• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau early initiation adalah permulaan menyusu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau early initiation adalah permulaan menyusu"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Inisiasi Menyusu Dini

2.1.1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau early initiation adalah permulaan menyusu dini atau bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Cara bayi melakukan IMD dinamakan breast crawl (Sari, 2014).

Breast crawl adalah serangkaian aktifitas bayi baru lahir yang ketika diletakkan di atas perut ibunya segera setelah lahir akan memiliki kemampuan sendiri untuk menemukan payudara ibunya dan memutuskan kapan dia menyusu untuk pertama kalinya (WHO, 2007).

Inisiasi Menyusu Dini adalah proses menyusu bukan menyusui yang merupakan gambaran bahwa Inisiasi Menyusu Dini bukan program ibu menyusui melainkan bayi yang harus aktif sendiri menemukan puting susu ibu (Alfian, dkk 2009).

Inisiasi Menyusu Dini adalah bayi diberi kesempatan mulai (inisiasi) menyusu sendiri segera setelah lahir (dini) dengan meletakkan bayi menempel di dada atau perut ibu, bayi dibiarkan merayap mencari puting dan menyusu sampai puas. Proses ini berlangsung minimal satu jam pertama sejak bayi lahir. (Depkes, 2009).

Bayi disusui selama satu jam atau lebih di dada ibunya segera setelah lahir, hal tersebut penting dalam menjaga produktivitas ASI. Isapan bayi penting dalam

(2)

meningkatkan kadar hormon prolaktin, yaitu hormon yang merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Isapan itu akan meningkatkan produksi susu dua kali lipat. Itulah bedanya isapan dengan perasan (Yuliarti 2010).

IMD dapat melatih motorik bayi dan sebagai langkah awal untuk membentuk ikatan batin antara ibu dan anak. Sebaiknya, bayi langsung diletakkan diatas dada ibu sebelum bayi dibersihkan. Sentuhan dengan kulit mampu memberi efek psikologis yang kuat antara ibu dan anak. Untuk dapat melakukan IMD, dibutuhkan waktu, kesabaran serta dukungan dari keluarga. Bayi yang lahir dalam kondisi normal dengan kelahiran tanpa operasi dapat menyusu pada ibunya tanpa dibantu pada waktu sekitar satu jam. Kondisi ini tidak akan terjadi dalam kelahiran dengan operasi Caesar. Maka kemungkinan keberhasilan IMD hanya sekitar 50% termasuk kelahiran bayi dengan menggunakan obat kimiawi ataupun medicated labor (Prasetyono 2009). Cara melakukan IMD ini disebut pula breast crawl atau merangkak untuk mencari puting ibu secara alamiah. Pada prinsipnya IMD merupakan kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayi, bayi ditengkurapkan di dada atau di perut ibu selekas mungkin setelah seluruh badan dikeringkan, kecuali pada telapak tangannya. Kedua telapak tangan bayi dibiarkan tetap terkena air ketuban karena bau dan rasa cairan ketuban ini sama dengan bau yang dikeluarkan payudara ibu, dengan demikian ini menuntun bayi untuk menemukan puting (Sari, 2009)

Tindakan IMD membantu bayi memperoleh ASI pertamanya dan dapat meningkatkan produksi ASI serta membangun ikatan kasih antara ibu dan bayi. IMD juga terbukti dapat mencegah 22% risiko kematian pada bayi baru lahir. Selain itu,

(3)

bayi bisa menyusu dalam 20-30 menit pertama setelah lahir. Hal ini akan membangun refleks mengisap pada bayi sehingga proses menyusu berikutnya akan lebih baik. Sebaliknya, bayi yang tidak segera menyusu hanya akan bertahan menyusu selama tiga bulan (Trihendradi dan Indarto 2010).

Anik (2009) menyatakan alasan pentingnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yaitu :

a. Suhu dada ibu dapat menyesuaikan suhu ideal yang diperlukan bayi, yaitu dapat turun 10 derajat dan naik sampai 20 derajat Celsius, sehingga dapat menurunkan resiko hipotermia dan menurunkan kematian bayi akibat kedinginan.

b. Kehangatan dada ibu pada saat bayi diletakkan di dada ibu akan membuat bayi merasakan getaran cinta yaitu merasakan ketenangan, merasa dilindungi dan kuat secara psikis. Bayi akan lebih tenang karena pernafasan, detak jantung dari kulit ibu menenangkan bayi, menurunkan stres akibat proses kelahiran dan meningkatkan kekebalan tubuh bayi.

c. Bayi yang dibiarkan merayap diperut ibu dan menemukan payudara ibunya sendiri, akan tercemar lebih dahulu bakteri yang tidak berbahaya atau ada antinya di ASI ibu, sehingga bakteri baik ini membuat koloni di susu dan kulit bayi. Hal ini berati mencegah kolonisasi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.

d. Pada saat bayi dapat menyusu segera setelah lahir, maka kolostrum makin cepat dapat keluar dan bayi akan lebih cepat mendapatkan kolostrum ini, yaitu cairan emas atau cairan pertama yang kaya akan antibodi dan sangat penting untuk

(4)

pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap infeksi yang dibutuhkan bayi demi kelangsungan hidupnya.

e. Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan mempertahankan menyusu setelah 6 bulan.

f. Bayi akan belajar menyusu dengan sendiri.

g. Sentuhan, kuluman/emutan dan jilatan pada puting ibu akan merangsang oksitosin pada ibu yang penting agar :

- Menyebabkan rahim ibu berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi pendarahan.

