• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian

BAB II KAJIAN TEORETIK

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian

Kepribadian (personality) berasal dari bahasa Yunani yang berarti topeng, tetapi juga berasal dari kata personare yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai topeng.19 Yaitu topeng yang dipakai oleh aktor drama atau sandiwara yang dipakai oleh aktor Yunani kuno. Tujuan pemakaian topeng ini selain untuk menyembunyikan identitasnya, juga untuk keleluasannya dalam memerankan sosok pribadinya.20

Istilah kepribadian dalam literature memiliki ragam makna dan pendekatan. Sebagian psikolog ada yang menyebutnya dengan 1.Perseonality (kepribadian sendiri), sedang ilmu yang membahasnya disebut dengan The psychology of personality atau theory of personality, 2. Character (watak atau perangai), sedang ilmu yang membicarakannya disebut dengan the psychology of character atau characterology; 3. Type (Tipe), sedang ilmu yang membahasnya disebut dengan sedang ilmu yang membahasnya disebut dengan typology. 21

Kepribadian merupakan suatu konsep yang sudah lama dibicarakan oleh para ahli. Allport (1960) berhasil mengumpulkan beberapa konsep tentang kepribadian dari beberapa bidang dan memformulasikan suatu definisi kepribadian. Menurut Allport, kepribadian adalah organisasi yang dinamis dalam individu yang mencakup system psikofisis yang menentukan penyesuaian diri yang

18

Asy-Syaih Fuhaim Musthafa, Manhaj Pendidikan Anak Muslim, Terj. Abdillah Obid, (Jakarta: Mustaqim, 2004), h. 42.

19

Ramayulis, Psikologi Agama., (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 106. 20

Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam., (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), h. 17.

unik terhadap lingkungannya. Agar definisi itu dapat dipahami secara benar. Allport kemudian menjelaskan setiap bagian yang terkandung dalam definisi yang dibuatnya.

a. Dynamic Organization

Menurut Alport kepribadian merupakan suatu organisasi sentral yang terdiri dari komponen-komponen dan menghubungkan komponen-komponen tersebut satu sama lain. Organisasi pada kepribadian ini dinamis karena secara tetap berkembang dan berubah. Sehingga kepribadian beserta elemen-elemen yang ada di dalamnya itu aktif, selalu berkembang dan berubah, memotivasi dan mengatur diri secara dinamis.

b. Psychophysical System

Istilah ini mengimplikasikan bahwa kepribadian bukan hanya sekedar konstruk hipotesis yang dibuat oleh pengamat tapi merupakan suatu fenomena nyata yang terdiri dari elemen mental serta neural. Kedua elemen tersebut bersama-sama ada dan melebur menjadi kesatuan kepribadian.

c. Determine

Istilah ini mengandung arti bahwa kepribadian mempunyai peran aktif dalam menetapkan tingkah laku spesifik individu. Hal ini menyebabkan individu akan melakukan penyesuaian diri dan mengekspresikan tingkah laku ketika mendapatkan stimulus yang sesuai. Allford juga mengatakan bahwa kepribadian adalah sesuatu dan melakukkan sesuatu. Jadi jelas bahwa kepribadian memang berada dalam diri individu dan dasar dari tingkah laku individu.

d. Unique

Hal ini menunjukkan bahwa kepribadian pada diri individu adalah unik, sehingga sesuatu yang ada dalam diri individu serta usaha melakukan sesuatu adalah unik.

e. Adjustment to his environment

Ini mengandung arti bahwa kepribadian berfungsi untuk mempertahankan diri, yaitu melalui penyesuain diri terhadap lingkungan.22

Selanjutnya berdasarkan pengertian dari kata-kata tersebut beberapa para ahli mengemukakan definisi sebagai berikut:23 1) Allport Keperibadian adalah “susunan yang dinamis di dalam

sistem psiko-fisik (jasmani rohani) seseorang (individu) yang

menentukan dan pikirannya yang berciri khusus”

2) Mark A. May “ Apa yang memungkinkan seseorang berbuat

efektif atau memungkinkan seseorang mempunyai pengeruh terhadap orang lain. Dengan kata lain kepribadian adalah nilai

perangang social seseorang”.

3) Morrison “ Keseluruhan dari apa yang dicapai seseorang

individu dengan jalan menamilkan hasil-hasil cultural dari

evolusi sosial”.

4) C.H. Judd, Kepribadian adalah “Hasil lengkap serta

merupakan suatu keseluruhan dari proses perkembangan yang

telah dilalui individu”.

5) William Stern, menurut W. Stren kepribadian adalah: “ Suatu

kesatuan (Unita Multi Compleks) yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu dan mengandung sifat-sifat khusus

individu, yang bebas menentukan dirinya sendiri” berdasarkan

pendapat ini W. Stren menganggap bahwa Tuhan yang termasuk pribadi, karena Tuhan menurutnya mempunyai tujuan dalam diri-Nya dan tak ada tujuan lain diatasnya.

Pengertian yang diberikan oleh para ahli psikologi Barat pada hakekatnya belum menyentuh permasalahan perilaku hidup

22

Nuraida, Rihlah Nuraulia, Character Building untuk Guru, (Jakarta, Aulia Publishing House, 2007), h.59.

manusia secara keseluruhan, termasuk sikap dan perilaku keagamaan berdasarkan keimanan dan ketaqwaan. 24

Teori kepribadian Muslim dari para cendikiawan Muslim harus dapat mengungkapkan apa pengertian “kepribadian Muslim”

dan tidak perlu menjiplak sarjana psikologi Barat. Untuk mengantisipasi teori psikolgi Barat tersebut menurut cendikiawan Muslim Fadhil Al-Djamaly, yang dikutip oleh Ramayulis dalam buku Ilmu Pendidikan Islam, mengambarkan kepribadian Muslim sebagai Muslim yang berbudaya, yang hidup bersama Allah dalam tingkah laku hidupnya dan tanpa akhir ketinggiannya. Dia hidup dalam lingkungan yang luas tanpa batas ke dalamnya, dan tanpa akhir ketinggiannya. 25

Menurut D. Marimba keperibadian Muslim ialah keperibadian yaaang selurh aspek-aspeknya yakni baik tingkah laku luarnya kegiatan-kegiatan jiwanya, maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan penyerahan diri kepada-Nya.26

Sedangkan menurut Ramayulis kepribadian Islam atau Syakhshiyah al-Muslim adalah “Identitas yang dimiliki seseorang

dari keseluruhan tingkah lakunya sebagai seorang muslim baik yang ditampilkan dalam tingkah laku lahiriah maupun dalam

bentuk sikap batin”.27

Kepribadian Islam memiliki arti serangkaian perilaku normatif manusia, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, yang normanya diturunkan dari ajaran Islam, yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-Sunnah. Dari kedua sumber tersebut, para pakar berusaha berijtihad untuk mengungkap bentuk-bentuk itu diterapkan oleh pemeluknya. Rumusan kepribadian

24

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 292. 25

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,..h. 292. 26

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,..h. 68. 27

Islam di sini bersifat deduktif-normatif yang menajdi acuan bagi umat Islam untuk berperilaku.28

Kepribadian Muslim seperti digambarkan di atas mempunyai hubungan yang erat dalam suatu lingkaran hubungan yang meliputi hubungan dengan Allah, Alam dan Manusia. Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa kepribadian Muslim atau kepribadian Islam adalah ciri khas dan tingkah laku yang dimiliki seseorang yang selalu menampilkan tingkah laku kesopanan dan norma-norma agama yang meliputi aspek pisik dan psikis. Dan mampu mengembankan tugasnya sebagai khlalifah di muka bumi, serta selalu melaksanakan kewajiban sebagai hamba Allah.

Kepribadian yang seperti itu tidak ditemui dalam teori psikologi Barat, karena psikologi barat banyak dipengaruhi oleh falsafat materialistis yang menjadikan kekayaan benda menjadi tujuan hidup. Kalupun ada mereka menyebut Tuhan, agama dan keyakinan akan tetapi semuanya itu terpisah dari pergaulan dan tata laksana kegiatan duniawi. Fungsi agama hanya bersifat seremoni semata.29

2. Struktur Kepribadian Islam

Kepribadian dalam arti luas meliputi keseluruhan diri seseorang. Dan akan kelihatan dalam caranya berbuat, cara-caranya berfikir, mengeluarkan pendapat, sikapnya, minatnya, dan filsafat hidupnya serta kepercayaannya.

Struktur kepribadian yang dimaksudkan disini adalah aspek-aspek atau elemen yang terdapat pada diri manusia yang karenanya kepribadian terbentuk. Menurut al-Zarkayi yang di kutip oleh H. Abdul Mujib, bahwa studi tentang diri manusia dapat dilihat melalui tiga sudut, yaitu:

28

Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam,..h. 14. 29 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,…h. 292.

1) Jasad (fisik); apa dan bagaimana organisme dan sifat-sifat uniknya

2) Jiwa (psikis); apa dan bagaimana hakikat dan sifat uniknya. 3) Jasad dan jiwa (psikofisik); berupa akhlak, perbuatan,

gerakan, dan sebagainya.30

Ketiga kondisi tersebut dalam terminologi islam lebih dikenal dengan term al-Jasad, al-Ruh, dan al-Nafs. Jasad merupakan aspek biologis atau fisik manusia, Ruh merupakan aspek psikologis atau psikis manusia, sedangkan Nafs merupakan aspek psikologis manusia yang merupakan sinergi antara jasad dan ruh.31

1) Struktur Jisim

Jasad “jisim” adalah substansi manusia yang terdiri dari

atas struktur organisme fisik. Organisme fisik manusia lebih sempurna dibandingkan dengan organisme fisik makhluk-makhluk lain. 32

Sedangkan menurut Rafy Sapuri, jasmani adalah struktur terluar manusia, berupa badan atau tubuh fisik biologis. Keberadaannya dapat dilihat oleh mata kepala, bentuk rupanya langsung dapat dinilai. 33

Jasad memiliki natur tersendiri. Diantaranya sebagai berikut:

a) Dari alam ciptaan, yang memiliki bentuk, rupa, berkualitas, berkadar, bergerak dan diam, serta berjasad yang terdiri dari beberapa organ.

b) Sifatnya material yang dapat menangkap satu bentuk yang kongkrit, dan tidak dapat menangkap bentuk yang abstrak. c) Naturnya indrawi, emperis dan dapat disifati.34

30 Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam,…h. 56. 31

Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam,...h. 56. 32

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002), cet. Ke- 2, h. 40.

33

Rafy Safuri, Psikologi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 163. 34 Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam,…h. 69.

2) Sturktur Ruh

Ruh adalah bangunan kepribadian manusia, ruh merupakan substansi psikologis manusia yang menjadi esensi keberadaannya, baik di dunia maupun di akhirat.

Ruh adalah substansi yang memiliki nature tersendiri. Menurut pada ahli Islam yang dikutip oleh Abdul Mujib, ruh memiliki natur:

a) Kesempurnaan awal jisim manusia yang tinggi dan memiliki kehidupan dengan daya, dan Berasal dari alam perintah yang mempunyai sifat berbeda dengan jasad. (Ibn Sina)

b) Ruh ini merupakan lathifah (sesuatu yang halus) yang bersifat ruhani. Ia dapat berfikir, mengingat, mengetahui dan sebagainya. Ia juga sebagai penggerak bagi keberadaan jasad manusia. Sifatnya gaib (al-Ghazali).

c) Ruh sebagai citra kesempurnaan awal bagi jasad alami yang organik. Kesempurnaan awal ini karena ruh adapat dibedakan dengan kesempurnaan yang lain yang merupakan pelengkap dirinya, seperti yang terdapat pada berbagai perbuatan. Sedangkan disebut organik karena ruh menunjukkan jasad yang terdiri dari organ-organ (Ibn Rusyd).35

3). Sturktur Nafs

Dalam konteks ini, nafs memiliki arti psikofisik manusia, yang mana komponen jasad dan ruh telah bersinergi. Nafs memiliki nature gabungan antara nature jasad dan ruh. Apabila ia berorientasi pada nature jasad maka tingkah lakunya menjadi buruk dan celaka, tetapi apabila mengaju pada nature ruh maka kehidupannya menjadi baik dan selamat.36

Struktur nafsani merupakan dimensi psikopisik manusia. Ia memliki tiga daya pokok, yaitu kalbu (struktur supra kesadaran),

35 Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam,… h. 73. 36 Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam,…h. 79.

akal, (struktur kesadaran), dan nafsu (struktur bawah sadar). Masing-masing daya memiliki dua natur, yaitu natur jasmani dan natur kerohanian.37

Abdul Mujib juga membagikan struktur nafsani ke dalam tiga hal, yaitu:

a) Kalbu merupakan salah satu daya nafsani. Menurut Al-Ghazali yang dikutip oleh Abdul Mujib, secara tegas melihat kalbu daru dua aspek, yaitu kalbu jasmnai adalah daging sanubari yang berbentuk seperti jantung pisang yang terletak di dalam dada sebelah kiri. Sedangkan kalbu ruhani adalah sesuatu yang bersifat halus (lathif), rabbani dan ruhani yang berhubungan dengan kalbu jasmani. Bagian yang kedua ini merupakan esensi manusia.

b) Akal, secara etimologi memiliki arti al-imsak (menahan) berdasarkan makna bahasa ini, maka yang disebut orang yang berakal adalah orang yang mampu menahan dan mengikat hawa nafsu. Jika hawa nafsunya terikat maka jiwa rasionalitasnya mampu bereksistensi. Akal merupakan bagaian dari daya nafsani yang memiliki makna; akal jasmnai adalah salah satu organ tubuh yang terletak di kepala. Akal ini lazimnya disebut dengan otak. Akal ruhani adalah cahaya (al-nur) ruhani dan daya nafsani yang dipersiapkan untuk memperoleh pengetahuan.

c) Nafsu yaitu bagian dari daya nafsani yang berarti hawa nafsu yang memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan al-ghadhabiyyah dan al-syahwaniyyah. 38

Dalam uraian di atas, dapatlah penulis memberi ulasan tentang Struktur kepribadian, yaitu struktur kepribadian yang menunjukkan kepada tingkah laku, kegiatan-kegiatan jiwa dan filsafat hidup serta kepercayaan. Jika pola dan tingkah lakunya sehat. Maka, terbentuklah kepribadian

37 Ramayulis, Psikologi Agama,…h. 124.

Muslim yaitu kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan.

3. Bentuk-Bentuk Tipologi Kepribadian dalam Islam

Tipologi kepribadian dalam Islam yang dimaksud di sini adalah satu pola karakteristik berupa sekumpulan sifat-sifat yang sama, yang berperan sebagai penentu ciri khas seseorang muslim. Perbedaan pola kararteristik itu baik antara sesame muslim atau antara sesorang muslim dengan non-Muslim.

Bentuk-bentuk tipologi kepribadian dalam Islam adalah: 1) Kepribadian Ammarah (Nafs al-Ammarah)

Kepribadian ammarah adalah kepribadian yang cenderung pada tabiat jasad dan mengejar pada prinsip-prinsip kenikmatan.39 Kepribadian ammarah juga cenderung melakukan perbuatan-perbuatan rendah sesuai dengan naluri primitifnya, sehingga ia merupakan tempat dan sumber kejelekan dan perbuatan tercela. 40

Firman Allah dalam surat Yusuf ayat 53, yaitu:

                      

“Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang.” (QS. Yusuf 12: 53)41

Kepribadian ammarah dapat beranjak kepada kepribadian yang lebih baik apabila ia telah diberi rahmat oleh Allah Awt. Yaitu dengan cara menahan hawa nafsu dan melatih diri untuk berbuat baik, seperti dengan berpuasa, shalat, sedakah, tolong menolong dan sebagainya.

2) Kepribadian Lawwamah (Nafs al-Lawwamah)

Kepribadian lawwamah adalah kepribadian yang mencela perbuatan buruknya setelah memperoleh cahaya kalbu. Ia bangkit untuk

39

Netty Hartati. Dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004) cet. Ke-1, h. 166.

40

Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam.., h. 176. 41

memperbaiki kebimbangannya dan kadang-kadang tumbuh perbuatan yang buruk yang disebabkan oleh watak gelapnya. Tetapi kemudian ia diingatkan lagi oleh nur Ilahi, sehingga ia bertaubat dan memohon ampunan.42

3) Kepribadian Muthmainnah (Nafs al-Muthmainnah)

Kepribadian muthmainnah adalah kepribadian yang tenang setelah diberi kesempurnaan nur kalbu, sehingga dapat meninggalkan sifat-sifat tercela dan tumbuh sifat-sifat yang baik. Kepribadian ini selalu berorientasi ke komponen kalbu untuk mendapatkan kesucian dan menghilangkan kotoran. 43 Firman Allah Swt:                 

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. (QS. Al-Fajr 89:27-28).44

4. Pengembangan Kepribadian dalam Islam

Dalam pengembangan kepribadian Islam, hal yang paling utama untuk diperhatikan adalah pengembangan qalb (hati). Hati yaitu tempat bermuara segala kebaikan Ilahiyah kerana ruh ada di dalamnya. Secara psikologis, hati adalah cerminan baik buruk seseorang.45

Pengembangan kepribadian Islam dapat ditempuh dengan dua cara pendekatan, yaitu:

1) Pendekatan Konten

Pendekatan Konten, yaitu serangkaian metode dan materi dalam pengembangan kepribadian yang secara hierarkis dilakukan oleh individu, dari jenjang yang terendah menuju jenjang yang paling tinggi, untuk penyembuhan dan peningkatan kepribadiannya.46

42

Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, h. 176. 43 Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam,… h. 177. 44

Departemen Agama RI, Al-Qur’an,..h. 1059. 45 Rafy Safuri, Psikologi Islam,…h. 113. 46 Rafy Safuri, Psikologi Islam,…h. 115.

Kiat-kiat pengembangan kepribadian Islam menurut pendekatan konten dapat ditempuh melalui tiga tahap, yaitu:

Pertama, Tahapan permulaan (al-bidayah). Pada tahapan ini manusia merasa rindu kepada Khaliknya. Ia sadar bahwa keinginan untuk berjumpa itu terdapat tabir (al-hijab) yang menghalangi interaksi dan komunitasnya, sehingga ia berusaha menghilangkan tabir tersebut. Tahapan ini disebut juga dengan tahapan Takhalli, yaitu mengosongkan diri dari segala sifat-sifat yang kotor, maksiat, dan tercela.

Kedua, Tahapan sesungguhan dalam menempuh kebaikan (al-mujahadah). Pada tahapan ini kepribadian seseorang telah bersih dari sifat-sifat tercela dan maksiat. Untuk kemudia ia berusaha secara sungguh-sungguh denga cara mengisi diri dengan perilaku yang mulia.

Tahapan kedua ini harus ditopang oleh tujuh pendidikan dan oleh batin (riyadhat al-nafs), yaitu sebagai berikut:

a) Musyarathah, yaitu menetapkan syarat-syarat atau kontrak pada jiwa agar ia dapat melaksanakan tugas dengan baik dan menjauhi segala larangan.

b) Muraqabah, yaitu mawas diri dan penuh waspada dengan seganap kekuatan jiwa dan pikiran dari perilaku maksiat, agar ia selalu dekat kepada Allah.

c) Muhasabah, yaitu intripeksi, membuat perhitingan atau melihat kembali tingkah laku yang diperbuat, apakah sesuai dengan apa yang disyaratkan sebelumnya atau tidak.

d) Mu’aqabah, yaitu menghukum diri karena dalam perniagaan rabbani selalu mengalami kerugian. Dalam aktivitasnya, prilaku buruk individu lebih dominant dari pada yang baik.

e) Mujahadah, yaitu berusaha menjadi baik dengan sungguh-sungguh, sehinga tidak ada waktu, tempat dan keadaan untuk main-main, apalagi melakukan perilaku yang buruk. Segala tindakan yang diaktualkan harus sesuai dengan apa yang ada di dalam jiwa terdalamnya.

f) Mu’atabah, yaitu menyesali dan mencela diri atas perbuatan dosanya dengan cara berjanji untuk tidak melakukan perbuatan itu lagi serta melakukan perbuatan yang positif untuk menutup perbuatan yang negatif.

g) Mukasyafah, yaitu membuka penghalang atau tabir agar tersingkap ayat-ayat dan rahasia-rahasia Allah. Mukasyafah juga diartikan jalinan dua jiwa yang jatuh cinta dan penuh kasih saying, sehingga masing-masing rahasia diketahui satu dengan yang lainnya.

Ketiga, tahapan merasakan (al-mudziqat). Pada tahapan ini seorang hamba tidak sekedar menjalankan perintah Khalik-Nya dann menjahui larangan-Nya, tetapai ia merasakan kelezatan, kedekatan, kerinduan bahkan bersamaan dengan-Nya. Tahapan ini disebut dengan tahapan tajalli. Tajalli adalah menampakkan sifat-sifat Allah Swt pada diri manusia setelah sifat-sifat buruknya dihilangkan dan tabir yang menghalangi menjadi sirna.47

Apabila seseorang yang mampu membuka tabir dan menjadi dekat kepada Allah Swt. dalam kepribadian islam lebih dikenal dengan insan al-kamil (manusia sempurna). Ia tidak bersatu dengan apa yang disekitarnya, tetapi hanya bersatu dengan sifat-sifat Tuhan.

2) Rentang Kehidupan

Pendekatan rentang kehidupan, yaitu serangkaian perilaku yang dikaitkan dengan tugas-tugas perkembangan menurut rentang usia.48

Di dalam Al-Quran terdapat tiga fase besar, yaitu fase sebelum kehidupan dunia, fase dunia, dan fase kehidupan setalah mati. Upaya-upaya pengembangan kepribadian hanya dipilih fase kehidupan didunia yang memiliki delapan fase, yaitu:

Petama, Fase pra-konsepsi, yaitu fase perkembangan manusia sebelum masa pembuahan seperma dan ovum. Di dalam Islam seseorang dianjurkan bahkan diwajibkan menikah untuk melestarikan keturunan.

