• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Usaha Nelayan Rajungan 6.1 Karakteristik Usaha Nelayan Rajungan

6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan

Dalam usaha perikanan tangkap terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang diperoleh nelayan. Faktor-faktor tersebut adalah jumlah hasil tangkapan (Kg), jumlah awak kapal (Orang), jumlah trip melaut (Hari), pengalaman (Tahun), jumlah biaya melaut (Rp), jumlah alat tangkap (Unit) dan pendapatan lain. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan nelayan rajungan dapat dilihat pada Lampiran 3.

Nilai R Square ( R- Sq) dari hasil regresi linear berganda pada Lampiran 2 sebesar 84 persen dan nilai R Square Adjusted sebesar 80 persen. Dengan nilai ini dapat menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi peubah-peubah variabel yang terdapat dalam model sehingga dapat menerangkan keragaman peubah tidak bebas (Y) yaitu sebesar 84 persen, sisanya yaitu sebesar 16 persen dijelaskan oleh peubah-peubah bebas lain yang tidak terdapat dalam model.

Untuk menguji pelanggaran dalam model ini maka dilakukan beberapa uji untuk heteroskedastisitas, uji kenormalan dan multikoliniearitas. Pertama, uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat hasil plot model apakah membentuk suatu pola atau tidak. Dapat dilihat pada Lampiran 2 pada model ini tidak terdapat heteroskedastisitas karena pada plot tersebut tidak membentuk pola atau menyebar bebas sehingga model homoskedastisitas. Kedua, uji multikolinearitas dilihat dari nilai VIF (variance inflation factor), jika nilai VIF < 10 maka tidak terdapat

multikolinearitas pada model tersebut. Pada Lampiran 2 dapat dilihat nilai VIF untuk semua peubah bebas < 10, sehingga tidak terdapat multikolinearitas pada model tersebut.

Nilai p-value pada uji F dengan nilai 0,000 yaitu memiliki nilai lebih kecil dari taraf nyata yaitu sebesar lima persen (α = 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan peubah-peubah bebas dalam model secara signifikan berpengaruh terhadap pendapatan nelayan rajungan. Untuk menguji variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan rajungan digunakan uji-t, yaitu dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel. Berdasarkan analisis dapat diketahui bahwa yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan adalah X1 (jumlah hasil tangkapan), X4 (pengalaman) dan X6 (jumlah alat tangkap).

6.2.1 Hubungan Jumlah Hasil Tangkapan terhadap Pendapatan Nelayan

Hasil tangkapan nelayan berpengaruh terhadap pendapatan nelayan. Variabel jumlah hasil tangkapan mempunyai nilai Sig. 0,003 artinya variabel ini berpengaruh nyata terhadap model pada taraf nyata α = 0,15 (15%). Berdasarkan model regresi menunjukkan bahwa jumlah hasil tangkapan memiliki nilai positif dengan nilai 27 901,066. Hal ini menggambarkan bahwa jika jumlah hasil tangkapan nelayan meningkat satu Kg maka diduga akan meningkatkan pendapatan nelayan sebesar Rp 27 901,066 dengan asumsi cateris paribus.

6.2.2 Hubungan Jumlah Awak Kapal terhadap Pendapatan Nelayan

Awak kapal atau ABK memiliki peranan penting dalam unit penangkapan termasuk dalam penangkapan rajungan. Faktor tenaga kerja secara teoritis mempengaruhi pendapatan usaha. Berdasarkan model regresi menunjukkan

bahwa jumlah awak kapal memiliki nilai negatif dengan nilai sebesar 87 716,9. Hal ini menggambarkan bahwa jika jumlah awak kapal bertambah satu orang maka diduga akan menurunkan pendapatan nelayan sebesar Rp 87 716,9 dengan asumsi cateris paribus.

