KAJIAN PUSTAKA
A. Kasih Sayang Orang Tua
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kasih Sayang Orang Tua
Dinamika kehidupan yang terus berkembang membawa
konsekuensi tertentu terhadap kehidupan keluarga. Banyaknya tuntutan
kehidupan yang menerpa keluarga serta bergesernya nilai-nilai dan
pandangan tentang fungsi dan peran anggota keluarga menyebabkan
struktur, pola hubungan dan gaya hidup keluarga banyak mengalami
perubahan. Kalau dahulu biasanya seorang ayah berperan sebagai
pencari nafkah tunggal dan ibu sebagai pengelola ulama kehidupan
dirumah, maka sekarang tidak lagi seperti itu. Begitu pula kebiasaan
hidup lama dalam keluarga besar, sekarang mereka hidup dalam
keluarga kecil.
Terlepas dari bentuk dan wujud perubahan-perubahan yang
terjadi, pergeseran-pergeseran tersebut membuat semakin
kompleksnya permasalahan-permasalahan yang dialami keluarga yang
pada gilirannya akan memberikan dampak tertentu terhadap
perkembangan anak untuk dapat berkembang secara sehat dan sejalan
dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat, dengan sendirinya
anak perlu melakukan penyesuaian. Ragam dan jenis permasalahan
keluarga tentunya sangat bermacam-macam yang merupakan dampak
penghambat kasih sayang orang tua terhadap anak. Adapun
permasalahan utama yang lazim dialami, yakin masalah ekonomi,
orang tua yang bekeija dan perceraian (Zaenal Abidin, 2008).
a. Ekonomi
Keadaan sosio-ekonomi keluarga tentulah mempunyai
peranan terhadap perkembangan anak-anak apabila kita pikirkan,
bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan
material yang dihadapi anak di dalam keluarga itu lebih luas, ia
bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan
apabila tidak ada alat-alatnya. Orang tua yang hidup dalam status
sosio-ekonomi serba cukup dan kurang mengalami tekanan-
tekanan fundamental seperti dalam memperoleh nafkah hidupnya
yang memadahi, orang tua tersebut dapat mencurahkan perhatian
dan kasih sayang yang lebih mendalam kepada pendidikan anaknya
apabila ia tidak disulitkan dengan kebutuhan-kebutuhan primer
kehidupan manusia.
Tetapi status sosio-ekonomi itu tidak merupakan faktor
yang mutlak dalam pemberian kasih sayang, sebab hal itu
bergantung pada sikap-sikap orang tunya dan bagaimana corak
interaksi di dalam keluarga itu. Walaupun status sosio-ekonomi
orang tua memuaskan, tetapi apabila mereka itu tidak
memperhatikan pada anaknya atau senantiasa bercekcok, hail itu
juga tidak menguntungkan perkembangan sosial anak-anaknya.
Pada akhirnya, perkembangan pendidikan anak itu turut ditentukan
pula oleh sikap-sikap anak terhadap keadaaan kelurganya.
b. Orang tua bekerja
Disamping adanya tuntutan ekonomi, pergeseran
pandangan tentang peran wanita telah mendorong banyak ibu
rumah tangga sekarang yang turut bekerja mencari nafkah. Hal
tersebut menarik di bahas karena berkaitan dengan kepentingan
menimbulkan masalah-masalah yang sangat serius bagi keluarga.
Studi-studi tentang para ayah yang tidak bekerja menunjukkan
bahwa mereka sangat stress, cemas, berfikiran kacau, depresi serta
mengalami susah tidur dan cendrung mudah tersinggung dan
berlaku kasar, baik terhadap, istri maupun terhadap anak.
Pada saat yang sama, ibu dan anak juga lazimnya ikut
cemas tentang masa depan ekonomi keluarga sehingga semua
anggota keluarga juga ikut gelisah. Pada mereka juga kadang-
kadang tumbuh sikap-sikap negatif terhadap si ayah. Ibu menjadi
kesal dan jengkel melihat ayah yang phanya luntang lantung,
begitu juga anak-anak, kehilangan figur ayah yang dapat
dibanggakan. Lebih jauh lagi, kondisi tersebut bisa menyebabkan
kurangnya kebanggaan anggota keluarga terhadap keluarganya
sendiri, terutama disaat bercerita dengan tetangga, teman atau
dengan anggota masyarakat lainnya.