- Merangsang hormon lain, yang membuat ibu merasa menjadi lebih tenang, rileks dan mencintai bayinya

- Merangsang pengaliran ASI dari payudara. 2.1.2. Langkah-langkah Proses IMD Agar Berhasil

a. Pihak Rumah Sakit atau Rumah Bersalin harus mengizinkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat melahirkan.

b. Sarankan untuk tidak menggunakan obat kimiawi dalam menolong ibu saat melahirkan.

c. Biarkan ibu menentukan cara dan posisi melahirkan.

d. Keringkan bayi secepatnya dari sisa ketuban dan darah menghilangkan lapisan lemak (vernix) yang menyamankan kulit bayi.

(5)

e. Tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Selimuti keduanya, kalau perlu menggunakan topi bayi.

f. Biarkan bayi mencari puting susu ibu sendiri. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut. Bila perlu ibu boleh mendekatkan bayi pada puting susu (tidak menjejalkan puting susu ke mulut bayi).

g. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses menyusu pertama selesai.

h. Bila melahirkan dengan proses operasi, maka proses bersentuhan juga bisa dilakukan segera setelah ibu sadar dan siaga.

i. Tunda prosedur invasuf seperti ditimbang, dibersihkan, diukur, dicap, diberi obat-obatan. Jadi bayi baru bolehdipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dicap setelah proses menyusu dini selesai.

j. Hindarkan pemberian minuman atau makanan selain ASI pada bayi kecuali atas indikasi medis yang jelas.

2.1.3. Manfaat IMD

1. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini bagi bayi : a. Menurunkan kejadian Hipotermi

Luas permukaan tubuh orang dewasa ± 3 kali luas permukaan tubuh bayi. Lapisan insulasi jaringan lemak di bawah kulit tipis, sehingga panas pada tubuh bayi baru lahir lebih cepat hilang ± 4 kali pada orang dewasa. Pada ruang bersalin dengan suhu 20- 25 0C suhu kulit bayi akan turun 0,30C dan suhu tubuh bagian dalam turun 0,10C. Selama periode dini setelah bayi lahir

(6)

biasanya bayi akan kehilangan panas kumulatif 2- 30C. Kehilangan panas ini terjadi melalui konveksi, konduksi, radiasi dan evaporasi ( Nelson, 2000 ). b. Menurunkan kejadian Asfiksia

Inisiasi menyusu dini, Ibu dan bayi akan menjadi lebih tenang. Hal ini akan membantu pernapasan dan bunyi jantung lebih stabil.

c. Menurunkan kejadian Hipoglikemia

Inisiasi menyusu dini membuat bayi menjadi lebih tenang dan frekuensi menangis kurang sehingga mengurangi pemakaian energi ( WBW, 2007 ). Penelitian membuktikan bahwa bayi yang melakukan IMD memiliki tingkat gula darah yang lebih baik dari pada bayi yang baru lahir yang dipisahkan dari ibunya.

d. Meningkatkan Kekebalan Tubuh Bayi

Bayi akan mendapatkan kolostrum (liquid gold) untuk minuman pertama yang merupakan hadiah kehidupan, yang mana kolostrum mengandung banyak zat kekebalan aktif, antibodi, dan banyak protein protektif. Kolostrum juga mengandung faktor pertumbuhan yang akan membuat lapisan pelindung usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan usus bayi. Selain itu kolostrum kaya akan vitamin A yang akan membantu menjaga kesehatan mata dan mencegah infeksi. Kolostrum akan merangsang pergerakan usus sehingga meconium akan segera dibersihkan dari usus. Melalui jilatan bayi pada saat mulai menyusu, bayi akan tercemar terlebih dahulu oleh bakteri yang berasal dari tubuh ibu yang tidak akan berbahaya bagi bayi.

(7)

e. Meningkatkan Produksi Hormon Oksitosin

Melalui sentuhan, emutan dan jilatan bayi pada puting susu Ibu akan merangsang produksi hormon oksitosin. Oksitosin akan menyebabkan uterus berkontraksi sehingga membantu pegeluaran plasenta dan mengurangi terjadinya perdarahan post partum. Di samping itu oksotosin akan merangsang hormon lain yang membuat Ibu menjadi tenang, dan merangsang pengeluaran ASI.

f. Memfasilitasi Bonding Attachment

Bonding akan meningkatkan hubungan antara Ibu dan anak pada saat awal kelahiran. Hubungan yang terjadi antara Ibu dan bayi dapat berupa sentuhan halus Ibu pada anggota gerak dan wajah bayi.