Jumlah awak kapal yang menunjukkan nilai negatif pada pendapatan menunjukkan bahwa peningkatan jumlah awak kapal justru akan menurunkan pendapatan. Hasil regresi mengindikasikan bahwa semakin banyak jumlah awak kapal maka pembagi hasil penangkapan akan semakin besar sehingga akan mengurangi jumlah pendapatan. Konsekuensi dari hal tersebut adalah upaya peningkatan jumlah awak kapal tidak meningkatkan pendapatan nelayan rajungan.

6.2.3 Hubungan Jumlah Trip Melaut terhadap Pendapatan Nelayan

Jumlah trip yang dilakukan nelayan rajungan mempengaruhi biaya nelayan yang harus dikeluarkan dalam sebulan dan mempengaruhi jumlah produksi tangkapan rajungan. Semakin banyak jumlah trip yang dilakukan oleh nelayan maka semakin banyak rajungan yang didapat maka akan mempengaruhi pendapatan nelayan. Berdasarkan model regresi menunjukkan bahwa jumlah trip melaut memiliki nilai positif dengan nilai 12 274,188. Hal ini menggambarkan bahwa jika jumlah trip melaut meningkat satu hari maka diduga pendapatan nelayan akan meningkat sebesar Rp 12 274,188 dengan asumsi cateris paribus.

Jumlah trip melaut yang menunjukkan nilai positif pada pendapatan menunjukkan bahwa peningkatan jumlah trip melaut akan menaikkan pendapatan. Hasil regresi mengindikasikan bahwa semakin banyak jumlah trip melaut maka hasil tangkapan rajungan akan semakin banyak.

6.2.4 Hubungan Pengalaman terhadap Pendapatan Nelayan

Pengalaman memiliki peran penting bagi nelayan karena mempengaruhi hasil tangkapan. Hasil tangkapan nelayan dipengaruhi oleh perubahan musim dan kondisi alam. Pengalaman digunakan untuk memprediksi perubahan musim dan kondisi alam. Pengalaman menjadi nelayan mempengaruhi keputusan dalam operasi penangkapan. Keputusan tersebut antara lain menentukan daerah penangkapan rajungan. Tingkat pengalaman diukur pada berapa lamanya nelayan tersebut bekerja sebagai nelayan. Faktor pengalaman diduga berpengaruh terhadap tingkat penerimaan nelayan. Semakin tinggi tingkat pengalaman maka pendapatan nelayan semakin tinggi.

Variabel pengalaman memiliki nilai Sig. 0,093 artinya variabel ini berpengaruh nyata terhadap model pada taraf nyata α = 0,15 (15%). Berdasarkan

model regresi menunjukkan bahwa pengalaman memiliki nilai positif dengan nilai 9 558,315. Hal ini menggambarkan bahwa jika jumlah pengalaman meningkat satu tahun maka diduga pendapatan nelayan akan meningkat sebesar Rp 9 558,315 dengan asumsi cateris paribus.

Pengalaman yang berpengaruh positif terhadap pendapatan menyatakan bahwa peningkatan pengalaman akan menaikkan pendapatan nelayan rajungan. Hal ini menunjukkan semakin tinggi pengalaman nelayan maka mempermudah mereka untuk menentukan daerah fishing ground sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan.

6.2.5 Hubungan Biaya Melaut terhadap Pendapatan Nelayan

Biaya melaut telah mencakup biaya kebutuhan solar dan konsumsi yang dikeluarkan oleh nelayan untuk pergi melaut. Dari hasil regresi linear berganda

menunjukkan nilai koefisien yang negatif dengan nilai 0,233. Hal ini menggambarkan bahwa jika biaya melaut meningkat Rp 1,00 maka diduga pendapatan nelayan akan menurun sebesar Rp 0,233 dengan asumsi cateris

paribus. Konsekuensi dari upaya peningkatan biaya melaut akan menurunkan

pendapatan nelayan.

6.2.6 Hubungan Jumlah Alat Tangkap terhadap Pendapatan Nelayan

Jumlah alat tangkap rajungan yang dimiliki oleh nelayan juga mempengaruhi hasil produksi rajungan yang diperoleh oleh nelayan. Produksi rajungan selain dipengaruhi musim penangkapan dipengaruhi juga oleh alat tangkap yang digunakan oleh nelayan. Semakin banyak alat tangkap yang digunakan oleh nelayan maka akan mempengaruhi pendapatan nelayan.

