• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan

Secara umum terdapat 2 (dua) faktor yang mempengruhi keberhasilan pendidikan, yakni faktor Internal dan Eksternal (Purwanto 1984). Faktor internal merupakan kemampuan seseorang yang dapat dilihat dari Fisiologi dan Psikologi, yang meliputi kesehatan jasmani, bakat, kapasitas belajar, kecerdasan, dan hasil studi yang telah dicapai. Faktor Eksternal adalah segala kondisi yang mempengaruhi kemampuan dan bertindak ditinjau dari luar dirinya berupa pengaruh lingkungan dan input instrumental.

Faktor-faktor internal adalah sebagai berikut:

a. Pertumbuhan / Kematangan

Pertumbuhan/kematangan yang dimaksud berkaitan dengan pertumbuhan potensi jasmani dan kematangan mental seseorang dalam mengikuti kegiatan pendidikan.

b. Kecerdasan Intelijensi

Kecerdasan iteligensi merupakan faktor internal yang perlu dilihat setelah pertumbuhan/kematangan seseorang. Kecerdasan Intelijensi berkaitan dengan kecakapan dalam bidang ilmu atau mata kuliah tertentu karena tidak setiap pribadi menguasai bidang ilmu atau mata kuliah tertentu walaupun mereka telah mencapai kematangan/pertumbuhan baik secara jasmani maupun mental.

c. Motivasi pribadi

Motivasi pribadi merupakan pendorong bagi setiap individu untuk melakukan sesuatu sehingga diharapkan mau berusaha mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya.

d. Sifat-sifat pribadi

Sifat pribadi seseorang juga memegang peranan dalam keberhasilan pendidikan, antara lain sifat keras hati, kemauan keras dan tekun dalam segala usahanya akan berbeda hasilnya dengan seseorang yang memiliki sifat sebaliknya.

Faktor-faktor eksternal adalah sebagai berikut

a. Keadaan keluarga

Kondisi keluarga juga dapat mempengaruhi keberhasilan studi seseorang. Hal ini berkaitan dengan fasilitas yang diberikan untuk mendukung keberhasilan pendidikan.

b. Dosen dan cara mengajar

Kepribadian dan cara mengajar dosen memiliki pengaruh terhadap keberhasilan studi, karena pengetahuan dan pengalaman dosen dapat memberikan nilai positif bagi keberhasilan pendidikan.

c. Motivasi Sosial

Motivasi sosial merupakan suatu proses yang timbul dari dorongan orang lain, baik dari orang tua, guru, teman dekat yang mampu mendorong keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya.

d. Lingkungan

mengakibatkan kelelahan bagi mahasiswa dan kondisi Lingkungan juga dapat menjadi faktor yang menentukan keberhasilan pendidikan, misalnya jarak tempat tinggal dengan sekolah yang terlalu jauh dapat lingkungan yang tidak mendukung untuk kegiatan belajar.

2.2. Metode Chi-square Automatic Interaction Detection (CHAID)

Metode CHAID merupakan metode eksplorasi data yang biasa digunakan untuk mengetahui hubungan antara peubah penjelas dengan peubah-peubah respon. Metode CHAID ini sebagai pengembangan tipe metode AID (Automatic Interaction Detection) yang dikenalkan oleh Morgan dan Sonquist pada tahun 1963. Metode AID digunakan untuk menganalisis kelompok data berukuran besar dengan membaginya menjadi sub-sub kelompok yang tidak saling tumpang tindih (Kass 1982).

Arianto (2001) menggunakan metode CHAID untuk menduga tingkat resiko tidak melanjutkan pada lulusan SD di jambi dengan menyeleksi peubah dan mengkategorikan ulang peubah kategorik, sehingga dapat menyederhanakan peubah-peubah yang memiliki keberartian yang nyata. Sukanda (2003)

menegaskan bahwa pengkategorian ulang dengan CHAID menghasilkan kategori yang lebih sesuai dengan data amatan dalam kasus tingkat keberhasilan usaha anggota koperasi simpan pinjam.

