• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menanamkan Rasa ingin Tahu (Pendidikan Akal)

BAB IV HASIL PENELITIAN

D. Menanamkan Rasa ingin Tahu (Pendidikan Akal)

Seorang anak membutuhkan rasa ingin tahu. Diantara gerak dan tingkah alku anak banyak menunjukkan bahwa ia ingin tahu, misalnya setiap benda atau apa saja yang terdapat disekitarnya, menggugah perhatiannya, lalu benda itu di periksanya dengan tangan dan mulutnya. Karena itu tidak patut apabila orangtua membentak anak ketika ia sedang melakukannyaatau mencegahnya dari pencarian dan rasa ingi tahunya tanpa suatu alasan. Dan kalaupun tujuannya untuk mendidik maka tidaklah hal itu dilakukan terlalu lama.

Menurut Zakyah Daradjat kebutuhan ingin tahu tentang lingkungannya adalah termasuk faktor yang penting untuk menumbuhkan kesanggupan padanya. Oleh karena itu orang tua harus memperhatikan hal ini dalam mendidik anaknya. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan ini ialah dengan aktivitas sendiri (permainan). Akan tetapi permainan pada umur kanak-kanak itu permainannya tidak menentu, karena itu orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam memimpin anak-anak.9

Ramayulis dalam bukunya “Pendidikan Islam Dalam rumah

Tangga” menyebutkan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pendidikan akal anak-anak adalah :

1. Anak-anak harus diberi kesempatan bergerak dan diajar cara yang akan menolongnya untuk mencapai kebutuhan jiwanya. Supaya jangan mereka merasa tidak tentram dan merasa tidak mendapat perhatian dan penghargaan. Juga dalam mendidik anak-anak jangan digunakan

9

cara ancaman, kekejaman dan siksaan badan, dan ia juga jangan merasa diabaikan dan merasa kekurangan dan kelemahan. Begitu juga jangan dilukai perasaan mereka dengankeritik tajam, ejekan cemoohan, menganggap enteng pendapatnya serta membandingkannya dengan anak-anak tetangga dan kaum kerabat yang lain.

2. Berikanlah ia peluang untuk menyatakan diri, keinginan, pikiran, dan pendapat mereka dengan menyatakan secara sopan dan hormat, di samping menolong mereka berhasil dalam pelajaran dan menunaikan tugas yang dipikulkan kepadanya.

3. Ajarkan kepada mereka berbagai jenis ilmu yang dapat merangsangnya untuk mempergunakan fikirannya, seperti ilmu mantik, matematika dan sebagainya.10

Berdasarkan hal-hal tersebut bahwa keluarga dalam hal ini orang tua jelas berperan dalam perkembangan dan mengembangkan kepribadian anak dalam hal ini remaja. Orangtua menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran kepribadian sesorang setelah dewasa. Jadi gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seseorang setelah dewasa, banyak ditentukan oleh keadaan dan proses-proses yang ada dan terjadi sebelumnya. Para ahli sependapat bahwa dasar kepribadian anak ditanamkan dan terpola pada tahun-tahun awal kehidupan anak. 11

Keluarga dianggap sebagai tempat berkembangnya individu, dimana keluarga ini merupakan sumber utama dari sekian sumber-sumber pendidikan nalar seorang anak. Keluarga ini juga dinilai sebagai lapangan pertama, dimana di dalamnya seorang anak akan menemukan pengaruh-pengaruh dan unsur-unsur kebudayaan yang berlaku di masyarakatnya.12

10

Ramayulis Dkk, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Radar Jaya Offset), h. 86-87.

11

Singgih D. Gunasa, Yulia Singgih D. Gunasa, Anak Remaja dan Keluarga,(Jakarta: Penerbit Libri, 2011 ), h. 93.

12

Asy-Syaih Fuhaim Musthafa, Manhaj Pendidikan Anak Muslim, Terj. Abdillah Obid, (Jakarta: Mustaqim, 2004), h. 42.

Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang bersifat kodrati, karena antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai terdidik terdapat hubungan darah. Karena itu kewenangannya pun bersifat kodrati pula. Sifat yang demikian, membawa hubungan antara pendidik dan terdidik menjadi sangat erat. Fungsi lembaga pendidikan keluarga, antara lain yaitu:

1. Merupakan pengalaman pertama pada masa kanak-kanak, lembaga pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama yang merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak.

