Hubungan inisiasi menyusu dini (IMD) dengan waktu keluarnya ASI pada ibu Post partum di Puskemas Lubuk Buaya Padang
Widya Lestari1, Dian Febrida Sari2, Gina Muthia3 1,2,3
Prodi D3 Kebidanan Jurusan Kebidanan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
Abstrak
ASI adalah nutrisi terbaik dan terlengkap dibandingkan susu formula. Proses terjadinya pengeluaran air susu dirangsang oleh isapan mulut bayi pada putting payudara ibu. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah suatu program yang mendukung pemberian ASI sampai bayi berusia 6 bulan. Berdasarkan Laporan PWS KIA Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2011, Puskesmas dengan jumlah sasaran ibu bersalin yang paling banyak adalah Puskesmas Lubuk Buaya Padang dengan jumlah 2.526 orang dari 18.457 ibu bersalin yang ada di kota Padang serta Puskesmas ini juga merupakan Puskesmas dengan angka persalinan dengan tenaga kesehatan yang paling banyak yaitu 2.388 (94,5%). Selain itu, pada laporan cakupan Inisiasi Menyusu Dini per Puskesmas Dinas Kesehatan kota Padang tahun 2011, Puskesmas Lubuk Buaya juga merupakan peringkat kedua paling rendah (63,4%) cakupan IMD nya setelah Puskesmas Ambacang (63,3%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan waktu pengeluaran ASI pada ibu bersalin di Puskesmas Lubuk Buaya Padang periode September s.d Oktober 2013.
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel inisiasi menyusu dini dan waktu pengeluaran ASI. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang telah melahirkan di kamar bersalin Puskesmas Lubuk Buaya Padang Tahun 2013 dengan jumlah perkiraan sasaran 40-50 orang. Sampel yang dipergunakan sebanyak 33 orang dan diambil dengan menggunakan teknik
simple random sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang telah disediakan, dan
teknik pengolahan data dengan langkah editing, coding, entry dan cleaning. Analisis data yang dipergunakan adalah analisis univariabel dan bivariabel.
Pada penelitian ini, karakteristik responden tersebut ditetapkan sebagai variabel perancu. Hasil penelitian didapatkan dari 33 responden, karakteristik usia didominasi pada usia tidak berisiko yaitu 84,8%, responden lebih banyak yang tidak bekerja yaitu 81,8%, dan lebih dari separuh paritas responden berisiko yaitu 69,7%, sementara berat badan lahir bayi didapatkan lebih banyak bayi dengan berat badan lahir normal yaitu 90,9%. Pada variabel independen ditemukan lebih dari separuh responden melakukan IMD dengan tepat yaitu 54,5%, dan pada variabel dependen terlihat lebih dari separuh responden dengan waktu keluar ASI normal yaitu 66,7%. Setelah dilakukan analisa data menggunakan SPSS didapatkan hasil analisis bahwa pelaksanaan IMD berhubungan dengan waktu keluarnya ASI (p<0,005), artinya responden yang melakukan IMD tepat, maka ASI akan keluar pada waktu normal.
Dari 33 responden, lebih dari separuh (66,7%) ibu-ibu postpartum di Puskesmas Lubuk Buaya mengalami waktu keluar ASI normal, lebih dari separuh (54,5%) ibu-ibu postpartum di Puskesmas Lubuk Buaya melakukan IMD dengan tepat. Setelah dianalisa, terdapat hubungan pelaksanaan IMD dengan kecepatan pengeluaran ASI pada ibu postpartum di Puskesmas Lubuk Buaya Padang. Diharapkan kepada bidan yang bekerja di kamar bersalin untuk dapat mensosialisasikan tentang IMD pada ibu bersalin dan mampu memotivasi ibu
untuk melakukan IMD. Kepada pimpinan untuk lebih mensosialisasikan pelaksanaan IMD kepada bidan-bidan yang ada di wilayah kerja dan kepada kepada pasien untuk mengetahui tentang IMD dan bersedia dilakukan IMD saat persalinannya. Kepada Dinas Kesehatan Kota (DKK) untuk dapat dijadikan sebagai acuan awal untuk menentukan kebutuhan pengelolaan SDM di lingkungan kesehatan pada tahun yang akan datang sehingga dapat mendukung program-program khususnya mengenai IMD.
