(Studi Kasus p a d a Siswa SD N egeri Lebak K ecam atan Bringin
K abupaten Sem arang Tahun 2010)
S K R I P S I
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
M U N T A M A HNIM: 11408064
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
S A L A T I G A
SALATIGA
J l Tentara T d a ja r 02 I'd p (II2W)J2.< 706 .i 2.d . d Fax. J 2 .d .U Salatiga30 7 2 1 Website : w \\‘w..stainsahmea. ue. id E-mail: adm inistrasi u■siainsalliMa. ae. m
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudari:
Nama : MUNTAMAH
NIM : 114 08 064
Jurusan : Tarbiyah
Program S tudi: Pendidikan Agama Islam
Judul : HUBUNGAN ANTARA KASIH SAYANG ORANG
TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR (STUDI KASUS
PADA SISWA SD NEGERI LEBAK KECAMATAN
BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010)
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, Juli 2010
Pembimbing,
Prof. Dr. H. Muh Zuhri, M.A.
SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Teip. (0298)323706. 323433 Fax. 323433 Salatiga 50721 Website : wwn'.siainsalatiea. ac. t d. E-mail: administrasi a stuinsaitiaa. ae. ia
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi Saudari: M UNTAMAH dengan Nomor Induk Mahasiswa: 114 08 064
yaang berjudul ’’HUBUNGAN ANTARA KASIH SAYANG ORANG TUA
DENGAN M OTIVASI BELAJAR(STUDI KASUS PADA SISW A SD
N EG E R I LEBAK KECAM ATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2010)” telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan
Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada hari Sabtu,
28 Agustus 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Satjana Pendidikan Islam (S.Pd.I).
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : MUNTAMAH
NIM : 114 08 064
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan lain yang
terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, Juli 2010
Yang menyatakan,
B a ra n g sia p a tid a k m engasihi, m aka tid a k akan d ika sih i
KARYA INI KUPERSEMBAHKAN KEPADA:
KEDUA ORANG TUAKU TERCINTA YANG SENANTIASA MEMBERIKAN
D O ’A RESTU.
SUAMIKU MUZAMIL DAN ANAK-ANAKKU TERSAYANG
ULISSA’ADAH, ROZIKIN DAN KHOIRUL BARIYYAH
TEMAN-TEMAN SEPERJUANGAN DAN ORANG-ORANG YANG TELAH
MEMBANTU SERTA BERJASA MENJADIKAN KU SEPERTI SEKARANG INI.
Alhamdulillahirabbil’alamin penulis ucapkan sebagai rasa syukur
kehadirat Allah SWT, karena dengan pertolongan-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.
Shaiawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW, nabi akhiruz zaman yang senantiasa kita nantikan syafa’atnya kelak di
yaumil qiyamah. Amin.
Penyusunan skripsi dengan judul “HUBUNGAN ANTARA KASIH
SAYANG ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR (STUDI KASUS
PADA SISWA SD NEGERI LEBAK KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN
SEMARANG TAHUN 2010)” ini, adalah untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar akademik saijana pendidikan dalam bidang Islam di Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan
lancar tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
2. Prof. Dr. H. Muh Zuhri, M.A. selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan hingga akhir penyusunan skripsi ini.
bermanfaat bagi penulis.
4. Muh Kusnanto, A.Ma selaku Kepala Sekolah SD Negeri Lebak
Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang yang telah memberikan
izin dan data-data yang dibutuhkan selama proses penelitian.
5. Rekan guru SD Negeri Lebak yang telah memberikan dukungan
dan bantuan baik moril maupun materiil.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah memberikan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
Selanjutnya penulis hanya bisa berdo’a “Jazakumullah khairal jaza’”,
semoga Allah membalasnya dengan yang lebih baik.
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis membuka tangan lebar-lebar terhadap kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya, penulis hanya bisa berharap semoga skripsi ini bermanfa’at
bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.
Salatiga, Juli 2010
Penulis
Muntamah. 2010. Hubungan antara Kasih Sayang Orang Tua dengan Motivasi Belajar (studi kasus pada siswa SD Negeri Lebak Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 2010). Skipsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Prof. Dr. H. Muh Zuhri, M.A.
Kata kunci: kasih sayang orang tua dan motivasi belajar
Penelitian ini merupakan pembuktian dari salah satu unsur dalam mencapai tujuan pendidikan agar berhasil dengan baik dan optimal. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimana variasi kasih sayang orang tua di SD Negeri Lebak Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 2010?, (2) bagaimanakah motivasi belajar siswa SD Negeri Lebak Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 2010?, (3) adakah hubungan yang signifikan antara kasih sayang orang tua dengan motivasi belajar siswa SD Negeri Lebak Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 2010?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan metode penelitian lapangan.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan didapat beberapa temuan yaitu: (1) hubungan kasih sayang orang tua di SD Negeri Lebak Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 2010 masuk kategori sedang dengan nilai 53,5%, (2) motivasi belajar siswa SD Negeri Lebak Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 2010 juga masuk dalam kategori sedang dengan nilai 62,8 %, (3) ada hubungan yang signifikan antara kasih sayng orang tua dengan motivasi belajar siswa SD Negeri Lebak Kecamtan Bringin Kabupaten Semarang, dibuktikan dengan hasil penghitungan yaitu 0,912 yang berada di atas koefisien tabel, baik taraf 5% yaitu 0,301 maupun taraf 1% yaitu 0,389.
Berdasarkan penelitian ini dihasilkan rekomendasi bagi orang tua siswa untuk lebih meningkatkan kasih sayang kepada anak-anaknya, karena terbukti pemberian kasih sayang orang tua kepada anak sangat berhubungan dengan motivasi belajar siswa.
HALAMAN JU D U L ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN KELU LU SA N... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... iv
HALAMAN M OTTO... v
HALAMAN PERSEM BAHAN... vi
KATA PENGANTAR... vii
ABSTRAKSI... ix
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xiii
BAB I: PENDAHULAN A. Latar Belakang M asalah... 1
B. Rumusan M asalah... 8
C. Tujuan Penelitian... 8
D. Hipotesis Penelitian... 9
E. Kegunaan Penelitian... 9
F. Definisi Operasional... 10
G. Metode Penelitian... 12
1. Lokasi dan Waktu Penelitian... 13
2. Populasi, Sampel dan Variabel Penelitian... 14
3. Metode Pengumpulan D ata... 14
4. Analisis D ata... 15
BAB II: KAJIAN PUSTAKA
A. Kasih Sayang Orang T u a ... 18
1. Pengertian Kasih Sayang Orang T u a ... 18
2. Bentuk-bentuk Kasih Sayang Orang Tua terhadap A nak... 21
B. Motivasi Belajar A nak... 32
1. Pengertian Motivasi B elajar... 32
2. Jenis-jenis M otivasi... 37
3. Fungsi dan Pentingnya Motivasi... 37
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi M otivasi... 37
5. Upaya untuk Meningkakan Motivasi Belajar Anak... 38
C. Hubungan Kasih Sayang Orang Tua dengan Motivasi Belajar A nak... 38
BAB III: LAPORAN PENELITIAN A. Keadaan Umum... 40
1. Letak Geografis... 40
2. Sejarah B erdirinya... 40
3. Keadaan Sarana dan Prasarana... 41
4. Strktur O rganisasi... 42
5. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa... 44
B. Penyajian D a ta ... 46
1. Data Responden... 46
2. Data Hasil Angket tentang Kasih Sayang Orang Tua... 48
BAB IV: ANALISIS DATA
A. Pengelolaan D a ta ... 52
B. Analisis D ata... 61
C. Pengujian H ipotesis... 68
BAB V: PENUTUP
A. K esimpulan... 70
B. Saran-saran... 71
TABEL 1.1. Latar Belakang Orang Tua Siswa ... 4
TABEL 1.2. Jumlah Populasi dan Sam pel... 13
TABEL 3.1. Data Perlengkapan SD Negeri Lebak Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang... 42
TABEL 3.2. Guru dan Karyawan SD Negeri Lebak Tahun 2010... 45
TABEL 3.3. Perincian Jumlah Sisw a... 45
TABEL 3.4. Daftar Nama Responden... 46
TABEL 3.5. Data Hasil Angket tentang Kasih Sayang Orang Tua... 48
TABEL 3.6. Data Hasil Angket tentang Motivasi Belajar Anak... 56
TABEL 4.1. Nilai Jawaban Angket Kasih Sayang Orang Tua Siswa SD Negeri Lebak Tahun 2 0 1 0 ... 53
TABEL 4.2. Nominasi Jawaban Angket Kasih Sayang Orang Tua Siswa SD Negeri Lebak Tahun 2 0 1 0 ... 56
TABEL 4.3. Persentase Jawaban Angket Kasih Sayang Orang Tua Siswa SD Negeri Lebak T ahun 2 0 1 0 ... 57
TABEL 4.4. Nilai Jawaban Angket Motivasi Belajar Siswa SD Negeri Lebak Tahun 2010 ... 57
TABEL 4.5. Interval Jawaban Angket Motivasi Belajar Siswa SD Negeri Lebak Tahun 2010 ... 60
TABEL 4.6. Persentase Jawaban Angket Motivasi Belajar Siswa SD Negeri Lebak Tahun 2010 ... 61
Sayang Orang Tua dengan Motivasi Belajar Siswa SD Negeri
Lebak Tahun 2010 ... 62
TABEL 4.8. Tabel Kerja Product Moment Koefisien Korelasi Hubungan
Antara Kasih Sayang Orang Tua dengan Motivasi Belajar
Siswa SD Negeri Lebak Tahun 2 0 1 0 ... 64
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak dalam
sebuah keluarga, karena dilihat dari segi keturunan, orang tua mempunyai
hubungan yang erat terhadap anak sebagai buah hatinya. Sehingga peran orang
tua sangat menentukan. Khususnya dalam hal memberikan perhatian yang
besar sebagai wujud kasih sayang terhadap anak, yang dapat dijadikan
pendorong semangat belajar anak-anaknya.