2. Di dalam keluarga menjamin kehidupan emosi anak, kehidupan emosional ini merupakan salah satu faktor yang penting di dalam membentuk pribadi sesorang.

3. Menanamkan dasar pendidikan moral, di dalam keluarga juga merupakan penanaman utama dasar-dasar moral bagi anak, yang biasanya tercermin dalam sikap dan perilaku orang tua sebagai teladan yang dapat dicontohi anak.

4. Memberikan dasar pendidikan sosial, di dalam kehidupan keluarga, merupakan basis yang sangat penting dalam peletakan dasar-dasar pendidikan sosial anak. Sebab pada dasarnya keluarga merupakan lembaga sosial resmi yang minimal terdiri dari ayah, ibu dan anak.

5. Peletak dasar-dasar keagamaan, masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk meresapkan dasar-dasar hidup beragama. Anak-anak dibiasakan ikut serta ke masjid bersama-sama untuk menjalankan ibadah, mendengar ceramah keagamaan kegiatan seperti ini besar sekali pengaruhnya terhadap keperibadian anak.13

Lingkungan rumah khususnya orangtua menjadi teramat penting

sebagai “tempat persemaian” dari benih-benih yang akan tumbuh dan berkembang lebih lanjut. Namun orangtua seringkali terlalu memercayakan perkembangan dan pendidikan anak kepada orang lain.14

13

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, ..h. 39-43 14

Sebagaimana hakikat dari perkembangan yang membutuhkan campur tangan orang-orang yang ada di sekeliling kehidupan anak, yakni yang pertama dan terutama adalah orang tuanya sendiri, demikian pula dalam usaha mempersiapkan anak menghadapi remaja. Dalam hal ini, orang tua tentu saja meliputi ayah dan ibu.

Masa remaja merupakan masa yang dalam kondisi bimbang dan gamang, biasanya kondisi seperti ini akan mudah terpengaruh oleh lingkungannya baik pengaruh positif atau negatif. Jika tidak diiringi dengan bimbingan keagamaan secara baik maka akan menjadi berbahaya terhadap pembentukan mental/jiwa remaja.

Sikap beragama remaja merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seorang remaja yang mendorong sisi orang untuk bertingkah laku yang berkaitan dengan agama. Sikap keagamaan terbentuk karena adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai komponen kognitif, perasaan terhadap agama sebagai komponen efektif dan perilaku terhadap agama sebagai komponen kognatif. Di dalam sikap keagamaan antara komponen kognitif, efektif dan kognatif saling berintegrasi sesamanya secara kompleks.15

Melihat lingkup tanggung jawab pendidikan Islam yang meliputi kehidupan dunia dan akhirat dalam arti yang luas dapatlah diperkirakan bahwa

para orang tua tidak mungkin dapat memikulnya sendiri secara “sempurna”,

lebih-lebih dalam masyarakat yang senantiasa berkembang maju. Hal ini bukanlah merupakan aib karena tanggung jawab tersebut tidaklah harus sepenuhnya dipikul oleh orangtua secara sendiri-sendiri, sebab mereka, sebagaimana manusia mempunyai keterbatasan-keterbatasan. Namun demikian patutlah diingat bahwa setiap orang tua tidak dapat mengelakkan tanggung jawab itu. Artinya, pada akhirnya, betapapun juga, tanggung jawab pendidikan itu berada dan kembali atau terpulang kepada orang tua juga.

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan kedua bagi anak. Di sekolah anak akan mendapatkan pendidikan yang intensif. Sekolah merupakan

15

tumpuan dan harapan orang tua, masyarakat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Karena sekolah membantu orang tua dalam menanamkan budi pekerti yang baik, sekolah juga melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu yang sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan. Sekolah berfungsi untuk membantu keluarga menanamkan nilai-nilai pendidikan kepada anak-anak yang berhubungan dengan sikap dan kepribadian yang mulia serta pikiran yang cerdas, sehingga nantinya akan menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat.