PENDAHULUAN
Berbagai kajian dalam dua dekade terakhir makin memperlihatkan bahwa ASI adalah nutrisi terbaik dan terlengkap. Mulai dari dalam kandungan hingga usia tiga tahun, otak anak berkembang sangat pesat, dan hal ini banyak dipengaruhi oleh kualitas rangsangan (stimulasi) dan kualitas nutrisi. Nilai nutrisi ASI lebih besar dibandingkan susu formula, karena ASI mengandung lemak, karbohidrat, protein dan air dalam jumlah yang tepat untuk pencernaan, perkembangan otak dan pertumbuhan bayi. ASI juga merupakan nutrisi yang sempurna dan juga mengandung semua kebutuhan nutrisi anak, termasuk asam lemak essensial, asam amino, vitamin B1, B6, asam folat, yodium, zat besi dan seng.(Proverawati A, Rahmawati E. 2010 & IDAI, 2010)
WHO telah menetapkan standar emas makanan bayi yang dimulai dari Inisiasi Menyusu Dini (IMD), pemberian ASI eksklusif, MP-ASI (Makanan Pendamping-Air Susu Ibu) setelah bayi berusia 6 bulan dan ASI sampai bayi berusia 2 tahun. Status gizi bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sangat menentukan untuk kehidupan selanjutnya. Segala usaha yang memungkinkan harus dijalankan supaya bayi mendapatkan makanan yang bergizi semenjak dia dilahirkan melalui Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Inisiasi Menyusu Dini atau lebih dikenal dengan istilah IMD (Early
Initiation) adalah suatu program yang
sedang marak dianjurkan oleh pemerintah. IMD bukan berarti menyusu tetapi bayi harus aktif menemukan putting susu ibunya sendiri. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi baru lahir didada ibunya dan membiarkan bayi merayap untuk menemukan putting susu ibu menyusu (lebih kurang 60 menit). IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan
kecuali tangannya. Proses ini harus dilakukan skin to skin antara bayi dan ibu. (Maryunani A, 2012).
Program IMD diserukan karena tingkat kematian bayi maupun ibu saat melahirkan masih sangat tinggi. Ternyata dengan program IMD ini, tingkat kematian bayi bisa ditekan hingga 22 persen, mencegah hipotermia bayi, imunisasi dini, mempererat ikatan batin ibu dan anak
(Bounding Atthactment), penyakit alergi
dapat dicegah, merangsang pengeluaran hormon oksitosin ibu lebih cepat sehingga kasus perdarahan postpartum dapat dikurangi, perkembangan psikomotorik anak lebih cepat, mengurangi risiko terkena kanker payudara dan ovarium. (Maryunanik A, 2012)
Berdasarkan Laporan PWS KIA Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2011, Puskesmas dengan jumlah sasaran ibu bersalin yang paling banyak adalah Puskesmas Lubuk Buaya Padang dengan jumlah 2.526 orang dari 18.457 ibu bersalin yang ada di kota Padang serta Puskesmas ini juga merupakan Puskesmas dengan angka persalinan dengan tenaga kesehatan yang paling banyak yaitu 2.388 (94,5%). Selain itu, pada laporan cakupan Inisiasi Menyusu Dini per Puskesmas Dinas Kesehatan kota Padang tahun 2011, Puskesmas Lubuk Buaya juga merupakan peringkat kedua paling rendah (63,4%) cakupan IMD nya setelah Puskesmas Ambacang (63,3%). (Dinas Kesehatan kota Padang, 2011)
Satu jam pertama setelah bayi lahir adalah kesempatan emas yang akan menentukan keberhaasilan ibu untuk menyusui bayinya secara optimal karena bayi sudah terlatih secara naluriah menemukan sendiri putting susu ibunya. Bila bayi bisa menyusu dalam 20-30 menit akan membantu bayi memperoleh ASI pertamanya, membangun ikatan kasih sayang ibu dan bayi, sehingga dapat meningkatkan produksi ASI yang akhirnya proses menyusu berikutnya akan lebih baik (Roesli Utami, 2008).
Hal tersebut sama halnya dengan hasil penelitian Legawati, Djaswadi D dan Madarina pada 106 pasang ibu dan bayi di Puskesmas Pahandut dan Puskesmas Tangkiling Palangka Raya. Dari penelitiannya ditemukan bahwa responden yang melakukan IMD berkesempatan lebih besar untuk dapat menerapkan praktik menyusui secara penuh dalam 1 bulan pertama dibandingkan responden yang tidak dilakukan IMD saat persalinan.
