• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Keharmonisan Keluarga

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keharmonisan keluarga

Sebuah keluarga yang harmonis akan dapat terbenluk apabila di dalam keluarga tercipta keharmonisan di antara para anggotanya, karena ibu ingin menjaga supaya keharmonisan itu tidak terganggu dan bcrlangsung seumur hidup, maka dididiknyalah anak-anak sedemikian rupa, supaya sopan dan hormat kepada orang tua, terutarna bapak.13

Untuk mcnciptakan keluarga yang harmonis bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, seperti yang telah dikemukakan pada bab

10 Singgih D. Gunarsa, Psikotogi (Intuk Keluarga, Bintang Mulia, Surabaya, 1986, him. 29.

11 Alex Sobur, Konmnikasi Orang Tua dcngan Anak, Angkasa, Bandung, 1986, him. 7. 12 Charles Schaefer, Hagaimana Mempengaruhi Anak, Pegangan Prakiis Hagi Orang Tua, Dahara Prize, Scmarang, 1989, him. 92, 102

21

sebelumnya. Oleh sebab itu sebagai usaha untuk mewujudkan sebuah keluarga yang hannonis hams dimulai sejak akan melangkah menuju perkawinan hingga terbentuknya bangunan keluarga.

Sebagai upaya untuk mendukung terciptanya keharmonisan keluarga perlu diperhatikan mengcnai dasar-dasar keharmonisan dan kelestarian sebuah perkawinan. Dasar-dasar tersebut adalah sebagai berikut:

a. Nasab atau keturunan b. Kemerdekaan (kebebasan) c. Beragama Islam

d. Pekerjaan (mata pencaharian) e. Harta / kekayaan

f. Kebebasan dari aib (tidak cacat).

Masalah di atas ditujukan kepada pihak laki-laki, jadi pihak laki- lakilah yang dikcnakan persyaratan tersebut.1'1

Sesuai dongan UU perkawinan Bab IV Pasal 31 berbunyi :

1. Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dcngan hak dan kedudukan suami dalarn kehidupan rumah taugga dan pcrgaulan hidup bcrsama dalam masyarakat.

2. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum. 3. Suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga.1'

14 Decli Junaedi, Biinbingan Perkawinan, Akademi Pressmdo, Jakarta, 2001,him.78-79. 13 Departemen Agama RL, Modal Keluarga Bahagia Sejahiera, Jakarta, 1990/1991, him. 25.

Akan tetapi apabila kita perhatikan kembali pada pcngertian keJuarga harmonis, maka faktor-faktor yang harus ada sebagai pendukung keharmonian keluarga meliputi:

a. Kecintaan kepada suami lebih besar dan lebih akrab. Hal ini besar pcngaruhnya dalam keserasian hubungan suami isteri.

Dalam keluarga harmonis disebutkan adanya hubungan kerja sama yang serasi di antara anggota-anggotanya. Ini berarli dalam sebuah keluarga yang harmonis terjalin hubungan persahabatan yang akrab antara anggota terutama suami dan isteri. Karena tanpa hal itu, mustahil keserasian dapat tercipta.

Untuk mcncapai kcsatOan yang harmonis dalam keluarga sepasang suami isteri harus saling memahami pribadinya masing- masing secara mendalam. Dan hal ini tidak mungkin dilakukan kectiali melalui kontak-kontak psikis yaitu dengan cara menjalin hubungan yang akrab. Karena untuk menjalin keserasian antara suami isteri, keakraban hubungan yang bersahabat memang sangat diperlukan.16 b. Kecintaan suami lebih sempurna terhadap istcrinya yang masih gadis

perawan. Sebab biasanya suami akan merasa segan dan tidak cnak kepada wanita yang pemah disentuh seorang laki-laki lain.

Di dalam keluarga yang harmonis juga perlu adanya keseimbangan dalam kerja sama di antara anggotanya Faktor keseimbangan harus ada. Sebab tidak mungkin suatu keharmonisan

23

antara anggota keluarga dapat dicapai apabila tidak ada suasana kerja saina yang seimbang di antara anggota itu sendiri.