Dengan metode ini, proses dan pengelompokkan dilakukan secara iteratif dengan memisahkan data secara bertahap, diawali dari peubah penjelas yang memiliki asosiasi yang paling tinggi dengan peubah respon. Tingkat asosiasi tersebut ditunjukkan oleh besarnya nilai-P berdasarkan uji khi kuadrat. Menurut Lewicki(2006) tahapan algoritma CHAID adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini peubah penjelas kontinu diarahkan menjadi peubah penjelas kategorik dengan cara membagi peubah penjelas kontinu ke dalam sejumlah kategori, sedangkan pada peubah penjelas yang kategorik dengan sendirinya langsung dapat digunakan.

2. Tahapan penggabungan kategori

Tahap penggabungan kategori dapat dilakukan pada peubah penjelas yang memiliki kategori lebih dari dua. Penggabungan kategori ditetapkan dengan cara mencari pasangan kategori yang memiliki nilai-p khi kuadrat paling besar untuk setiap peubah penjelas. Nilai-p khi-kuadrat hitung dibandingkan dengan batas taraf nyata penggabungan yang telah ditetapkan. Jika nilai-p hitung khi-kuadrat lebih besar dari taraf nyata maka kedua kategori tersebut digabungkan. Jika nilai-p hitung khi-kuadrat terbesar masih lebih kecil dari taraf nyata maka tidak ada kategori dalam peubah penjelas tersebut yang perlu digabungkan. Jika peubah penjelas hanya memiliki dua kategori dan nilai-p khi-kuadrat yang ada lebih besar dari taraf nyata maka peubah ini dikeluarkan dari model. Proses ini dilanjutkan sampai tidak ada lagi nilai pasangan kategori yang mempunyai nilai-p khi-kuadrat lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan. 3. Tahap penyekatan peubah penjelas

Pada tahap ini digunakan peubah penjelas yang menjadi penyekat yaitu peubah yang akan menghasilkan penyekatan paling nyata yang dicirikan oleh adjusted p-value terkecil. Dalam hal ini adjusted p-value terkecil tidak lebih besar dari taraf nyata penyekatan yang ditetapkan. Jika adjusted p-value lebih

besar dari nilai-p penyekatan, maka tidak ada lagi yang bisa dilakukan dan simpul tersebut merupakan simpul akhir.

Apabila pada dalam proses penggabungan terjadi penggabungan kategori dalam suatu peubah atau pengurangan jumlah kategori dari c kategori menjadi r kategori (c > r), maka nilai-p khi-kuadrat hitung yang digunakan dikalikan dengan pengganda Bonferroni (B) yang kemudian digunakan sebagai nilai-p terkendali.

Persamaan pengganda Bonferroni adalah sebagai berikut: a. Peubah Nominal

b. Peubah Ordinal

Hasil akhir dari metode CHAID berupa dendogram yang menggambarkan hubungan dan interaksi berstruktur antara peubah respon dengan peubah penjelas, serta penggabungan peubah yang tidak nyata ke dalam kategori baru.

2.3. Metode Korespondensi

Analisis Korespondensi merupakan salah satu teknik penyajian baris dan kolom pada matrik data sebagai titik-titik pada ruang vektor berdimensi dua. Analisis ini merupakan teknik untuk menganalisis peubah-peubah kategorik yang disajikan dalam tabel kontingensi (tabulasi silang) dan berskala nominal. Pada dasarnya konsep yang digunakan merupakan penguraian dari nilai singular (Singular Value Decomposition/SVD) dan menggunakan matriks berpangkat rendah (Greenacre 1984). Analisis korespondensi merupakan teknik analisis eksplorasi data multivariat yang mengkonversikan data tabel frekuensi ke dalam tampilan grafik dengan baris dan kolom sehingga menggambarkan kedekatan relatif peubah-peubah kategori yang menunjukkan jarak antar titik. Konsep jarak khi-kuadrat digunakan pada perhitungan jarak titik-titik yang ada.

Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan analisis korespondensi diantaranya Lesmana dan Raharjo. Lesmana(1998) menggunakan analisis

korespondensi untuk menggambarkan keterkaitan antar peubah secara keseluruhan dalam kasus analisis persepsi produk OTC (Obat bebas/tanpa resep). Raharjo(2001) menyatakan analisi korespondensi mampu mendeskripsikan dalam dua dimensi citra merk beberapa produk sabun mandi berdasarkan iklan yang dikenal kosumen. Prosedur pengolahan data dengan Analisis Korespondensi adalah sebagai berikut (Greenacre, 2007) :

1. Menentukan tabel kontingensi dua arah dengan analisis tabulasi silang baik kategori baris maupun kategori kolom.

2. Menentukan inisialisasi data meliputi matriks korespondensi, massa baris dan massa kolom

a. Matriks data:

b. Jumlah elemen matriks data: c. Matriks korespondensi : d. Massa baris:

e. Massa kolom:

3. Menentukan GSVD (Generalized Singular Value Decomposition) GSVD matriks residual :

dengan : matriks singular kiri berukuran I × J hasil SVD : matriks singular kanan berukuran I × J hasil SVD : matriks diagonal hasil SVD

4. Menentukan koordinat profil baris dan profil kolom a. Matriks koordinat profil baris:

b. Matriks koordinat profil kolom:

5. Menentukan kontribusi baris dan kolom a. Total inersia profil baris dan kolom

b. Inersia profil baris dan kolom Inersia profil baris:

Inersia profil kolom:

c. Inersia relatif

Inersia relatif profil baris:

dengan adalah jarak antara kategori variabel baris dengan titik origin. Inersia relatif profil kolom:

dengan adalah jarak antara kategori variabel kolom dengan titik origin.

d. Kontribusi relatif

Kontribusi relatif profil baris:

Kontribusi relatif profil kolom:

6. Membentuk plot dua dimensi berdasarkan matriks koordinat profil baris dan koordinat profil kolom. Secara umum pengembangan analisis korespondensi menjadi analisis korespondensi berganda digambarkan pada Lampiran 1.

3.1. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dan data primer. Data sekunder yang digunakan merupakan data akademik 2 angkatan terakhir yang lulus dari STEI SEBI dan data primer sebagai pendukung didapat dengan kuesioner.

Dari data sekunder digunakan untuk menentukan kerangka penarikan contoh untuk data primer. Penarikan contoh untuk data primer dilakukan secara

purposive quota sampling. Teknik contoh ini tidak dilakukan secara acak melainkan diambil secara sengaja sesuai dengan responden saat itu yang mungkin dihubungi. Indikator atau peubah yang diamati dan diukur, disajikan pada Lampiran 2.

3.2. Metode Analisis Data

Tahapan-tahapan analisis data selengkapnya terdapat dalam Gambar 1. Metode analisis data secara bertahap di jelaskan dalam uraian dibawah ini :

1. Pengumpulan data sekunder dan data primer

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari 2 angkatan terakhir yang lulus dari STEI SEBI. Data tersebut berupa biodata mahasiswa dan Indeks Prestasi Akademik (IPK). Pengumpulan data primer menggunakan

purposive quota sampling dengan pertimbangan data responden yang masih dapat dihubungi melalui telepon dalam kurun waktu 2 minggu. Adapun langkah pengambilan data primer sebagai berikut :

a. Mendata mahasiswa yang berhasil dan mahasiswa yang gagal dari

angkatan 2004 dan 2005 sebagai obyek pengamatan. Mahasiswa STEI SEBI angkatan 2004 berjumlah 54 orang. Mahasiswa yang gagal menyelesaikan studi mencapai 27.8% (15 orang), sedangkan yang berhasil mencapai 72.2% (39 orang). Mahasiswa baru STEI SEBI angkatan 2005 berjumlah 73 orang. Mahasiswa yang gagal menyelesaikan studi mencapai 41.1% (30 orang), sedangkan yang berhasil mencapai 58.9% (43 orang).

