh mengatur orang asing atau warga negara asing maupun warga negara Indonesia.

Dalam pelaksanaan pembayaran hingga pelaporan dapat dilakukan oleh

wajib pajak itu sendiri dan juga termasuk pihak pemerintah (fiscus), yang

didalamnya terdapat hak dan kewajiban, khususnya bagi warga asing yang berada

di Indonesia dan termasuk juga bagi aparatnya (fiskus). Dalam pelaksanaannya

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta

1. Tugas dan Wewenang Aparat

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta adalah salah satu kantor umum dimana institusi yang melaksanakan kewenangan yang bertugas menyelenggarakan pelayanan kepada Wajib Pajak (WP) guna pengawasan

dan penelitian kepatuhan Wajib Pajak di lakukan oleh seorang Account

Representive (AR) dan sebagai pemeriksa Wajib Pajak yang dilakukan oleh

fungsional Pemeriksa Pajak. Dengan demikian ruang lingkup tugas sangat jelas dan beban pekerjaan yang harus dilaksanakan sangat berat, sehingga

dalam hal penyelenggaraan pelayanan pajak oleh Undang–Undang tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Setiap Instansi Pemerintah dipimpin oleh seorang Kepala/Ketua, yang dinamakan Pimpinan Instansi, memiliki tugas dan tanggung jawab atas terselenggaranya pelayan dengan baik dan menjaga terpeliharanya citra dan wibawa Instansi.

Dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 587/KMK.01/2003 tanggal 31 Desember 2003 tentang Organisasi dan Tata Cara Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar disebutkan bahwa tugas Sub-Bagian Umum adalah melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan tumah tangga. Tugas pokok tersebut kemudian dijabarkan dalam Uraian Jabatan Struktural dan Pelaksana Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kanwil DJP Jakarta Khusus dan Kanwil DJP Wajb Pajak Besar sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 161/KMK.1/2005 tanggal 7 Juni 2005 yang menegaskan bahwa tugas

(44)

commit to user

Kasubag umum yang membawahi sub-bagian umum adalah mengkoordinasi tugas pelayanan kesekretariatan dengan cara mengatur kegiatan tata usaha dan kewajiban, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan untuk menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.

Pembagian tugas dan wewnangnya akan diuraikan dalam bagan struktur dibawah ini :

Gambar 2. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta

(Sumber : Struktur Oraganisasi Kantor Pajak Pratama Modern di Indonesia).

Sub Bagian Umum

Seksi PDI

Seksi Pelayana

n

WASKON I Juru Sita

WASKON II

WASKON III

FUNGSIONA L WASKON

IV Seksi Penagiha

n

Seksi Pemeriksaan Kepala

[image:44.595.116.559.247.658.2]
(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Di bawah ini akan penulis uraikan sebagian gambaran mengenai kepemimpinan instansi pajak meliputi wewenang dan tanggung jawab dalam hubungannya dengan Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON), Sub-Bagian Umum, Seksi PDI, Seksi Pelayanan, Seksi Pemeriksaan dan Seksi Penagihan serta wewenang dan tanggung jawab diantara masing-masing Seksi yang harus dilaksanakan oleh pejabat untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembagian dengan karisma kepemimpinannya, wewenang dan tanggung jawab diantaranya:

a. Dalam Prosedur Pembuatan Rencana Kerja Seksi Pengawasan dan

Konsultasiterkait Sub-Bagian Umum

1) Kepala Kantor Pelayanan Pajak memberikan pengarahan dan

penugasan kepada para Kepala Seksi / Kepala Sub-bagian Umum

untuk menyusun Rencana Kerja Seksi / Sub bagian masing – masing;

2) Kepala Seksi Waskon menugaskan AR untuk menyiapkan bahan

penyusunan Rencana Kerja Seksi WASKON.

3) AR menyiapkan bahan Rencana Kerja berdasarkan hasil kerja tahun

berjalan dan usulan Rencana Kerja tahun berjalan dan usulan Rencana Kerja tahun berikutnya, selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Seksi Waskon.

4) Kepala Waskon mempelajari, membahas dan menyusun konsep

Rencana Kerja bersama para AR, selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

5) Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti, menyetujui Rencana Kerja

Seksi Waskon dan mengembalikan kepada Kepala Seksi Waskon.