IMD juga memberikan pengaruh yang baik terhadap pemberian ASI eksklusif, hal ini disebabkan karena oleh Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada putting payudara ibu. Gerakan-gerakan tersebut merangsang kelenjar pituitary anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, yaitu hormon utama yang mengendalikan pengeluaran air susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada let down reflek, dimana isapan putting dapat merangsang serabut otot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar. Keluarnya air susu terjadi sekitar hari ketiga setelah bayi lahir, dan kemudian terjadi peningkatan air susu yang cepat pada minggu pertama, meskipun kadang-kadang agak tertunda sampai beberapa hari. (Proverawati A & Rahmawati E, 2010).
Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amalia Dinartiana pada tahun 2010 tentang hubungan pelaksanaan IMD dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada 40 ibu yang memiliki bayi usia 7-12 bulan di Puskesmas Gunung Pati Semarang. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa terdapat hubungan antara IMD dengan pemberian ASI Eksklusif.
Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI diantaranya adalah frekuensi penyusuan, berat lahir
bayi, umur kehamilan saat melahirkan, usia dan paritas ibu, stres dan penyakit akut, konsumsi rokok, alkohol dan konsumsi pil kontrasepsi. Pengeluaran ASI (Proverawati A & Rahmawati E, 2010).
Selain dari faktor diatas, IMD juga
turut mempengaruhi kecepatan
pengeluaran (produksi) ASI. Hal ini ditemukan oleh Aris Puji Utama pada penelitiannya yang dilakukan pada tahun 2009 pada ibu bersalin di BPD Firda di Provinsi Tuban ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan IMD dengan kecepatan pengeluaran ASI. Dari 24 responden yang dilakukan IMD secara tepat, ditemukan bahwa kecepatan pengeluaran ASI normal sebanyak 58, 33% dan responden yang dilakukan IMD kurang tepat ditemukan pengeluaran ASInya nomal sebesar 87,5% serta responden yang dilakukan IMD tidak tepat juga ditemukan sebagian pengeluaran ASI lambat (50%) dan normal (50%).
Berdasarkan masalah diatas, peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan waktu pengeluaran ASI pada ibu post partum di Puskesmas Lubuk Buaya Padang periode September s.d Oktober 2013”
SUBJEK DAN METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan waktu pengeluaran Air Susu Ibu (ASI) pada ibu bersalin di Puskesmas Lubuk Buaya kota Padang. Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif analitik dengan desain cross
sectional. Sampel dalam penelitian ini
adalah ibu-ibu postpartum yang bersalin di Puskesmas Lubuk Buaya Padang. Jenis data dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data diolah dengan terlebih dahulu dilakukan editing, coding, entry dan tabulating. Kemudian data diolah dengan menggunaka analisa univariat (distribusi frekensi) dan bivariat (uji chi-square)
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik responden
Deskripsi karakteristik responden bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai subjek penelitian berdasarkan data dan variabel yang diperoleh. Karakteristik subjek penelitian selengkapnya disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.1. Distribusi responden menurut usia, pekerjaan, paritas dan berat lahir bayi di Puskesmas Lubuk
Buaya Padang Tahun 2013 No Karakteristik responden Jumlah % 1. Usia - Berisiko - Tidak Berisiko 5 28 15,2 84,8 2. Pekerjaan - Tidak bekerja - Bekerja 27 6 81,8 18,2 3. Paritas - Berisiko - Tidak berisiko 23 10 69,7 30,3 4. Berat lahir bayi
- Tidak normal - Normal 3 30 9,1 90,9
Pada tabel diatas diperoleh bahwa dari 33 orang responden, karakteristik usia didominasi pada usia tidak berisiko yaitu >20 tahun dan <35 tahun (84,8%), responden lebih banyak yang tidak bekerja yaitu 81,8%, dan paritas responden lebih dari separuh berisiko yaitu mempunyai anak lebih dari 3 orang (69,7%). Sementara itu, pada variabel berat badan lahir bayi didapatkan lebih banyak bayi dengan berat badan lahir normal yaitu 90,9%. Pada penelitian ini, karakteristik responden tersebut ditetapkan sebagai variabel perancu.