Gambar 1. Diagram Alur Penelitian

b. Menetapkan ukuran contoh sebesar 62 berdasarkan responden yang

dapat dihubungi melalui telepon dari 127 ukuran populasi yang ada. Ukuran contoh sebesar 62 tersebut terdiri dari:

i. 27 responden angkatan 2004 dengan perincian, mahasiswa yang

berhasil sebesar 66.67% (18 Orang) dan yang gagal menyelesaikan studi sebesar 33.33% (9 orang).

ii. 35 responden angkatan 2005 dengan perincian, mahasiswa yang

berhasil sebesar 62.86% (22 Orang) dan yang gagal menyelesaikan studi sebesar 37.14% (13 orang).

c. Data diambil dengan bantuan kuesioner (Lampiran 3).

2. Data peubah penjelas yang didapat dari data sekunder maupun primer

diubah menjadi data kategorik.

3. Peubah penjelas dan peubah respon dianalisis menggunakan metode

CHAID untuk mendapatkan asosiasi antara peubah penjelas dan respon.

Mulai Analisis dengan Korespondensi Deskripsi Data Pengumpulan Data Asosiasi peubah hasil Chaid Profil hasil analisis korespondensi Selesai Analisis dengan Metode Chaid

4. Memetakan dalam vektor 2 dimensi hasil metode CHAID dengan

menggunakan analisis korespondensi sehingga terbentuk profil

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Karakteristik Responden

Perbandingan komposisi ukuran contoh terhadap jumlah mahasiswa STEI SEBI angkatan 2004 dan 2005 disajikan pada Gambar 2. Persentase jumlah mahasiswa STEI SEBI angkatan 2004 dan 2005 berdasarkan jenis kelamin digambarkan pada Gambar 2(a), sedangkan persentase jumlah responden mahasiswa berdasarkan jenis kelamin yang digunakan sebagai contoh terdapat pada Gambar 2(b). Mahasiswa STEI SEBI berjenis kelamin pria lebih banyak dibanding wanita, digambarkan dalam komposisi data angkatan 2004 dan 2005. Data contoh yang digunakan cukup representatif dengan jumlah populasi yang ada, hal ini ditunjukkan dalam perbandingan komposisi data pada gambar 2(a) dan 2(b) antara ukuran contoh dan ukuran populasi yang tidak jauh berbeda.

a b

Gambar 2 (a) Persentase jumlah populasi mahasiswa dan (b) Persentase jumlah contoh mahasiswa berdasarkan keberhasilan studi dan jenis kelamin Tahun 2004 & Tahun 2005

Hipotesis untuk pembahasan ini kita tetapkan sebagai berikut:

H0

H

: Tidak terdapat asosiasi antar peubah-peubah penjelas yang ditetapkan dengan keberhasilan studi pada STEI SEBI.

1

Tingkat asosiasi antara peubah penjelas dengan peubah respon diuji menggunakan khi-kuadrat dengan taraf nyata 0.05. Nilai Khi-kuadrat hitung

: Terdapat asosiasi antar peubah-peubah penjelas yang ditetapkan dengan keberhasilan studi pada STEI SEBI.

lebih besar dari taraf nyata 0.05 maka terdapat asosiasi antara peubah penjelas dengan peubah respon. Nilai Khi-kuadrat hitung lebih kecil dari taraf nyata 0.05 maka tidak terdapat asosiasi antara peubah penjelas dengan peubah respon.

Peubah respon dalam pengolahan data yang digunakan berupa kategori diskret yakni gagal dilambangkan dengan angka 0 dan sukses dilambangkan dengan angka 1. Peubah penjelas meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, asal daerah, NEM/UN, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua, program studi, membiayai kuliah, minat kuliah, pilihan utama STEI SEBI, mengalami kesulitan, mengatasi kesulitan,waktu ulang mata kuliah, mahasiswa bekerja, tempat kost, memiliki buku teks, keaktifan organisasi, fasilitas, cita-cita wiraswasta, cita-cita bank syariah, cita-cita lembaga keuangan syariah, cita-cita dosen/guru, cita-cita lainnya, IPK, kepemilikan kendaraan, memiliki sahabat, biaya kuliah terjangkau, beasiswa, lokasi strategis, transportasi, lingkungan islami, fasilitas lengkap, kunjungan sekolah, permintaan orang tua, prospek karir, figur pengelola.

