• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bayi Baru Lahir

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan IMD

A. Faktor Ibu

Menurut King (1993), faktor-faktor yang menyebabkan ibu tidak menyusui bayinya adalah :

1. Payudara Terlalu Penuh dan Nyeri

Hal ini disebabkan oleh ASI yang mengisi payudara, dan sebagian disebabkan peningkatan jumlah darah dan cairan di jaringan ikat. Pada banyak wanita, payudara hanya terasa penuh. Ibu harus sering menyusui bayinya untuk mengeluarkan ASI.

Bila ASI tidak cukup banyak dikeluarkan, payudara bisa terbendung sehingga terasa nyeri dan terasa sakit bila tersentuh. Dalam keadaan ini, ASI bisa berhenti mengalir. Bendungan lebih sering terjadi setelah persalinan di rumah sakit daripada persalinan di rumah. Terutama di rumah sakit yang memberikan makanan prelakteal dan yang memberikan makanan bayi berdasarkan jam.

Biasanya setelah beberapa hari, pembendungan akan berhenti. Tetapi, ibu yang menderita pembendungan harus ditolong agar merasa tetap nyaman dan terus menyusui bayinya walaupun payudaranya terbendung. Bila tidak ditolong, proses menyusui bisa gagal.

2. Ada Benjolan Nyeri pada Payudara a. Saluran Terhambat

Kadang-kadang saluran terhambat, sehingga ASI dari segmen payudara tersebut tidak mengalir dan terbentuk benjolan nyeri. Pada wanita yang berkulit terang, kulit di atas benjolan akan terlihat kemerahan.

b. Mastitis

Jaringan payudara bisa terinfeki jika saluran yang tersumbat tidak dibersihkan. Infeksi bisa menyebar ke segmen lain. Payudara yang terbendung juga bisa terinfeksi. Mastitis adalah keadaan payudara ibu membengkak dan nyeri.

c. Abses Payudara

Abses bisa terjadi pada bagian payudara yang terinfeksi jika saluran yang tersumbat atau yang mengalami mastitis tidak segera diobati. Payudara bengkak, terasa panas, nyeri, dan berisi cairan.

3. Puting Susu Nyeri

Kesalahan posisi bayi dalam mengisap adalah salah satu penyebab nyeri pada puting susu. Bayi tidak cukup banyak memasukkan areola ke mulutnya, dan hanya mengisap dari ujung puting susu saja. Keadaan ini disebut nyeri puting susu karena salah posisi.

4. Kulit Puting Susu Pecah

Bila kulit puting susu rusak, bakteri bisa memasuki jaringan payudara dan menyebabkan mastitis atau abses payudara. Infeksi lebih mungkin terjadi bila bayi berhenti menyusu sehingga ASI tidak dikeluarkan.

Menurut Soetjiningsih (1997), faktor-faktor yang menyebabkan ibu bisa /tidak menyusui bayinya adalah :

1. Pada ibu dengan TBC aktif, asal sudah mendapatkan pengobatan, ibu masih tetap boleh menyusui. Sedangkan pada bayinya dapat segera diimunisasi BCG.

2. Pada ibu yang sakit berat biasanya produksi ASInya menurun, asal ibu mendapat pengobatan yang tepat dan diet yang baik, maka setelah ibu sembuh bisa kembali menyusui bayinya.

3. Pada ibu-ibu yang malnutrisi, produksi ASI lebih sedikit daripada ibu yang gizinya baik. Dengan suplementasi makanan, maka produksi ASI bisa ditingkatkan.

4. Pada ibu yang menderita Hepatitis B atau AIDS, masih terdapat beberapa pendapat. Ada yang menganjurkan agar ASI tetap diberikan kepada bayi, terutama di negara-negara berkembang, karena nilai gizi ASI yang tinggi. Tetapi ada pula yang menentang pemberian ASI tersebut, dengan alasan bayi belum tentu ketularan ibunya pada saat mereka lahir, sehingga perlu dicegah penularan melalui ASI yang mungkin terkontaminasi virus hepatitis B/HIV, misalnya akibat dari puting susu ibu yang lecet, atau sebab lainnya.

Penularan vertikal dari ibu yang menderita AIDS pada bayinya berkisar antara 25% sampai 50%. Penelitian di Taiwan membuktikan bahwa ASI cukup aman untuk bayi. Pada 11 bayi yang menyusu dari ibu yang menderita heptitis C, ternyata pada

evaluasi sampai bayi berusia 1 tahun, tidak menunjukkan adanya hepatitis C pada bayi tersebut.