Di dalam keluarga orang tua tidak mempuyai kesempatan memberi pendidikan dan pengajaran kepada anak-anak. Orang tua harus bekerja sepanjang hari untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi rumah tangga, sehingga salah satu dari tugas pendidikan keluarga diserahkan kepada guru atau sekolah. Jadi, tugas yang dilakukan guru di sekolah merupakan perlimpahan sebagian tanggung jawab orang tua sebagai kelanjutan dari pendidikan dalam keluarga.

Sekolah juga merupakan gambaran makro bagi rumah tangga, karena di sana anak-anak mendapat kawan bergaul dan mendapatkan guru selaku orang tua yang menemaninya dalam bermain, memberi tuntunan dan motivasi, bersikap lemah lembut dan kasih sayang.

Adapun sikap yang harus dimiliki oleh seorang guru di sekolah harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan tauladan oleh anak-anak di sekolah. Antara lain:

a. Zuhud (tidak mengutamakan materi) dan mengajar karena mencari keridlaan Allah.

b. Guru yang suci (jasmani dan rohani) c. Ikhlas dalam perbuatan atau pekerjaan. d. Bersikap pemaaf.

e. Mempunyai sifat-sifat kemuliaan dan kewibawaan.

f. Seorang guru harus menguasai materi pelajaran serta senantiasa memperdalam materi pelajaran tentang itu.16

16

Djumransjah dan Abdul Malik Karim Amrullah, Pendidikan Islam menggali Tradisi Meneguhkan Eksistensi, (Malang: UIN Malang Perss, 2007), h. 96.

Di samping itu, seorang guru di sekolah harus menjadi pusat keteladanan bagi anak-anak didiknya. Dalam segala materi pelajaran guru selalu mengaitkan dengan penanaman nilai-nilai keimanan dan akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam.

Lingkungan masyarakat merupakan sebagai pusat pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah. Di Masyarakat terdapat norma-norma yang harus diikuti oleh seorang anak dan norma-norma-norma-norma itu berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak, dalam bertindak dan bersikap. Anak-anak secara tidak langsung menerima pendidikan dari para pemimpin masyarakat, pemimpin agama, dan tokoh-tokoh masyarakat untuk membentuk kebiasaan, pengetahuan, minat, dan sikap. Para tokoh, penguasa dan para pemimpin yang mengelola lembaga-lembaga pendidikan seperti: organisasi-organisasi sosial keagamaan, organisasi pemuda, kesenian, olahraga dan lain sebagainya dapat membantu terselenggranya pendidikan dalam upaya untuk menambah ilmu pengetahuan, kesusilaan, tingkah laku, ketrampilan pada anak.

Pendidikan merupakan tolak ukur maju mundurnya suatu bangsa dan Negara, karena pendidikan merupakan suatu kekuatan yang mempunyai kewenangan yang besar bagi bangsa dan Negara. Untuk menciptakan suatu masyarakat yang hidup makmur dan hidup bahagia, baik menyangkut aspek lahiriah maupun bathiniah tidak bisa dipisahkan dengan pendidikan. Artinya proses kehidupan manusia untuk mendapatkan kebahagian baik di dunia maupun di akhirat adalah menjadi tanggung jawab bersama baik keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah. Peran pemerintah sangat mempengaruhi sekali terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Seperti sarana dan prasarana, pembiayaan pendidikan, tenaga kependidikan, dan fasilitas lainnya serta berbagai perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan, media dan teknologi yang dilakukan pemerintah.

Di zaman modern sekarang ini perkembangan media dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi pola hidup masyarakat, termasuk anak-anak.

Hampir semua aspek kehidupan, khususnya di kota-kota besar, dipengaruhi oleh media dan teknologi. Contoh yang paling nyata adalah cara orang berkomunikasi, bahkan sekarang ini sudah sampai di pedesaan, menggunakan seluler atau handpone dalam berkomunikasi. Komunikasi melalui internet juga sudah menjamur.