2. Distribusi responden berdasarkan pelaksanaan IMD di Puskesmas Lubuk Buaya kota Padang Tahun 2013.
Variabel pelaksanaan IMD terdiri dari tiga kategori yaitu tidak IMD, IMD kurang tepat dan IMD tepat. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelaksanaan IMD disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan pelaksanaan IMD di Puskesmas Lubuk Buaya kota
Padang tahun 2013 No Variabel Jumlah % 1. Tidak IMD 5 15,2 2. IMD kurang tepat 10 30,3 3. IMD tepat 18 54,5 Jumlah 33 100
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa lebih dari separuh responden melakukan IMD dengan tepat yaitu melaksanakan ketiga langkah IMD yang tertera dalam kuesioner 54,5%.
Berdasarkan dari hasil wawancara singkat dengan responden, dari 18 orang responden yang melakukan IMD dengan tepat, 10 orang (56%) menyatakan bahwa telah mendapat informasi sebelumnya tentang IMD dari bidan yang bekerja di poliklinik ibu hamil dan juga pernah mendapatkan informasi tentang IMD dari kerabat maupun tetangganya. Selain itu, 8 dari 18 orang responden yang melakukan IMD dengan tepat mengatakan bahwa pernah mencoba melakukan IMD pada persalinan sebelumnya dan merasakan keuntungan dari kegiatan IMD ini.
Responden yang telah mendapatkan informasi sebelum kelahiran bayinya tentang IMD tentunya telah paham tentang keuntungan dari IMD ini sehingga dengan
pengetahuan yang baik tersebut ibu
mampu memilih tindakan yang
dianggapnya benar. Hal ini diperkuat oleh pendapat Notoatmojo dalam bukunya yang
menyatakan bahwa pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daru pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmojo, 2010)
Hal yang serupa juga ditemukan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Vieira TO, Vieira GO, Giugliani ERJ, Mendes CMC, Martins CC dan Silva LR dalam penelitiannya tentang faktor yang mempengaruhi IMD di Brazil pada ibu yang bersalin di semua rumah sakit yang ada di Feira de Santana periode tahun 2004-2005, yang menemukan bahwa pelaksanaan IMD memiliki hubungan dengan usia kehamilan yang cukup bulan (aterm), ibu yang telah mendapatkan bimbingan tentang IMD sebelum kelahiran dan ibu yang melahirkan secara pervaginam. (Vieira TO, Vieira GO, Giugliani ERJ, Mendes CMC, Martins CC dan Silva LR, 2010)
Dukungan dari keluarga juga merupakan faktor yang dominan dalam
pengambilan keputusan terhadap
perawatan ibu dan keluarga. Dalam persalinan, keluarga terutama suami diperbolehkan untuk turut mendampingi istrinya saat melahirkan. Hal ini bertujuan supaya ibu merasa nyaman secara psikologis dan apapun keputusan yang akan diambil terhadap perawatan ibu dapat segera diputuskan.
Hal ini diperkuat lagi oleh pendapat Malau, AE yaang menyatakan bahwa ibu memerlukan dukungan yang kuat agar dapat termotivasi dalam melakukan suatu perilaku kesehatan, dukungan ini dapat di peroleh ibu dari tiga pihak, yaitu suami, keluarga dan tenaga kesehatan. Tetapi dukungan yang paling besar adalah dukungan dari suami. Hal ini dikarenakan suami merupakan keluarga inti dan orang
yang paling dekat dengan ibu (Malau, Agnes Elisabet. 2010)
Dalam hal pelaksanaan IMD, faktor dukungan keluarga juga ditemukan dapat mempengaruhi IMD oleh Dashti M, Scott JA, Edwards CA, Al-Sughayer M dalam penelitiannya pada ibu-ibu yang bersalin di 4 rumah sakit yang berbeda di Kuwait pada periode Oktober 2007 – Oktober 2008, bahwa dukungan dari orang tua dan keluarga sangat mempengaruhi dalam pemberian makanan anak yang baru dilahirkan termasuk pelaksanaan IMD selain itu persalinan dengan sectio secarea juga memperhambat pelaksanaan IMD. (Dashti M, Scott JA, Edwards CA, Al-Sughayer M, 2010)
3. Distribusi responden berdasarkan waktu pengeluaran ASI di Puskesmas Lubuk Buaya kota Padang Tahun 2013.
Variabel waktu pengeluaran ASI terdiri dari dua kategori yaitu normal, dan tidak normal. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelaksanaan IMD disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan waktu pengeluaran ASI
di Puskesmas Lubuk Buaya kota Padang tahun 2013
No Variabel Jumlah %
1. Tidak normal 11 33,3
2. Normal 22 66,7
Jumlah 33 100
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa lebih dari separuh responden dengan waktu keluar ASI normal atau kurang dari 3 hari (66,7%).
