• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Usaha Nelayan Rajungan 6.1 Karakteristik Usaha Nelayan Rajungan

6.1.1 Operasi Penangkapan

Operasi penangkapan nelayan rajungan sangat tergantung pada musim, kondisi alam dan alat tangkap yang digunakan. Alat tangkap rajungan yang terdapat di tempat penelitian dibagi menjadi dua yaitu jaring kejer dan bubu lipat. Sebanyak 85,71 persen nelayan responden menggunakan jaring kejer sehingga secara umum kegiatan penangkapan ikan dilakukan setiap hari. Musim panen rajungan juga mempengaruhi nelayan untuk pergi ke laut, musim panen rajungan yaitu terjadi pada bulan Desember sampai bulan Maret (angin barat) pada bulan-bulan itu nelayan memperbanyak intensitas untuk menangkap rajungan.

Jika musim panen rajungan maka intensitas nelayan pergi melaut akan tinggi sedangkan jika musim paceklik yaitu dimana keadaan laut tidak terdapat rajungan atau rajungan yang didapat sangat sedikit nelayan akan mengurangi jumlah trip untuk melaut. Hal ini dikarenakan jika mereka tetap pergi ke laut nelayan akan mengalami kerugian karena hasil dari tangkapan nelayan tidak menutupi modal operasional yang telah dikeluarkan nelayan. Jika nelayan tidak pergi melaut sebagian besar waktunya akan digunakan untuk memperbaiki jaring rajungan yang rusak dan merawat kapal. Tetapi ada sebagian nelayan yang pergi ke daerah lain atau Jakarta yang sekiranya dapat memberikan hasil. Nelayan

rajungan ini bermigrasi secara individu maupun kelompok hanya dengan membawa alat tangkap.

Kegiatan penangkapan nelayan rajungan yang menggunakan alat tangkap bubu biasanya berangkat pada malam hari pukul 01.00 WIB, sore hari pukul 15.00 WIB atau di pagi hari pukul 10.00 WIB dengan pencarian daerah tangkapan (fishing ground) di sekitar Brebes dan Tegal serta di daerah Indramayu dan Karawang. Waktu yang dibutuhkan untuk mencari daerah penangkapan kurang lebih 12 jam, tetapi jika jaraknya dekat hanya membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam. Nelayan dengan alat tangkap bubu memerlukan ABK sebanyak empat sampai lima orang yaitu satu orang sebagai juru mudi atau tekong dan empat orang lainnya memiliki tugas masing-masing, bentuk bubu lipat dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Bubu Lipat

Sedangkan nelayan jaring kejer kebanyakan adalah nelayan (one day

9 sampai 11 siang, dengan pencarian daerah tangkapan di sekitar Cirebon yaitu seperti perairan Mundu, Dadap, Losari, Kalibungko dan Ender. Waktu yang dibutuhkan oleh nelayan untuk mencari daerah penangkapan sekitar 1-3 jam. Informasi mengenai rajungan diperoleh dari pengalaman nelayan tersebut sebelumnya atau dari nelayan lain yang telah mendapatkan hasil yang cukup banyak dengan harapan akan mendapatkan hasil yang banyak juga. Sedangkan untuk jaring kejer memerlukan 3 sampai 4 orang yaitu satu sebagai juru mudi atau

tekong dan sisanya memiliki tugas masing-masing bentuk jaring kejer dapat

dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Jaring Kejer 6.1.2 Pemasaran Hasil Tangkapan

Alat tangkap rajungan yang kebanyakan digunakan oleh nelayan Desa Gebang Mekar adalah alat tangkap bubu lipat dan jaring kejer. Sebanyak 88,57 persen nelayan menjual hasil rajungan hasil tangkapan kepada bakul. Nelayan

yang menangkap rajungan dengan jaring kejer tidak membawa es atau garam sebagai bahan untuk penanganan hasil tangkapan karena jarak dari daerah penangkapan ikan yang tidak terlalu jauh dari dermaga kapal serta lama trip yang pendek (one day fishing). Penanganan rajungan dilakukan dengan menambahkan air laut pada ember atau tempat ikan lainnya. Selanjutnya setelah pendaratan (landing) penanganan rajungan dilakukan dengan menyimpannya di es atau langsung direbus untuk mendapatkan dagingnya. Sedangkan untuk alat tangkap rajungan bubu lipat yang lama tripnya empat hari yaitu langsung merebus rajungan.

Rajungan yang di dapat oleh nelayan Gebang Mekar umumnya untuk dijual kembali. Rajungan yang didapat langsung dibawa ke bakul atau pabrik untuk dijual atau nelayan langsung mengolah rajungan tersebut dengan merebusnya dan didapatkan daging rajungan yang baik. Urutan pemasaran hasil rajungan di Desa Gebang Mekar ditampilkan pada Gambar 6. Urutan pemasaran rajungan dimulai dari nelayan, rajungan hasil penangkapan nelayan dilelang di Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Rajungan yang dibeli oleh pabrik langsung diolah untuk langsung di ekspor ke negara-negara seperti Amerika, Jepang dan negara Eropa lainnya. Sedangkan rajungan yang dibeli oleh bakul untuk diolah dan diseleksi untuk dijual ke perusahaan rajungan yang Pemasaran ikan hasil tangkapan selanjutnya dijual kepada konsumen. Tetapi rajungan yang tidak lolos seleksi untuk dijual ke pabrik dijual ke pedagang pengecer di sekitar Desa Gebang Mekar dalam bentuk rajungan segar atau daging rajungan.

6

7

Gambar 6. Urutan Pemasaran rajungan di Desa Gebang Mekar 6.1.3 Rumah Tangga Nelayan

Rumah tangga nelayan sangat berpengaruh pada kegiatan perikanan. Pertama, beberapa nelayan sering melibatkan anggota keluarga dalam proses penangkapan rajungan dan proses penangkapan rajungan setelah penangkapan. Nelayan sebagai kepala keluarga biasanya melibatkan anaknya untuk proses penangkapan di laut. Hal ini berakibat pada pendidikan anak-anak nelayan. Hasil wawancara sebanyak 77,14 persen responden hanya berhasil menyelesaikan pendidikan SD dan tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Nelayan-nelayan tersebut lebih memilih mengikuti ayah mereka untuk pergi kelaut. Namun saat ini nelayan tidak menerapkan hal yang sama kepada anak-anak mereka, hasil tangkapan yang tidak menentu serta semakin banyak alat tangkap yang tidak ramah lingkungan menyebabkan mereka lebih memilih menyekolahkan anak mereka sampai pada jenjang yang lebih tinggi setidaknya

Nelayan/Produsen

Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Pabrik Bakul

Pedagang Pengecer

Konsumen

sampai SMA sesuai dengan wajib belajar pemerintah. Harapan nelayan dengan menyekolahkan anak-anak mereka dapat memperbaiki tingkat kesejahteraan keluarganya kelak. Sedangkan untuk istri-istri nelayan mereka terlibat dalam proses penanganan hasil tangkapan rajungan.

Dokumen terkait