Variabel pengalaman memiliki nilai Sig. 0,015 artinya variabel ini berpengaruh nyata terhadap model pada taraf nyata α = 0,15 (15%). Dari hasil

regresi linear berganda menunjukkan nilai koefisien yang positif dengan nilai 2 079,701. Hal ini menggambarkan bahwa jika jumlah alat tangkap meningkat satu unit maka diduga pendapatan nelayan akan meningkat sebesar Rp 2 079,701 dengan asumsi cateris paribus.

Jumlah jaring berpengaruh positif terhadap pendapatan menunjukkan bahwa peningkatan jumlah alat tangkap dapat menaikkan pendapatan. Konsekuensi dari upaya peningkatan alat tangkap akan menaikkan pendapatan.

6.2.7 Hubungan Pendapatan Lain terhadap Pendapatan Nelayan

Pendapatan lain berpengaruh terhadap pendapatan nelayan dan berkorelasi dengan produktivitas nelayan untuk melaut. Dari hasil regresi linear berganda menunjukkan nilai koefisien yang negatif dengan nilai 101 901. Nelayan yang

memiliki pendapatan lain di luar pekerjaannya sebagai nelayan memiliki pendapatan dari hasil melaut lebih rendah dibandingkan dengan nelayan yang tidak mempunyai pendapatan lain, dengan nilai dugaan sebesar 101 901 saat peubah bebas lain cateris paribus. Hal ini berarti nelayan yang memiliki pekerjaan lain di luar pekerjaannya sebagai nelayan memiliki pendapatan yang lebih rendah.

6.3 Analisis Kesejahteraan Nelayan

Analisis kesejahteraan nelayan rajungan digunakan untuk mengukur

tingkat kesejahteraan nelayan untuk memenuhi kebutuhan subsisten keluarga nelayan sehari-hari seperti untuk konsumsi harian keluarga, pendidikan, kesehatan, pakaian. Asumsi dasar dalam penggunaan konsep NTN tersebut adalah semua hasil usaha perikanan tangkap dipertukarkan atau diperdagangkan dengan hasil sektor non perikanan tangkap.

Nilai kesejahteraan nelayan rajungan jaring kejer sebelum dan setelah kebijakan dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5. NTN nelayan jaring

kejer di Desa Gebang Mekar sebelum dan setelah kebijakan sebesar 0,69 dan 0,65

dari total penerimaan perikanan dan non-perikanan. Hal ini menunjukan NTN nelayan berada di bawah satu ini artinya penerimaan keluarga nelayan saat ini dan setelah kebijakan belum mampu memenuhi kebutuhan hidup subsistennya.

Nilai kesejahteraan nelayan rajungan bubu lipat sebelum dan setelah kebijakan dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 7. NTN bubu lipat menunjukkan angka 0,82 dan 0,81 dari total penerimaan perikanan dan non-perikanan. Hal ini menunjukkan NTN berada di bawah satu, artinya apabila kebijakan tersebut dilaksanakan penerimaan keluarga nelayan belum memenuhi

kebutuhan subsistennya. Sehingga apabila kebijakan ini dilaksanakan maka akan mempengaruhi pendapatan nelayan untuk memenuhi kebutuhan subsisten keluarga.

Selisih atau penurunan nilai kesejahteraan nelayan rajungan untuk jaring

kejer adalah sebesar 0,04 dan untuk nelayan bubu lipat adalah sebesar 0,01.

Penurunan kesejahteraan nelayan yang signifikan terjadi untuk nelayan jaring

kejer hal ini dikarenakan hasil tangkapan rajungan nelayan jaring kejer lebih

banyak berukuran kurang dari 8,5 cm dibandingkan dengan nelayan bubu lipat.

Dokumen terkait