4. Hubungan pelaksanaan IMD dengan waktu pengeluaran ASI pada ibu postpartum di Puskesmas Lubuk Buaya kota Padang tahun 2013
Pada penelitian ini dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan pelaksanaan IMD dengan waktu pengeluaran ASI di Puskesmas Lubuk Buaya kota Padang tahun 2013 dengan CI 95% dan α = 0,05 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4. Hubungan pelaksanaan IMD dengan waktu pengeluaran ASI pada ibu postpartum di Puskesmas Lubuk
Buaya kota Padang tahun 2013
Variabel
Waktu Keluar ASI
Nilai p Tidak normal Normal Jumlah % Jumlah % Pelaksanaan IMD 1. Tidak IMD 2. IMD kurang tepat 3. IMD tepat 4 6 1 1,7 3,3 6,0 1 4 17 3,3 6,7 12,0 0,001
Keterangan: diuji dengan menggunakan uji Chi-kuadrat
Hasil analisis menunjukkan bahwa pelaksanaan IMD berhubungan dengan waktu keluarnya ASI (p<0,005), artinya responden yang melakukan IMD tepat, maka ASI akan keluar pada waktu normal.
Produksi ASI dipengaruhi oleh dua hormon, yaitu prolaktin dan oksitosin, pada satu jam persalinan hormon prolaktin akan menurun, yang disebabkan oleh
lepasnya plasenta dan untuk
mempertahankan prolaktin dibutuhkan oksitosin yang dapat dirangsang dengan isapan bayi sehingga dapat merangsanag pengeluaran ASI. Dengan memberikan ASI kurang dari setengah jam pasca persalinan, kadar hormon prolaktin tidak sempat turun dalam peredaran darah ibu sehingga kolostrum untuk hari pertama akan lebih cepat keluar. Namun bila bayi tidak menghisap putting susu pada setengah jam setelah persalinan hormon
prolaktin akan menurun dan sulit merangsang prolaktin sehingga produksi ASI kurang lancar dan ASI baru akan keluar pada hari ketiga atau lebih, dan hal
ini akan memaksa bidan untuk
memberikan makanan penganggti
ASI.(Hubertin, SP. 2004)
Oksitosin juga berfungsi meningkatkan kontraksi uterus sehingga membantu involusi, oleh karena itu mengapa bayi yang baru lahir langsung disusukan kepada ibunya (inisiasi dini), hal itu berfungsi untuk mempercepat kontraksi uterus sehingga mempercepat pelepasan plasenta. Setelah tercapai tingkat kontraksi tertentu, kadar prolaktin dan oksitosin menurun kembali (feedback negative), sehingga produksi dan pengeluaran berhenti. Produksi ASI dirangsang melalui let down
reflex yaitu rangsang puting → hipofisis
→ prolaktin → kelenjar susu. Demikian juga oksitosin akan keluar sebagai hormon
yang memompa mioepitel duktus
mammae. Pada saat menyusui mungkin ibu merasakan ngilu atau kontraksi didaerah uterus karena pengaruh oksitosin yang meningkat juga terhadap uterus. (Proverawati dan Rahmawati, 2010)
Salah satu faktor yang
mempengaruhi pengeluaran ASI adalah pemberian ASI segera setelah lahir atau inisiasi menyusu dini. Idealnya proses menyusui dapat dilakukan segera setelah bayi lahir, bayi yang lahir cukup bulan akan memiliki naluri untuk menyusu pada ibunya 20-30 menit setelah melahirkan. Ada 2 alasan mengapa menyusui perlu dilakukan sesegera mungkin dalam waktu setengah jam setelah persalinan. Yang pertama penghisapan oleh bayi paling kuat dilakukan dalam waktu setengah jam setelah lahir. Isapan bayi pada putting ibu akan merangsang hormon prolaktin yang merangsang produksi ASI dan hormon oksitosin yang merangsang pengeluaran ASI. Hormon oksitosin dapat membantu rahim berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan ibu. Hormon oksitosin juga dapat merangsang hormon lain yang
membuat ibu menjadi lebih rileks, lebih mencintai bayinya, meningkatkan ambang nyeri dan perasaan sangat bahagia. (Roesli, Utami. 2012)
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat dibuat suatu simpulan penelitian sebagai berikut:
1. Lebih dari separuh (66,7%) ibu-ibu postpartum di Puskesmas Lubuk Buaya mengalami waktu keluar ASI normal atau kurang dari 3 hari
2. Lebih dari separuh (54,5%) ibu-ibu postpartum di Puskesmas Lubuk Buaya melakukan IMD dengan tepat yaitu melaksanakan ketiga langkah IMD yang tertera dalam kuesioner 3. Terdapat hubungan pelaksanaan IMD
dengan kecepatan pengeluaran ASI pada ibu postpartum di Puskesmas Lubuk Buaya Padang
B. Saran 1. Bidan
Diharapkan kepada bidan yang bekerja di kamar bersalin untuk dapat mensosialisaikan kembali tentang IMD pada ibu yang akan bersalin dan
mampu memotivasi ibu untuk
melakukan IMD.