Semangat belajar siswa banyak dipengaruhi oleh keadaan keluarga.
Ketenanganan dan kebahagiaan dalam keluarga akan memberikan dorongan
kepada anak untuk memenuhi tuntutan orang tuanya yaitu belajar dengan baik.
Hal tersebut dilakukan karena untuk membahagiakan orang tuanya.
Seorang anak akan merealisasikan kewajibannya apabila keluarganya
sudah memenuhi kewajibannya, yaitu sebagai orang tua yang bertanggung
jawab. Tanggung jawab orang tua tidak sekedar pemenuhan materi atau yang
bersifat materi saja, tetapi pemenuhan kebutuhan spiritual seperti kasih sayang
dalam keluarga, kemesraan, canda tawa, dan kebersamaan merupakan sesuatu
hal yang juga tidak kalah pentingnya.
Keluarga adalah wadah yang sangat penting di antara individu dan group
serta merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak-anak menjadi
anggotanya. Keluarga merupakan tempat untuk mengadakan sosialisasi
kehidupan anak-anak. Ibu, ayah dan saudara-saudaranya serta keluarga-
keluarga yang lain adalah orang-orang pertama di mana anak-anak
mengadakan kontak, serta yang pertama pula untuk mengajar pada anak-anak
itu sebagaimana dia hidup dengan orang lain. Sampai anak-anak memasuki
sekolah, mereka itu menghabiskan seluruh waktunya di dalam unit kelurga
(Ahmadi, 1991:108). Keluarga berperan menciptakan persahabatan, kecintaan,
rasa aman, hubungan antar pribadi yang bersifat kontinyu, semua itu
merupakan dasar-dasar bagi perkembangan kepribadian anak (Ahmadi, 1982:
55).
Anak sebagai makhluk biologis dipandang memerlukan perawatan serius
dari orang tua agar dapat tumbuh dan berkembang menurut fitrahnya. Menurut
Ulwan, anak memiliki berbagai kebutuhan biologis yang perlu dipenuhi secara
memadai dan tidak menyimpang dari kaidah kehidupan yang sehat maupun
kehidupan yang etis. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut ada hal-hal yang
patut dipenuhi seperti makan, minum, tidur, olah raga, kesegaran jasmani
(Ulwan, 1996:vii). Ulwan melihat anak sebagai makhluk yang pada prinsipnya
memiliki akal sehat yang dapat dan harus dimanfaatkannya untuk mencapai
ilmu. Visi tersebut menunjukkan pentingnya upaya orang tua dalam rangka
pengembangan dan pembibingannya. Upaya tersebut tidak dibatasi pada
tindakan verbal belaka, tetapi melibatkan seluruh aspek kehidupan seperti
dalam memenuhi kewajiban nafkahnya, menjaga kesehatannya (termasuk
kesegaran jasmaninya), dan membina tatacara kehidupan sehari-hari. Semua
terhadap anak, yang niscaya akan berkesan bagi kehidupan anak. Ini berarti
bahwa anak sebagai makhluk biologis dipandang memerlukan perawatan yang
serius dari orang tua agar dapat tumbuh berkembang menurut fitrahnya
(Ulwan, 1996:vii).
Berkaitan dengan hal tersebut anak juga dapat dipandang sebagai
penyenang hati bagi kedua orang tua sebagaimana firman Allah swt. dalam
QS. Al-Furqan (25): 74:
Artinya: Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kam i dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqw a”.(Depag RI, 1992:569).
Oleh karena itu Islam membebani orang tua dan pendidik dengan
tanggung jawab yang besar dalam mengajar anak-anak, menumbuhkan sikap
terlibat dalam mengembangkan kebudayaan dan ilmu serta memusatkan otak
mereka untuk memahami konsep secara maksimal, pengetahuan secara kritis,
kebijakan yang berimbang, dan persepsi yang matang lagi sehat (Ulwan,
1996:54-55).
Sekolah Dasar Negeri Lebak merupakan salah satu SD Negeri di
Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang. Sebagian besar orang tua siswa di
negeri yakni ke Arab Saudi. Sehingga kewajiban mengasuh anak diserahkan
kepada neneknya atau orang lain yang masih ada hubungan kekerabatan. Hal
ini mengindikasikan kurangnya perhatian orang tua kepada anak-anaknya.
Sebagai gambaran latar belakang orang tua siswa SD Negeri Lebak adalah
sebagaimana tersaji pada tabel 1.1 berikut ini:
Tabel 1.1
Latar Belakang Orang Tua Siswa
NO Nama Siswa Nama Ayah Nama Ibu Pekerjaan
Ayah
4 Arbi Maulidan Mulyana Lyandra Swasta IRT
5 Ari Zulianto Supardi Jatmi Swasta Buruh
6 Fitri Indiastuti Bejo Surani Munaziroh Buruh TKW
7 Galuh Setiawati Pumomo Siti Qodariyah Tani Tani
Agama
12 Ruli Puspa
Yuga
Abdul Hamid Ruliyatun Tani Petani
13 Budi Setiawan Sutamo Rukoyah Tani Buruh
14 Namira Lutfia
Abdul Karim Siti Handayani Buruh Buruh
18 A rif Munandar Kasmuni Siti Sudami Swasta Swasta
19 Putri Kumala
Sari
Sundori Siti Mukabaroh Swasta TKW
20 Qatrun Nada
Solihati
Muh Sholhin Lilis Kuniawati Swasta TKW
21 Selina Sifa
24 Ashara Denis Juwanda Suminah Buruh TKW
25 Francis Lukis
Alfeno
Nur Hadi Sri Utami Sopir Buruh
27 Oktafia Anjas
Novitasari
Sukarman Anjariyah Buruh IRT
28 Gita Lisara Supriyadi Katiyah Buruh Buruh
29 Ulissa’adah Sali Siti Khotijah Tani TKW
30 M. Fika Ulya
Ma’arif
Muh Basroni Umi Bahriyah Swasta IRT
31 Maulida Murtia
33 M. Rio Arianto Muh Waris Mazdalifah Kadus Karyawan
Kanindotex
34 Lilik Adi
Nugroho
Sarwadi Sudarmi Buruh Buruh
35 Agus Setiono Triyono Istirokhah Buruh TKW
36 Muhammad
Bejo Surani Siti Naziroh Tani TKW
42 Sisri
Widyaningsih
Sudardi Sumini Karyawan
Damatex
IRT
43 Zuli Wariyati Warjito Sopiyah Buruh Buruh
Fakta-fakta yang menunjukkan kurangnya perhatian dari orang tua
antara lain:
1. Keadaan orang tua yang tidak menunjukkan kasih sayang pada anak antara
lain:
a. Anak bersekolah dengan pakaian yang lusuh
b. Rambut tidak tersisir secara rapi
c. Anak berangkat sekolah tidak sarapan.