Tabel 1 menunjukkan banyaknya responden berdasarkan keberhasilan studi dan jenis kelamin. Responden berjenis kelamin pria, jumlah per sentase gagal dan sukses lebih banyak dari responden wanita yaitu masing-masing 66.13% dan 33.87%. Komposisi responden pria yang sukses sebesar 35.48% dan yang gagal sebesar 30.65%; sedangkan responden wanita yang sukses sebesar 27.42% dan yang gagal sebesar 6.45%. Data tabel secara umum menggambarkan bahwa mahasiswa pada STEI SEBI angkatan 2004 dan 2005 mayoritas berjenis kelamin pria. Nilai χ2

hitung

Tabel 1 Banyaknya responden berdasarkan keberhasilan studi dan jenis kelamin sebesar 4.43 menunjukkan bahwa jenis kelamin memiliki asosiasi dengan keberhasilan studi mahasiswa STEI SEBI. Hal ini menjelaskan bahwa kecenderungan sukses dalam studis STEI SEBI terdapat pada jenis kelamin pria. Keberhasilan Studi Jenis Kelamin Total Pria Wanita Gagal 19 30.65% 4 6.45% 23 37.00% Sukses 22 35.48% 17 27.42% 39 63.00% Total 41 66.13% 21 33.87% 62 100.00% Keterangan : χ2 hitung= 4.43 dan χ2 0.05(1)

Berdasarkan Tabel 2 sebagian besar ukuran contoh yang diambil mayoritas = 3.84

berusia kurang dari sama dengan 20 tahun. Pada usia 20 tahun, mahasiswa yang sukses sebesar 51.6% dan yang gagal sebesar 25.81%; kemudian usia dari 21 sampai 22 tahun, mahasiswa yang sukses sebesar 9.68% dan yang gagal sebesar 4.83%; dan usia diatas 22 tahun, mahasiswa yang sukses sebesar 6.45% dan yang

gagal sebesar 1.61%. Nilai χ2

hitung

Tabel 2 Banyaknya responden berdasarkan keberhasilan studi dan usia sebesar 4.29 menunjukkan bahwa usia tidak memiliki asosiasi dengan keberhasilan mahasiswa STEI SEBI. Hal ini menjelaskan bahwa penerimaan mahasiswa berdasarkan usia tidak mempengaruhi keberhasilan studi. Keberhasilan studi Usia Total ≤20 21-22 >22 Gagal 16 25.81% 3 4.84% 4 6.45% 23 Sukses 32 51.61% 6 9.68% 1 1.61% 39 Total 48 77.42% 9 14.52% 5 8.06% 62 Keterangan: χ2 hitung = 4.29 dan χ2 0.05(2)

Pendidikan responden sebelum masuk ke STEI SEBI berdasarkan keberhasilan studi disajikan pada Tabel 3. Responden yang memiliki pendidikan IPS sebesar 40.33%, IPA sebesar 37.10%, SMK sebesar 12.90%, dan Pesantren sebesar 9.68%. Responden dengan latar belakang pendidikan IPA dan IPS merupakan mayoritas dalam penelitian ini. Responden dengan pendidikan IPA yang sukses sebesar 25.81% dan gagal sebesar 11.29%; pendidikan IPS yang sukses sebesar 25.81% dan gagal sebesar 14.52%; pendidikan SMK yang sukses sebesar 4.83% dan gagal sebesar 8.06%; dan pendidikan Pesantren sukses sebesar

6,45% dan gagal sebesar 3.23%. Nilai χ

= 5.99

2

hitung

Pada Tabel 4 kemudian disajikan banyaknya responden berdasarkan keberhasilan studi dan asal daerah yang berasal dari daerah Jawa maupun dari luar Jawa. Jumlah persentase terbesar responden yang didapat mayoritas dari Jawa sebesar 82.26% dan luar jawa sebesar 17.74%. Mahasiswa dari Jawa yang sukses dan gagal menjalankan studinya, masing-masing sebesar 48.39% dan 33.87%;

sedangkan dari luar jawa masing-masing sebesar 14.51% dan 3.22%. Nilai χ

sebesar 2.70 menjelaskan bahwa pendidikan tidak memiliki asosiasi atau keterkaitan dengan keberhasilan mahasiswa STEI SEBI.

2

hitung sebesar 2.05 menunjukkan bahwa asal daerah tidak memiliki asosiasi dengan

keberhasilan studi mahasiswa STEI SEBI.

Hal ini menjelaskan penerimaan mahasiswa berdasarkan asal daerah tidak mempengaruhi keberhasilan studi.

Tabel 3 Banyaknya responden berdasarkan keberhasilan studi dan pendidikan Keberhasilan

studi

Pendidikan Total

IPA IPS SMK Pesantren

Gagal 7 11.29% 9 14.52% 5 8.06% 2 3.23% 23 37.10% Sukses 16 25.81% 16 25.81% 3 4.84% 4 6.45% 39 62.90% Total 23 37.10% 25 40.33% 8 12.90% 6 9.68% 62 100.00% Keterangan: χ2 hitung = 2.70 dan χ2 0.05(3)

Tabel 4 Banyaknya responden berdasarkan keberhasilan studi dan asal daerah = 7.81

Keberhasilan Studi

Asal Daerah

Total

Jawa Luar Jawa

Gagal 21 33.87% 2 3.22% 23 37.09% Sukses 30 48.39% 9 14.51% 39 62.90% Total 51 82.26% 11 17.74% 62 100.00% Keterangan: χ2 hitung = 2.05 dan χ2 0.05(1)

Pada Tabel 5 disajikan banyaknya responden berdasarkan keberhasilan studi dan NEM/UN. Mayoritas responden memiliki rata-rata NEM atau Ujian Nasional (UN) 6.5-7.49 sebesar 50%, NEM/UN < 6.5 sebesar 30.65%, dan

rata-rata7.5 sebesar 19.35%. Mahasiswa sukses terbesar terdapat pada responden

dengan nilai range 6.5-7.49 dan terkecil pada responden dengan nilai 7.5.

Responden dengan rata-rata NEM/UN < 6.5, mahasiswa yang sukses sebesar 14.52% dan gagal 16.13%; kemudian rata-rata NEM/UN 6.5-7.49, mahasiswa

yang sukses sebesar 40.32% dan gagal sebesar 9.68%; dan rata-rata NEM/UN

7.5, mahasiswa yang sukses sebesar 8.06% dan gagal sebesar 11.29%. Sebaran ini terlihat menarik karena responden mahasiswa dengan rata-rata NEM/UN < 6.5

dan rata-rata NEM/UN 7.5 memiliki data gagal cukup besar dibandingkan data

suksesnya. Sedangkan rata-rata NEM/UN 6.5-7.49 memiliki data sebaliknya, data

sukses lebih besar dibandingkan data gagalnya. Nilai χ

= 3.84

2

hitung sebesar 8.47 menunjukkan bahwa rata-rata NEM/UN memiliki asosiasi dengan keberhasilan studi mahasiswa STEI SEBI. Hal ini menjelaskan kecenderungan sukses dalam keberhasilan studi terdapat pada nilai rata-rata NEM/UN 6.5-7.49. dan

kecenderungan gagal pada rata-rata NEM/UN < 6.5 atau 7.5.

Tabel 5 Banyaknya responden berdasarkan keberhasilan studi dan NEM/UN Keberhasilan studi NEM/UN Total < 6.5 6.5-7.49 ≥ 7.5 Gagal 10 16.13% 6 9.68% 7 11.29% 23 Sukses 9 14.52% 25 40.32% 5 8.06% 39 Total 19 30.65% 31 50.00% 12 19.35% 62 Keterangan: χ2 hitung = 8.47 dan χ2 0.05(2)

Pada Tabel 6 disajikan banyaknya responden berdasarkan keberhasilan studi dan pekerjaan orang tua, mayoritas pekerjaan orang tua responden adalah PNS, yaitu sebesar 43.55% dan pekerjaan orang tua sebagai wiraswasta sebesar 29.04%. Responden dengan orang tua pekerjaan PNS, sukses 35.48% dan gagal 8.07%; orang tua karyawan swasta, sukses sebesar 12.90% dan gagal sebesar 3.23%; orang tua wiraswasta sukses 14.51% dan gagal sebesar 14.51%; orang tua petani, sukses 0% dan gagal 8.07%; dan orang tua dengan pekerjaan lainnya,

mahasiswa yang sukses sebesar 0% dan gagal sebesar 3.22%;. Nilai χ

= 5.99

2

hitung

Tabel 6 Banyaknya responden berdasarkan keberhasilan studi dan pekerjaan orang tua

yang dihasilkan oleh tabulasi silang sebesar 18.40 menunjukkan bahwa latar belakang pekerjaan orang tua memiliki asosiasi dengan keberhasilan mahasiswa STEI SEBI menyelesaikan studinya. Hal ini berarti bahwa kecenderungan sukses dalam keberhasilan studi terdapat pada latar belakang mahasiswa yang memiliki orang tua dengan pekerjaan PNS maupun karyawan swasta.

Keberhasilan studi

Pekerjaan Orang Tua

Total 1 2 3 4 5 Gagal 5 8.07% 2 3.22% 9 14.52% 5 8.07% 2 3.22% 23 Sukses 22 35.48% 8 12.90% 9 14.52% 0 0% 0 0% 39 Total 27 43.55% 10 16.12% 18 29.04% 5 8.07% 2 3.22% 62 Keterangan: χ2 hitung = 18.40 dan χ2 0.05(4)

1. PNS 2. Karyawan swasta 3. Wiraswasta 4. Petani 5.Lainnya = 9.49

Tabel 7 menjelaskan bahwa penghasilan orang tua responden sebagian besar berada pada kisaran 1 sampai 3 juta. Responden mahasiswa dengan orangtua tanpa penghasilan tidak ada yang sukses atau sukses sebesar 0% dan gagal 3.22%; penghasilan orang tua dari 500 ribu sampai dengan 1 juta, sukses

sebesar 3.22% dan gagal 4.84%; penghasilan orang tua 1 sampai 3 juta, sukses sebesar 37.09% dan gagal 16.13%; penghasilan orang tua 3 sampai 5 juta, sukses 14.51% dan gagal sebesar 3.22%; dan penghasilan orang tua lebih besar 5 juta,

sukses sebesar 8.06% dan gagal 9.68%. Nilai χ2

hitung

Tabel 7 Banyaknya responden berdasarkan keberhasilan studi dan penghasilan orang tua

hasil tabulasi silang sebesar

8.29 menunjukkan bahwa jumlah penghasilan orang tua tidak memiliki asosiasi dengan keberhasilan mahasiswa STEI SEBI dalam menyelesaikan studinya. Hal ini berarti bahwa penghasilan orang tua tidak dapat digunakan sebagai acuan keberhasilan studi mahasiswa.

Keberhasilan studi

Pekerjaan Orang Tua

Total 1 2 3 4 5 Gagal 2 3.22% 3 4.84% 10 16.13% 2 3.22% 6 9.68% 23 Sukses 0 0% 2 3.22% 23 37.09% 9 14.52% 5 8,06% 39 Total 2 3.22% 5 8.06% 33 53.23% 11 17.74% 11 17.74% 62 Keterangan: χ2 hitung = 8.29 dan χ2 0.05(4)

1. Non Penghasilan 2. <1juta 3.1-3 Jt 4. 3-5 Jt 5. >5 Jt = 9.49 ;

Banyaknya responden berdasarkan keberhasilan studi dan program studi di sajikan pada Tabel 8. Program studi Manajemen Perbankan Syariah (MPS) dan Akuntansi Syariah (AS), keduanya memiliki persentase sukses lebih besar dari gagal, Untuk program studi MPS, mahasiswa yang sukses sebesar 45.16% dan gagal sebesar 27.42%; dan AS, sukses sebesar 17.74% dan gagal sebesar 9.68%. Nilai χ2

hitung

Tabel 8 Banyaknya responden berdasarkan keberhasilan studi dan program studi sebesar 0.33 menunjukkan bahwa pilihan program studi tidak memiliki asosiasi dengan keberhasilan mahasiswa STEI SEBI. Hal ini berarti pengarahan untuk pemilihan program studi tidak menjadi faktor penentu dalam keberhasilan studi pada STEI SEBI.