2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini Bagi Ibu a. Mengurangi pendarahan setelah melahirkan

Hal ini karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk konstraksi/ penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti.

b. Mengurangi terjadinya anemia, karena menyusui mengurangi pendarahan, maka juga berarti dapat mengurangi kemungkinan terjadinya anemia karena kekurangan zat besi.

c. Menjarangkan kehamilan, menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan cukup berhasil selama ibu memberi ASI Eksklusif, belum haid dan bayi belum berusia 6 bulan, maka keberhasilan (tidak hamil) adalah 98%.

(8)

Sedangkan bila menyusui sampai bayi berusia 12 bulan tingkat keberhasilannya adalah 96%.

d. Mengecilkan rahim. Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses pengecilan ini akan lebih cepat dibanding pada ibu yang tidak menyusui.

e. Lebih cepat langsing kembali. Ibu yang menyusui memerlukan energi yang akan diambilkan dari lemak yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelumnya.

f. Mengurangi kemungkinan menderita kanker. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui secara eksklusif akan mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara. Dan apabila menyusui dilanjutkan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang sampai sekitar 25%. Sedangkan resiko terkena kanker ovarium (indung telur) pada ibu menyusui berkurang sampai 20-25%. g. Lebih ekonomis/ murah. Dengan memberi ASI berarti menghemat

pengeluaran untuk susu formula, perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan minum susu formula. Selain itu juga menghemat biaya untuk berobat bayi (bayi yang diberi susu formula lebih sering sakit dari pada yang diberi ASI Eksklusif).

(9)

h. Tidak merepotkan dan hemat waktu. ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau memasak air, mencuci botol atau menunggu agar susu tidak terlalu panas.

i. Portable dan praktis. Portable artinya mudah dibawa kemana-mana. Sedangkan praktis karena ASI dapat diberikan dimana saja dan kapan saja dalam keadaan siap diminum serta dalam suhu yang selalu tepat.

j. Memberi kepuasan bagi ibu. Ibu yang berhasil memberikan ASI akan merasakan kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam (Sari, 2014).

Soedjatmiko (2009) menyatakan bahwa proses menyusui yang baik sejak dini akan memperkuat ikatan antara ibu dan bayi yang penting untuk perkembangan emosi dan kepercayaan diri di kemudian hari.

Dari beberapa penelitian dapat dilihat bahwa IMD memiliki pengaruh dan hubungan dengan kesehatan ibu dan bayi setelah melahirkan. Penelitian Afriyanti (2010) yang meneliti mengenai pengaruh IMD terhadap involusio uterus pada ibu post partum di Klinik Bersalin Khadijah dan Klinik Bersalin Wina dengan uji t-independent antara kelompok kontrol dan intervensi menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata TFU 2 jam, 12 jam dan 7 hari setelah dilakukan IMD dengan yang tidak dilakukan IMD. Dari hasil penelitian tersebut diketahui IMD mempunyai pengaruh terhadap involusi uterus.

Penelitian Afriani (2010) tentang pengaruh IMD terhadap pencegahan hipotermi di Klinik Bidan Mariani dan Klinik Bidan Ramini menunjukkan adanya

(10)

pengaruh IMD terhadap pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir dan terdapat perubahan suhu pada tubuh bayi baru lahir setelah dilakukan IMD.

2.1.4. Perilaku Bayi dalam IMD

Jika bayi baru lahir dikeringkan dan diletakkan di perut ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam, semua bayi akan melalui tahapan perilaku (pre-feeding behaviour) sebelum ia berhasil menyusu. Menurut Kemenkes RI (2011) Berikut ini lima tahapan prilaku bayi saat menyusu pertama kali yaitu :

1. Dalam 30 menit pertama : stadium istirahat / diam dalam keadaan siaga ( rest / quitealertstage ). bayi diam tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman. Hal ini meningkatkan kepercayaan diri ibu terhadap kemampuan menyusui dan mendidik bayinya.

2. Antara 30 – 40 menit : mengeluarkan suara, gerakan mulut, seperti mau minum, mencium dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada di tangannya. Bau ini sam dengan bau cairan yang dikelusrkan payudara ibu. Bau rasa ini akan membimbing bayi untuk menentukan payudara dan puting susu ibu.

3. Mengeluarkan air liur saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liurnya.

(11)

4. Bayi mulai bergerak ke arah payudar. Areola sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ib. Ia menjilat-jilat ibu, menghentak-hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh kekanan dan kekiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangannya yang mungil.

5. Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar dan menekan dengan baik.