2. Motivasi belajar anak rendah:
a. Anak kadang-kadang tidak mengerjakan PR
b. Nilainya merosot
c. Sering mengantuk
Berbagai latar belakang di atas mendorong penyusun untuk mengadakan
penelitian di Sekolah Dasar Negeri Lebak Kecamatan Bringin, Kabupaten
Semarang Tahun 2010 dengan mengambil judul "HUBUNGAN ANTARA
KASIH SAYANG ORANG TUA DENGAN M OTIV A SI B ELA JA R
(Studi Kasus pada Siswa SD Negeri Lebak, Kec. Bringin, Kab. Semarang
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, pokok permasalahan yang muncul dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah variasi kasih sayang orang tua dari siswa SD Negeri Lebak,
Kec. Bringin, Kab. Semarang Tahun 2010?
2. Bagaimanakah variasi motivasi belajar anak pada siswa SD Negeri Lebak,
Kec. Bringin, Kab. Semarang Tahun 2010?
3. Adakah hubungan yang signifikan antara kasih sayang orang tua dengan
motivasi belajar anak SD Negeri Lebak, Kec. Bringin, Kab. Semarang
Tahun 2010?
C. Tujuan Penelitian
Agar dapat memberikan gambaran yang jelas dalam pelaksanaan
penelitian ini, maka perlu dirumuskan tujuan yang hendak dicapai, yaitu:
1. Mengetahui variasi kasih sayang orang tua dari siswa SD Negeri Lebak,
Kec. Bringin, Kab. Semarang Tahun 2010.
2. Mengetahui variasi motivasi belajar anak pada siswa SD Negeri Lebak,
Kec. Bringin, Kab. Semarang Tahun 2010.
3. Untuk mengetahui adakah hubungan yang signifikan antara kasih sayang
orang tua dengan motivasi belajar anak SD Negeri Lebak, Kec. Bringin,
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto, 2006:71). Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar
dan mungkin salah. Dia akan ditolak jika salah dan akan diterima jika fakta-
fakta membenarkan (Hadi, 1981:63).
Dengan meninjau kedua pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa hipotesis adalah dugaan atau kesimpulan yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian yang mungkin bisa benar dan mungkin juga
salah. Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis alternatif (Ha)
Ada hubungan positif antara kasih sayang orang tua dan motivasi belajar
anak pada siswa SD Negeri Lebak, Kec. Bringin, Kab. Semarang Tahun
2010
.
2. Hipotesis Nol (Ho)
Tidak ada hubungan yang signifikan antara kasih sayang orang tua dan
motivasi belajar anak pada siswa SD Negeri Lebak, Kec. Bringin, Kab.
Semarang Tahun 2010.
E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas
belajar anak pada siswa SD Negeri Lebak, Kec. Bringin, Kab. Semarang
Tahun 2010.
F. Definisi O perasional
Agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda, maka penulis perlu
memberikan penjelasan terhadap kata-kata yang digunakan dalam judul
penelitian ini. Istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut:
a. Hubungan
Yang dimaksud hubungan adalah: ikatan; pertalian (Tim Penyusun KBBI,
2007:409). Dalam hal ini adalah ada tidaknya keterkaitan antara kasih
sayang orang tua dengan motivasi belajar anak.
b. Kasih sayang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kasih berarti memberi
(Tim Penyusun KBBI, 2007:512), sedangkan sayang berarti cinta kepada
(Tim Penyusun KBBI, 2007:512). Secara kongkrit yang dimaksud kasih
sayang adalah perasaan cinta atau sayang kepada seorang anak.
c. Orang tua
Menurut KBBI, yang dimaksud orang tua adalah ayah, ibu
kandung, orang yang dianggap tua, cerdik, pandai, ahli (Tim Penyusun
KBBI, 2007:802). sedangkan Zakiah Daradjat, mengartikan orang tua
adalah sebagai pembina pribadi yang pertama dalam kehidupan anak
(Daradjat, 1996:56).
Indikator kasih sayang orang tua antara lain adalah:
b. Bersikap lemah lembut pada anak (Istadi, 2003:10).
c. Membangun komunikasi produktif dengan anak (Istadi, 2003:95).
d. Mendidik kretif dan rekreatif terhadap anak (ibid: 104).
e. Memenuhi kebutuhan belajar anak (Ahmadi, 1999:290).
f. Memberikan bimbingan dan arahan kepada anak (Ahmadi dan
Rohani, 1991:1).
g. Membicarakan setiap persoalan dan hal-hal penting anak dengan
bijaksana.
d. Motivasi Belajar
Motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan
individu, yang menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu yang
mendorong atau menggerakan individu tersebut melakukan kegiatan demi
mencapai suatu tujuan (Sukmadinata, 1991:61). Belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
1991:2).
Sedangkan motivasi belajar yang penyusun simpulkan dari buku-
buku literatur adalah kekuatan yang menjadi pendorong individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
Adapun indikator-indikator motivasi belajar adalah sebagai
berikut:
a. anak gemar membaca dan mencatat materi pelajaran (Kartono, 1990:
138);
b. anak gemar bertanya terhadap hal yang belum diketahui (Istadi,
2003:121);
c. tertib mengetjakan tugas-tugas yang diberikan oleh Bapak/Ibu guru
(Tim Penulis Buku Psycologi Pendidikan, 1993: 119);
d. aktif mengikuti kegiatan les maupun ekstrakurikuler (Mustofa, 2007:
26);
e. anak mau memanfaatkan perpustakaan sekolah (Mustofa, 2007: 26).
G. Metode Penelitian
Ketepatan dalam menggunakan metode penelitian adalah syarat utama
dalam pengumpulan data. Adapun metode yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Sekolah Dasar Negeri Lebak, Kec.
Bringin Kab. Semarang, sedangkan waktu penelitian adalah: tanggal 1
2. Populasi, Sampel dan Variabel Penelitian
a. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,
2006:130). Sedangkan Sutrisno Hadi mengatakan “semua individu
untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu
hendak digeneralisasikan, disebut populasi atau universe (Sutrisno
Hadi, 1981: 70).
Berdasarkan dua pendapat di atas populasi adalah seluruh
individu atau penduduk dalam wilayah penelitian yang nantinya akan
dikenai hasil peneitian. Populasi dalam penelitian ini mencakup
seluruh siswa kelas III, IV, V dan VI SD Negeri Lebak, Kec. Bringin,
Kab. Semarang Tahun 2010 yang beijumlah 43 anak yang terbagi
dalam beberapa kelas sesuai tabel berikut:
TABEL 1.2
Jumlah Populasi dan Sampel
No Kelas Jumlah
1 III 12
2 IV 12
3 V 9
4 VI 10
Jumlah 43
Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki (Hadi, 1981:70).
Berdasarkan penetapan sampel milik Suharsimi Arikunto, bahwa
sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100. lebih
baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi (Arikunto, 2006:134). Jadi sampel dalam penelitian ini
berjumlah 43 siswa,
b. Variabel
Dalam penelitian ini ada dua variabel yang menjadi fokus
penelitian yaitu kasih sayang orang tua sebagai variabel pertama dan
motivasi belajar anak siswa kelas III, IV, V dan VI SD Negeri Lebak,
Kec. Bringin, Kab. Semarang Tahun 2010 sebagai variabel kedua.
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Metode angket
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto,
2006:151). Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang
berhubungan dengan kasih sayang orang tua dengan motivasi belajar
anak.
