• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Bayi Baru Lahir di Ruang Rawat Inap di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Bayi Baru Lahir di Ruang Rawat Inap di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun 2014"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG RAWAT INAP DI KLINIK BERSALIN

ND. RINA BERASTAGI TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH :

ARSIKA BR KARO NIM: 101000081

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG RAWAT INAP DI KLINIK BERSALIN

ND. RINA BERASTAGI TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kasehatan Masyarakat

Oleh :

ARSIKA BR KARO NIM: 101000081

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Pilar utama dalam proses menyusui adalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Risiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui, sedangkan risiko kematian bayi berusia dibawah 2 bulan meningkat menjadi 48% jika tidak disusui. Jika bayi diberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama dan dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu (setidaknya selama satu jam) maka 22% nyawa bayi dibawah 28 hari dapat diselamatkan. Jika mulai menyusu pertama saat bayi berusia diatas 2 jam dan dibawah 24 jam pertama, tinggal 16% nyawa bayi dibawah 28 hari yang dapat diselamatkan.

Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran inisiasi menyusu dini pda bayi baru lahir di ruang rawat inap di Klinik bersalin Nd. Rina Berastagi 2014. Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan menggunakan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu yang baru melahirkan pada tanggal 1-30 Juni 2014 dan di rawat inap di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi dan semua petugas di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi sebanyak 7 orang. Sampel adalah seluruh ibu yang baru melahirkan pada tanggal 1-30 Juni 2014 dan dirawat inap di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi dan semua petugas di Klinik Bersallin Nd. Rina Berastagi sebanyak 7 orang.

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) berada pada kategori kurang, karena kurangnya pengetahuan ibu tentang IMD. Pelaksanaan IMD juga berada pada kategori kurang, walaupun sikap ibu, pengetahuan petugas, sikap petugas sudah baik tentang IMD dan semua ibu dan bayi berada pada kondisi yang baik.

Diharapkan kepada pihak klinik agar menyampaikan seluruh hal yang berkaitan dengan IMD kepada ibu hamil yang dating memeriksakan kehamilannya, dan pihak klinik juga melaksanakan IMD segera setelah bayi lahir. Diharapkan kepada ibu agar mencari informasi tentang IMD. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Karo untuk mengadakan pelatihan tentang IMD kepada seluruh tenaga kesehatan yang bekerja di Kabupaten Karo.

(5)

ABSTRACT

The main thing of breastfeeding process is Early Breastfeeding Inisiation (EBI). The infants death risk that aged between 9-12 months—increases 40% if they

don’t get the breastfeeding, and becomes 48% for the under-two-months infants. For the infants aged less than 28 days—who have a chance to be breastfed in the first

hour and contact with their mothers’ skins (at least in an hour)— can be saved in until 22% of number. If the first breastfeeding is given to the infants aged more than 2 hours and less than first 24 hours, the number of the saved infants decrease to 16%.

This research is aimed to describe the Early Breastfeeding Inisiation (EBI) of newborn infant in patient of Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi 2014. This research is kind of observational descriptive by using cross sectional design. The populations are all the new givingbirth mothers from 1-30 June 2014 and in patient of Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi, including all the seven medicine workers. The samples are all the new givingbirth mothers from 1-30 June 2014 and in patient of Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi, including all the seven medicine workers.

The descriptive analytic result showed that Early Breastfeeding Inisiation (EBI) is less than it should be due to the fact that the mothers knowledge of EBI is less also.

The realization of EBI is less eventhough the mothers’ attitude, medicine workers’ knowledge, medicine workers’ attitude is good enough about EBI and all the mothers

and infants are in the good condition.

It is expected for the medicine workes to play their important role in telling everything about EBI to the pregnant mothers who come to check their pregnancy and to do the procedure of EBI soon after the infants were born. It is expected also for the mothers to look up the information about EBI. And also for the Health Government of Karo District to train all of the medicine workers that work in Karo District.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Arsika Br Karo

Tempat/Tanggal Lahir : Singa/29 Desember 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin Anak ke : 2 dari 3 bersaudara

Alamat Rumah : Desa Singa, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1997-2003 : SDN 046420 Singa

2. Tahun 2003-2006 : SMP Sw. Methodist Kabanjahe 3. Tahun 2006-2009 : SMA N 1 Plus Matauli Pandan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan judul “Gambaran Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Bayi Baru Lahir di Ruang Rawat Inap di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun 2014”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada orangtua tercinta, Ayahanda Artanius Sinukaban dan Ibunda Rajin Br Ginting, S.Pd, yang telah memberikan kasih sayang, doa, nasihat, jerih payah, dan selalu menjadi penyemangat dalam menjalani dan menyelesaikan kuliah. Juga untuk saudari perempuan penulis yaitu Delta Sari Br Sinukaban, AMKL dan juga untuk saudara laki-laki penulis yaitu Bripda Jerry Ardianta Sinukaban yang selalu memberikan dukungan dan selalu menjadi penyemangat dalam menjalani dan menyelesaikan kuliah.

Selama penyusunan skripsi mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

(8)

3. Bapak dr. Muhammad Arifin Siregar, MS, selaku Dosen Pembimbing I skripsi sekaligus sebagai Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam membantu penulis dengan memberikan ilmu dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes, selaku Dosen Pembimbing II skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dalam membantu penulis dengan memberikan ilmu dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Ir. Evawany Yunita Aritonang, M.Si, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan banyak masukan yang bermanfaat dalam skripsi ini.

6. Ibu Fitri Ardiani, SKM, MPH, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan banyak masukan yang bermanfaat dalam skripsi ini.

7. Ibu Dra., Jumirah, Apt. MKes, selaku dosen pembimbing akademik penulis. 8. Bapak Marihot Oloan Samosir, ST yang telah banyak membantu dalam segala

urusan administrasi di Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat dan atas masukan serta saran yang diberikan.

9. Ibu Rusliana Br Ginting, selaku Kepala Klinik Bersalin Nd. Rina yang telah memberikan izin penelitian dan memberi data yang mendukung penyelesaian skripsi ini.

10. Petugas-petugas di Klinik Bersalin Nd. Rina yang telah banyak membantu dalam melakukan penelitian.

(9)

12. Teman-teman tercinta di kost putri Cempaka 42, Ayu, Kak Uwa, Kak Meimei, Kak Handa yang memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-teman seperjuangan di Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Tresa, Adel, Putri, Oliv, Ima, Afri, Silvina, Elsa, Berta, Ria Sutiani, Nadia, Ranika, Pipit, Tasya, Tia, dan Mutia yang terus memberi semangat dan dukungannya. 14. Teman-teman seperjuangan stambuk 2010 FKM USU yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan, baik dari segi isi maupun bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalm penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2014

(10)

DAFTAR ISI

2.1.2 Tanda-Tanda Bayi Memperoleh ASI Cukup ... 8

2.2Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ... 9

2.2.1 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini ... 9

2.2.2 Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif ... 11

2.2.3 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui ... 12

2.2.4 ASI ... 13

2.3Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan IMD ... 20

(11)

3.4Metode Pengumpulan Data ... 32

4.5.1Pengetahuan Responden ... 38

4.5.2Sikap Responden ... 40 5.1 Pengetahuan Ibu dengan Pelaksanaan IMD ... 47

5.2 Sikap Ibu dengan Pelaksanaan IMD ... 48

5.3 Pengetahuan Petugas dengan Pelaksanaan IMD ... 49

5.4 Sikap Petugas dengan Pelaksanaan IMD... 50

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Klinik

Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun 2014 ... 35 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Bayi di Klinik Bersalin

Nd. Rina Berastagi Tahun 2014... ... 36 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Petugas di Klinik

Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun

2014... ... 37 Tabel 4.4 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang IMD di Klinik

Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun 2014

... ... 38 Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan

Tentang IMD di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun

2014... ... 39 Tabel 4.6 Distribusi Sikap Responden Tentang IMD di Klinik

Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun

2014... ... 40 Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sikap Tentang

IMD di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun

2014... ... 41 Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tindakan

Tentang IMD di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun

2014... ... 42 Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Petugas Berdasarkan Pengetahuan

Tentang IMD di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun

2014... ... 43 Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Petugas Berdasarkan Sikap Tentang

IMD di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun

2014... ... 44 Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Petugas Berdasarkan Tindakan Tentang

IMD di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

ABSTRAK

Pilar utama dalam proses menyusui adalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Risiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui, sedangkan risiko kematian bayi berusia dibawah 2 bulan meningkat menjadi 48% jika tidak disusui. Jika bayi diberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama dan dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu (setidaknya selama satu jam) maka 22% nyawa bayi dibawah 28 hari dapat diselamatkan. Jika mulai menyusu pertama saat bayi berusia diatas 2 jam dan dibawah 24 jam pertama, tinggal 16% nyawa bayi dibawah 28 hari yang dapat diselamatkan.

Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran inisiasi menyusu dini pda bayi baru lahir di ruang rawat inap di Klinik bersalin Nd. Rina Berastagi 2014. Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan menggunakan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu yang baru melahirkan pada tanggal 1-30 Juni 2014 dan di rawat inap di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi dan semua petugas di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi sebanyak 7 orang. Sampel adalah seluruh ibu yang baru melahirkan pada tanggal 1-30 Juni 2014 dan dirawat inap di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi dan semua petugas di Klinik Bersallin Nd. Rina Berastagi sebanyak 7 orang.

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) berada pada kategori kurang, karena kurangnya pengetahuan ibu tentang IMD. Pelaksanaan IMD juga berada pada kategori kurang, walaupun sikap ibu, pengetahuan petugas, sikap petugas sudah baik tentang IMD dan semua ibu dan bayi berada pada kondisi yang baik.

Diharapkan kepada pihak klinik agar menyampaikan seluruh hal yang berkaitan dengan IMD kepada ibu hamil yang dating memeriksakan kehamilannya, dan pihak klinik juga melaksanakan IMD segera setelah bayi lahir. Diharapkan kepada ibu agar mencari informasi tentang IMD. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Karo untuk mengadakan pelatihan tentang IMD kepada seluruh tenaga kesehatan yang bekerja di Kabupaten Karo.

(16)

ABSTRACT

The main thing of breastfeeding process is Early Breastfeeding Inisiation (EBI). The infants death risk that aged between 9-12 months—increases 40% if they

don’t get the breastfeeding, and becomes 48% for the under-two-months infants. For the infants aged less than 28 days—who have a chance to be breastfed in the first

hour and contact with their mothers’ skins (at least in an hour)— can be saved in until 22% of number. If the first breastfeeding is given to the infants aged more than 2 hours and less than first 24 hours, the number of the saved infants decrease to 16%.

This research is aimed to describe the Early Breastfeeding Inisiation (EBI) of newborn infant in patient of Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi 2014. This research is kind of observational descriptive by using cross sectional design. The populations are all the new givingbirth mothers from 1-30 June 2014 and in patient of Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi, including all the seven medicine workers. The samples are all the new givingbirth mothers from 1-30 June 2014 and in patient of Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi, including all the seven medicine workers.

The descriptive analytic result showed that Early Breastfeeding Inisiation (EBI) is less than it should be due to the fact that the mothers knowledge of EBI is less also.

The realization of EBI is less eventhough the mothers’ attitude, medicine workers’ knowledge, medicine workers’ attitude is good enough about EBI and all the mothers

and infants are in the good condition.

It is expected for the medicine workes to play their important role in telling everything about EBI to the pregnant mothers who come to check their pregnancy and to do the procedure of EBI soon after the infants were born. It is expected also for the mothers to look up the information about EBI. And also for the Health Government of Karo District to train all of the medicine workers that work in Karo District.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi yang baru di lahirkan. ASI mengandung zat gizi yang dibutuhkan bayi, dan struktur ASI juga sesuai dengan sistem pencernaan bayi.

Status kesehatan bayi dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan gizi. Bayi dengan status gizi baik, akan mengalami pertumbuhan yang baik, sedangkan bayi dengan status gizi kurang, akan mengalami pertumbuhan yang kurang baik, dan lebih berisiko untuk mengalami penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian.

Pemantauan pertumbuhan diukur dari panjang badan dan berat badan. Pemantauan pertumbuhan ini sangat penting untuk melihat apakah bayi sehat dan cukup nutrisi. Bayi yang sehat akan mengalami penambahan berat badan setiap bulannya, dan sebaliknya (Bahiyatun,2009). Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti keturunan dan pola makan (Suririnah,2009).

(18)

Pemberian ASI dapat melindungi bayi terhadap penyakit infeksi. ASI mengandung Imunoglobulin, Leukosit dan Laktoferin (King,1993). Selain itu ASI mengandung zat gizi seperti Karbohidrat, Protein, Lemak, Mineral, Vitamin, untuk pertumbuhan bayi (Anton,2008).

Berdasarkan penelitian WHO (2000), risiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia dibawah 2 bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48% .

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka kematian bayi adalah 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Lebih tiga per empat dari semua kematian balita terjadi dalam tahun pertama kehidupan anak dan mayoritas kematian bayi terjadi pada periode neonatus.

Pilar utama dalam proses menyusui adalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD). IMD didefinisikan sebagai proses membiarkan bayi menyusu sendiri setelah kelahiran. Bayi diletakkan di dada ibunya dan bayi itu sendiri dengan segala upayanya mencari puting untuk segera menyusu. Jangka waktunya adalah sesegera mungkin setelah bayi lahir (Nurheti,2010).

(19)

Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi saja, tetapi juga bermanfaat bagi kesehatan ibu. Makanan tiruan untuk bayi yang diramu menggunakan tekhnologi masakini, ternyata tidak mampu menandingi keunggulan ASI (Nur,2011). Pemberian ASI tidak mempunyai jadwal yang ditentukan, tetapi yang paling penting adalah ASI diberikan kepada bayi segera setelah bayi dilahirkan (Jane,2003). Selain mempunyai kandungan gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi, tekstur ASI juga sesuai untuk bayi (Widodo,2010).

Bayi yang diberi minum ASI harus bekerja mengisap puting susu, sedangkan bayi peminum susu botol, pasif saja menanti tetesan susu dari botol. Dampaknya, karena harus bekerja, bayi yang minum ASI akan segera berhenti mengisap jika dia telah merasa kenyang. Sebaliknya, bayi peminum susu botol tidak akan berhenti meneguk susu, kecuali botolnya telah kosong. Sehingga akan mengarah pada terjadinya obesitas (Arisman,2009).

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), dapat mengalami kesulitan karena kondisi bayi yang tidak memungkinkan seperti bayi yang lahir dengan bibir sumbing sehingga sulit dalam proses pemberian ASI dan bayi yang lahir prematur tidak mampu menyusu (Soetjiningsih,1997). Selain kondisi bayi, kondisi ibu juga berpengaruh terhadap pelaksanaan IMD seperti payudara terlalu penuh dan nyeri, ada benjolan nyeri pada payudara, puting susu nyeri, dan kulit puting susu pecah (King,1993).

(20)

Subur, dkk (2012) menunjukkan bahwa ibu yang memberikan ASI kepada bayinya adalah ibu yang memiliki pengetahuan yang tinggi.

Menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes, 2008 petugas kesehatan berpengaruh dalam pelaksanaan IMD. Berdasarkan hasil penelitian Erika, dkk (2010) menunjukkan bahwa terdapap hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan IMD.

Saat ini, semakin banyak ibu yang memilih melakukan persalinan di rumah sakit atau klinik bersalin karena ditangani oleh tenaga medis yang profesional dan lebih mengetahui cara untuk menolong persalinan ibu dengan cara yang benar demi keselamatan ibu dan bayinya. Tetapi kebiasaan dibanyak rumah sakit dapat membuat kegagalan pemberian ASI segera setelah bayi lahir dengan memberikan makanan prelakteal (makanan yang diberikan sebelum ASI keluar). Makanan yang diberikan bisa berupa susu bubuk, susu sapi, atau air gula (King,1993).