Dalam hal ini peran media dan teknologi sangat penting untuk menumbuhkan kemampuan anak, di antara nilai-nilai positif media dan teknologi untuk anak yaitu:

a. Mengembangkan tingkatan kefahaman anak pada beberapa permasalahan Islam, ilmiah, dan sosial.

b. Meningkatkan kemampuan dalam berintraksi dengan berbagai media komunikasi yang beragam.

c. Mengembangkan kemampuan berfikir secara ilmiah dan memecahkan berbagai masalah.

d. Mengembangkan kemampuan dalam belajar sendiri (active learning) yang selalu memotivasi si anak untuk selalu mencari berbagai sumber ilmu pengetahuan dan informasi.

e. Belajar melalui kebiasaan untuk mempergunakan mainan-mainan elektronik.17

Dengan demikian betapa pentingnya media dan teknologi dalam membantu kreatifitas dan perkembangan nalar anak, untuk itu sudah selayaknya anak-anak mengetahui dalam mempergunakan berbagai alat elektronik dapat menjadi modal tersendiri bagi anak untuk mentafsirkan serta memperkuat informasi, data dan pengetahuan Islam. Di samping itu, orang tua harus selalu mengawasi anak-anaknya dalam mempergunakan alat-alat elektronik, karena dampak negatif dari media tersebut sangat merusak moral dan akhlak anak, seperti situs-situs porno dan tayangan yang tidak mendidik untuk anak.

Pada akhirnya, perlu disampaikan beberapa hal penting dalam cara mempersiapkan anak menghadapi masa remaja, yakni:

17

a. Perlunya menciptakan suasana yang baik dalam keluarga, jauh dari ketegangan emosi, jauh dari uapan yang disertai bentakan atau cercaan, jauh pula dari suasana yang menimbulkan perasaan benci, kesal dan bermusuhan. Sebaliknya perlu keadaan penuh kedamaian, sikap dan uapan yang menyenangkan, menyejukkan

sehingga dirasakan “rumahku adalah istanaku”. Dalam suasana

yang baik, usaha mempengaruhi aspek karakter pada anak akan lebih mudah dilakukan.

b. Perlu dilakukan pendekatan pribadi dengan dasar perbedaan perorangan sehingga semua usaha memengaruhi anak harus terpusat pada anak itu sendiri. Misalnya dalam menghadapi anak pertama mungkin berbeda dengan anak kedua, karena secara keseluruhan kedua pribadi anak memang tidak sama.

c. Perlunya memperhatikan prinsip ulangan untuk memperkuat sesuatu agar kelak bisa mantap sebagai bagian dari kepribadiannya. d. Meskipun faktor imitasi perlu dan orangtua harus memperlihatkan keteladanan bagi anaknya, tetapi kemauan, kemampuan dan teknik berbicara dengan anak perlu diperhatikan.18

Manusia sering disebut dengan homo religius ( makhluk beragama), ini menunjukkan bahwa manusia mempunyai potensi dasar ( fitrah keagamaan) yang bisa dikembangkan sebagai makhluk yang beragama. Sehingga manusia mempunyai kesiapan untuk menerima pengaruh dari luar sehingga dirinya dapat dibentuk menjadi makhluk yang memiliki rasa dan prilaku keagamaan. Pengaruh tersebut dapat berupa bimbingan, pembinaan, latihan, pendidikan atau yang lainnya, yang secara umum disebut sosialisasi.

Dengan demikian, selain fitrah keagamaan yang dimiliki manusia, ada faktor-faktor lain dari luar diri manusia ( ekstern) yang dapat

18Ma’mur daud, Terjemah Shahih Muslim, Jilid 4, ( Jakarta: Widjaya, 1984), cet. Ke-1, h. 242.

berpengaruh dalam perkembangan sikap keberagamaan manusia, factor itu antara:

1). Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana dalam kehidupan manusia. Kehidupan keluarga menjadi fase sosialisasi pertama bagi pembentukan sikap keberagamaan seseorang. Karena merupakan gambaran kehidupan, sebelum sesorang mengenal kehidupan luar. Pengalaman hidup dalam keluarga akan menjadi pegangan untuk menjalani kehidupan selanjutnya.

Keluarga terutama kedua orang tua sangat beperan dalam pembentukan sikap keberagamaan seseorang.