2.1.5. Tiga Langkah IMD dalam Asuhan Bayi Baru Lahir

Menurut Kemenkes RI (2011) ada tiga langkah IMD dalam asuhan bayi baru lahir yaitu :

1. Langkah pertama, lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan : a. Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran

b. Sambil meletakkan bayi diperut bawah ibu lakukan penilaian apakah bayi perlu resusitasi atau tidak.

c. Jika bayi stabil tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut tanpa menghilangkan verniks akan membantu menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah dikeringkan, selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem.

d. Hindari mengeringkan punggung dan tangan bayi. Bau cairan amnion mengandung beberapa substansi yang mirip dengan sekresi tertentu dari payudara ibu, sehingga membantu bayi menggunakan bau dan rasa cairan

(12)

amnion yang melekat pada tangannya agar terhubung dengan substansi lemak tertentu yang dihasilkan oleh puting susu ibu yang mirip dengan cairan amnion. e. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil

tunggal) kemudian suntikan oksitosin 10 UI intra muscular pada ibu. 2. Langkah Kedua : lakukan kontak kulit bayi selama paling sedikit satu jam.

a. Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berada diantara payudara ibu tapi lebih rendah dari puting.

b. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.

c. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Jika perlu letakkan bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi. Hindari membersihkan payudara ibu.

d. Selama kontak kulit bayi ke kulit ibu tersebut lakukan manajemen aktif kala 3. Langkah Ketiga : biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai

menyusu :

a. Biarkan bayi mencari, menemukan puting dan mulai menyusu

b. Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi menyusu misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara. Sebagian besar bayi akan berhasil menemukan puting ibu dalam waktu 30-60 menit tapi tetap biarkan kontak kulit bayi dan ibu setidaknya satu jam walaupun bayi sudah menemukan puting kurang dari satu jam.

(13)

c. Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi selesai menyusu setidaknya satu jam atau lebih bila bayi baru menemukan puting setelah 1 jam.

d. Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau sebelum bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah bersama dengan mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi.

e. Jika bayi belum menemukan puting ibu, IMD dalam waktu satu jam, posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya.

2.1.6. Standar Operasional Prosedur (SOP) Inisiasi Menyusu Dini 1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu di kamar bersalin.

2. Dalam menolong ibu melahirkan disarankan mengurangi / tidak menggunakan obat kimiawi.

3. Bayi lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya ; tanpa menghilangkan verniks mulut dan hidung bayi dibersihkan, tali pusat diikat.

4. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi di tengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat diberi topi.

5. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting sendiri.

(14)

7. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling tidak satu jam ; bila menyusu awal terjadi sebelum satu ja, tetap biarkan kulit ibu – bayi bersentuhan sampai setidaknya 1 jam.

8. Bila dalam 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke puting tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. Beri waktu kulit bayi melekat pada kulit ibu 30 menit atau 1 jam lagi.

9. Setelah kulit ibu dan kulit bayi melekat setidaknya 1 jam atau selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimban, diukur, dicap dan diberi vitamin K. 10. Rawat gabung bayi : ibu – bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu

selama 24 jam.

Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng.

Menurut Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungaan Anak No. 03 tahun 2010 tentang Penerapan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui adalah:

1. Sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas. 2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan untuk

menerapkan kebijakan tersebut.

3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 (dua) tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.

(15)

4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar.

5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis.

6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir.

7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari.

8. Membantu ibu menyusui semau bayi, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui.

9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI.

10. Mengupayakan terbentuknya kelompok ASI dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit bersalin/sarana pelayanan kesehatan.

2.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi IMD 2.2.1. Faktor yang Mendukung IMD

Dalam pelaksanaan IMD yang dilakukan pada bayi baru lahir, terdapat beberapa faktor yang mendukung sebagai berikut:

a. Peran Petugas Kesehatan

Ibu yang mengalami masalah dalam menyusui memerlukan bimbingan agar dapat mengatasi masalahnya dan terus menyusui. Petugas kesehatan atau relawan

(16)

yang membantu ibu dengan latar belakang pengalaman berhasil menyusui sendiri tentunya dapat menjadi nilai tambah dalam melaksanakan tugasnya. Dari pengalaman, petugas kesehatan atau relawan dapat membantu ibu dalam memahami hal-hal berikut: (1) pemberian ASI dapat meringankan beban ekonomi keluarga karena tidak perlu membeli susu formula. (2) memahami masalah yang mungkin dihadapi dan mengatasinya karena sudah melihat peragaan tentang cara-cara mengatasi masalah menyusui, seperti puting susu lecet, bingung puting, bayi rewel dan sebagainya. (3) memahami bahwa bayi yang disusui jarang mengalami penyakit diare, infeksi saluran nafas bila dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI (Sulistriani, 2004).

Permasalahan yang sering ditemukan di lapangan yakni belum semua petugas paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi agar menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayi mereka, serta adanya praktek yang keliru dengan memberi susu botol kepada bayi yang baru lahir. Petugas kesehatan harus mengajarkan ibu tentang perawatan bayi, melatih ibu menyusui dengan baik dan benar, manfaat IMD dan pemberian ASI dengan baik dan tepat, sehingga dapat menambah pengetahuan ibu dan juga harus mampu menumbuhkan motivasi dan rasa percaya diri bahwa ibu dapat menyusui secara eksklusif (Siregar, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian Syarifah (2000) yang meneliti faktor determinan terhadap pola pemberian ASI oleh ibu di wilayah kerja Puskesmas Gandus Kecamatan Ilir Barat II Palembang dengan jumlah responden 97 orang (ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 4-6 bulan), ditemukan empat variabel mempunyai hubungan

(17)

yang bermakna dengan pola pemberian ASI yaitu: pengetahuan, sikap, dukungan petugas kesehatan dan dorongan keluarga. Dari hasil analisis menunjukan variabel yang berpengaruh terhadap pola pemberian ASI adalah dukungan petugas kesehatan.