Pembagian angket pada responden dilakukan setelah mendapat
izin dari kepala sekolah. Penulis menjelaskan kepada responden
dan responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, yang
dianggap paling sesuai dengan pribadinya.
b. Metode Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data dimana
peneliti mengadakan pengamatan langsung kelapangan mengenai
gejala gejala yang di selidiki (Margono, 2003: 159). Pengumpulan
data melalui observasi dilakukan dalam situasi sebenarnya maupun
dilakukan dalam situasi khusus.
Adapun metode ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data
tentang keadaan umum dari SDN Lebak kec. Bringin kab.
Semarang.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai motivasi belajar siswa di sekolah dan gambaran umum
mengenai keadaan guru, siswa serta sarana pembelajaran.
4. Analisis Data
a. Untuk mengetahui data tentang variasi kasih sayang orang tua
dengan motivasi belajar anak digunakan analisis persentase (%).
Untuk itu dicari lebih dahulu intervalnya dengan rumus sebagai
berikut:
i = fXt - Xr) + 1
3
Xt = Skor total tertinggi
Xr = Skor total terendah
b. Sedangkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kasih sayang
orang tua dengan motivasi belajar anak kelas III, IV, V dan VI pada
SD Lebak, Kec. Bringin, Kab. Semarang Tahun 2010, maka
digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Rxy : koefisien korelasi variabel x dan variabel y
xy : produk dari x dan y
x : variabel I (kasih sayang orang tua)
y : variable II (motivasi belajar anak)
N : jumlah responden
Untuk melihat keeratan atau kuat tidaknya hubungan antara kasih
sayang orang tua (x) dengan motivasi belajar anak (y) dapat
dipedomani klasifikasi dari korelasi sebagai berikut:
a. r -1, hubungan x dan y sempurna dan positif (mendekati 1
hubungan sangat kuat dan positif
b. r - 0, hubungan x dan y sangat lemah atau tidak terdapat
hubungan sama sekali
c. r - - 1, hubungan x dan y sempurna negatif (mendekati -1,
hubungan sangat kuat dan negatif)
H. Sistematika
Untuk memudahkan pemeriksaan dan agar pembaca segera mengetahui
pokok-pokok pembicaraan skripsi ini, maka diusahakan untuk memberikan
gambaran mengenai skripsi ini dengan mengelompokkan menjadi lima bagian.
Penulisan skripsi ini menggunakan sistematika sebagai berikut:
BAB I : Merupakan pendahuluan dari penulisan ini yang berisikan tentang
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
hipotesis penelitian, manfaat hasil penelitian, definisi operasional,
kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan laporan
BAB I I : Pada bab ini akan dibahas mengenai kasih sayang orang tua,
motivasi belajar anak, serta hubungan antara kasih sayang orang tua
dengan motivasi belajar anak.
BAB I I I : Bab ini merupakan penggambaran dari objek penelitian yang
meliputi: letak geografis, sejarah, sarana prasarana, struktur
organisasi, keadaan guru, karyawan dan siswa dari SD Negeri Lebak
Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang serta penyajian data
penelitian.
BAB IV: Dalam bab ini akan dibahas tentang analisis data, analisis lanjut, dan
analisis dari hipotesis.
BAB V : Bab ini adalah akhir dari uraian dalam penulisan skripsi. Dalam bab
ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dan saran bagi pihak-pihak
KAJIAN PUSTAKA
A. Kasih Sayang Orang Tua
1. Pengertian Kasih Sayang Orang Tua
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kasih berarti perasaan
sayang, cinta, suka kepada (Tim Penyusun KBBI, 2007:512) dan sayang
mempunyai arti cinta (Tim Penyusun KBBI, 2007:512). Secara kongkrit
yang dimaksud kasih sayang adalah perasaan cinta atau sayang kepada
seorang anak.
Cinta adalah emosi terpenting dalam kehidupan manusia. Ia adalah
faktor terpenting dalam menyatukan hati antar manusia dan
pembentukan kasih sayang di antara sesama manusia (Az-Zahrani,
2005:228). Sehingga dalam hal ini kata-kata kasih sayang mempunyai
pengertian yang sama dan saling melengkapi, yaitu adanya perasaan
sayang, suka, dan cinta terhadap sesuatu hal, dan dalam penulisan ini
yang menjadi objeknya adalah seorang anak.
Kasih sayang juga mengandung pengertian kelekatan. Kelekatan
adalah ikatan kasih sayang yang berkembang antara anak dengan
pengasuhnya (Bashori, 2003:31). Oleh karena ikatan kasih sayang ini
bersifat afeksional, maka kelekatan cenderung menetap pada diri
individu. Kelekatan juga terkait dengan kemampuan eksplorasi. Anak
yang aman kelekatannya akan dengan penuh percaya diri melakukan
eksplorasi lingkungan (Bashori, 2003:33). Dalam hal ini termasuk juga
eksplorasi terhadap ilmu pengetahuan.
Sedangkan orang tua adalah orang yang sudah tua, ibu-ibu, bapak-
bapak. Orang tua adalah orang yang dianggap tua pandai, cerdas (KBBI,
2007:802). Menurut Zakiah Daradjat, orang tua adalah pembina pribadi
yang pertama dalam kehidupan anak (Daradjat, 1970:56). Sehubungan
dengan penelitian ini penulis memberikan batasan pengertian bahwa
yang dimaksud orang tua di sini adalah ayah dan ibu, sebagai orang yang
dianggap tua dalam sebuah keluarga yang mempunyai hubungan darah.
Berpijak pada pengertian di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa kasih sayang orang tua adalah adanya rasa cinta,
senang, serta suka dari orang tua (ayah dan ibu kandung) sebagai
pembina pribadi terhadap anak dalam sebuah keluarga.
Kalau suatu keluarga dikaruniai anak, maka pada pundak orang tua
itulah dibebankan usaha bagaimana agar anak-anaknya berkembang
dengan wajar. Jadi anak tidak diterima begitu saja, diberi makan dan
pakaian tetapi diusahakan agar anak mampu berkembang dengan wajar.
Orang tua harus mampu membagi perhatiannya kepada semua objek di
dalam rumahnya. Sebab di dalam keluargalah terjadi interaksi antara
orang tua dan anak (Ahmadi, 1999:249).
Rasa kasih sayang adalah kebutuhan pokok dalam hidup manusia.
Anak yang kurang mendapat kasih sayang orang tua akan menderita
apalagi kalau kasih sayang orag tua terabaikan, maka hal ini akan
berakibat fatal bagi jiw a dan raga anak. Rasa cinta dan kasih sayang
orang tua yang dilimpahkan kepada anak akan membuat anak merasa
aman, tenang dan tentram (A-Zahrani, 2005:229).
Sehubungan dengan hal ini Musthofa Fahmi mengungkapkan
sebagai berikut: kebutuhan akan kasih sayang adalah kebutuhan pertama
yang ingin dipenuhi oleh anak. Si anak memerlukan suatu perasaan
bahwa ada kasih sayang yang memberikan kehangatan baginya.
Penelitian-penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa ketika anak lahir
ia berpindah dari temperatur stabil dan jauh dari pengaruh, kepada
kehidupan di luar rahim, yang panasnya berubah-ubah dan berbagai
pengaruh yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Oleh karena itu ia
memerlukan suatu pengganti yang mencakup pemeliharaan, kasih
sayang dan perasaan hangat dan santun (Fahmi, 1977:56).
Rasulullah saw. Juga memerintahkan agar orang tua selalu
menaruh kasih sayang kepada anak-anak mereka sebagaimana sabda
beliau:
ox s> ' * \ ;
J.
f a
4 * ill
&\ f a
j u
&
f a i J J J \
j a 4
j
Lt- J
j tf-
ySll J liiLJUr
J.
y V '«alpj
...Bahwasannya Abu Hurairah r a. Ia bekata: “Rasulullah saw.
mencium Al-Hasan bin Ali, ketika itu al-Aqro’ bin Habis At
Tamimi sedang duduk lalu berkata, ” sesungguhnya saya
mempunyai sepuluh anak, tetapi saya tidak pernah mencium
seorang pun dari mereka, maka Rasulullah saw. melihatnya
kemudian bersabda: “Barangsiapa tidak mengasihi maka tidak
akan dikasihi” (Hadits Bukhari Jus VII, 1992:99).
2. Bentuk-bentuk Kasih Sayang Orang Tua terhadap Anak
Realisasi dari kasih sayang orang tua kepada anak dapat berbentuk:
a Memperhatikan dan merawat kesehatan anak.
Cinta orang tua kepada anaknya adalah cinta yang fitrah.
Seorang ibu selama masa hamil, melahirkan dan menyusui sangat
terikat secara psikologis dengan anaknya, keterkaitan yang kuat
inilah yang akan memberikan pengaruh yang besar bagi seorang ibu
hingga ia mampu mencintai dan merawat anak-anaknya dengan
penuh cinta kasihnya (Az-Zahrani, 2005:245). Selain ibu, seorang
ayah juga berperan penting dalam sebuah keluarga. Karena ia
sebagai sumber kekuatan, pelindung dan juga kekuasaan bagi anak-
anaknya.
Kesehatan adalah faktor penting di dalam kehidupan seorang
anak. Karena badan yang sehat akan mendukung setiap aktifitas atau
kegiatan seorang anak, lebih-lebih sebagai seorang pelajar atau
dengan baik. Konsentrasinya akan terganggu dan pelajaran akan
sukar masuk (Ahmadi, 1991:284).
Jadi kewajiban orang tua adalah meneliti apakah ada penyakit
atau gangguan-gangguan lain pada anak. Dan jika ternyata ada,
segera memeriksakan ke dokter agar tidak terlambat, baik kesehatan
badan maupun kemajuan belajarnya.
Hal lain yang tak kalah penting adalah pemenuhan gizi yang
cukup dan seimbang dalam hal kebutuhan makan anak. Orang tua
memberikan makanan yang mengandung unsur makanan sehat,
seperti nasi, sayuran dan lauk pauk yang berprotein,
b Bersikap lemah lembut kepada anak.
Sebagian orang tua mengangap bahwa untuk meluruskan sikap
anak yang kurang baik harus ditempuh dengan cara-cara yang kasar
seperti menghukum, berkata keras dan kasar. Cara seperti itu tidak
akan berhasil, malah sebaliknya dapat menimbulkan dendam pada
diri anak (Istadi, 2003:10). Oleh karena itu terkadang orang tua
terlalu cepat memvonis nakal, malas, bandel atau bahkan durhaka
terhadap anak-anak mereka.
Berbuat lemah lembut pada anak, sama sekali bukan berarti
harus menuruti semua permintaan anak. Orang tua lebih dahulu
memahami pendapat dan keinginan anak yang sering konyol serta
tidak masuk akal kemudian dengan penuh kasih sayang mengarahkan
c Membangun komunikasi produktif dengan anak.
Orang tua harus mengetahui keadaan anak-anaknya baik pada
waktu sedang memiliki masalah seperti sedang sakit, lelah, lapar,
haus atau bosan. Sehingga orang tua perlu selalu berkomunikasi
dengan anak secara intensif. Kesediaan mendengar dan memahami
keluhan yang disampaikan anak penting untuk melancarkan
komunikasi (Istadi, 2003:95).
Seorang ibu yang berkomunikasi dengan anak akan dapat
menangkap perasaan dan keinginan anaknya sehingga dapat
memahami keinginannya dan ingin membantu memecahkan masalah
yang dirasakan (Balson, 1996:132).
d Mendidik kreatif dan rekreatif terhadap anak.
Sesungguhnya seorang ibu setelah selesai mengeijakan tugas
rumah tangga, masih bisa memanfaatkan waktu untuk mendidik
anak-anak mereka. Mendidik anak justru harus dimulai dari rumah.
Bermain bersama anak-anak, memahami dunia mereka. Ibu bisa
memberikan pelajaran apa saja lewat permainan (Istadi, 2003:104).
Seorang ibu dituntut untuk kreatif mendidik anak. Melakukan
kegiatan bersama dengan hal-hal yang menyenangkan dan
bermanfaat, akan membuat anak benar-benar menikmati kasih
Mendidik kretif dan rekreatif bagi anak dapat dilakukan dengan
cara: mengajak anak membuat cerita, karya seni, membelikan
majalah, buku bacaan dan kegiatan yang lain,
e Memenuhi kebutuhan belajar anak.
Bentuk kepedulian orang tua terhadap kebutuhan belajar anak-
anaknya ialah dengan cara: mencukupi kebutuhan belajar anak
misalnya buku tulis, buku diktat, LKS, pensil, bolpoin, tas, sepatu,
seragam dan peralatan lain yang dapat menunjang keberhasilan
belajar anak (Mustofa, 2007:19).
f Memberikan bimbingan dan arahan kepada anak.
Istilah bimbingan adalah arti dari guidance Bahasa Inggris
(Ahmadi dan Rohani 1991:1). Bimbingan adalah bantuan yang
diberikan kepada individu untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam
kehidupannya, agar supaya individu itu dapat mencapai
kesejahteraan hidupnya (Ahmadi dan Rohani, 1991:3).
Menurut Arthur J. Jones yang dikutip oleh Mustofa
memberikan pengertian guidance sebagai berikut: “Guidance is the
assistance given to individuals in making intelligent choices and
adjustment in their live the ability is not innate it must be developed,
the fundamental purpose o f develop is in each individual up to the
limit o f this capacity, the ability to solve his own problems and to
Sebagai bentuk kepedulian orang tua terhadap anak di rumah,
orang tua haruslah senantiasa mau dan mampu memberikan
bimbingan dan juga arahan kepada anak agar potensi anak mereka
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Karena tujuan utama
pemberian bimbingan adalah agar individu dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan, baik di sekolah, keluarga maupun masyarakat.
Yang dimaksud bimbingan dan arahan di sini adalah berupa
bantuan psikologi bagi anak, baik yang berhubungan dengan
kesehatan mental, rohani anak maupun yang lainnya. Misalnya,
orang tua membimbing anak, untuk selalu mengerjakan salat,
berdo’a, mengaji, berakhlak mulia, berkata sopan, mengerjakan
pekerjaan rumah, tugas-tugas sekolah dan lainnya,
g Membicarakan setiap persoalan dan hal-hal penting tentang
anak dalam keluarga dengan cara bijaksana.
Bilamana orang tua mampu menghindarkan diri dari dorongan
perasaan yang kurang baik dan berhasil menerapkan pendekatan
yang bersifat mendorong anak berbuat positif, pasti akan terjadi
perbaikan-perbaikan yang berarti dalam perilaku anak-anaknya.
Sehingga akan berkembang rasa percaya diri, tanggung jawab,
kooperatif dan kemandirian dalam diri anak (Balson, 1996:123).
Oleh karena itu peran orang tua sangat diperlukan bagi seorang anak
yang mengalami kesulitan atau persoalan-persoalan yang sedang
belajar menggunakan keluarga sebagai alat membantu perilaku anak-
anaknya. Orang tua adalah pemimpin keluarga yang bertugas
menyatukan keluarga untuk mencapai tujuan bersama. (Balson,
1996:125).
“Lembaga yang paling berpengaruh bagi orang tua untuk
membina keterikatan dalam keluarga sehingga angota-anggotanya
merasa ikut memiliki keluarganya dan mau ikut bertanggung jawab
adalah dewan keluarga” (Balson, 1996:126).
Dewan ini berguna untuk membahas materi atau hal-hal yang
berkaitan dengan tata tertib kehidupan bersama keluarga. Seperti
waktu tidur, bersantai, bepergian ke luar rumah, jadwal belajar,
beribadah, waktu makan, uang saku dan juga pembelian barang-
barang kebutuhan lainnya (Mustofa, 2007:64).
Rapat keluarga memberikan pengalaman bekerja bagi anak
tentang tata cara hidup demokratis, tentang cara mengambil
keputusan, tanggung jawab, di samping menumbuhkan simpati dan
kesadaran anak terhadap perasaan dan permasalahan orang lain
(Mustofa, 2007:64).
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kasih Sayang Orang Tua
Dinamika kehidupan yang terus berkembang membawa
konsekuensi tertentu terhadap kehidupan keluarga. Banyaknya tuntutan
kehidupan yang menerpa keluarga serta bergesernya nilai-nilai dan
pandangan tentang fungsi dan peran anggota keluarga menyebabkan
struktur, pola hubungan dan gaya hidup keluarga banyak mengalami
perubahan. Kalau dahulu biasanya seorang ayah berperan sebagai
pencari nafkah tunggal dan ibu sebagai pengelola ulama kehidupan
dirumah, maka sekarang tidak lagi seperti itu. Begitu pula kebiasaan
hidup lama dalam keluarga besar, sekarang mereka hidup dalam
keluarga kecil.
Terlepas dari bentuk dan wujud perubahan-perubahan yang
terjadi, pergeseran-pergeseran tersebut membuat semakin
kompleksnya permasalahan-permasalahan yang dialami keluarga yang
pada gilirannya akan memberikan dampak tertentu terhadap
perkembangan anak untuk dapat berkembang secara sehat dan sejalan
dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat, dengan sendirinya
anak perlu melakukan penyesuaian. Ragam dan jenis permasalahan
keluarga tentunya sangat bermacam-macam yang merupakan dampak
penghambat kasih sayang orang tua terhadap anak. Adapun
permasalahan utama yang lazim dialami, yakin masalah ekonomi,
orang tua yang bekeija dan perceraian (Zaenal Abidin, 2008).
a. Ekonomi
Keadaan sosio-ekonomi keluarga tentulah mempunyai
peranan terhadap perkembangan anak-anak apabila kita pikirkan,
bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan
material yang dihadapi anak di dalam keluarga itu lebih luas, ia
bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan
apabila tidak ada alat-alatnya. Orang tua yang hidup dalam status
sosio-ekonomi serba cukup dan kurang mengalami tekanan-
tekanan fundamental seperti dalam memperoleh nafkah hidupnya
yang memadahi, orang tua tersebut dapat mencurahkan perhatian
dan kasih sayang yang lebih mendalam kepada pendidikan anaknya
apabila ia tidak disulitkan dengan kebutuhan-kebutuhan primer
kehidupan manusia.
Tetapi status sosio-ekonomi itu tidak merupakan faktor
yang mutlak dalam pemberian kasih sayang, sebab hal itu
bergantung pada sikap-sikap orang tunya dan bagaimana corak
interaksi di dalam keluarga itu. Walaupun status sosio-ekonomi
orang tua memuaskan, tetapi apabila mereka itu tidak
memperhatikan pada anaknya atau senantiasa bercekcok, hail itu
juga tidak menguntungkan perkembangan sosial anak-anaknya.
Pada akhirnya, perkembangan pendidikan anak itu turut ditentukan
pula oleh sikap-sikap anak terhadap keadaaan kelurganya.
b. Orang tua bekerja
Disamping adanya tuntutan ekonomi, pergeseran
pandangan tentang peran wanita telah mendorong banyak ibu
rumah tangga sekarang yang turut bekerja mencari nafkah. Hal
tersebut menarik di bahas karena berkaitan dengan kepentingan
menimbulkan masalah-masalah yang sangat serius bagi keluarga.
Studi-studi tentang para ayah yang tidak bekerja menunjukkan
bahwa mereka sangat stress, cemas, berfikiran kacau, depresi serta
mengalami susah tidur dan cendrung mudah tersinggung dan
berlaku kasar, baik terhadap, istri maupun terhadap anak.
Pada saat yang sama, ibu dan anak juga lazimnya ikut
cemas tentang masa depan ekonomi keluarga sehingga semua
anggota keluarga juga ikut gelisah. Pada mereka juga kadang-
kadang tumbuh sikap-sikap negatif terhadap si ayah. Ibu menjadi
kesal dan jengkel melihat ayah yang phanya luntang lantung,
begitu juga anak-anak, kehilangan figur ayah yang dapat
dibanggakan. Lebih jauh lagi, kondisi tersebut bisa menyebabkan
kurangnya kebanggaan anggota keluarga terhadap keluarganya
sendiri, terutama disaat bercerita dengan tetangga, teman atau
dengan anggota masyarakat lainnya.
Ayah yang bekeija lazimnya lebih memperlihatkan rasa
harga diri. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu dan
menyibukkan diri dengan pekeijaan dan tugas-tugasnya dikantor
sehingga mereka melupakan tanggung jawabnya sebagai seorang
ayah dan menyerahkan sepenuhnya tanggung jaw ab untuk
mendidik anak kepada seorang ibu. Dalam kasus ibu yang bekeija
dan bentuk persoalannya manjadi lain bagaimanapun pekeijaan
sehingga porsi waktu dan tenaga untuk keluarga menjadi
berkurang. Bagi ibu yang tidak bisa mengatur waktu dan tenaganya
secara profesional hal tersebut dapat membuat tidak terkontrolnya
lagi kondisi rumah dan prilaku anak-anak bisa merasa tidak di
perhatikan dan kurang kasih sayang seharian prilakunya mungkin
menjadi liar, dan pendidikan anak pun akan bermasalah kesehatan
anak juga mungkin kurang terawat dan begitu pula proses
perkembangannya bisa mengalami banyak hambatan.
Permaslahan-permasalahan tersebut sangat mungkin terjadi dan
tidak jarang kita temui dalam kehidupan sehari-hari,
c. Perceraian
Walaupun perceraian itu tidak diharapkan, namun sebagian
keluarga mangalaminya. Tentunya banyak faktor dan alasan yang
bisa memaksa pasangan dalam sebuah keluarga untuk bercerai,
namun pada intinya hal itu disebabkan oleh ketidaksesuaian atau
perselisihan yang tidak bisa didamaikan lagi. Terlepas dari faktor
dan alasan yang menyebabkan sebuah keluarga bercerai, peristiwa
perceraian dapat mengakibatkan konsekuensi-konsekuensi serius
terhadap keluarga yang pada gilirannya akan mempengaruhi
perkembangan prilaku anak. Bukan hanya ikatan perkawinan yang
akan berantakan, tetapi anak juga yang menjadi korban.
Perceraian orang tua dapat merupakan suatu peristiwa yang
keluarganya. Perceraian menlahirkan perubahan drastis yang bisa
membingungkan dan memunculkan berbagai konflik, baik bagi
orang tua maupun bagi anak.
Persoalan lain yang muncul karena perceraian adalah
dialaminya tekanan-tekanan psikologis. Dengan bercerai orang tua
harus mengatur dan mengurus keluarga sendirian. Ia mungkin
harus mengerjakan hampir segenap pekerjaan rumah tangga yang
sebelumnya tidak dilakukan. Kadang — kadang orang tua menjadi
sibuk dan kondisi rumah tangga menjadi semrawut. Beberapa
orang tua yang bercerai kadang-kadang merasa sangat terisolasi
dari teman-temannya yang biasa dekat dengannya. Para orang tua
yang bercerai sering dihantui oleh rasa stress dengan
perkawinannya. Mereka kadang-kadang menyesali peristiwa itu
tetapi tak dapat berbuat banyak dalam menghadapinya. Emosi
mereka kadang tidak stabil, mudah marah diliputi kesedihan, tidak
riang dan sebagainya.
Berbagai persoalan yang dihadapai orang tua tersebut di atas,
pada akhirnya terekspresikan disaat berinteraksi dengan anak,
mereka mungkin mengisolasi diri secara diri secara emosional
terhadap diri anak, mudah marah dan berprilaku agresif terhadap
anak, berupaya mempengaruhinya supaya lebih dekat dengan diri
mereka dari pada bekas pasangan mereka, kurang bisa merawat
lainnya pendeknya mereka tidak mampu lagi menjalankan tugas-
tugas keorang tuanya secara efektif.
Kondisi dan iklim yang kurang harmonis di atas, pada
akhirnya bisa berdampak lebih jauh terhadap pembentukan prilaku
dan pribadi anak, serta peningkatan kreativitas pendidikan anak.