Pemberian ASI segera setelah bayi lahir semakin jarang dilakukan, baik yang melakukan persalinan di rumah sakit maupun klinik bersalin. Karena pihak rumah sakit ataupun klinik bersalin lebih cenderung memberikan susu formula kepada bayi yang baru lahir. Seperti halnya di Klinik Bersalin Nd. Rina dan 6 klinik lainnya yang berada pada wilayah kerja yang sama dengan klinik bersalin Nd. Rina, lebih cenderung memberikan susu formula kepada bayi baru lahir.

(21)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan yang menjadi permasalahan adalah bagaimana gambaran inisiasi menyusu dini pada bayi baru lahir di ruang rawat inap di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran inisiasi menyusu dini pada bayi baru lahir di ruang rawat inap di Klinik Bersalin Nd. Rina tahun 2014.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Mengetahui pengetahuan dan sikap ibu tentang inisiasi menyusu dini pada bayi baru lahir.

2. Mengetahui pengetahuan dan sikap petugas tentang inisiasi menyusu dini pada bayi baru lahir.

3. Mengetahui kondisi ibu berkaitan dengan inisiasi menyusu dini. 4. Mengetahui kondisi bayi berkaitan dengan inisiasi menyusu dini.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan bagi pihak klinik bersalin tentang pentingnya inisiasi menyusu dini segera setelah bayi lahir.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran. Serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Vivian,2012).

Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar. Untuk itu, petugas yang menolong persalinan harus tinggal bersama ibu dan bayi untuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil.

Setelah bayi lahir, berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kontak dini antara ibu dan bayi penting untuk mempertahankan panas yang benar pada bayi baru lahir, ikatan batin, dan pemberian ASI. Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah siap. Jangan paksakan bayi untuk menyusu.

(23)

2.1.1. Cara Menyusui Bayi Baru Lahir

Cara menyusui bayi baru lahir menurut Depkes RI (1998) adalah :

1. Berikan bayi kepada ibu ketika akan disusui, sebaiknya sesegera mungkin dalam jam pertama setelah lahir. Usahakan agar bayi tetap hangat dengan menempelkan tubuh bayi pada tubuh ibu, kemudian tubuh ibu dan bayi ditutup dengan kain kering.

2. Bantulah ibu pada saat menyusui pertama kali. 3. Bayi hendaknya tidur di samping ibu.

4. Berikan ASI sesering mungkin. Biasanya bayi baru lahir ingin menyusu setiap 2-3 jam (paling sedikit 10-12 kali dalam 24 jam).

5. Berikan hanya kolostrum dan ASI. Makanan lain termasuk air, dapat menyebabkan bayi sakit dan menurunkan produksi ASI, karena payudara menghasilkan ASI berdasarkan seringnya bayi mengisap payudara ibu. 6. Hindari susu botol dan dot. Pemakaian keduanya dapat mengakibatkan

bayi tidak mau atau tidak dapat mengisap puting ibu dengan baik. Tata laksana memosisikan bayi menurut Rusli (2009) :

1. Letakkan kepala bayi pada pertengahan lengan bawah ibu (tidak di siku ibu).

2. Pegang bagian belakang dan bahu bayi. 3. Hadapkan seluruh badan bayi ke badan ibu. 4. Lekatkan dada bayi pada dada ibu.

(24)

6. Jauhkan hidung bayi dari payudara, kepala bayi tidak terletak di siku ibu. 7. Bahu dan lengan ibu tidak tegang dan dalam posisi natural.

Berdasarkan hasil penelitian Iin dan Titik (2009) tentang analisa hubungan pengaruh cara menyusui dengan kejadian payudara bengkak, menunjukkan bahwa ada pengaruh cara menyusui dengan payudara bengkak. Dari 22 responden yang melakukan cara menyusui yang benar, 20 responden (90,9%) tidak mengalami payudara bengkak dan 2 responden (9,1%) mengalami payudara bengkak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, payudara bengkak dipengaruhi oleh cara menyusui yang salah.

Berdasarkan hasil penelitian Nikke (2011) tentang hubungan teknik menyusui dengan terjadinya lecet puting susu pada ibu nifas, menunjukkan bahwa ada pengaruh cara menyusui dengan terjadinya lecet puting susu pada ibu nifas, dari 19 responden (70,4%) yang mengalami lecet puting susu terdapat 12 responden (100%) yang melaksanakan teknik menyusui kurang, 2 responden (40%) yang melaksanakan teknik menyusui cukup, dan 5 responden (50%) yang melaksanakan yang melaksanakan teknik menyusui yang baik. Sedangkan 8 resonden (29,6%) yang tidak mengalami lecet puting susu terdapat 0 responden (0%) yang melaksanakan teknik menyusui kurang, 3 responden (60%) yang melaksanakan teknik menyusui cukup,

dan 5 responden (50%) yang melaksanakan teknik menyusui dengan baik.

2.1.2. Tanda-Tanda Bayi Memperoleh ASI Cukup

(25)

2. Bayi sering buang air besar kuning dan tampak seperti berbiji. 3. Bayi tampak puas, dengan saat-saat lapar, tenang dan mengantuk. Bukanlah hal yang baik bila bayi tidur terus.

4. Bayi menyusu paling sedikit 10 kali dalam 24 jam. 5. Payudara ibu terasa kosong dan lunak setelah menyusui.

6. Ibu dapat merasakan turunnya ASI ketika bayi pertama kali menyusu. 7. Ibu dapat mendengar bunyi menelan ketika bayi menelan ASI. 8. Berat badan bayi naik.

2.2. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah tindakan segera setelah bayi lahir, bayi diletakkan menempel di dada atau perut ibu, dibiarkan merayap mencari puting, kemudian menyusu sampai puas. Proses ini berlangsung minimal satu jam pertama sejak bayi lahir (Depkes RI,2008).

2.2.1. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini

Menurut Depkes RI (2008), manfaat IMD antara lain : A. Bagi Bayi

1. Ketika baru lahir, bayi tidak perlu dibedong. Suhu kulit dada ibu yang melahirkan akan menyesuaikan dengan suhu tubuh bayi.

2. Ibu dan bayi akan menjadi lebih tenang sehingga pernapasan dan detak jantung bayi akan menjadi lebih stabil dan membuat bayi tidak rewel.

(26)

bakteri di kulit dan usus bayi sehingga bayi menjadi lebih kebal dari bakteri pathogen yang berasal dari lingkungan barunya.

4. Kontak kulit ke kulit meningkatkan bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu dan bayi. Kontak kulit dalam 1-3 jam pertama ini sangat penting karena setelah itu, biasanya bayi tertidur.

5. Bayi memperoleh kolostrum yang penting untuk kelangsungan hidupnya. Kolostrum ini akan membantu tubuh bayi membentuk daya tahan terhadap infeksi sekaligus penting untuk pertumbuhan usus dimana kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi dan mematangkan dinding usus bayi.

6. Bayi yang mengalami IMD memperoleh ASI sejak awal kelahirannya dan ini akan mengurangi risiko bayi menderita alergi.

7. Dengan IMD, produksi ASI akan lancar sehingga bayi dapat memperoleh ASI eksklusif dan tetap menyusu sampai berusia 2 tahun.

B. Bagi Ibu

1. Proses IMD membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan. 2. Proses IMD merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang membuat ibu merasa tenang, rileks, mencintai bayi dan bahagia. Oksitosin juga menyebabkan terjadinya refleks pengeluaran ASI dan kontraksi rahim yang mencegah perdarahan usai persalinan.