Bidan sebagai petugas kesehatan yang menangani pertolongan persalinan secara langsung banyak berinteraksi dengan neonatal sehingga sangat berperan penting dalam promosi dan pelaksanaan inisiasi menyusu dini (Sulystiawati, 2009). b. Pengetahuan Ibu tentang IMD

Pengetahuan yaitu hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Menurut Roesli (2007), bahwa faktor utama tercapainya pelaksanaan IMD yang benar adalah karena kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang IMD pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan baik dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan seorang bayi akan kehilangan sumber makanan yang vital dan cara perawatan yang optimal. Pengetahuan yang kurang mengenai IMD dan pemberian ASI terlihat dari pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan dan pemberian nasi sebagai tambahan ASI di pedesaan.

Pengaruh pengetahuan terhadap pemberian ASI yang baik dan benar dapat dibuktikan berdasarkan hasil penelitian Simbolon (2004), yang meneliti hubungan perilaku ibu menyusui terhadap pemberian ASI di wilayah kerja puskesmas Teluk Nibung Tanjung Balai tahun 2004, ditemukan hanya 13% bayi yang di beri ASI eksklusif dan diikuti pemberian ASI sampai bayi berumur dua tahun. Jumlah

(18)

responden sebanyak 100 orang ibu yang pernah menyusui dimana usia balita 2-4 tahun. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa hanya 41% yang memiliki kategori pengetahuan baik, 39% kategori pengetahuan sedang dan 20% kategori kurang. Hasil uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemberian ASI.

c. Sikap Ibu terhadap IMD

Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respons hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respons evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik buruk, positif-negatif, menyenangkan- tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2007).

Sikap ibu terhadap lingkungan sosial dan kebudayaan, apabila pemikiran tentang menyusui dianggap tidak sopan, maka let down reflex (reflek keluar) akan terhambat. Sama halnya suatu kebudayaan tidak mencela penyusuan, maka pengisapan akan tidak terbatas dan permintaan akan menolong pengeluaran ASI. Sikap negatif terhadap menyusui antara lain dengan menyusui merupakan beban bagi kebebasan pribadinya atau hanya memperburuk potongan dan ukuran tubuhnya. d. Fasilitas pelayanan kesehatan

Untuk mewujudkan peningkatan derajat atau status kesehatan penduduk, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan salah satu

(19)

faktor penentu utama. Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Pustu) merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan karena dapat menjangkau penduduk sampai ke pelosok. Namun ketersediaannya masih dirasakan sangat kurang dibandingkan dengan jumlah penduduk saat ini.

e. Dukungan Keluarga

Pelaksanaan IMD memerlukan dukungan suami dan keluarga. Dukungan yang paling penting adalah suami karena dapat meningkatkan rasa percaya diri dalam proses IMD dengan membiarkan bayinya dengan cara memeluk dan mngelus-elus bayinya (Roesli, 2008).

Dayati (2011) menunjukkan adanya hubungan antara dukungan keluarga ibu melahirkan dengan pelaksanaan IMD. Dukungan keluarga timbul dengan adanya pemberitahuan terhadap proses pelaksanaan IMD pada keluarga membuat keluarga ibu melahirkan menyerahkan sepenuhnya kepada bidan dan antusias serta takjub menyaksikan proses IMD.

2.2.2. Faktor yang Menghambat IMD

Beberapa faktor yang dapat menghambat pelaksanaan IMD antara lain dari kondisi fisik atau kesehatan ibu, pendapat masyarakat serta faktor dari petugas kesehatan dan fasilitas ruang pelayanan.

Banyak pendapat yang beredar dimasyarakat yang dapat menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dan bayi padahal tidak terbukti kebenarannya, justru sebaliknya, IMD harus segera dilaksanakan. Berikut beberapa pendapat dan bantahannya :

(20)

Pendapat yang pertama adalah karena bayi kedinginan, hal ini tidak benar. Bergman, N (2005) menjelaskan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan satu derajat lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan, jika bayi yang diletakkan didada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun satu derajat dan jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat dua derajat untuk menghangatkan bayi.

Pendapat yang kedua adalah suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonorrhea harus segera diberikan segera lahir. Menurut American College of Obstetric and Ginecology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007) tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.

Pendapat ketiga, bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang dan diukur. Padahal menunda memandikan bayi berati menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu kesempatan verniks meresap, melunakkan dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.

Pendapat keempat, bayi bayi masih kurang siaga, padahal tidak demikian. Justru pada 1-2 jam kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu bayi tidur dalam waktu tyang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding.

Pendapat yang kelima kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi. Hal ini tidak benar, kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum

(21)

melindungi dan mematangkan dinding usus bayi yang masih muda. Pada awal proses menyusui, kolostrum yang tidak keluar atau tidak memadai dianggap tidak cukup untuk bayi sehingga bayi diberi cairan lain/cairan pre laktal adalah tidak benar karena kebutuhan makan bayi baru lahir masih sedikit dan kolostrum tersebut cukup dijadikan makanan pertama makanan bagi bayi, bayi dilahirkan membawa bekal air dan gula yang dapat digunakan pada saat itu.

Pendapat keenam yaitu setelah melahirkan ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya. Hal ini tidak benar, seorang ibu dapat memeluk bayinya segera setelah lahir, keluarnya oksitosin saat kontak kulit ibu dan bayi saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu. Pendapat yang ketujuh ibu harus dijahit, hal tersebut tidak menjadi masalah, kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di dada ibu dan tidak akan mengganggu proses penjahitan robekan jalan lahir, justru dengan melihat bayinya yang sedang berjuang meraih puting rasa sakit ibu saat penjahitan akan berkurang.

Pendapat yang selanjutnya, tenaga kesehatan kurang tersedia untuk menemani ibu, hal ini tidak masalah karena saat bayi didada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkna tugasnya, bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberikan dukungan pada ibu. Pendapat yang terakhir kamar bersalin atau kamar operasi sibuk, hal ini juga tidak menjadi masalah karena dengan bayi didada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencari payudara ibu dan menyusu dini.

(22)

2.3. Peran Petugas Kesehatan dalam Pelaksanaan IMD

Berhasil atau tidaknya IMD di fasilitas kesehatan sangat tergantung pada petugas kesehatan yang menolong persalinan (dokter, bidan dan perawat), karena merekalah yang pertama-tama akan membantu ibu bersalin melakukan IMD.

Petugas kesehatan yang menolong persalinan harus memahami tatalaksana IMD dan laktasi yang benar, diharapkan mereka selalu mempunyai sikap positif terhadap IMD.

Peranan bidan dalam menyukseskan IMD dan ASI eksklusif tidak lepas dari wewenang bidan dalam memberikan pelayanan pada ibu dan anak. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 dinyatakan ruang lingkup kewenangan yang dimiliki bidan dalam pelayanan kesehatan termasuk pelayanan ibu menyusui dengan fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif. Secara khusus dalam pelayanan kesehatan anak dengan kewenangan melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk inisiasi menyusu dini (IMD). Dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia no 33 tahun 2012 tentang ASI eksklusif yaitu pada Bab III bagian kedua Inisiasi Menyusu Dini, pasal 9 :

1. Tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan inisiasi menyusu dini terhadap bayi yang baru lahir kepada ibunya paling singkat selama 1 (satu) jam.

(23)

2. Inisiasi menyusu dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara meletakkan bayi secara tegkurap didada atau perut ibu sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu.

WHO merekomendasikan kepada seluruh tenaga kesehatan agar melakukan 7 kontak ASI atau permulaan ASI dalam upaya sosialisasi program dan setiap kali melakukan pelayanan kesehatan ibu dan anak yaitu :

1. Pada saat Ante Natal Care (ANC) pertama/ kunjungan pertama (K1) di Klinik kesehatan Ibu dan Anak

2. Pada saat Ante Natal Care (ANC) kunjungan kedua di Klinik kesehatan Ibu dan Anak

3. Melakukan IMD pleh bidan /dokter penolong persalinan di kamar bersalin atau kamar operasi.

4. Sosialisasi ASI di ruang perawatan pada hari ke 1-2 5. Sosialisasi ASI pada saat kontrol pertama hari ke 7 6. Sosialisasi ASI pada saat kontrol kedua hari ke 36 7. Sosialisasi ASI pada saat imunisasi

Dalam buku Inisiasi Menyusu Dini, JNPK-KR (2007) mengatakan bahwa seorang bidan dalam pelaksanaan IMD antara lain: (a) melatih keterampilan, mendukung, membantu, dan menerapkan IMD-ASI Eksklusif, (b) memberi informasi manfaat IMD dan ASI Eksklusif pada BUMIL, (c) membiarkan kontak kulit ibu-bayi setidaknya 1 jam atau sampai menyusu awal selesai, (d) menghindarkan memburu-buru bayi atau memaksa memasukkan puting susu ibu kemulut bayi, (e) membantu

(24)

ayah menunjukkan perilaku bayi yang positif saat bayi mencari payudara, (f) membantu meningkatkan rasa percaya diri ibu, (g) menyediakan waktu dan suasana tenang diperlukan kesabaran.

Untuk dapat berperan dalam pelaksanaan IMD, setiap bidan harus memiliki pengetahuan tentang IMD, sikap terhadap IMD dan bertindak dalam melaksanakan IMD.

2.3.1. Pengetahuan Bidan tentang IMD

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan dengan wawancara atau pembagian angket yang berisi tentang pertanyaan mengenai isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada prilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan.

Menurut Notoatmodjo (2007), ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu : 1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai recall (mengingat kembali) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

(25)

2. Paham (Comprehend)

Memahami diartikan sebagai dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

3. Aplikasi (Application)

Artinya apabila seseorang telah memahami objek yang dimaksud, maka ia dapat mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

5. Sintesis (Synthesis)

Adalah kemampuan untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap sesuatu objek tertentu. Penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang ada.