6) Kepala Waskon menugaskan Pelaksana untuk menyampaikan

(46)

commit to user

7) Pelaksana menyampaikan Rencana Kerja ke Sub-bagian Umum untuk

dikompilasi.

8) Kepala Seksi WASKON menerima Rencana Kerja Kantor Pelayanan

Pajak yang telah dikompilasi dari Sub-bagian Umum dan meneruskan kepada Pelaksana .

9) Pelaksana menatausahakan dan memyampaikan Rencana Kerja

kepada para AR untuk dilaksanakan.

b. Dalam Prosedur Penyusunan Estimasi Penerimaan Pajak Per Wajib

Pajak

1) Kepala Kantor Pelayanan Pajak memberikan pengarahan dan

penugasan kepada Kepala WASKON untuk menyusun Estimasi Pemerimaan Pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan ekonomi dan keuangan.

2) Kepala Seksi WASKON menugaskan AR untuk menyiapkan bahan

penyusunan Konsep Estimasi Penerimaan Pajak per Wajib Pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan ekonomi dan keuangan.

3) Para AR membuat bahan konsep Estimasi Pemerimaan Pajak per

Wajib Pajak, perkembangan ekonomi dan keuangan serta menyampaikan kepada Kepala Seksi WASKON.

4) Kepala WASKON meneliti, mempelajari, membahas konsep Estimasi

Pemerimaan Pajak per Wajib Pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan ekonomi dan keuangan bersama para AR, selanjutnya merumuskannya ke dalam Estimasi Penerimaan Pajak dan menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

5) Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti, menyetujui Estimasi

(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6) Kepala WASKON menugaskan Pelaksana untuk menyampaikan

Estimasi Penerimaan Pajak tersebut kepada Kepala Seksi WASKON.

7) Pelaksana menyampaikan Estimasi Pemerimaan Pajak tersebut ke

Seksi PDI.

8) Kepala Seksi WASKON menerima Rencana Kerja Kantor Pelayanan

Pajak yang telah dikompilasi dari Sub-bagian Umum dan meneruskan kepada Pelaksana.

9) Pelaksana menatausahakan dan memyampaikan Rencana Kerja

kepada para AR untuk dilaksanakan.

c. Dalam Prosedur Pengawasan Penerbitan Surat Teguran Kepada

Wajib Pajak (WP) yang Belum Menyampaikan Surat Pemberitahuan

(SPT)

1) Kepala Seksi WASKON menugaskan AR untuk menginvestariskan

Wajib Pajak yang belum menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT);

2) Para AR melalui Sistem Administrasi Perpajakan menginventariskan

Wajib Pajak yang belum menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) mengusulkan penerbitan Surat Teguran dan Surat Tagihan Pajak, selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Seksi WASKON;

3) Kepala WASKON meneliti, menyetujui usulan penerbitan Surat

Teguran dan Surat Tagihan Pajak (SPT) selanjutnya menugaskan Pelaksana untuk menyampaikan usulan penerbitan Surat Teguran Pajak (SPT) ke Seksi Pelayanan;

4) Pelaksana menyampaikan usulan penerbitan Surat Teguran dan Surat

Tagihan Pajak (SPT) ke Seksi Pelayanan.

d. Wewenang dan Tanggung Jawab Masing-Masing Seksi

1) Seksi Pelayanan.

(48)

commit to user

3) Seksi PDI.

4) Seksi WASKON.

5) Seksi Pemeriksaan.

6) Seksi Penagihan.

e. Uraian Jabatan Kepala Seksi Pelayanan

1) Nama Jabatan Struktural: Kepala Seksi Pelayanan

a) Wewenang:

(1). Mengajukan usul, saran dan pendapat mengenai pelaksanaan

tugas.

(2). Menandatangani SKT.

(3). Menandatangani Surat Pengukuhan PKP.

(4). Menandatangani Bukti Pendaftaran WP.

(5). Menandatangani Surat Tugas Pembuktian Alamat.

(6). Menandatangani Acara Hasil Pembuktian Alamat.

(7). Menandatangani Surat Penolakan Pendaftaran WP dan

pelaporan PKP.

(8). Menandatangani Bukti Laporan PKP.

(9). Menandatangani Surat Pindah.

(10). Menandatangani Surat Pencabutan SKT.

(11). Menandatangani Surat Pencabutan Surat Pengukuhan PKP.