C. Bagi Keluarga

(27)

2.2.2. Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Pilar utama dalam proses menyusui adalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD). IMD didefinisikan sebagai proses membiarkan bayi menyusu sendiri setelah bayi lahir. Bayi diletakkan di dada ibunya dan bayi itu sendiri dengan segala upayanya mencari puting untuk segera menyusu. Jangka waktunya adalah sesegera mungkin setelah bayi lahir.

IMD sangat penting tidak hanya untuk bayi, namun juga bagi ibu. Dengan demikian, sekitar 22% angka kematian bayi setelah lahir pada 1 bulan pertama dapat ditekan. Bayi disusui selama 1 jam atau lebih di dada ibunya segera setelah lahir. Hal tersebut juga penting dalam menjaga produktivitas ASI. Isapan bayi penting dalam meningkatkan kadar hormon prolaktin, yaitu hormon yang merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Isapan itu akan meningkatkan produksi ASI 2 kali lipat. Itulah bedanya isapan dengan perasan (Nurheti,2010).

Berdasarkan hasil penelitian Amalia dan Ni (2010) tentang hubungan pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif, menunjukkan bahwa terdapat hubungan pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Dari 20 responden yang melaksanakan IMD, 85% memberikan ASI eksklusif, dan 15% tidak memberikan ASI eksklusif.

Masalah-masalah dalam praktik Inisiasi Menyusu Dini menurut Yesie (2010) adalah :

1. Kurangnya kepedulian terhadap pentingnya Inisiasi Menyusu Dini.

(28)

3. Adanya pendapat bahwa suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonorrhea harus segera diberikan setelah lahir, padahal sebenarnya tindakan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri.

4. Masih kuatnya kepercayaan keluarga bahwa ibu memerlukan istirahat yang cukup setelah melahirkan dan menyusui sulit dilakukan.

5. Adanya kepercayaan masyarakat yang menyatakan bahwa kolostrum yang keluar pada hari pertama tidak baik untuk bayi.

6. Adanya kepercayaan masyarakat yang tidak mengizinkan ibu untuk menyusui dini sebelum payudaranya dibersihkan.

2.2.3. Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004, langkah menuju keberhasilan menyusui yaitu :

1. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas.

2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut.

(29)

4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar.

5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis. 6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi

baru lahir.

7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari.

8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui.

9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI.

10.Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit/rumah bersalin/sarana pelayanan kesehatan.

2.2.4. ASI

(30)

2.2.5. Kandungan ASI

Kandungan ASI menurut Anton (2008) adalah : 1. Karbohidrat

Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan sel saraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel saraf. Selain itu karbohidrat memudahkan penyerapan kalsium mempertahankan faktor bifidus di dalam usus (faktor yang menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadikan tempat yang baik bagi bakteri yang menguntungkan).

2. Protein

Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan pengganti ASI, tetapi protein ASI sangat cocok karena unsur protein didalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi.

3. Lemak

Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi dan hal ini terjadi secara otomatis, menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang dibutuhkan. Lemak dalam ASI mudah dicerna karena mengandung enzim lipase.

4. Mineral

(31)

dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah di serap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu.

5. Vitamin

ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan, kecuali vitamin K. Karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K.

2.2.6. Jenis ASI

Jenis ASI menurut Anton (2008) adalah : 1. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar mamae sebelum dan segera setelah melahirkan anak. Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah. Kolostrum merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI mature.

2. ASI Peralihan (Masa Transisi)

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI mature. Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi, dan volumenya meningkat.

3. ASI Mature

(32)

2.2.7. Produksi ASI

Kandungan kompleks pada ASI relatif mudah dicerna, sangat dibutuhkan bayi, dan tidak tergantikan oleh susu formula mana pun. Kualitas ASI bisa menurun bila status gizi ibu memburuk. Menurut Nadia (2009), untuk meningkatkan kualitas dan produksi ASI, dapat dilakukan berbagai cara, antara lain :

1. Minum jus buah segar setiap hari.

2. Jangan banyak makan camilan yang tidak sehat dan tidak memberi asupan gizi. Lebih baik makan sereal, susu, dan buah.

3. Perbanyak konsumsi sayur dan buah. Sayuran hijau akan meningkatkan zat besi untuk menangkal anemia pada ibu dan bayi. Buah sebagai anti oksidan agar ibu tidak mudah sakit.

4. Makan saja jika merasa lapar. Biarpun jika dihitung-hitung dalam sehari ibu bisa makan lebih dari lima kali sehari.

5. Konsumsilah makanan yang mengandung kalsium dan zat besi seperti ikan dan minum susu khusus ibu menyusui.

6. Pilih makanan yang mengandung lemak esensial (karena penting untuk otak dan imunitas bayi), seperti minyak ikan, telur, dll.

7. Banyak minum air putih.

8. Relaks dan percaya diri produksi ASI berlimpah.

9. Istirahat yang cukup untuk menekan stres yang akan menghambat produksi ASI.

(33)

Berdasarkan penelitian Dewi, dkk (2012) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI pada ibu nifas, menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi produksi ASI. Faktor makanan yang kurang menyebabkan produksi ASI tidak lancar sebanyak (62,5%). Faktor psikis yang sedang juga menyebabkan produksi ASI berkurang (60,0%). Faktor isapan bayi yang baik menyebabkan produksi ASI lancar (70,0%).

Berdasarkan penelitian Ayu (2012) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kelancaran produksi ASI pada ibu menyusui, menunjukkan bahwa faktor frekuensi sering menyusui berpengaruh terhadap produksi ASI lancar (76,5%). Faktor mengkonsumsi makanan bergizi secara baik berpengaruh terhadap kelancaran produksi ASI (74,1%). Faktor melakukan perawatan payudara secara baik berpengaruh terhadap kelancaran ASI (76%).

2.2.8. Frekuensi Pemberian ASI

ASI diberikan kepada bayi segera setelah bayi dilahirkan. Walaupun bayi tidak lapar, saat ini paling tepat untuk mulai menyusu. Pada hari pertama, bayi sering kali mengantuk dan mungkin hanya membutuhkan menyusu 3 kali. Hari kedua sampai kelima saat bayi terbangun, bayi menjadi lebih tertarik untuk menyusu dan mungkin menyusu sebanyak sepuluh kali atau lebih selama 24 jam. Pada hari-hari berikutnya, bayi mungkin menyusu sebanyak delapan kali selama 24 jam (Jane,2003).

(34)

sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam.

Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tidak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa dijadwal, sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyak masalah yang mungkin timbul (Soetjiningsih,1997).

2.2.9 Manfaat Pemberian ASI

1. Manfaat untuk bayi

Manfaat pemberian ASI bagi bayi menurut Widodo (2010) adalah : a. Nilai gizinya, baik dalam jumlah maupun macamnya, sesuai dengan

kebutuhan bayi.

b. Tidak memberatkan kerja pencernaan dan ginjal bayi. c. Mengandung berbagai zat antiinfeksi.

d. Segar dan terhindar dari pencemaran kuman. e. Suhunya ideal

f. Memberi kehangatan hubungan bayi dengan ibunya. 2. Manfaat untuk ibu

Manfaat pemberian ASI bagi ibu menurut Nur (2011) adalah : a. Menguntungkan Secara Ekonomis

(35)

memberikan makanan yang lebih bergizi kepada ibu menyusui karena menyusui memerlukan zat gizi lebih.

b. ASI Tidak Pernah Basi

ASI dalam payudara tidak pernah basi dan ia tidak perlu memerah, ataupun membuang ASInya sebelum menyusui.

c. Timbul Rasa Percaya Diri pada Diri Ibu Untuk Menyusui

Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi sehingga meningkatkan produksi hormon, terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.

d. Praktis dan Tidak Merepotkan

Bila bayi diberi ASI, ibu tidak perlu repot mempersiapkan alat-alat dan membuat minuman bayi. ASI selalu tersedia. Ketika bayi ingin menyusu, langsung dapat diberikan.

e. Menyusui Dapat Menunda Kehamilan

Menyusui bisa menjadi cara Keluarga Berencana (KB) yang paling efektif untuk mencegah kehamilan. Dengan menyusui secara eksklusif, dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga menjadi alat kontrasepsi alamiah.

f. Mengurangi Risiko Berat Badan Berlebih

Dengan menyusui, lemak yang ada di tubuh akan diubah menjadi ASI sehingga tidak menyebabkan kegemukan dan cepat mengembalikan bentuk tubuh seperti semula. Menyusui membutuhkan energi sekitar 500 kalori per hari sehingga tidak perlu mengurangi jumlah makanan yang dikonsumsi.

(36)

g. Mempercepat Pengecilan Ukuran Rahim Ibu

Isapan bayi saat menyusu mampu membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali kemasa prakehamilan, dan mengurangi risiko pendarahan. Hormon oksitosin juga berfungsi membantu rahim kembali mengecil lebih cepat dibanding ibu yang tidak menyusui.

h. Mengurangi Risiko Terkena Penyakit

Hormon oksitosin akan keluar saat ibu menyusui bayinya. Hormon ini berguna untuk melindungi ibu dan mengurangi risiko terkena penyakit seperti kanker payudara, kanker rahim, dan osteoporosis.

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan IMD

A. Faktor Ibu

Menurut King (1993), faktor-faktor yang menyebabkan ibu tidak menyusui bayinya adalah :

1. Payudara Terlalu Penuh dan Nyeri

Hal ini disebabkan oleh ASI yang mengisi payudara, dan sebagian disebabkan peningkatan jumlah darah dan cairan di jaringan ikat. Pada banyak wanita, payudara hanya terasa penuh. Ibu harus sering menyusui bayinya untuk mengeluarkan ASI.

(37)

Biasanya setelah beberapa hari, pembendungan akan berhenti. Tetapi, ibu yang menderita pembendungan harus ditolong agar merasa tetap nyaman dan terus menyusui bayinya walaupun payudaranya terbendung. Bila tidak ditolong, proses menyusui bisa gagal.

2. Ada Benjolan Nyeri pada Payudara a. Saluran Terhambat

Kadang-kadang saluran terhambat, sehingga ASI dari segmen payudara tersebut tidak mengalir dan terbentuk benjolan nyeri. Pada wanita yang berkulit terang, kulit di atas benjolan akan terlihat kemerahan.

b. Mastitis

Jaringan payudara bisa terinfeki jika saluran yang tersumbat tidak dibersihkan. Infeksi bisa menyebar ke segmen lain. Payudara yang terbendung juga bisa terinfeksi. Mastitis adalah keadaan payudara ibu membengkak dan nyeri.

c. Abses Payudara

Abses bisa terjadi pada bagian payudara yang terinfeksi jika saluran yang tersumbat atau yang mengalami mastitis tidak segera diobati. Payudara bengkak, terasa panas, nyeri, dan berisi cairan.

3. Puting Susu Nyeri

(38)

4. Kulit Puting Susu Pecah

Bila kulit puting susu rusak, bakteri bisa memasuki jaringan payudara dan menyebabkan mastitis atau abses payudara. Infeksi lebih mungkin terjadi bila bayi berhenti menyusu sehingga ASI tidak dikeluarkan.

Menurut Soetjiningsih (1997), faktor-faktor yang menyebabkan ibu bisa /tidak menyusui bayinya adalah :

1. Pada ibu dengan TBC aktif, asal sudah mendapatkan pengobatan, ibu masih tetap boleh menyusui. Sedangkan pada bayinya dapat segera diimunisasi BCG.

2. Pada ibu yang sakit berat biasanya produksi ASInya menurun, asal ibu mendapat pengobatan yang tepat dan diet yang baik, maka setelah ibu sembuh bisa kembali menyusui bayinya.

3. Pada ibu-ibu yang malnutrisi, produksi ASI lebih sedikit daripada ibu yang gizinya baik. Dengan suplementasi makanan, maka produksi ASI bisa ditingkatkan.

4. Pada ibu yang menderita Hepatitis B atau AIDS, masih terdapat beberapa pendapat. Ada yang menganjurkan agar ASI tetap diberikan kepada bayi, terutama di negara-negara berkembang, karena nilai gizi ASI yang tinggi. Tetapi ada pula yang menentang pemberian ASI tersebut, dengan alasan bayi belum tentu ketularan ibunya pada saat mereka lahir, sehingga perlu dicegah penularan melalui ASI yang mungkin terkontaminasi virus hepatitis B/HIV, misalnya akibat dari puting susu ibu yang lecet, atau sebab lainnya.

(39)

evaluasi sampai bayi berusia 1 tahun, tidak menunjukkan adanya hepatitis C pada bayi tersebut.

Menurut Bloom dalam Soekidjo (2010) pengetahuan dan sikap berpengaruh terhadap tindakan seseorang.

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

2. Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Gangguan pemberian ASI pada prinsipnya berakar pada kurangnya pengetahuan, rasa percaya diri, serta kurangnya dukungan dari keluarga dan lingkungan. Pemberian ASI sesungguhnya proses alamiah, tetapi bukan berarti jadi seketika. Menyusui memerlukan persiapan, dan persiapan itu dimulai sejak hamil.

(40)

perlu juga diajarkan cara memberikan air susu pertama, upaya yang perlu dilakukan untuk memperbanyak ASI, serta cara perawatan payudara selama menyusui (Arisman,2009).

Menurut Arbon dan Byme (2001), faktor yang mempengaruhi ibu untuk menyusui adalah faktor psikis. Status psikis mendasari ibu dan pendukungnya untuk keberhasilan menyusui, termasuk rasa percaya diri ibu dan komitmennya untuk menyusui. Bayi yang merasa kenyang adalah kepuasan bagi ibu menyusui. Dukungan orang-orang terdekat juga termasuk ke dalam faktor psikis. Dukungan bisa dilakukan dengan banyak cara, diantaranya memberi informasi atau pengetahuan tentang keuntungan menyusui dan cara-cara menyusui, memberi pengertian, membesarkan hati, menyayangi dan memberi pertolongan fisik agar ibu dapat menyusui (Yesie,2010).

(41)

B. Faktor Bayi

Menurut King (1993), faktor-faktor yang menyebabkan bayi tidak menyusui adalah :

1. Bayi Lahir Prematur

Bayi bisa mengisap dan menelan sejak umur kehamilan 34 minggu. Oleh sebab itu, bayi yang lahir prematur belum sanggup menyusu secara langsung kepada ibunya. Tetapi, bayi harus tetap diberikan ASI karena bila bayi lahir tidak cukup umur, ASI mengandung lebih banyak protein daripada ASI matang dan ASI ini sesuai dengan kebutuhan bayi yang lahir tidak cukup umur.

2. Bibir atau Langit-langit Sumbing

Bayi yang sumbing pada langit-langit lunak ( palatum molle ), bayi dapat menyusu tanpa kesulitan apabila bayi disusukan dalam posisi tegak, agar ASI tidak masuk ke dalam hidung. Sumbing hanya pada bibir atas saja, maka bayi dapat menyusu sambil ibu menutup sumbing tersebut dengan jarinya agar bayi dapat mengisap dengan sempurna.

Sedangkan yang paling sulit adalah jika terjadi sumbing ganda, yaitu sumbing pada langit-langit keras/lunak dan bibir, sehingga sulit mengisap puting susu dengan sempurna. Untuk bayi yang demikian, ibu dapt mengeluarkan ASI dengan tangan/pompa kemudian diberikan dengan sendok/pipet.

C. Faktor Petugas Kesehatan

(42)

baik (Depkes,2008). Berdasarkan hasil penelitian Erika, dkk (2010) tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap bidan tentang IMD terhadap perilaku bidan melakukan IMD, menunjukkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan dan sikap dengan pelaksanaan IMD. Pengetahuan tentang IMD dalam kategori cukup terdapat 87,5% responden yang tidak melakukan IMD dan pengetahuan tentang IMD dalam kategori baik terdapat 92,9% responden yang melakukan IMD. Sikap dalam kategori baik terdapat 75% responden yang tidak melakukan IMD, sedangkan sikap dalam kategori sangat baik terdapat 66,7% responden yang melakukan IMD.

2.4. Berat Badan Bayi

Banyak bayi mengalami penurunan berat badan pada minggu pertama kehidupan. Namun bila berat badan bayi pada saat lahir 2,5 kg dan tidak mengalami peningkatan berat badan pada minggu pertama, atau jika berat badan bayi terus menurun setelah minggu pertama, ibu dianjurkan untuk konsultasi kepada bidan atau dokter.

Pemantauan pertumbuhan diukur dari panjang badan dan berat badan. Pemantauan pertumbuhan ini sangat penting untuk melihat apakah bayi sehat dan cukup nutrisi. Bayi yang sehat akan mengalami penambahan berat badan setiap bulannya, dan sebaliknya bayi yang sakit akan mengalami penurunan berat badan setiap bulannya. Bayi baru lahir harus segera ditimbang berat badannya dan pada setiap bulan dalam satu tahun pertama kehidupan (Bahiyatun,2009).

(43)

kehilangan 5-10% dari berat badannya pada hari ke-4 dan berat badannya akan kembali pada hari ke-10, dengan pemberian ASI yang mulai teratur dan mencukupi.

Berat badan menjadi dua kali berat ketika lahir saat bayi berusia 5 bulan. Menjadi tiga kali berat ketika lahir saat usia satu tahun, dan menjadi empat kali berat ketika lahir saat usia dua tahun. Pada masa prasekolah kenaikan berat badan rata-rata 2kg/tahun.

Setiap bayi mempunyai pola pertumbuhannya sendiri. Tidak ada dua bayi yang sama, karena pertumbuhan dan perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti keturunan dan pola makan (Suririnah,2009).

2.5. Landasan Teori

- Menurut Bloom dalam Soekidjo (2010), perilaku dibedakan menjadi 3 tingkat, yaitu:

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).

2. Sikap

(44)

3. Tindakan atau Praktik

Sikap adalah kecendrungan untuk bertindak. Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.

- Berdasarkan hasil penelitian Subur, dkk (2012) menunjukkan bahwa pengetahuan ibu berpengaruh terhadap pemberian ASI.

- Menurut King (1993), Kondisi ibu dan bayi juga berpengaruh terhadap pemberian ASI.

1. Faktor Ibu

a. Payudara terlalu penuh dan nyeri

b. Ada benjolan nyeri pada payudara (saluran terhambat, mastitis, dan abses peyudara)

c. Puting susu nyeri d. Kulit puting susu pecah 2. Faktor Bayi

a. Bayi lahir prematur

b. Bibir atau langit-langit sumbing

(45)

- Petugas kesehatan berperan dalam pelaksanaa IMD (Depkes,2008). Berdasarkan hasil penelitian Erika, dkk (2010) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap bidan dalam pelaksana IMD.

2.7. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori Bloom dalam Soekidjo (2010), perilaku dibedakan menjadi tiga tingkat, yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dalam penelitian ini, yang diteliti adalah gambaran pengetahuan dan sikap terhadap pemberian ASI. Menurut penelitian Subur, dkk (2012) pengetahuan ibu berpengaruh terhadap pemberian ASI. Pengetahuan dan sikap petugas juga berpengaruh dalam pelaksanaa IMD (Depkes,2008).

(46)

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan dan

Sikap Ibu tentang IMD

Inisiasi Menyusu Dini

Kondisi Ibu

Kondisi Bayi Pengetahuan dan

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan desain cross sectional yaitu untuk melihat gambaran inisiasi menyusu dini pada bayi baru lahir di ruang rawat inap di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi tahun 2014.

3.2. Lokasi Penelitian dan Rencana Penelitian

Penelitian dilakukan di Klinik Bersalin Nd. Rina mulai bulan Januari sampai Juni 2014. Rata-rata ibu yang bersalin di klinik ini setiap bulan adalah 45 orang. Alasan memilih klinik ini adalah untuk melihat gambaran pelaksanaan Inisiasi Menyusu dini.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang baru melahirkan pada tanggal 1-30 Juni 2014 dan di rawat inap di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi dan semua petugas di klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi sebanyak 7 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang baru melahirkan pada tanggal 1-30 Juni 2014 dan di rawat inap di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi dan semua petugas di klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi sebanyak 7 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data

(48)

tentang pengetahuan dan sikap ibu, pengetahuan dan sikap petugas kesehatan, pelaksanaan IMD segera setelah bayi lahir, kondisi ibu berkaitan dengan pelaksanaan IMD, kondisi bayi berkaitan dengan pelaksanaan IMD.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari laporan petugas mengenai rawatan ibu yang melahirkan.

3.5. Definisi Operasional

Variabel dependent :

1. IMD adalah memberikan ASI segera setelah bayi lahir. Variabel independent :

1. Pengetahuan ibu adalah segala sesuatu yang ibu ketahui tentang IMD. 2. Sikap ibu adalah bagaimana ibu menyikapi pengetahuannya tentang IMD

secara positif.

3. Pengetahuan petugas kesehatan adalah segala sesuatu yang petugas kesehatan ketahui tentang IMD.

4. Sikap petugas kesehatan adalah bagaimana petugas kesehatan menyikapi pengetahuannya tentang IMD secara positif.

5. Kondisi ibu adalah segala keadaan yang dialami oleh ibu berkaitan dengan pelaksanaan IMD.

(49)

3.6. Aspek Pengukuran

Menurut Arikunto dalam Danang (2012), untuk menentukan kategori pengetahuan, sikap, dan tindakan adalah :

1. Pengetahuan:

Pengetahuan dapat diukur berdasarkan jawaban atas pertanyaan yang diberikan kepada responden. Jumlah pertanyaan 10, total skor 20. Jika jawabannya benar maka skornya 2 dan jika salah maka skornya 0.

Pengetahuan responden diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu: a. Baik, jika skor > 75% dari total nilai 20 (> 15)

b. Sedang, jika skor 40-75% dari total nilai 20 (8-15) c. Kurang, jika skor <40% dari total nilai 20 (<8) 2. Sikap:

Sikap dapat diukur berdasarkan jawaban atas pertanyaan yang diberikan kepada responden. Jumlah pertanyaan 10, total skor 20. Jika jawaban Ya maka skornya 2 dan jika jawaban Tidak maka skornya 0.

Sikap responden diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu: a. Baik, jika skor > 75% dari total nilai 20 (> 15)

b. Sedang, jika skor 40-75% dari total nilai 20 (8-15) c. Kurang, jika skor <40% dari total nilai 20 (<8) 3. Pemberian ASI:

(50)

Tindakan responden diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu: a. Baik, jika skor > 75% dari total nilai 8 (> 6)

b. Sedang, jika skor 40-75% dari total nilai 8 (3-6) c. Kurang, jika skor <40% dari total nilai 8 (< 3) 4. Kondisi Ibu dan Kondisi Bayi

Kondisi ibu dan bayi dapat diukur berdasarkan jawaban atas pertanyaan yang diberikan kepada responden.

a. Kondisi ibu baik jika jawaban pertanyaan no. 2 adalah b. Faktor bayi b. Kondisi bayi baik jika jawaban pertanyaan no. 2 adalah a. Faktor ibu

3.7. Teknik Analisa Data

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Klinik bersalin Nd. Rina beralamat di Jl. Jamin Ginting, Simp RH. Berastagi No. 40-42 Berastagi, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Provinsi sumatera Utara, sesuai dengan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karo No : 4.1.1318/XI/2013. Klinik ini mempunyai 6 orang perawat dan 1 orang bidan. Pendidikan semua petugas adalah D III Kebidanan.