Didasari oleh pengetahuan yang positif maka seorang bidan akan melakukan kegiatan yang positif contohnya ibu-ibu diperintah/dianjurkan oleh seorang bidan berdasarkan pengetahuan yang dia dapati untuk melakukan inisiasi menyusu secara dini, mereka akan segera melakukan perintah/anjuran tersebut.

(26)

Berdasarkan penelitian Idris (2009) menyatakan bahwa pengetahuan petugas penolong persalinan, merupakan salah satu peran yang berarti terhadap praktek inisiasi menyusu dini. Informasi IMD dominan didapatkan dari bidan yang menangani pemeriksaan kehamilan dan persalinan, yang menjadi masalah karena informasi tersebut tidak selamanya disampaikan bidan jauh sebelum praktek IMD dilakukan, bahkan terkadang diberi tahu sesaat setelah melahirkan.

Namun yang paling dominan, adalah yang mendapatkan informasi saat pemeriksaan kehamilan. Dengan pengetahuan seorang bidan terhadap IMD maka dapat menginformasikan pada pasien yang datang memeriksakan kehamilannya mengenai IMD, meskipun terkadang informasi itu diberikan pada umur kehamilan yang mendekati persalinan. Keterlambatan penyampaian informasi menyebabkan masih adanya ibu yang ragu mengambil keputusan untuk IMD.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Aprilia (2009) menyatakan bahwa keberhasilan program IMD sangat dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan, dan motivasi bidan atau dokter yang menangani proses persalinan. Selain itu keberhasilan ibu menyusui juga harus didukung oleh suami, keluarga, petugas kesehatan, dan masyarakat.

2.3.2. Sikap Bidan dalam IMD

Sikap merupakan respon atau reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaaan untuk bertindak merupakan predisposisi tindakan atau perilaku, (Notoatmodjo, 2010).

(27)

Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2010), yaitu :

1. Menerima, artinya seseorang dapat menerima stimulus yang diberikan.

2. Menanggapi, artinya subjek memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai, artinya subjek memberi nilai positif terhadap objek/stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain untuk merespon.

4. Bertanggung jawab artinya bertanggung jawab atas segala sesuatau yang telh diyakininya dengan segala resiko.tingkatan ini merupakan tingkatan sikap yang paling tinggi.

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, bukan pelaksanaan dari motif tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap belum merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Defenisi yang lain mengatakan sikap adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap suatu objek yang meliputi pemikiran, perasaan dan kecendrungan yaitu untuk bertindak terhadap objek. Sikap dijabarkan dalam tiga komponen yaitu kognisi, afeksi dan konasi. Kognisi merupakan pemikiran atau persepsi individu terhadap objek tersebut. Afeksi merupakan perasaan individu terhadap objek dan konasi merupakan kecendrungan individu terhadap suatu objek. Ketiga komponen-komponen tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling mempengaruhi dalam pembentukan sikap individu.

(28)

Menurut Bloom yang dijabarkan oleh sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu sarana dan prasarana.

Praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu:

a. Praktik terpimpin (guide response). Apabila seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism). Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau memperaktekkan sesuatu hal secara otomatis.

c. Adopsi (Adoption) adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang, artinya apa yang sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan yang berkualitas.

Penelitian Idhya (2012) menunjukkan bahwa faktor – faktor pada bidan yang berhubungan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini yaitu pengetahuan, sikap, pelatihan dan dukungan ibu melahirkan.

2.4. Organisasi

Organisasi adalah persekutuan antara dua orang atau lebih yang bersepakat untuk secara bersama-sama mencapai tujuan yang dimiliki. Organisasi adalah suatu sistem yang mengatur kerjasama antara dua orang atau lebih, sedemikian rupa sehingga segala kegiatan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Syafrudin, 2009).

(29)

Tujuan organisasi yaitu (1) menciptakan kerjasama yang lebih efisien. (2) mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf. (3) menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan. (4) mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf. (5) membuat organisasi berkembnag secara dinamis.

Untuk dapat melakukan pekerjaan pengorganisasian dengan baik suatu organisasi harus mempunyai prinsip pokok yaitu mempunyai pendukung, mempunyai tujuan, mempunyai kegiatan, mempunyai pembagian tugas, mempunyai perangkat organisasi, mempunyai pembagian dan pendelegasian wewenang serta mencapai kesinambungan kegiatan, kesatuan perintah dan arah.

Ditinjau dari pembagian dan pelaksanaan fungsi serta wewenang yang dimiliki oleh satuan organisasi, maka organisasi secara umum dapat dibedakan atas tiga macam yakni organisasi lini, organisasi staff dan organisasi lini dan staff.

Menurut Aditama (2010) rumah sakit itu bukan hanya sebuah tempat, tetapi juga sebuah fasilitas, sebuah institusi, dan sebuah organisasi. Rumah sakit sebagai sebuah organisasi terus akan berubah sesuai pertumbuhan dan pengaruh lingkungan.