(12). Menandatangani Surat Penghapusan NPWP.

(13). Menandatangani Surat Pemberitahuan Pernyataan Pindah.

(14). Meminta kelengkapan berkas permohonan pendaftaran dan

perubahan data WP.

(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(16). Menandatangani Surat Tegoran WP yang tidak atau belum

memasukkan SPT.

(17). Menandatangani Surat permintaan kelengkapan SPT PPh

kepada WP.

(18). Menandatangani STP selain hasil pemeriksaan.

(19). Meneliti dan memaraf SPT, SKPKB, SKPLB, SKPN, Pbk,

SKB, SPMKP, SPMIB dan produk hukum lainnya.

(20). Menjatuhkan hukuman disiplin yang melanggar ketentuan.

(21). Mengajukan mutasi pegawai bawahan.

(22). Menilai pelaksanaan dan menandatangani DP3 pagawai.

(23). Menjaga kerahasiaan pelaksanaan tugas.

(24). Menegakkan disiplin pegawai.

(25). Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada pegawai

bawahan.

b) Tanggung Jawab:

(1). Kebenaran usul, saran dan pendapat mengenai pelaksanaan

tugas.

(2). Kebenaran SKT.

(3). Kebenaran Surat Pengukuhan PKP.

(4). Kebenaran Bukti Pendaftaran WP.

(5). Kebenaran Surat Tugas Pembuktian Alamat.

(6). Kebenaran Berita Acara Hasil Pembuktian Alamat.

(7). Kebenaran Surat Penolakan Pendaftaran WP dan pelaporan

PKP.

(8). Kebenaran Bukti Laporan PKP.

(9). Kebenaran Surat Pindah.

(10). Kebenaran Surat Pencabutan SKT.

(11). Kebenaran Surat Pencabutan Surat Pengukuhan PKP.

(12). Kebenaran Surat Penghapusan NPWP.

(50)

commit to user

(14). Kebenaran Pindah.

(15). Kelengkapan berkas permohonan pendaftaran dan perubahan

data WP.

(16). Kebenaran daftar nominative pengiriman formulir SPT

Tahunan PPh.

(17). Kebenaran Surat Teguran WP yang tidak atau belum

memasukkan SPT.

(18). Kebenaran Surat permintaan kelengkapan SPT PPh kepada

WP.

(19). Kebenaran STP selain hasil pemeriksaan.

(20). Kebenaran SPT, SKPKB, SKPLB, SKPN, Pbk, SKB,

SPMKP, SPMIB dan produk hukum lainnya.

(21). Penjatuhkan hukuman disiplin yang melanggar ketentuan.

(22). Usul mutasi pegawai bawahan.

(23). Penilaian pelaksanaan dan menandatangani DP3 pagawai;

(24). Kerahasiaan pelaksanaan tugas;

(25). Penegakkan disiplin pegawai;

(26). Bimbingan dan arahan kepada pegawai bawahan.

c) Proses dan Sistem Pendaftaran Wajib Pajak

Dalam pendaftaran baik orang pribadi maupun badan, pendaftaran diperlukan syarat:

(1). Fotocopy KTP (Kartu Tanda Penduduk) atau Paspor.

(2). Fotocopy KK (Kartu Keluarga).

(3). Mengisi Formulir Pendaftaran.

(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Jakarta dan data tersebut akan direkam oleh Seksi PDI (Perekam, Data dan Informasi) sebagai data pemberkasan.

f. Uraian Jabatan Kepala Seksi PDI

1) Nama Jabatan Struktural: Kepala Seksi PDI

a) Wewenang:

Seksi PDI adalah pengumpulan, pencairan dan pengolahan data, pengamatan potensi pepajakan, serta penyajian informasi perpajakan. Penjabaran fungsi ini akan diuraikan dalam sub-sub selanjutnya

[image:51.595.149.515.226.545.2]

2) Sruktur Organisasi PDI

Gambar 3. Struktur Organisasi PDI

(Sumber : Struktur Oraganisasi Kantor Pajak Pratama Modern di Indonesia).

Keterangan :

a) Seksi PDI dikepalai oleh seorang kepala seksi yang memperoleh

tugas dan pengarahan dari kepala Kantor Pelayanan Pajak, serta mengajukan usul, saran dan pendapat kepada kepala kantor pajak.