Apabila di dalam keluarga masing-masing anggotanya melaksanakan peranan masing-masing penuh tanggung jawab, maka akan mcmbantu pelaksanaan peranan masing-masing anggota dalam keluarga sebagai kesatuan yang kokoh. Isteri menjadi partner suaminya dalam mengclola rumah tangga, hal ini sangat mendukung dan rnengukuhkan kedudukan dan peranan suami, begitu juga sebaliknya. Suasana kchidupan semacam inilah yang dapat mendukung keharmonisan kehidupan keluarga.

c. Kesamaan agama dan akhlak

Di dalam pengertian keharmonisan keluarga dinyatakan bahwa di antara anggota-anggotanya di dalam menjalin hubungan kerja sama dalam melaksanakan tugas keluarga, dan masing-musing anggota senantiasa hidup dalam ketenangan lahir batin dan selalu bersyukur kopada Allah SWT. Suasana keluarga scmacam ini jelas hanya dapat diwujudkan jika masing-masing anggota keluarga mcmiliki agama dan akhlak yang diridhai Allah SWT.

Hal ini dimaksudkan “apabila keserasian dalam bidang agama tidak ada, maka ia tidak akan dapat digantikan dengan yang lain. Begitupun, kalau kesesuaian dalam bidang agama dan akhlak sudah

dimiliki, tapi kurang di dalam masalah-masalah yang lain, maka hal itu sudah cukup memadai”.17

Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah :

O' Jj cUW^- j t cUli 5fjil

"*Jl p j i i / Jj Cj y

“Perempuan itu dinikahi karena empat perkara, yaitu karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan karena agamanya. Maka beruntunglah engkau yang memilih wanita karena agamanya, Karena dengan demikian itu engkau akan berbahagia” 18

Meskipun demikian, ini tidak bisa diartikan bahwa kita disuruh menolak faktor-faktor yang lain tersebut, Penekanan pada sifat agama dan akhlak tidak berarti mengabaikan sifat-sifat atau faktor- faktor lain seperti : harta, kecantikan, keturunan dan agama. In hanya sekedar menyatakan bahwa agama dan akhlak itulah syarat pokok untuk teijalinnya suatu hubungan yang suci.19

d. Kecintaan terhadap anak

Kedua orang tua sama-sama berkewajiban untuk menjaga, mencintai dan menyayangi anaknya. Karena hal itu sangat berpengaruh bagi anak Bapak tidak melemparkan tanggungjawab kepada ibu

17 Dedi Junaedi, Op. Cit., him. 5.

18 Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikun, Aditya Media, Yogyakarta, 1992, him. 92

25

demikian pula sebaliknya. Kedua pihak saling menyadari sehingga hubungan terjalin dengan harmonis antara orang tua dengan anak, 3. Tanggung jawab orang tua

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tcmpat ia belajar menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Pcndidikan yang ada dalam keluarga menccrminkan latar bclakang keluarga itu sendiri. Dan latar bclakang itulah, orang tua harus memikirkan dan mempertimbangkan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala runiah tangga dan juga sebagai seorang pendidik yang utama dan pertama.

Tugas dan tangling jawab orang tua adalah selain mendidik anak- anaknya, orang tua juga berkewajiban menafkahi (memenuhi kebutuhan) keluarganya berupa kebutuhan ckonorni sehari-hari, oleh karena itu, dan terpenuhinya kebutuhan yang diperlukan setiap hari, maka keluarga akan terjalin secara harmonis dan pcndidikan anak-anak akan terpenuhi, baik itu pcndidikan fisik, intelcktual maupun psikis. Scbagaimana dikemukakan oleh Abdullah Nasich Ulwan bahwa orang tua dalam mendidik anak adalah mcliputi tiga bagian, yaitu :

a. Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan fisik

Di antara berbagai tanggung jawab besar yang diwajibkan oleh Islam kepada para pendidik adalah tanggung jawab pendidikan fisik, agar anak-anak tumbuh seiring dengan pertumbuhan fisiknya, sehat dan bersemangat scbagaimana firman Allah wSWT dalam surat Al Baqoroh ayat 233 sebagai berikut:

^_s c ii^ ^ • ^ 3 ’ o !3

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun pcnuh, yailu bagi yang ingin mcnycmpumakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kcpada para ibu dcngan cara yang ma’ruf’.20

Berikut adalah bcbcrapa tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak dalam menafkahi keluarganya dan anak-anaknya :

1) Kewajiban menafkahi kcluarga dan anak.

2) Mengikuti aturan yang schat ketika makan, minum dan tidur agar menjadi terbiasa bagi akhlak anak.

3) Menghindari penyakit yang mcnular. 4) Berkewajiban mengobati penyakit.

5) Menerapkan prinsip tidak boleh membahayakan hidup orang lain dan diri sendiri.

6) Membiasakan anak berolah raga. 7) Membiasakan hidup sederhana.

8) Membiasakan anak hidup sungguh-sungguh, janlan dan menghindari pengangguran dan penyimpangan.21

20 Departemcn Agama RI., Al-Our ‘an Jan Tcrjcmahnya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al Qur’an, Dcpag Rl, Jakarta, 1989, him. 57

21 Abdullah Nasih Ulwan, Mengemhangkan Kcpribadian Anak, Rcmaja Rosda Karya Karya, Bandung, terj. Khalilullah Ahmad Maskur llakim , 1992, him. 12

b. Tanggungjawab pendidikan inteiektual

Menurut Abdullah Nasih Ulwan, tanggung jawab pendidikan inteiektual adalah tanggungjawab membentuk pemikiran anak dcngan sesuatu yang manfaat seperti ilmu syariat, kebudayaan ilmiah dan modern, kesadaran inteiektual schingga anak-anak matang dalam berfisik dan bersikap ilmiah.22

Tanggung jawab ini tidak kalah pentingnya dengan tanggung jawab iman fisik sebagai persiapan pendidikan moral untuk membentuk akhlak dan kebiasaan. Sedangkan pendidikan inteiektual untuk penyadaran dan pembudayaan.

Karcna keterbatasan kemampuan orang tua schingga mcrcka inemberikan tanggungjawab pendidikan inteiektual kepada sekolah. Akan tetapi hal itu bukan berarti orang tua mclepaskan anak begitu saja. Orang tua masih bertanggung jawab menyediakan fasilitas bclajar dan memotivasi untuk senantiasa bclajar tekun sehinga mcncapai prestasi yang diinginkan.

c. Tanggungjawab pendidikan psikis

Menurut Abdullah Nasih Ulwan, bahwasanya pendidikan psikis adalah sejak anak-anak mulal bisa bcrfikir, scorang anak hams dididik untuk berani menyatakan hak dengan tegas, ksatria dan bertanggung jawab schingga dapat mengendalikan amarah dan rnempunyai keutamaan jiwa dan moral.

Dari pendapat di atas bahwa tujuan dan tugas dan tanggung jawab orang tua dalam membimbing dan mendidik anak itu merupakan suatu hal yang mcndasar dan pcnting, olch karcna itu anak hams dibiasakan dididik pada hal-hal yang posilif sejak dini, karena pendidikan masa kecil akan sangat bcrpengaruh dalam kchidupan selanjutnya. Dalam kchidupan sehari-hari anak selalu mengidentifikasikan sctiap perilaku orang tuanya, untuk itu kewajiban orang tua adalah menjadi suri tauladan yang baik bagi kchidupan anaknya, karcna pendidikan pertama kali sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap jalan kehidupan seseorang di masa depan. Sesuai dengan pendapat H. M. Arifin, yang menyatakan bahwa :

“Sikap serta tingkah laku anak tampak jelas sekali dipengaruhi oleh orang tua di mana ia dilahirkan dan berkembang. Rumah adalah lingkungan pertama bagi anak, keluarga memberi pcrcontohan sikap anak terhadap orang lain, benda-benda dan kehidupan pada umumnya. Anak menjadikan. orang tua sebagai model dan penyesuaian dirinya dengan kehidupan”.21

Dari pernyataan di atas, bahwa dalam keluarga anak akan memperoleh landasan bagi pembentukan kepribadian sikap perilaku dan tantangan emosi, maka dan itu hendaklah orang tua harus menjadi serttral offigur yang baik dalam keluarga.

25 M. Anifin, Hubungan Timbal Balik Agama di Lingknngun Sokol ah dan Keluarga,

29

4. Upaya membina kcharmonisan kcluarga

Sudah menjadi dambaan setiap pasangan suamj- istcri memiliki kehidupan keluarga yang harmonis hidup bahagia dan sejahtcra. Terciptanya keharmonisan keluarga bukanlah terjadi dengan sendirinya sccara langsung, tetapi dipcrolch melalui usaha sccara sadar dan sungguh- sungguh untuk mewujudkannya.

Pada kenyataannya di masyarakat tidak sedikit keluarga yang belum mampu bahkan tidak dapat menciptakan keluarga yang harmonis walaupun bcrbagai cara telah ditempuh. Banyak terjadi dalam keluarga percekcokan, pertengkaran konflik dan bahkan lebih mengarah pada kekerasan. Semuanya itu merupakan permasalahan keluarga yang harus diselesaikan dengan hati yang sabar, karena apabila hal itu dibiarkan akan mengakibatkan keretakan rumah tangga.

a. Hubungan intern dalam keluarga 1) Hubungan suami istri

Syarat pertama untuk membina hubungan baik anlara suami istcri adalah adanya sikap saling mengerti, saling mencrima, saling menghargai, saling mempercayai dan saling mencintai.24

Dalam hal ini cinta menurut dcfmisi Dr. Gordon adalah rasa saling menyayangi, keintiman, kesetiaan dan kepcrcayaan

24

him. 700

dalam rasa senang dan susah, tetap bertahan dalam berbagai situasi.25

2) Hubungan orang tua dengan anak

Kehadiran anak dalam keluarga menambah kesempurnaan hidup dalam keluarga. Akan tetapi kadang masalah hubungan orang tua dapat menjadi persoalan yang dapat mengganggu ketenangan keluarga, terutama pada anak yang menginjak masa remaja dan dewasa. Orang tua kadang-kadang merasa bahvva anaknya tiba-tiba menjadi nakal, suka mclamun, tidak mau patuh dan menyusahkan orang tua. Sebaliknya anak merasa bahvva orang tuanya tidak mau mengerti,. tidak memperhatikan dan acuh tak acuh, sehingga anak merasa cemas, akibatnya acuh dan tidak akrab dengan orang tuanya.

Untuk menjalin hubungan yang baik dengan anak, adalah sangat bijaksana jika orang tua menyediakan waktu cukup untuk bercakap-cakap, berbincang dan saling membuka diri untuk membicarakan masalah. Hal in sebagaimana dinyatakan oleh Alex Sobur sebagai berikut :

“Meluangkan waktu bersama merupakan syarat utama untuk menciptakan komunikasi antar orang tua dan anak. Sebab dengan adanya waktu bersama, barulali keintiman dan keakraban dapat diciptakan di antara anggota keluarga. Bagaimanapun juga tidak seorang pun dapat menjalin

2 5

31

komunikasi dcngan anak bila mcrcka tidak pcrnah bertemu dan bcrcakap-cakap bcrsama.26

Jadi, jika orang tua rnembiasakan diri meluangkan waklu bersama, maka rasa asing pada anak akan hilang. Apalagi suasana akrab telah terbiasa dan orang tua dapat melakukan pendckatan diri pada anak, maka masalah-masalah yang dirasakan anak akan rnudah dikelahui.

Demikian pula dalam membina hubungan dan komunikasi orang tua dengan anak, seyogyanya orang tua bersikap menghormati, tidak sampai melukai harga diri anak. Hal ini bukan berarti orang tua harus mennruti anak, tidak menegur atau memarahi. Menegur dan memarahi dapat dilakukan jika perlu. Orang tua hendaknya tidak enggan mcmberi pujian atau penghargaan alas sikap dan prestasinya yang baik, karena hal ini membuat anak merasa dihargai dan respect kepada orang tua.

Sikap orang tua yang otoriter (keras) merasa berkuasa hanya memerintah, kurang mendengarkan keluhan atau usulan anak dan terlalu disiplin akan menimbulkan rasa takul, apatis (masa bodoh) dan dendam pada diri anak. Untuk itu sikap demokratis orang tua sangat diperlukan, sehingga masalah yang dirasakan anak akan dapat dicurahkan secara terbuka kepada orang tua. Demikian pula orang tua dapat memahami dan membantu

mengatasinya, hubungan yang baik antara orang tua dcngan anak menjadikan anak merasa tenang dan aman bersama orang tuanya. b. Kehidupan keluarga

Sesungguhnya peranan agama sangat menentukan kehidupan manusia, karcna agama membcrikan pcdoman dan petunjuk sarat memberikan bimbingan dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan rumah tangga, kehidupan keagamaan dalam arti penghayatan dan pcngamalan ajaran agama sangat membantu dalam usaha mewujudkan dan mcmelihara keharmonisan maupun kebahagiaan dalam rumah tangga. Jika selurub anggota keluarga menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya, pasti akan terbuka lebar kebahagiaan di dalamnya.

Agama dalam kehidupan berfungsi sebagai pengendali diri yang dapat mencegah atau menghindari sescorang melakukan hal-hal yang dapat melanggar norma-norma kesusilaan dan hukum. Agama berfungsi juga sebagai penolong dalam kecemasan karena dcngan agama akan dapat membcrikan rasa aman, kasih sayang, harga diri, rasa bcbas dan sukses bagi pcnganutnya yang bcnar-benar menghayati ajaran agama.

Apabila seluruh anggota keluarga telah mengetahui pengetahuan fungsional agamanya, yang bukan sekedar menghafal ajaran atau aturan agama yang terdapat dalam Al-Qur’an dan At Hadits, melainkan benar-benar rnewarnai situasi kehidupan keluarga, maka keluarga tersebut rclatif bahagia, hidup harmonis, tenang dan

3 6

perkawinan, atau disebabkan oleh pembentukan jiwa yang tidak vvajar, yang merupakan faktor dalam rusaknya kekcluargaan, hal ini yang menyebabkan rusaknya hubungan emosi yang terjadi baik antara suami-isteri atau antara orang tua dengan anak.

Dari bebcrapa faktor di atas, faktor ekonomi scbagai salah satu faktor penyebab tcrjadinya disharmonisasi dalam keluarga. Hal ini harus mendapat perhatian dan diselesaikan dengan menjaga kestabilan ekonomi keluarga. Dan harus pandai mengalur kebijakan dalam membelanjakannya.

B. Tentnng Kesehatan Mental 1. Pcngcrtian kcschatan mental

Menurut Kartini Kartono mental hygiene atau ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental atau jiwa bertujuan menccgah timbulnya gangguun atau penyakit mental dan gangguan emosi, dan berusaha mongurangi atau menyembuhkan penyakit mental serta memajukan kesehatan jiwa rakyat.30

Scdangkan Zakiah Daradjat mendefinisikan kcschatan mental, antara lain :

a. Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dan gejala-gcjala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gcjala penyakit jiwa (Psychose).

b. Kesehatan mental adalah kcmampuan untuk menyesuaikan diri dcngan dirj sendiri, dengan orang Jain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.

c. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kcbahagiaan diri dan orang lain; serta terhindar dari gangguan- gangguan dan penyakit jiwa.

d. Kesehatan mental adalah tcrvvujudnya keharmonisan yang sungguh- sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi, dan merasakan secara positifkebahagiaan dan kemampuan dirinya."M

Dan beberapa pengertian kesehatan mental di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental adalah terhindamya scscorang dari gangguan-gangguan dan gejala-gejala penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada kcbahagiaan bersama serta tercapainya keharmonisan jiwa dalam hidup.

2. Ciri-ciri kesehatan mental

Deskripsi tentang pribadi normal dengan mental yang schat dapat diuraikan dalam satu daftar kriteria oleh Maslovv dan Mettclman dalam 31

38

bukunya “Principle O f Abnormal Psycologi", sebagaimana yang dikutip Kartini Kartono, sebagai berikut:

a. Memiliki rasa aman yang tepat, mampu berkontak dengan orang lain dalam bekeija, di tengah pergaulan dan dalam lingkungan keluarga. b. Memiliki penilaian diri dan wawasan diri rasional dengan rasa harga

diri yang sedang, cukup, tidak berlebihan. Memiliki rasa sehat secara moril dan tidak dihinggapi rasa-rasa berdosa atau bersalah bisa menilai penilaku orang lain yang asosial dan tidak manusiawi sebagai masyarakat yang menyimpang.