Bila dibandingkan dengan anak yang lebih muda atau yang lebih
tua disaat perceraian orang tua terjadi. Kelompok anak ini
memperlihatkan kecendrungan yang lebih rendah dalam fungsi-
fungsi internal (integrasi, psikologi, stabilitas, emosi, ketangguhan
struktur, defenisif dan penimbangan realitas). Kompetensi sekolah
dan salam hubungan sosial. Selain itu, kelompok anak tersebut
sering menutupi ketidak bahagiaan mereka tentang hubungan masa
kini dan masa yang akan datang dengan memperhatikan
konfomitas terhadap harapan-harapan sosial. Singkatnya, seluruh
anggota keluarga, baik terhadap orang tua lebih-lebih terhadap
anak, karena seorang anak akan merasa kehilangan kasih sayang
dan perhatian dari orang tuanya sehingga mereka merasa tersisih
bahkan yang lebih parah mereka tidak peduli pada dirinya sendiri
dan pendidikannya, karena kehilangan motivasi pada mereka
B. Motivasi Belajar Anak
1. Pengertian Motivasi Belajar
Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata memberikan definisi
kegiatan individu disebut motivasi, yang menunjukkan suatu kondisi
dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan individu
tersebut untuk melakukan kegiatan guna mencapai suatu tujuan. Sebagai
contoh kebutuhan akan makan, mendorong seseorang untuk bekeija
keras, bercocok tanam, menangkap ikan atau melakukan pekeijaan-
pekerjaan lain untuk mendapatkan makanan atau uang untuk membeli
makanan (Sukmadinata, 2004:61).
Menurut Me. Donald:
“Motivation is an energy change within the Person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions ” (Hamalik, 1992:173).
Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang
yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai
tujuan.
Dari pengertian di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa
individu dalam berperilaku tidak berdiri sendiri akan tetapi selalu ada hal
yang mendorongnya dan tertuju pada suatu tujuan yang yang ingin
dicapainya.
Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam suatu
kegiatan, karena motivasi mempengaruhi kekuatan kegiatan tersebut.
Selain itu, motivasi juga dipengaruhi oleh tujuan. Semakin tinggi tujuan,
semakin besar motivasinya dan makin besar motivasi maka makin kuat
Istilah belajar sudah sangat populer sehingga seolah-olah setiap
orang sudah dengan sendirinya mengerti akan istilah belajar. Akan
tetapi, para ahli pun belum mempunyai batasan yang seragam tentang
pengertian belajar. Batasan belajar dari para ahli antara lain:
Menurut Morgan dan Moh Surya yang dikutip oleh Mustofa,
mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman
(Mustofa, 2007:23). Moh. Surya Setelah membandingkan pengertian
belajar dari beberapa ahli, ia menyimpulkan sebagai berikut: “Belajar
ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan
lingkungan (Mustofa, 2007:23). tidak dapat diamati secara langsung, dan
terjadi dalam seseorang karena pengalaman.
Menurut Hintzman dalam bukunya The Psychology o f Learning
and Memory yang dikutip oleh Nursalim, dkk; belajar adalah satu
perubahan yang terjadi dalam diri organisme ang disebabkan oleh
pengalaman yang dapat mempengruhi tingkah laku organisme tersebut
(Nursalim, dkk, 2007:89).
Dari ketiga pendapat tentang belajar di atas, dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif tetap, baik yang
sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan
lingkungan.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa motivasi belajar anak
adalah adanya dorongan dalam diri anak untuk melakukan suatu
kegiatan dalam rangka mencapai suatu tujuan melalui perubahan tingkah
laku baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif atau psikomotorik.
Sesuai dengan judul di atas, kiranya perlu diutarakan hal-hal yang
menyangkut aspek-aspek motivasi belajar anak, karena mengingat segi-
segi motivasi belajar anak yang penulis utarakan sebagai berikut:
a Anak gemar membaca dan mencatat materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru, seorang anak akan lebih mudah memahami
dan menghafalnya. Ingatan anak usia 8-12 tahun mencapai intensitas
paling besar dan paling kuat. Daya menghafal dan memorisasi
(dengan memasukkan dan melekatkan pengetahuan dalam ingatan)
adalah paling kuat. Dan anak mampu memuat jum lah materi ingatan
paling banyak (Kartono, 1986:141). Dengan demikian anak akan
lebih terdorong untuk selalu berusaha mencari tahu tentang sesuatu
hal, khususnya yang berhubungan dengan materi pelajaran,
b Anak gemar bertanya terhadap materi pelajaran yang belum
diketahui. Salah satu ciri anak yang cerdas dan pandai adalah
memiliki rasa ingin tahu terhadap sesuatu hal yang belum ia ketahui,
sehingga anak tersebut akan sering mengajukan pertanyaan-
sangat menentukan kualitas perkembangan otak mereka (Istadi,
2003:121). Pada usia 13-14 tahun, emosional anak menjadi semakin
berkurang, sedangkan unsur intelek atau akal budi menonjol,
c Anak tertib mengeijakan tugas-tugas yang diberikan gurunya.
Seorang guru akan memberikan penilaian yang bagus terhadap anak
didiknnya yang selalu rajin mengeijakan tugas-tugas, maupun
pekeijaan yang diberikan kepada mereka. Salah satu kegunaan
penilaian adalah mendorong murid agar belajar lebih giat. Untuk
hasil belajar yang bagus diberi nilai tinggi atau hadiah-hadiah
(Mustofa, 2007:25). Dengan demikian anak yang rajin dan tertib
akan menjadi semakin termotivasi untuk belajar lebih giat,
d A ktif mengikuti kegiatan les maupun ekstrakurikuler. Kegiatan di
luar jam efektif sekolah seperti les mata pelajaran dan kegiatan
ekstrakurikuler merupakan tambahan jam yang bertujuan untuk
mengoptimalkan kemampuan maupun bakat anak untuk mencapai
prestasi yang lebih baik dan meningkat seperti les matematika dan
ekstra komputer yang akan melatih anak mampu mengoperasikan
komputer (Mustofa, 2007:26).
e Anak mau memanfaatkan perpustakaan sekolah.
Perpustakaan adalah salah satu fasilitas sekolah yang dapat
dimanfaatkan oleh siswa maupun guru untuk menimba dan menggali
ilmu pengetahuan. Dengan banyak membaca akan membantu proses
2. Jenis-jenis Motivasi
Menurut jenisnya, motivasi dibedakan atas tiga macam yaitu:
1) . Motivasi takut atau fea r motivation
Individu melakukan sesuatu perbuatan karena takut.
2) . Motivasi insentif atau incentive motivation
Individu melakukan suatu perbuatan untuk mendapatkan insentif.
3) . Sikap atau attitude motivation atau s e lf motivation
Motivasi ini lebih bersifat intrinsik yang muncul dari dalam diri
sendiri atau individu berbeda dengan kedua m otif di atas yang
bersifat ekstrinsik. Motivasi ini datang dari dirinya sendiri karena
ada rasa senang atau suka serta faktor-faktor subjek lainnya
(Sukmadinata, 2004: 63-64).
3. Fungsi dan Pentingnya Motivasi
Ada tiga fungsi motivasi yaitu:
a Mendorong manusia untuk berbuat
b Menentukan arah perbuatan
c Menyeleksi perbuatan
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut E. Prayitno, motivasi tidak berdiri sendiri akan tetapi
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti:
a Cita-cita atau aspirasi siswa
b Kemampuan siswa
d Kondisi lingkungan siswa
5. Upaya untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Anak
Bagi orang tua upaya yang dapat dilakukan untuk mendorong motivasi
belajar anak, di antaranya:
a Selalu memberikan pengertian kepada anak akan manfaat dan
pentingnya belajar,
b Memberikan hadiah kepada anak,
c Ikut membantu memecahkan masalah,
d Memenuhi kebutuhan belajar anak,
e Memberikan pujian dan harapan.
C. Hubungan Kasih Sayang Orang Tua dengan Motivasi Belajar Anak
Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak.
Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur
pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke
dalam pribadi anak yang sedang tumbuh itu (Daradjat, 1970:56).
Kartini Kartono mengatakan bahwa: berbagai macam usaha orang
tua untuk memelihara dan memanusiakan anaknya itu menjadi cukup
bernilai untuk diperjuangkan oleh orang tua. Selanjutnya seseorang tidak
hanya berusaha untuk mencapai tujuan hidupnya sendiri saja, akan tetapi
juga memikirkan tujuan hidup dan masa depan anak keturunannya. Inilah
yang memberikan makna nilai, isi, bobot bagi kehidupannya (Kartono,
Hubungan anak dengan orang dewasa juga dengan orang tua adalah
relasi yamg timbal balik dan saling mempengaruhi (Kartono, 1986:51).