KEPALA SEKSI

OPERATOR PENGOLAH

PENATA USAHA

(52)

commit to user

b) Bawahan kepala seksi PDI adalah para petugas yang terbagi

manjadi Penata Usaha Data dan informasi, Operator Console serta pengolah data dan informasi.

3) Tugas Seksi PDI

Sesuai dengan fungsinya, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 161/KM.1/2005 tanggal 7 Juni 2005 tentang uraian jabatan struktural dan pelaksanaan kanwil DJP Jakarta khusus, kanwil DJB wajib pajak besar, KPP di lingkungan kanwil DJP wajib pajak besar, seksi PDI bertugas melaksanakan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filling serta penyiapan laporan kerja.

Tugas-tugas seksi PDI dapat dikelompokan menjadi tiga bagian :

a) Pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,

perekam dokumen perpajakan. Tugas ini dilaksanakan oleh pengolah data dan informasi.

b) Pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT

dan e-filling. Keberadaan operator console akan berperan dalam tugas ini.

c) Penyajian laporan kinerja, yang dilaksanakan oleh penata usaha

data dan informasi.

4) Uraian Tugas dan Kegiatan

a) Penataanusahaan data dan informasi.

b) Tugas-tugas penataanusahaan data informasi meliputi :

(1). Penyusunan rencana kerja seksi PDI sebagai bahan penyusun

(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(2). Penyusunan estimasi penerimaan pajak. Tugas ini

dilaksanakan dengan seksi pengawasan dan konsultasi yang menghitungan potensi penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, faktor ekonomi makro.

(3). Penataanusahaan surat masuk dan keluar.

(4). Penyusunan konsep tanggapan Laporan Hasil Pemeriksaan

(LHP) dari aparat fungsional maupun pengwasan masyarakat yang berkaitan dengan seksi PDI.

(5). Penyusunan konsep surat tanggapan atas permasalahan yang

berkaitan dengan seksi PDI.

c) Output dari penatausahaan data dan informasi adalah :

(1). Rencana kerja seksi PDI.

(2). Kompilasi estimasi penerimaan pajak.

(3). Administrasi surat masuk/keluar.

(4). Konsep tanggapan laporan hasil pemeriksaan.

(5). Konsep surat tanggapan permasalahan yang berkaitan dengan

seksi PDI.

(6). Laporan kinerja dan laporan berkala lainnya seksi PDI.

(7). Pelayan dukungan teknis.

d) Tugas dan pelayanan dukungan teknis meliputi :

(1). Pengumpulan dan pengolahan data. Dalam tugas ini

melibatkan operator console dan pengolah data dan informasi.

(2). Updating data.

(3). Pemberian dukungan teknis implementasi aplikasi SPT,

(54)

commit to user

(4). Teknis operasional komputer, pemeliharaan basis data, back

up data, transfer data recovery data, software dan hardware, jaringan komputer.

(5). Penyajian informasi perpajakan.

e) Hasil kerja dari kegiatan ini berupa :

(1). Upload data elektronik ke sistem aplikasi.

(2). Updating data dalam sistem administrasi perpajakan.

(3). Sosialisasi e-SPT dan e-filling.

(4). Pemeliharaan basis data, back-up data, transfer data, jaringan

komputer.

(5). Pengolahan data informasi.

f) Tugas-tugas pengolahan data dan informasi ini meliputi :

(1). Pengumpulan dan pengolahan data.

(2). Peminjaman dan penya

Gambar

Gambar 4. Kewajiban Hal yang Diperiksa (Jenis SPT) ..................................
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Gambar 3. Struktur Organisasi PDI
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sistem self assessment Wajib Pajak Orang Pribadi Melalui e-SPT di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta dilaksanakan sesuai dengan

Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Tentang Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak (Survei atas Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor

Klasifikasi Pajak Penghasilan Atas Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2012 dan 2013 Pada KPP Pratama Medan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh persepsi wajib pajak orang pribadi tentang sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak orang pribadi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh persepsi wajib pajak orang pribadi tentang sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak orang pribadi

Pelayanan Fiskus , dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Survey pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang

Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi Manual pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam... Tata Cara Pendaftaran

Hasil yang penulis peroleh bahwa pelaksanaan e-SPT Tahunan bagi wajib pajak orang pribadi belum berjalan dengan optimal karena sosialisasi yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan