• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Promosi Kesehatan

2.3.3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan sebagai berikut:

1. Umur

Umur responden sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang, karena semakin bertambah usia semakin banyak pula pengetahuannya. Berdasarkan Soetjiningsih (2004) dalam Rosyari (2008), semakin bertambahnya umur seseorang semakin memahami dirinya dan dapat menerima informasi mengenai berbagai hal dari berbagai sumber.

Asnita (2001) mengemukakan hasil penelitiannya tentang hubungan faktor sosio demografi dengan pengetahuan dan sikap tenaga kerja Indonesia tentang HIV/AIDS, bahwa terdapat hubungan bermakna secara statistik antara variabel umur dengan pengetahuan responden tentang HIV/AIDS dengan Pvalue = 0,001.

Pada orang dewasa, umur dikelompokkan menjadi (Hurlock, 1999): a. Dewasa awal (18-40 tahun)

Pada masa dewasa awal individu mulai dapat merencanakan atau membuat hipotesis tentang masalah-masalah mereka, pemikiran lebih realistis, bertanggung jawab, menerima perbedaan pendapat, dan melibatkan intelektualitas pada situasi yang memiliki konsekuensi besar dalam tujuan jangka panjang, seperti pencapaian karir dan

pengetahuan. Selain itu, kemampuan kognitif semakin meningkat pada dewasa awal ini.

b. Dewasa Madya (41-60 tahun)

Pada dewasa madya, kemampuan kognitif mengalami penurunan karena daya ingat yang menurun ketika informasi yang dicoba untuk diingat adalah informasi yang disimpan baru-baru ini atau tidak sering digunakan. Daya ingat juga cenderung menurun untuk mengingat (recall) daripada untuk mengenali (recognize).

c. Dewasa Akhir (61 tahun keatas)

Pada masa ini, kemampuan kognitif semakin mengalami penurunan karena adanya proses penuaan yang dialami setiap orang.

2. Pendidikan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat melalui kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik. Tingkat pendidikan menentukan pola pikir dan wawasan seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan stok modal pengetahuan meningkat. Pendidikan memiliki peran penting dalam kualitas. Lewat pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan.

Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni: input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik

(pelaku pendidikan); proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain); dan output (meningkatnya pengetahuan sehingga melakukan apa yang diharapkan) (Notoatmodjo, 2003). Jika pendidikan rendah, maka pengetahuan tentang hidup sehat, kebersihan pribadi, kebersihan lingkungan, makanan yang bergizi, cenderung kurang terutama kemampuan hidup sehat untuk dirinya sendiri (Resti, 2005) dalam (Nina, 2007 ). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang rendah cenderung mempunyai pengetahuan yang rendah pula. Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bentuk pendidikan dapat berupa: penyuluhan, ceramah, seminar, diskusi, pameran, iklan-iklan yang bersifat mendidik, spanduk, billboard.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendidikan mempengaruhi pengetahuan. Hasil penelitian Hariyanto (1997) dalam Rosyari (2008) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan tentang penyakit AIDS dan sikap terhadap penderita AIDS, membuktikan bahwa ternyata ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang penyakit AIDS dengan Pvalue = 0,0071. Begitu juga dengan hasil penelitian [Wirni (1997) dalam Rosyari (2008)], dalam penelitiannya yang berjudul pendidikan formal ibu balita dengan pengetahuan, sikap, praktek tentang penyakit Infeksi Cacing Usus (ICU) di RW 03, Kelurahan Pulo Gadung, Jakarta Timur tahun 1997, menunjukkan ada hubungan bermakna antara pendidikan formal dengan pengetahuan tentang ICU dengan Pvalue = 0,0003. Serta hasil penelitian

Salmah (1995) dalam Rosyari (2008) yang menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan yang bermakna pada tingkat pendidikan ibu antara kelompok kartu berjodoh dengan kelompok lembar balik (Pvalue = 0,003).