47

Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam,…h. 389-394. 48 Rafy Safuri, Psikologi Islam,…. 117.

Upaya-upaya pengembangan fase ini adalah:

a) Mencari pasangan hidup yang baik, segera menikah secara sah setelah cukup umur.

b) Membangun keluarga yang sakinah.

c) Senantiasa berdoa kepada Allah agar diberi keturunan yang baik. Kedua, Fase pra-natal, yaitu fase perkembangan manusia yang dimulai dari pembuahan sperma dan ovum sampai masa kelahiran.

Upaya-upaya pengembangan kepribadian pada fase ini adalah sebagai berikut:

a) Memelihara lingkungan psikologis yang ssakinah, rahmah dan mawaddah, agar secara psikologis janin dapat berkembang secara normal. Bayi yang lahir dari keluarga broken home akan mewarisi sifat-sifat atau karakter orang tua yang buruk.

b) Senantiasa meningkatkan ibadah dan meninggalkan maksiat, terutama bagi ibu, agar janinnya mendapat nur hidayah dari Allah Swt.

Ketiga, Fase neo-natus, dimulai kelahiran sampai kira-kira minggu keempat. Upaya-upaya pengembangan kepribadian pada fase ini yang dilakukan orang tua adalah:

a) Membaca azan di telinga kanan dan membaca iqamah di telinga kiri ketika anak baru lahir.

b) Memotong akikah yaitu menunjukkan rasa syukur kepada Allah juga sebagai lambing atau symbol pengorbanan dan kepedulian sang orang tua terhadap kelahiran bayinya

c) Memberi nama yang baik, yaitu nama secara psikologis mengingat atau berkolerasi dengan perilaku yang baik,

d) Memberi ASI sampai usia dua tahun, selain itu ASI memiliki komposisi gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi.

Keempat, Fase kanak-kanak, fase kanak-kanak, yaitu fase yang dimulai usia sebulan sampai usia sekitar tujuh tahun. Upaya-upaya pengembangan kepribadian pada fase ini adalah:

a) Menumbuhkan potensi-potensi indera dan psikologis, seperti pendengaran, penglihatan, dan hati nurani. Tugas orang tua adalah bagaimana cara merangsang pertumbuhan berbagai potensi tersebut agar anak mampu berkembang secara maksimal.

b) Mempersiapkan diri dengan cara membiasakan dan melatih hidup yang baik, seperti dalam berbicara, makan, bergaul dan berprilaku. Ketiga, pengenalan aspek-aspek doctrinal agama, terutama yang berkaitan dengan keimanan, melalui metode cerita dan uswah hasanah.

Kelima, Fase tamyiz, yaitu fase di mana anak mulai mampu membedakan yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, fase ini dimulai usia sekitar tujuh tahun sampai 12 atau 13 tahun. Upaya-upaya pengembangan kepribadian adalah sebagai berikut:

a) Mengubah persepsi konkret menuju pada persepsi yang abstrak, misalnya persepsi mengenai ide-ide ketuhanan, alam akhirat dan sebagainya.

b) Pengembangan ajaran-ajaran normatif agama melalui institusi sekolah, baik yang berkenaan dengan aspek kognitif, efektif maupun psikomotorik.

Keenam, fase baligh, yaitu fase di mana usia anak telah sampai dewasa. Usia ini anak telah memiliki kesadaran penuh akan dirinya, sehingga ia diberi beban tanggung jawab (taklif). Upaya-upaya pengembangan kepribadian pada fase ini adalah:

a) Memahami segala titah (al-khithab) AllahSwt, dengan memperdalam ilmu pengetahuan.

b) Menginternalisasikan keimanan dan pengetahuan dalam tingkah laku nyata, baik yang berhubungan dengan diri sendiri, keluarga, komunitas sosial, alam semesta, maupun pada Tuhan.

c) Memiliki kesedian untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuat.

d) Membentengi diri dari segala perbuatan maksiat dan mengisi dengan perbuatan baik.

e) Menikah, jika telah memiliki kemampuan, baik kemampuan fisi maupun psikis.

f) Membina kelaurga yang sakinah, yaitu keluarga dalam menempuh bahtera kehidupan selalu dalam keadaan cinta dan kasih saying dengan landasan keimanan dan ketakwaan.

g) Mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang bermanfaat bagi

Dokumen terkait