2. Puskesmas Lubuk Buaya
Diharapkan kepada pimpinan untuk lebih mensosialisasikan pelaksanaan IMD kepada bidan-bidan yang ada di wilayah kerjanya meskipun sudah ada bidan yang melaksanakan IMD dan menetapkan IMD sebagai protap dalam setiap persalinan
3. Pasien
Diharapkan kepada pasien untuk mengetahui tentang IMD dan bersedia dilakukan IMD saat persalinannya. 4. Dinas Kesehatan Kota (DKK)
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan awal untuk menentukan kebutuhan pengelolaan
SDM di lingkungan kesehatan pada tahun yang akan datang sehingga dapat
mendukung program-program
khususnya mengenai IMD.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ditujukan kepada:
1. Tim redaksi Jurnal MNM yang telah membantu termuatnya literatur ini.
2. Kepada pihak lain yang
berpartisipasi dalam proses penyusunan literatur ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati ER, Wulandari D. 2009.
Asuhan Kebidanan Nifas.
Jogjakarta : Mitra Cendikia Offset Agyemang CT, Kirkwood BR, Edmond K,
Bazzano A dan Hill Z. 2008. Early initiation of breast-feeding in Gana: barriers and facilitators. Journal of Perinatology. 28: S46-S52
Dashti M, Scott JA, Edwards CA, Al-Sughayer M. 2010. Determinants of breastfeeding initiation among mothers in Kuwait. International Breastfeeding Journal. 5:7
Departemen Kesehatan RI. 2007. Keputusan menteri Kesehatan RI Nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang standar asuhan kebidanan. Jakarta: Republik Indonesia
Hastono, Sutanto Priyo. 2007. Analisis Data Kesehatan. Jakarta : FAkultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Hubertin, SP. 2004. Konsep penerapan ASI eksklusif. EGC: Jakarta
IDAI. 2010. Indonesia Menyusui. Jakarta: IDAI
Indriana & Palupi FH. 2011. Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan perubahan
involusi uterus pada Ibu nifas di BPS Anik S, Amd. Keb
Legawati, Dasuki D, Julia M. 2011. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap praktik menyusui 1 bulan pertama. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 8(2): 60-8
Malau, Agnes Elisabet. 2010. Hubungan dukungan suami dan kemauan ibu memberikan ASI Eksklusif. Medan: Universitas Sumatera Utara)
Maryunani, Anik. 2010. Inisiasi Menyusu
Dini, ASI Eksklusif dan
Manajemen Laktasi. Jakarta: Tran Info Media
Notoatmojo, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Proverawati, Atikah. 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha
Medika
Roesli, Utami. 2012. Panduan Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta:
Pustaka Bunda
Saryono dan Pramitasari. 2008. Perawatan Payudara Dilengkapi dengan Deteksi Dini Terhadap Penyakit Payudara. Jogjakarta: Mitra Cendekia Press.
Sholichah Nur, 2011. Hubungan
Perawatan Payudara Pada Ibu Postpartum Dengan Kelancaran Pengeluaran ASI Di Desa Karang Duren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. 2009 : Andi Offset.
Sumini ADN. 2010. Hubungan
pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada ibu yang memiliki bayi usia 7-12 bulan di Puskesmas Gunung Pati Semarang. Jurnal Dinamika Kebidanan. Vol 1 Utami AP. 2009. Hubungan inisiasi
menyusu dini dengan kecepatan
pengeluaran
ASI pada ibu post partum di BPS Firda Tuban.
Vieira TO, Vieira GO, Giugliani ERJ, Mendes CMC, Martins CC dan Silva LR.
2010. Determinants of
breastfeeding initiation within the first hour of life in an Brazilian population: cross-sectional study. BMC Public Health.