c. Punya spontanitas dan emosionalitas yang tepat. Dia mampu menjalin relasi yang erat, kuat dan lama. Seperti persahabatan, komunikasi sosial dan relasi cinta. Jarang kehilangan kontrol terhadap dirinya sendiri, penuh tenggang rasa terhadap pengalaman orang lain, dia bisa tertawa dan bergembira secara bebas dan mampu menghayati penderitaan dan kedudukan tanpa lupa diri.32

d. Mempunyai kontak dengan realitas secara efisien, tanpa ada fantasi dan angan-angan yang berlebihan. Pandangan hidup yang realistis dan cukup luas dengan besar hati, dia sanggup menerima segala cobaan hidup, kejutan-kejutan mental serta nasib buruk. Dia mempunyai kontak yang riil dan efisien dengan diri sendiri dan mudah melakukan adaptasi atau mengasimilasikan diri, jika lingkungan sosial atau dunia

luar memang tidak bisa diubah olch dirinya. Dia bisa mcnjalin vang bersifat kooperatif terhadap keadaan yang tidak bisa ditolaknya.

e. Memiliki dorongan dan nafsu-nafsu jasmaniah yang sehat dan mampu memuaskan dengan cara yang sehat, namun dia tidak bisa diperbudak oleh nafsunya sendiri. Dia mampu menikmati kesenangan hidup seperti makan, minum, rekreasi dan dapat pulih dan kclelahan. Nafsu seksnya cukup sehat, bisa metnenuhi kcbutuhan seks dengan wajar. tanpa dibcbani rasa takut dan berdosa. Dia bergairah untuk bekerja dan dengan tabah menghadapi segala kegagalan.

f. Mempunyai pengetahuan diri yang cukup dengan motif-motif hidup yang sehat dan kesadaran yang tinggi. Dia cukup realistis, karena bisa membatasi ambisi-ambisi dalam batas kenormalan. Juga patuh terhadap pantangan-pantangan pribadi dan sosial. Dia bisa melakukan kompensasi yang positif, mampu menghindari mekanisme pembelaan diri yang negatif sejauh mungkin dan mcnyalurkan rasa-rasa infeniomya.

g. Memiliki tujuan hidup yang tepat yang bisa dicapai dengan kemampuan sendiri, sebab sifatnya wajar dan realitas. Ditambah kculctan mengerjakannya demi kcmanfaatan bagi diri sendiri maupun masyarakat pada umumnya.'3

h. Memiliki kemampuan belajar dan pcngalaman hidupnya yaitu mengolah dan menerima pengalamannya dengan sikap yang luwes dan

40

bisa mcnilai kckuatan scndiri dan situasi yang dihadapi dengan sukscs. Akan dihindari semua tehnik pembenaran diri dan pelarian diri yang tidak sehat dan ia sanggup memperbaiki metode kerjanya agar lebih efisien dan lebih produktif.

i. Ada sikap cmansipasi yang sehat terhadap kclompoknya dan terhadap kebudayaannya, namun di tetap memiliki oniginalitas dan individualitas yang khas, sebab dia mampu membedakan yang baik dan yang buruk. Dia menyadari adanya kebebasan yang terbatas daiam kclompoknya tanpa memiliki kcsombongan, kemunafikan, usaha mencari muka dan tanpa ada hasrat menonjolkan diri terlalu kedepan. Lagipula dia memiliki derajat aspiratif dan toleransi yang cukup besar terhadap kebudayaan dan terhadap perubahan-perubahan sosial.

j. Ada kesanggupan untuk memuaskan tuntutan-tuntutan dan kebutuhan- kebutuhan dan kclompoknya sebab dia kompromi dengan yang lain, tidak terlalu berbeda dan tidak terlalu menyimpang. Dia bisa mengikuti adat, tata cara, dan norma-norma kelompok sendiri. Dia tetap memperhatikan rasa persahabatan, tanggung jawab dan loyalitas serta melakukan aktivitas, rekreasi yang sehat dengan anggota yang lainnya. k. Ada integritas daiam kepribadiannya, yaitu kcbulatan unsur

jasmaniahnya dan rohaniahnya, dia mudah mengadakan asimilasi dan adaptasi terhadap perubahan yang secara tepat dan punya minat pada macam-macam aktivitas. Dia juga punya moralitas dan kesadaran yang tidak kaku namun dia tetap memiliki daya konsentrasi terlmdap satu

usaha yang diminati juga tidak ada konflik-konflik scrius pada dirinya

Dokumen terkait