Keberhasilan studi Program Studi Total MPS AS Gagal 17 27.42% 6 9.68% 23 Sukses 28 45.16% 11 65.00% 39 Total 45 72.58% 17 27.42% 62 Keterangan: χ2 hitung= 0.33 dan χ2 0.05(1)

Pada Tabel 9 disajikan banyaknya responden berdasarkan keberhasilan = 3.84

studi dan pembiayaan kuliah sebagai berikut, responden yang dibiayai kuliah oleh orang tuanya, sukses sebesar 48.39% dan gagal sebesar 20.96%; dibiayai oleh saudaranya, sukses sebesar 8.07% dan gagal sebesar 3.22%; dibiayai oleh wali, sukses sebesar 3.23% dan gagal sebesar 1.61%; dibiayai oleh pribadi, sukses

sebesar 3.23% dan gagal sebesar 11.29%. Nilai χ2

hitung

Tabel 9 Banyaknya responden berdasarkan keberhasilan studi dan

sebesar 7.49 menunjukkan bahwa pihak yang membiayai kuliah tidak memiliki asosiasi dengan keberhasilan studi mahasiswa STEI SEBI.

Pembiayaan kuliah

Keberhasilan studi

Pembiayaan Kuliah

Total Orang Tua Saudara Wali Pribadi

Gagal 13 20.96% 2 3.22% 1 1.61% 7 11.29% 23 Sukses 30 48.39% 5 8.07% 2 3.23% 2 3.23% 39 Total 43 69.35% 7 11.29% 3 4.84% 9 14.52% 62 Keterangan: χ2 hitung = 7.49 dan χ2 0.05(3)

Pada Tabel 10 disajikan banyaknya responden berdasarkan keberhasilan studi dan minat kuliah, mayoritas responden memiliki minat kuliah didorong dari keinginan pribadi yakni sebesar 67.74%. Responden dengan minat kuliah karena keinginan pribadi, yang sukses sebesar 41.94% dan gagal 25.81%; minat kuliah karena dari dorongan orang tua, yang sukses sebesar 4.83% dan gagal 0%; minat kuliah karena sekolah asal, yang sukses sebesar 0% dan gagal sebesar 1.61%; minat kuliah karena dorongan saudara, yang sukses 12.90% dan gagal 6.45%; dan minat kuliah karena teman, yang sukses dan gagal adalah sama sebesar 3.22%. Nilai χ

= 7.81

2

hitung

Tabel 10 Banyaknya responden berdasarkan keberhasilan studi dan minat kuliah sebesar 3.84 menunjukkan bahwa minat kuliah dari responden tidak memiliki keterkaitan dengan keberhasilan studi mahasiswa di STEI SEBI.

Keberhasilan studi

Minat Kuliah

Total

Pribadi Orang Tua

Sekolah

asal Saudara Teman

Gagal 16 25.81% 0 0% 1 1.61% 4 6.45% 2 3.23% 23 Sukses 26 41.94% 3 4.84% 0 0% 8 12.90% 2 3.23% 39 Total 42 67.74% 3 4.84% 1 1.61% 12 19.35% 4 6.46% 62 Keterangan: χ 2 hitung =3.84 dan χ 2 0.05(4)

Banyaknya responden berdasarkan keberhasilan studi dan STEI SEBI = 9.49

sebagai pilihan utama disajikan pada Tabel 11. Responden yang menjawab STEI SEBI sebagai pilihan utama lebih kecil dibandingkan dengan responden menjawab STEI SEBI bukan pilihan utama yakni sebesar 32.26% dan 67.74%. Hal ini dapat disebabkan karena responden lebih mengutamakan perguruan tinggi

Dokumen terkait