Menurut Bloom dalam Soekidjo (2010) pengetahuan dan sikap berpengaruh terhadap tindakan seseorang.

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

2. Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Gangguan pemberian ASI pada prinsipnya berakar pada kurangnya pengetahuan, rasa percaya diri, serta kurangnya dukungan dari keluarga dan lingkungan. Pemberian ASI sesungguhnya proses alamiah, tetapi bukan berarti jadi seketika. Menyusui memerlukan persiapan, dan persiapan itu dimulai sejak hamil.

Keengganan menyusui bayi bisa terjadi apabila ibu tidak mengetahui tentang manfaat ASI bagi bayi dan juga tergoda oleh iklan susu formula. Agar hal ini tidak terjadi, kepada calon ibu perlu diajarkan betapa pentingnya ASI bagi bayi. Selain itu

perlu juga diajarkan cara memberikan air susu pertama, upaya yang perlu dilakukan untuk memperbanyak ASI, serta cara perawatan payudara selama menyusui (Arisman,2009).

Menurut Arbon dan Byme (2001), faktor yang mempengaruhi ibu untuk menyusui adalah faktor psikis. Status psikis mendasari ibu dan pendukungnya untuk keberhasilan menyusui, termasuk rasa percaya diri ibu dan komitmennya untuk menyusui. Bayi yang merasa kenyang adalah kepuasan bagi ibu menyusui. Dukungan orang-orang terdekat juga termasuk ke dalam faktor psikis. Dukungan bisa dilakukan dengan banyak cara, diantaranya memberi informasi atau pengetahuan tentang keuntungan menyusui dan cara-cara menyusui, memberi pengertian, membesarkan hati, menyayangi dan memberi pertolongan fisik agar ibu dapat menyusui (Yesie,2010).

Berdasarkan hasil penelitian Subur, dkk (2012) tentang hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan sikap terhadap pemberian ASI eksklusif, responden yang memiliki pengetahuan yang tinggi adalah responden yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (23,3%). Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan cukup (63,3%) dan rendah (13,3%) kebanyakan tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Dengan demikian pengetahuan mempengaruhi seseorang dalam berfikir tentang pemberian ASI eksklusif.

B. Faktor Bayi

Menurut King (1993), faktor-faktor yang menyebabkan bayi tidak menyusui adalah :

1. Bayi Lahir Prematur

Bayi bisa mengisap dan menelan sejak umur kehamilan 34 minggu. Oleh sebab itu, bayi yang lahir prematur belum sanggup menyusu secara langsung kepada ibunya. Tetapi, bayi harus tetap diberikan ASI karena bila bayi lahir tidak cukup umur, ASI mengandung lebih banyak protein daripada ASI matang dan ASI ini sesuai dengan kebutuhan bayi yang lahir tidak cukup umur.

2. Bibir atau Langit-langit Sumbing

Bayi yang sumbing pada langit-langit lunak ( palatum molle ), bayi dapat menyusu tanpa kesulitan apabila bayi disusukan dalam posisi tegak, agar ASI tidak masuk ke dalam hidung. Sumbing hanya pada bibir atas saja, maka bayi dapat menyusu sambil ibu menutup sumbing tersebut dengan jarinya agar bayi dapat mengisap dengan sempurna.

Sedangkan yang paling sulit adalah jika terjadi sumbing ganda, yaitu sumbing pada langit-langit keras/lunak dan bibir, sehingga sulit mengisap puting susu dengan sempurna. Untuk bayi yang demikian, ibu dapt mengeluarkan ASI dengan tangan/pompa kemudian diberikan dengan sendok/pipet.

C. Faktor Petugas Kesehatan

Kebanyakan petugas kesehatan merasa IMD sulit diselenggarakan karena hambatan waktu dan tempat. Tetapi, masih ada yang mendukung pelaksanaan IMD. Petugas yang mendukung IMD dapat membawa perubahan bangsa ke arah yang lebih

baik (Depkes,2008). Berdasarkan hasil penelitian Erika, dkk (2010) tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap bidan tentang IMD terhadap perilaku bidan melakukan IMD, menunjukkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan dan sikap dengan pelaksanaan IMD. Pengetahuan tentang IMD dalam kategori cukup terdapat 87,5% responden yang tidak melakukan IMD dan pengetahuan tentang IMD dalam kategori baik terdapat 92,9% responden yang melakukan IMD. Sikap dalam kategori baik terdapat 75% responden yang tidak melakukan IMD, sedangkan sikap dalam kategori sangat baik terdapat 66,7% responden yang melakukan IMD.

Dokumen terkait