Klinik ini mempunyai fasilitas ruang rawat inap sebanyak 4 ruangan. Setiap ruangan memiliki kapasitas yang berbeda, ada ruangan untuk 1 orang, ada yang untuk 2 orang, dan ada ruangan yang untuk 3 orang pasien. Klinik ini mempunyai 1 ruangan untuk persalinan, 2 kamar mandi yang berada di luar ruang rawat inap, juga memiliki 1 ruang periksa.

4.2. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi, diperoleh data karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan, dan pekerjaan. Distribusi frekuensi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun 2014

Karakteristik Responden N %

1. Kelompok Umur

< 25 tahun 15 31,3

25-30 tahun 20 41,7

> 30 tahun 13 27,0

(52)

Karakteristik Responden N % tahun sebanyak 20 orang (41,7%). Pendidikan responden sebagian besar adalah SMA sebanyak 36 orang (75,0%). Sebagian besar pekerjaan responden adalah bertani sebanyak 35 orang (72,9%).

4.3. Karakteristik Bayi

Data distribusi bayi diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner dengan ibu bayi. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data karakteristik bayi berdasarkan jenis kelamin dan Berat Badan Lahir. Distribusi frekuensi karakteristik bayi dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :

(53)

Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar bayi yang lahir berjenis kelamin laki-laki sebanyak 26 orang (54,2%), dan bayi yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 22 orang (45,8%). Sebagian besar bayi yang baru lahir mempunyai berat badan > 3000 gr sebanyak 33 orang (68,8%), dan tidak ada bayi yang lahir dengan berat badan < 2500 gr.

4.4. Karakteristik Petugas

Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan petugas menggunakan kuesioner di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi, diperoleh data karakteristik petugas berdasarkan umur, pendidikan, dan pekerjaan. Pendidikan terakhir semua petugas adalah D III Kebidanan sebanyak 7 orang (100,0%). Distribusi frekuensi karakteristik umur dan pekerjaan petugas dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut :

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Petugas di Klinik Bersalin Nd.Rina Berastagi Tahun 2014

Karakteristik Petugas N %

1. Kelompok Umur

< 20 tahun 0 0

20-30 6 85,7

> 30 1 14,3

Total 7 100,0

2. Pekerjaan

Bidan 1 14,3

Perawat 6 85,7

Total 7 100,0

(54)

4.5. Perilaku Responden Tentang Inisiasi Menyusu Dini

Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi, diperoleh data pengetahuan, sikap dan tindakan responden tentang Inisiasi Menyusu Dini.

4.5.1. Pengetahuan Responden

Pengetahuan responden yaitu segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang IMD, maksud IMD, kapan IMD dilakukan, mengetahui tatalaksana IMD, maksud ASI Eksklusif, maksud kolostrum, manfaat pemberian kolostrum, manfaat pemberian ASI bagi ibu dan bayi, kandungan zat gizi dari ASI, kapan bayi diberikan makanan tambahan. Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan tentang IMD dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang IMD di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun 2014

No. Tingkat Pengetahuan N %

1 Kurang 32 66,7

2 Sedang 14 29,2

3 Baik 2 4,1

Total 48 100,0

(55)

sebanyak 4 orang (8,4%), jawaban yang benar tentang waktu pelaksanaan IMD sebanyak 5 orang (10,4%), jawaban yang benar tentang pengertian ASI Eksklusif sebanyak 12 orang (25,0%). Distribusi jawaban responden berdasarkan pengetahuan tentang IMD dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang IMD di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun 2014

No Pengetahuan Jawaban N %

1 Pengertian ASI Eksklusif

a.Makanan alamiah bayi sampai usia 2 tahun

b.Pemberian ASI ditambah susu formula sampai usia 6 bulan

c.Bayi hanya diberikan ASI saja sampai usia 6 bulan

9 2 Pengertian IMD a.Bayi dibiarkan menyusu sendiri segera setelah lahir

b.Menyusui bayi ketika ibu benar-benar siap memberikan ASI

c.Menyusui bayi setelah bayi diberikan susu formula untuk latihan menghisap

a.Setelah bayi lahir, dibersihkan dan dibedong, diletakkan di dada ibu dan membiarkan bayi mencari puting ibu

b.Setelah bayi lahir, dibersihkan dan diletakkan di dada ibu dan membiarkan bayi mencari puting ibu c.Setelah bayi lahir, dibersihkan,dibedong, dan disusui

oleh ibu

c.Setelah bayi diberikan susu formula

5 c.Susu yang keluar setelah ibu rawat inap

9

c. Karbohidrat, lemak, protein, vitamin,dan mineral

14

a.Setelah bayi berusia 2 tahun b.Setelah bayi berusia 1 tahun c.Setelah bayi berusia 6 bulan

(56)

4.5.2. Sikap Responden

Sikap responden adalah bagaimana responden menyikapi pengetahuannya tentang IMD secara positif. Adapun distribusi responden menurut sikap tentang IMD dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6. Distribusi Sikap Responden Tentang IMD di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun 2014

No. Sikap N %

1 Kurang 0 0

2 Sedang 23 47,9

3 Baik 25 52,1

Total 48 100,0

(57)

Tabel 4.7. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sikap Tentang IMD di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun 2014

No Sikap

(58)

Tabel 4.8. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tindakan Tentang IMD di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun 2014

No Tindakan

Jawaban Total Ya Tidak

n % n % n %

1 Memberikan ASI segera setelah lahir 0 0 48 100,0 48 100,0 2 Memberikan kolostrum kepada bayi 0 0 48 100,0 48 100,0 3 Membiarkan bayi mencari puting ibu 0 0 48 100,0 48 100,0 4 Menelungkupkan bayi di atas dada ibu 48 100,0 0 0 48 100,0

4.6. Perilaku Petugas Tentang Inisiasi Menyusu Dini

Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan petugas menggunakan kuesioner di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi, diperoleh data pengetahuan, sikap dan tindakan petugas tentang Inisiasi Menyusu Dini seperti berikut.

4.6.1. Pengetahuan Petugas

Pengetahuan petugas yaitu segala sesuatu yang petugas ketahui tentang IMD, maksud IMD, kapan IMD dilakukan, mengetahui tatalaksana IMD, Maksud ASI Eksklusif, maksud kolostrum, manfaat pemberian kolostrum, manfaat pelaksanaan IMD bagi ibu dan bayi.

(59)

Tabel 4.9. Distribusi Jawaban Petugas Berdasarkan Pengetahuan Tentang IMD di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun 2014

No Pengetahuan Jawaban N %

1 Pengertian IMD

a. Bayi dibiarkan menyusu sendiri dalam 1 jam pertama setelah lahir

b. Bayi menyusu sendiri di dekat ibu

c. Ibu menyusukan bayinya segera setelah lahir

5 c.Begitu bayi lahir, diletakkan di dada ibu

0

a.Bayi lahir segera keringkan kulitnya kecuali telapak tangan kemudian ditelungkupkan di dada ibu segera setelah lahir

b.Beri kesempatan kontak kulit bayi dengan ibu setelah bayi dimandikan

c.Dibersihkan kemudian dibedong baru disusukan kepada ibunya

a.Bayi yang dibiarkan menyusu dini akan dengan mudah menyusu kemudian mencegah kegagalan menyusui, hal ini dapat

a.Pemberian ASI saja tanpa makanan/minuman tambahan pada bayi sampai umur 6 bulan b.Pemberian ASI saja

c.Pemberian ASI pada bayi ditambah susu formula sampai bayi berusia 6 bulan

(60)

No Pengetahuan Jawaban N %

9 Pengertian kolostrum

a.Cairan kental berwarna kekuningan yang keluar pertama kali sampai dengan hari ke-3, yang berguna untuk kekebalan bayi

b.Kolostrum merupakan makanan terbaik bagi bayi yang keluar pada hari pertama saja dan

a.Mengandung zat anti kekebalan untuk melindungi bayi dari infeksi

Sikap petugas adalah bagaimana petugas menyikapi pengetahuannya tentang IMD secara positif. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa semua sikap petugas berada pada kategori baik. Terlihat dari sikap petugas yang setuju dengan setiap hal yang berhubungan dengan pelaksanaan IMD dan ASI Eksklusif sebanyak 7 orang (100,0%). Distribusi jawaban petugas berdasarkan sikap tentang IMD dapat dilihat pada tabel 4.10 sebagai berikut :