Ayah yang bekeija lazimnya lebih memperlihatkan rasa
harga diri. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu dan
menyibukkan diri dengan pekeijaan dan tugas-tugasnya dikantor
sehingga mereka melupakan tanggung jawabnya sebagai seorang
ayah dan menyerahkan sepenuhnya tanggung jaw ab untuk
mendidik anak kepada seorang ibu. Dalam kasus ibu yang bekeija
dan bentuk persoalannya manjadi lain bagaimanapun pekeijaan
sehingga porsi waktu dan tenaga untuk keluarga menjadi
berkurang. Bagi ibu yang tidak bisa mengatur waktu dan tenaganya
secara profesional hal tersebut dapat membuat tidak terkontrolnya
lagi kondisi rumah dan prilaku anak-anak bisa merasa tidak di
perhatikan dan kurang kasih sayang seharian prilakunya mungkin
menjadi liar, dan pendidikan anak pun akan bermasalah kesehatan
anak juga mungkin kurang terawat dan begitu pula proses
perkembangannya bisa mengalami banyak hambatan.
Permaslahan-permasalahan tersebut sangat mungkin terjadi dan
tidak jarang kita temui dalam kehidupan sehari-hari,
c. Perceraian
Walaupun perceraian itu tidak diharapkan, namun sebagian
keluarga mangalaminya. Tentunya banyak faktor dan alasan yang
bisa memaksa pasangan dalam sebuah keluarga untuk bercerai,
namun pada intinya hal itu disebabkan oleh ketidaksesuaian atau
perselisihan yang tidak bisa didamaikan lagi. Terlepas dari faktor
dan alasan yang menyebabkan sebuah keluarga bercerai, peristiwa
perceraian dapat mengakibatkan konsekuensi-konsekuensi serius
terhadap keluarga yang pada gilirannya akan mempengaruhi
perkembangan prilaku anak. Bukan hanya ikatan perkawinan yang
akan berantakan, tetapi anak juga yang menjadi korban.
Perceraian orang tua dapat merupakan suatu peristiwa yang
keluarganya. Perceraian menlahirkan perubahan drastis yang bisa
membingungkan dan memunculkan berbagai konflik, baik bagi
orang tua maupun bagi anak.
Persoalan lain yang muncul karena perceraian adalah
dialaminya tekanan-tekanan psikologis. Dengan bercerai orang tua
harus mengatur dan mengurus keluarga sendirian. Ia mungkin
harus mengerjakan hampir segenap pekerjaan rumah tangga yang
sebelumnya tidak dilakukan. Kadang — kadang orang tua menjadi
sibuk dan kondisi rumah tangga menjadi semrawut. Beberapa
orang tua yang bercerai kadang-kadang merasa sangat terisolasi
dari teman-temannya yang biasa dekat dengannya. Para orang tua
yang bercerai sering dihantui oleh rasa stress dengan
perkawinannya. Mereka kadang-kadang menyesali peristiwa itu
tetapi tak dapat berbuat banyak dalam menghadapinya. Emosi
mereka kadang tidak stabil, mudah marah diliputi kesedihan, tidak
riang dan sebagainya.
Berbagai persoalan yang dihadapai orang tua tersebut di atas,
pada akhirnya terekspresikan disaat berinteraksi dengan anak,
mereka mungkin mengisolasi diri secara diri secara emosional
terhadap diri anak, mudah marah dan berprilaku agresif terhadap
anak, berupaya mempengaruhinya supaya lebih dekat dengan diri
mereka dari pada bekas pasangan mereka, kurang bisa merawat
lainnya pendeknya mereka tidak mampu lagi menjalankan tugas-
tugas keorang tuanya secara efektif.
Kondisi dan iklim yang kurang harmonis di atas, pada
akhirnya bisa berdampak lebih jauh terhadap pembentukan prilaku
dan pribadi anak, serta peningkatan kreativitas pendidikan anak.
Bila dibandingkan dengan anak yang lebih muda atau yang lebih
tua disaat perceraian orang tua terjadi. Kelompok anak ini
memperlihatkan kecendrungan yang lebih rendah dalam fungsi-
fungsi internal (integrasi, psikologi, stabilitas, emosi, ketangguhan
struktur, defenisif dan penimbangan realitas). Kompetensi sekolah
dan salam hubungan sosial. Selain itu, kelompok anak tersebut
sering menutupi ketidak bahagiaan mereka tentang hubungan masa
kini dan masa yang akan datang dengan memperhatikan
konfomitas terhadap harapan-harapan sosial. Singkatnya, seluruh
anggota keluarga, baik terhadap orang tua lebih-lebih terhadap
anak, karena seorang anak akan merasa kehilangan kasih sayang
dan perhatian dari orang tuanya sehingga mereka merasa tersisih
bahkan yang lebih parah mereka tidak peduli pada dirinya sendiri
dan pendidikannya, karena kehilangan motivasi pada mereka