Anak merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi
dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya. Anak ingin dicintai, ingin
diakui dan dihargai (Kartono, 1986:50). Oleh karena itu sensitivitas orang
tua sangat menentukan terhadap keinginan yang dimiliki oleh seorang anak.
Menurut Khoirudin Bashori, sensitivitas yang ada pada orang tua
maupun seorang pengasuh memilki tiga dimensi:
a. kepekaan yaitu meliputi peka terhadap kebutuhan fisik dan psikologis
anak, terhadap masalah belajar dan hubungan sosial anak
b. kehangatan, meliputi cukup perhatian dan sentuhan kasih sayang, peduli
terhadap kebutuhan dan problematika anak
c. responsivitas yakni memberikan reksi dengan cepat terhadap kebutuhan
dan permasalahan anak dan memberikan respon yang tepat terhadap
kebutuhan dan permasalahan anak (Bashori, 2003:31-33).
Sehubungan dengan hal tersebut kiranya perlu adanya reiisasi dari
orang tua terhadap anak sebagai buah hati mereka, yakni dengan
memberikan dan mencurahkan kasih sayang semaksimal mungkin kepada
mereka dalam segala hal yang menyangkut kebutuhan belajar anak.
Sehingga diharapkan kasih sayang orang tua tersebut dapat menumbuhkan
LAPORAN PENELITIAN
A. K eadaan Umum
1. Letak Geografis
SD Negeri Lebak terletak di dusun Lebak, Desa Lebak, Kecamatan
Bringin Kabupaten Semarang. Berlokasi di antara beberapa desa sebagai
berikut:
Sebelah utara : berbatasan dengan dusun Ngasinan, Desa Sendang.
Sebelah timur : berbatasan dengan dusun Digelan, Desa Sendang.
Sebelah selatan : berbatasan dengan dusun Doplang, Desa Pakis.
Sebelah barat : berbatasan dengan dusun Wates, Desa Pakis.
2. Sejarah Berdirinya SD N Lebak
SD N Lebak Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang berdiri tahun
1963 di atas tanah seluas 771 m2. Sedangkan luas bangunannya 441 m2
dengan perincian: ruang belajar 6 kelas: 397 m2; ruang guru 21m2; ruang
ibadah 4 m2; ruang UKS: 4,5 m2; gudan g :llm 2; kamar mandi/wc: 3m2.
Tanah seluas 771 m2 berasal dari tukar tanah bengkok dengan tanah milik
Bapak Kadir. Karena masyarakat Lebak butuh sarana pendidikan yang
semula bertempat di rumah-rumah penduduk yakni madrasah diniyah dua
kelas, di rumah Bu Musni dua kelas dan di rumah Bapak Musdar: dua
kelas, sehingga perlu adanya tempat pembelajaran yang berada di satu
lokasi. Kemudian Bapak Kepala Desa beserta perangkat dan tokoh
masyarakat bermusyawarah untuk mengambil tanah bengkok ditukar
dengan tanah milik Bapak Kadir.
41
Guru-guru yang mengajar SD N Lebak pada saat itu antara lain
adalah: Ibu Musni sebagai kepala sekolah, Bapak Tarmuji, Ibu Tatik, Ibu
Sri Utami, Bapak Tasrun, Ibu Ngatmi, Bapak Sukantro, Bapak Sutikno.
Karena gaji pada waktu itu amat sedikit, ada salah seorang guru yang
memilih menjadi sekretaris desa yaitu Bapak Sutikno, yang pada waktu itu
kepala desanya suami dari ibu Musni yakni Bapak Reki Mangun Sumarto.
SD N Lebak adalah SD Inpres yang berstatus negeri dengan No Ketetapan
SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 Jawa Tengah yang ditandatangi
oleh Bapak kepala dinas P dan K Propinsi Jawa Tengah yaitu Bapak Drs.
Karseno dengan no. 421.2/002/IX/45/87 tertanggal 1 Agustus 1987.
Keadaan kelas pada masa itu lantainya masih berupa tanah,
dindingnya masih terbuat dari bambu, sedangkan meja serta bangkunya
pemberian dari SD lain dan juga bantuan dari warga masyarakat. Karena
sumber daya manusia (SDM) masih rendah, maka dukungan masyarakat
rendah.
Namun keadaannya sekarang sudah berubah, lantainya dari tegel dan
dindingnya sudah berupa tembok sedangkan atapnya pun sudah bertemit.
3. Keadaan Sarana dan Prasarana
Yang dimaksud dengan sarana dan prasarana adalah segala sesuatu
yang dapat membantu atau menunjang pelaksanaan pendidikan dalam
mencapai tujuan. Dimana untuk menunjang proses belajar mengajar serta
penyelenggaraan administrsi pendidikan di SD N Lebak kecamatan
memadai. Untuk sarana dan prasarana akan penulis uraikan sebagai
berikut:
TABEL 3.1
Data Perlengkapan SD N Lebak
Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang
4. Struktur Organisasi SD N Lebak
Adapun untuk struktur organisasi SD N Lebak Kecamatan Bringin
Kabupaten Semarang, yaitu kepala sekolah dibantu oleh seorang wakil
kepala sekolah, bendahara, skretaris, dan tata usaha. Dalam menjalankan
oragnisasinya kepala sekolah juga dibantu oleh beberapa seksi diantaranya
seksi hubungan masyarakat, seksi olah raga dan kesehatan, seksi
kepramukaan, seksi ketrampilan, seksi kesenian, seksi rohani, seksi
perpustakaan, dan seksi perlengkapan. Untuk lebih jelasnya akan
Di bawah ini adalah keterangan dari struktur organisasi SD N Lebak:
Kepala Sekolah Muh Kosnanto, A.Ma.Pd
Komite Muntaha
Wakil Kepala Sekolah Siti Sakinatin, A.Ma.Pd
Bendahara Haryati, A.Ma.Pd
Sekretaris Muntamah, A.Ma
Tata Usaha Yanu Dani Marfianto, A.Ma.Pd
Sie Humas Siti sakinatin, A.Ma.Pd
Sie Orkes Sugiarto
Siti Mudakiroh, A.Ma.Pd
Sie Kepramukaan Yanu Dani Marfianto, A.Ma.Pd
Siti Mudakiroh, A.Ma.Pd
5. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa SD N Lebak
a Keadaan Guru dan Karyawan
Pada tahun 2010 jumlah guru dan karyawan SD N Lebak
Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang 11 orang yaitu seorang
kepala sekolah, empat orang guru kelas berstatus PNS, 2 orang guru
kelas non-PNS, seorang guru pendidikan agama Islam, seorang guru
pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes), seorang guru bahasa
Inggris non PNS dan seorang penjaga sekolah.
TABEL 3.2
Guru dan Karyawan SD N Lebak Tahun 2010
No Nama NIP Jab a ta n Ket
L Muh Kusnanto 195204261974021004 Kepala Sekolah
2. Siti Sakinatin, A.Ma.Pd. 195604101977012001 Guru Kelas 1
3. Sugiyarto 196009101984051001 Guru Penjaskes
4. Muntamah, A.Ma 196304121984052001 Guru PAI
5. Maskuri, S.Pd. 196602171988061001 Guru Kelas 6
6. Haryati, A.Ma.Pd. 196612051994032005 Guru Kelas 5
7. Umi Khabibah, A.Ma.Pd. 197105102007012018 Guru Kelas 4
8. Kamsidi 195412291982011001 Penjaga
9. Ida Nuryani - Guru B. Inggris GTT
10 Siti Mudakiroh - Guru Kelas 2 GTT
11 Yanu Dani M - Guru Kelas 3 GTT
b Siswa
Jumlah siswa SD N Lebak tahun 2010 berjumlah 70 siswa yang
terbagi ke dalam enam kelas dengan perincian sebagai berikut:
TABEL 3.3
Perincian Jumlah Siswa
No Kelas L (siswa) P (siswa) Jumlah (siswa)