Tabel 4.10. Distribusi Jawaban Petugas Berdasarkan Sikap Tentang IMD di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun 2014

No Sikap

Jawaban Total Setuju Tidak

Setuju

n % n % N %

1 IMD dapat meningkatkan keberhasilan ASI Eksklusif

7 100,0 0 0 7 100,0 2 Sebelum masa persalinan berlangsung,

bidan menjelaskan pada ibu tentang pelaksanaan IMD yang akan dilakukan

7 100,0 0 0 7 100,0

3 Petugas mempunyai peran yang sangat penting dalam pelaksanaan IMD

(61)

No Sikap 6 Dalam pelaksanaan IMD, bayi dibiarkan

sendiri mencari dan menemukan puting susu

(62)

Tabel 4.11. Distribusi Jawaban Petugas Berdasarkan Tindakan Tentang IMD di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun 2014

No Tindakan

dalam 1 jam pertama setelah lahir

0 0 7 100,0 7 100,0 pelaksanaan IMD. Data kondisi ibu diperoleh melalui wawancara dengan responden. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh hasil bahwa semua kondisi ibu sebanyak 48 orang (100,0%) berada pada kondisi baik. Terlihat dari jawaban responden bahwa faktor yang menyebabkan IMD tidak dilaksanakan bukan faktor ibu sebanyak 48 orang (100,0%), dan semua ibu tidak ada yang mengalami penyakit yang dapat menghambat pelaksanaan IMD.

4.8. Kondisi Bayi

(63)
(64)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pengetahuan Ibu dengan Pelaksanaan IMD

Pengetahuan ibu sebagian besar berada pada kategori kurang yaitu sebanyak 66,7%, dan pelaksanaan IMD juga berada pada kategori kurang. Pelaksanaan IMD juga berada pada kategori kurang pada ibu yang mempunyai pengetahuan sedang sebanyak 29,2% dan pada ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik sebanyak 4,1%.

Pendidikan ibu bervariasi mulai SD, SMP, SMA, dan D3. Pendidikan ibu yang paling banyak adalah SMA yaitu sebanyak 75,0%. Walaupun pendidikan ibu sudah baik, tetapi pengetahuan ibu tentang IMD masih kurang. Walaupun sebagian besar ibu mempunyai pendidikan SMA, tetapi pengetahuan ibu tentang IMD kurang. Karena informasi tentang kesehatan seperti IMD tidak didapatkan oleh ibu. Seperti penelitian yang dilakukan Syamsuriani (2013) tentang pengaruh pendidikan Inisiasi Menyusu Dini terhadap pengetahuan ibu hamil , menyebutkan bahwa pendidikan kesehatan dapat mempengaruhi dan meningkatkan pengetahuan seseorang. Pekerjaan ibu juga bervariasi, ada yang bertani, IRT, dan wiraswasta. Pekerjaan ibu yang paling banyak adalah bertani yaitu sebanyak 72,9%. Dilihat dari pekerjaan ibu yang lebih banyak bertani, sangat mungkin jika pengetahuan ibu tentang IMD sangat kurang. Hal ini bisa terjadi karena, ibu tidak mendapatkan informasi tentang kesehatan seperti informasi tentang IMD. Sehingga dapat menyebabkan pelaksanaan IMD juga kurang.

(65)

berhubungan dengan IMD, sehingga pelaksanaan IMD juga kurang. Sedangkan pelaksanaan IMD yang kurang pada ibu yang mempunyai pengetahuan sedang dan baik tentang IMD dapat terjadi karena tidak ada fasilitas yang mendukung pelaksanaan IMD.

Menurut Bernard (2000), pengetahuan adalah informasi kognitif untuk dapat membuat keputusan-keputusan yang baik dan bertindak dengan baik. Seseorang ibu akan mudah melaksanakan IMD jika ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang IMD. Sedangkan berdasarkan penelitian Yesie (2009) tentang analisis sosialisasi program Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif, diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan.

5.2. Sikap Ibu dengan Pelaksanaan IMD

Sikap ibu tidak ada yang berada pada kategori kurang, tetapi pelaksanaan IMD berada pada kategori kurang. Sikap ibu sebagian besar berada pada kategori baik yaitu sebanyak 52,1%, tetapi pelaksanaan IMD berada pada kategori kurang. Pelaksanaan IMD juga berada pada kategori kurang pada ibu yang mempunyai sikap yang baik yaitu sedang sebanyak 47,9%.

(66)

Sikap ibu yang baik tentang segala hal yang berhubungan dengan IMD tidak secara langsung dapat mewujudkan pelaksanaan IMD. Menurut Stephen (2008) tindakan seseorang tidak bisa diprediksi walaupun kita mengetahui sikap orang tersebut. Biasanya terdapat keselarasan antara sikap dan tindakan. Untuk mewujudkan keselarasan antara sikap dan tindakan, beberapa orang mengubah sikap atau tindakannya.

Ibu setuju jika Inisiasi Menyusu Dini dilakukan. Akan tetapi, ketika ibu melahirkan dan tidak dilaksanakan IMD segera setelah bayi lahir, ibu juga tidak merasa keberatan. Karena pada dasarnya, ibu juga tidak mengetahui pentingnya IMD bagi ibu dan bayi. Hal ini bisa terjadi karena, ibu tidak mendapatkan informasi tentang IMD.

5.3. Pengetahuan Petugas dengan Pelaksanaan IMD

Seluruh petugas mempunyai pengetahuan yang berada pada kategori baik, tetapi pelaksanaan IMD berada pada kategori kurang. Sedangkan menurut Bloom dalam Soekidjo (2010), pengetahuan berpengaruh terhadap tindakan. Apabila pengetahuan seseorang baik tentang sesuatu hal, tindakan orang tersebut juga baik. Seperti hasil penelitian Erika, dkk (2010) tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap bidan tentang IMD terhadap perilaku bidan melakukan IMD, menunjukkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan dan sikap dengan pelaksanaan IMD.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Klinik Bersalin Nd. Rina Berastagi Tahun 2014
Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa sebagian responden berumur 25-30
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Petugas di Klinik Bersalin Nd.Rina Berastagi Tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

dokumen anggota teks berita klaster sebagai 9 4 atau dokumen teks yang akan dibandingkan dengan dokumen teks yang ada pada klaster/klaster yang ada lainnya dapat dilihat

Hasil wawancara tersebut, penulis menarik kesimpulan bahwa untuk menarik perhatian remaja agar dapat menjadikan pembina sebagai sosok yang selalu dekat dengan remaja,

Perkembangan gerakan Islam di Indonesia berkembang dengan pesat tidak terlepas dari keadaan situasi politik dunia yang memanas, pada awalnya gerakan pembaharuan Islam ini timbul

Analisis ketersediaan air Kulong Babi menggunakan Model NRECA dengan berdasarkan data curah hujan dan evapotranspirasi selama 10 tahun (2006-2015), dengan total debit rerata

 Pada boiler yang berbahan bakar minyak atau gas, sebaiknya dibuat kotak sekering untuk kabel sistim sambungan yang dapat mematikan jika terjadi kebakaran atau panas yang

Pada kamus Inggris pencarian dapat dilakukan dengan relatif mudah, sedangkan pada kamus Mandarin pencarian kata dari Mandarin ke bahasa lain lebih kompleks1. Pencarian arti

namun kewenangannya tetap mengacu pada Permenkes No 1464 tahun 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, salah satunya boleh memberikan pelayanan keluarga

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar. haemoglobin dibawah 11 gr/dl pada trimester I dan III atau