Rumah sakit adalah salah satu organisasi sektor publik yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa kesehatan yang mempunyai tugas melaksanakan suatu upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan atau mementingkan upaya penyembuhan dan pemulihan yang telah dilaksanakan secara serasi dan terpadu oleh pihak rumah sakit dalam upaya peningkatan dan pencegahan

(30)

penyakit serta upaya perbaikan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.983/Men.Kes/SK/XI/1992).

Organisasi rumah sakit mempunyai bentuk yang unik, yang berbeda dengan organisasi lain pada umumnya. Rumah sakit mempunyai kekhususan yang lahir dari adanya hubungan yang terjadi antara Medical Staff (kelompok dokter) dan Administrator atau CEO (manajemen) serta Governing Body. Rumah sakit merupakan sebuah organisasi yang memiliki tingkat kompleksitas tinggi akibat adanya hubungan tersebut, dimana otoritas formal yang direpresentasikan oleh Administrator atau CEO (manajemen) harus mengakomodasi otoritas keilmuan dan keahlian yang dimiliki oleh kelompok dokter, dimana secara historis dokter memegang peran yang sangat besar dalam organisasi ruamah sakit dan mendapatkan otoritasnya dari Governing Body.

Rumah Sakit Umum Daerah Rantauprapat merupakan rumah sakit umum kelas B Non Pendidikan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan bahwa susunan organisasi rumah sakit umum kelas B Non Pendidikan yaitu (1) RSU Kelas B Non Pendidikan dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur Utama, (2) Direktur Utama membawahi paling banyak 2 (dua) Direktorat, (3) Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang atau 3 (tiga) Bagian, (4) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi, (5) Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.

(31)

2.5. Landasan Teori

Pelaksanaan IMD merupakan salah satu tugas bidan sebagaimana disebutkan pada Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010, sehingga hasil yang dicapai pada IMD merupakan gambaran kinerja bidan. Kinerja seorang bidan dalam pelaksanaan IMD di rumah sakit dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Faktor-faktor individu meliputi kemampuan dan keterampilan yang terdiri dari mental dan fisik, latar belakang terdiri dari keluarga, tingkat sosial dan pengalaman serta demografi yang terdiri dari umur, etnis dan jenis kelamin. Faktor-faktor psikologis meliputi antara lain persepsi, sikap, kepribadian, dan motivasi. Sedangkan faktor-faktor organisasi meliputi sumberdaya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan (Gibson et al. 1987). Diagram skematis teori perilaku dan kinerja digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1. Landasan Teori Perilaku dan Kinerja Variabel Individu • Kemampuan dan ketrampilan - mental - fisik • Latar belakang : - keluarga - tingkat sosial Perilaku Individu (apa yang dikerjakan)

Kinerja Variabel Organisasi • Sumber daya • Kepemimpinan • Imbalan Variabel Psikologis: • Persepsi • Sikap

(32)

2.6. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Pengaruh Faktor Individu Bidan dan Organisasi terhadap Pelaksaanaan Inisiasi Menyusu Dini

Berdasarkan kerangka konsep di atas menunjukkan bahwa variabel independen yaitu variabel individu yang terdiri dari umur, pendidikan, lama kerja, status kepegawaian, pengetahuan, motivasi dan sikap serta variabel organisasi yang terdiri dari pelatihan, pengawasan dan kepemimpinan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Variabel Individu (X1) − Umur − Pendidikan − Lama kerja − Status kepegawaian − Pengetahuan − Motivasi − Sikap Variabel Organisasi (X2)

- Pelatihan (sumber daya) - Pengawasan (sumber daya)

Gambar

Gambar 2.1. Landasan Teori Perilaku dan Kinerja Variabel Individu  • Kemampuan dan ketrampilan - mental - fisik • Latar belakang : - keluarga - tingkat sosial    Perilaku Individu (apa yang dikerjakan)
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Pengaruh Faktor Individu Bidan dan Organisasi  terhadap Pelaksaanaan Inisiasi Menyusu Dini

Referensi

Dokumen terkait

Bidan diundang untuk berpartisipasi sebagai konselor IMD dalam studi pengaruh pemberian konseling menyusui terhadap perilaku ibu hamil trisemester III dalam Inisiasi Menyusu

Pada penelitian ini hasil uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan peran bidan dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di

Hasil penelitian menunjukkan gambaran bahwa bidan yang melaksanakan IMD dengan baik, bidan dengan sikap postitif atau mendukung IMD cenderung lebih banyak yaitu 23 bidan

“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Polindes Pagerukir Puskesmas Kunti Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo. Karya tulis ilmiah

Gambar 4.1 Rancangan penelitian perbedaan kadar prolaktin, oksitosin dan waktu pengeluaran ASI pada ibu yang menerapkan inisiasi menyusu dini (IMD) selama lebih dan kurang

Tingginya pengetahuan bidan disebabkan bidan sudah banyak yang mengetahui tentang IMD dan manfaat IMD yang baik dan benar, disamping itu bidan mengetahui bahwa

Hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Pemberian ASI Eksklusf Pada Ibu Primpara dengan Bayi Usia >6-12 Bulan (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ambulu

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan waktu pengeluaran ASI pada ibu bersalin di Puskesmas Lubuk Buaya Padang