2). Lingkungan sekolah

Lingkungan intitusional yang ikut menunjang terbentuknya sikap keberagamaan diantaranya yaitu sekolah. Sekolah menjadi pelanjut dari pendidikan keluarga dan turut serta memberi pengaruh dalam perkembangan dan pembentukan sikap beragama seseorang ( remaja).19 Dalam kehidupan manusia, kepribadian merupakan hal yang sangat penting sekali, sebab aspek ini akan menentukan sikap identitas diri seseorang. Baik dan buruknya seseorang itu akan terlihat dari kepribadian yang dimiliknya. Oleh karena itu, perkembangan kepribadian ini sangat tergantung kepada baik atau tidaknya proses pendidikan yang ditempuh.

Dalam sabda Rasullullah SAW tertera bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, dari sabda ini dapat dijelaskan bahwa anak belum dapat berbuat apa-apa terhadap banyak hal di dalam kehidupan di dunia oleh karena itu anak akan menerima berbagai pengaruh dari luar melalui indera yang dimilikinya,

pengaruh-pengaruh tersebut sangat berhubungan dengan perkembangan intelektual anak, tingkat konsentrasi anak, tingkat kewaspadaan anak dan juga perkembangan sosial anak.

Dalam menanggapi pengaruh-pengaruh yang mempengaruhi perkembangan remaja yang di dalamnya terdapat dari banyak segi, diantaranya segi lingkungan sekitar remaja, pemerintah dan media teknologi, konsep pendidikan islam merupakan sebuah model pendidikan yang baik dalam mendidik dan membina anak yang bersumber dari Al-qur’an dan Sunnah Rasul, karena di dalamnya

terdapat berbagai bidang kehidupan, diantaranya tentang akidah, akhlah, ibadah, hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan keluarga, dan lain sebagainya.

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Keluarga dalam hal ini adalah orang tua memiliki peranan yang sangat penting terhadap pendidikan remaja, terutama pada pendidikan agama islam harus di terapkan pada anak. Keluarga juga harus memberikan bimbingan dan arahan sebaik mungkin kepada remaja, karena anak atau remajadi sini adalah merupakan anugerah yang diberikan Allah yang harus dijaga.

Berdasarkan penjabaran pada bab-bab sebelumnya yang membahas

tentang “Peran Pendidikan Agama Islam dikeluarga dalam Membentuk Kepribadian Remaja” dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Pendidikan Agama Islam berperan penting dalam menanamkan nilai-nilai agama Islam pada remaja. 2) Pendidikan Agama Islam berperan penting pada pembinaan ibadah pada remaja, 3) Pendidikan Agama Islam berperan penting menanamkan nilai-nilai akhlak pada remaja, 4) Pendidikan Agama Islam berperan penting dalam menanamkan rasa ingin tahu (akal pikiran) bagi remaja.

Jadi jelas bahwa orang tua wajib memberikan pendidikan agama Islam kepada anak remajanya, karena dengan adanya peran Pendidikan Agama Islam dikeluarga dalam membentuk Kepribadian Remaja, remaja akan mampu

tumbuh berkembang dan mampu menghadapi tantangan zaman modern sekarang ini, serta mampu menjalani kehidupannya sebagai hamba Allah SWT.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpuan di atas bahwa pendidikan agama Islam berperan penting dikeluarga dalam membentuk kepribadian remaja sehingga keluarga dalam hal ini adalah orang tua wajib dan harus memberikan dan mengajarkan pendidikan agama Islam kepada anak-anaknya sejak sedini mungkin agar kelak kepribadian anaknya jika sudah besar memiliki kepribadian yang baik sehingga mampu menghadapi berbagai tantangan yang timbul di era modern saat ini.

C. Saran-Saran

Setelah penulis meneliti serta mengamati peran pendidikan agama Islam dikeluarga dalam membentuk kepribadian remaja. maka dalam kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Hendaknya pihak keluarga selalu berusaha menanamkan pendidikan agama Islam dalam membentuk kepribadian ramaja.

2. Hendaknya pihak keluarga mengembangkan peran pendidikan agama Islam lebih besar lagi selain pada aspek yang telah penulis sebutkan di atas mengingat tantangan remaja semakin kompleks.

3. Hendaknya pihak keluarga bekerjasama dengan pihak sekolah, masyarakat dalam membentuk kepribadian remaja.

Daftar Pustaka

Abdur Rahman, Jamal, Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasullullah SAW, terj. Bahrun Abubakar Ihsan Zubaidi, Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2000

Akbar, Ali, Merawat Cinta Kasih untuk Mewujudkan Keluarga Sejahtera, Membina Keluarga Bahagia, Jakarta: Pustaka Antara, 1996

Ahmadi, Abu, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Bandung: Amrica, 1985

Affandi, MA, Bisri, H. Dirasat Islamiyah I, Surabaya: CV Aneka Bahagia, 1993

Al-Abrasyi, M. Athiyah, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1970

Ali, Atabih, Kamus Inggeris Indonesia Arab, Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 2003 cet.Ke-I

Alipandie, Imansyah, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, Surabaya: Usaha Nasional, 1984

Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1973

An-Nahlawi, Abdurahman, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, cet. Ke-II

Anshori, Syaifudin, Wawasan Islam Pokok Pemikiran Tentang Islam dan Umatnya, Jakarta, 1986

Arifin, H.M, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Lingkungan Sekolah dan Keluarga, 1997

Arief, Armai, Reformasi Pendidikan Islam, Jakarta: CRSD Press, 2007 cet. Ke. 2

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, 1992, cet. Ke-VIII

Bawani, Imam, Segi- Segi Pendidikan Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1987

BP-7 pusat, UUD-P5-GBHN, Jakarta, 1993

Daradjat, Zakyah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: CV.Ruhama, 1995

Daradjat, Zakyah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2012

Daud, Ma’mur, Terjemah Shahih Muslim, Jilid 4, Jakarta: Widjaya, 1984, cet. Ke-1

Depag RI Al-Qur an dan Terjemahannya, Bandung: Diponegoro, 1989

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Bina Pustaka, 1980, cet. Ke-1

Fuhaim, Asy-Syaih Musthafa, Manhaj Pendidikan Anak Muslim, Terj. Abdillah Obid, Jakarta: Mustaqim, 2004

Ghazalba, Sidi, Masjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1989, cet.Ke-V

Hartati, Netty, Dkk, Islam dan Psikologi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, cet. 1

Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakartah : Erlangga, 1980

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PTRaja Grafindo Persada, 2004), Cet. VIII

Kholil, Umam, Ikhtisar Ilmu Pendidikan Islam, Surabaya: Duta Aksara, 1998 Knoers, PJ. Monks-A.M. P, Haditono, Siti Rahayu, Psikologi perkembangan

Pengantar dalam berbagai bagiannya, Yogyakarta: Gadjah Mada university Press, 2002

Mahyudi, Kuliah Akhlak Tasawuf, Jakarta: Alam Mulia,1991.

Malik, Abdul karim Amrullaah, dan Djumransjah, Pendidikan Islam menggali Tradisi Meneguhkan Eksistensi, Malang: UIN Malang Perss, 2007

Marimaba, D. Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung; Alma’arif, 1989, cet. Ke- VIII

Muhaimin, dkk, Strategi Belajar Mengajar Penerapannya dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Surabaya: CV Citra Media, 1996

Mujib, Abdul, Kepribadian dalam Psikologi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006

Mujib, Abdul, dan Mudzakir, Jusuf, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, cet. 2

Mujib Abdul, dan Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Agama Islam, Bandung: Trigenda Karya, 1993

Munandar, Utami, Membina Keluarga Bahagia, Jakarta: Pustaka Anatra, 1992, cet. Ke-2

Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos wacana Ilmu, 1997, cet. Ke-1

Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia

Noto Widegdo, Noto Widegdo, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Pustaka Anta, 1992, cet. Ke-4

Nuraulia, Rihlah, Nuraida, Character Building untuk Guru, Jakarta, Aulia Publishing House, 2007

Porbakawatja, Soegarda, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1976

Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995, cet. Ke-8

Rahmat, Jalaludin, dan Ganda Atmaja, mukhtar, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994, cet. Ke-2 Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2002

_______. Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2002, cet. Ke-7

_______. Dkk, Pendidikan Islam dalam Rumah tangga, Jakarta: Radar Jaya Offset

Razak, Nasrudin, Dienul Islam, Bandung: Al-Ma’arif 1986

Sabri, M. Alisuf , Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999, cet.

Dokumen terkait