Tingkat pendidikan dapat dikategorikan menjadi (Wulan, 2010): a. Pendidikan dasar: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama

(SMP)

b. Pendidikan menengah: Sekolah Menengah Atas (SMA) c. Pendidikan tinggi: Diploma, Sarjana, Magister, Doktor 3. Sumber Informasi

Menurut Notoatmodjo (2005), informasi adalah data yang diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat ini atau keputusan mendatang, informasi yang datang dari pengirim pesan yang ditujukan kepada penerima pesan. Selain itu informasi dapat diperoleh dari media cetak, media elektronik, non-media seperti, keluarga, teman, tenaga kesehatan.

Sumber informasi berhubungan dengan pengetahuan, baik dari orang maupun media (Notoatmodjo, 2003). Sarwono (1997) dalam Nina (2007 ) juga menekankan kalau sumber informasi dari orang itu mempengaruhi pengetahuan seseorang, yang dipengaruhi antara lain: masyarakat, baik teman bergaul maupun media. Dalam proses peningkatan pengetahuan agar diperoleh hasil yang efektif diperlukan alat

bantu. Fungsi media dalam pembentukan pengetahuan seseorang menyampaikan informasi atau pesan-pesan (Notoatmodjo, 2003).

Beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan media dalam penyuluhan terbukti efektif meningkatkan pengetahuan seseorang terhadap materi penyuluhan. Berdasarkan penelitian Susilowati Herman yang berjudul “Pengaruh Leaflet dalam Pendidikan Gizi dan Pengaruhnya terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu” diperoleh hasil bahwa pengetahuan kelompok ibu yang mendapatkan intervensi penyuluhan menggunakan leaflet lebih baik dari kelompok ibu yang tidak mendapatkan intervensi (kelompok pembanding) (Herman, 1990). Hal ini sejalan dengan penelitian Supardi et al, bahwa penyuluhan obat dengan metode ceramah dan pemberian leaflet yang telah dikembangkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan secara bermakna dibandingkan dengan kelompok pembandingnya yang hanya mendapatkan penyuluhan dengan metode ceramah (Supardi et al, 2004) dalam Rosyari (2008). Berdasarkan Khomsan (2000), dalam ceramah pengenalan suatu inovasi, uraian panjang lebar dari penyuluh seringkali belum cukup membuat sasaran mengerti yang dimaksud oleh penyuluh. Baru setelah ditampilkan alat peraga baik berupa gambar, poster atau film, sasaran yang sudah mengenal sedikit menjadi lebih dan yang belum pernah mengenal sama sekali menjadi tahu dan dapat mereka-reka yang dimaksud.

4. Status ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik akan mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi yang lebih rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pengetahuan yang termasuk kebutuhan sekunder (Wulan, 2010).

Status ekonomi ini dapat dilihat atau diukur dari penghasilan atau pendapatan per bulan. Penghasilan atau pendapatan dibagi atas 3 kelompok, yaitu (Maesaroh, 2009):

a. Pendapatan rendah yaitu jika pendapatan rata-rata dibawah UMR (Upah Minimum Regional) per bulan

b. Pendapatan sedang yaitu jika pendapatan rata-rata UMR per bulan c. Pendapatan tinggi yaitu jika pendapatan rata-rata lebih dari UMR per

bulan

Dari pengelompokkan penghasilan atau pendapatan per bulan tersebut, status ekonomi dapat dikelompokkan menjadi (Maesaroh, 2009):

a. Status ekonomi atas yaitu yang termasuk kelompok pendapatan tinggi

b. Status ekonomi menengah yaitu yang termasuk kelompok pendapatan sedang

c. Status ekonomi bawah yaitu yang termasuk kelompok pendapatan rendah

5. Hubungan sosial

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Hubungan sosial atau disebut juga dengan interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu yang satu dengan individu yang lain, saling mempengaruhi, dan didasarkan pada kesadaran untuk saling menolong (Saraswati, 2008). Hubungan sosial atau interaksi sosial juga didefinisikan sebagai suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah, atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi (Wulan, 2010).

Hubungan sosial dapat diklasifikasikan menjadi (Saraswati, 2008):

a. Hubungan sosial primer

Hubungan sosial ini terjadi apabila orang yang berinteraksi bertatap muka secara langsung, misalnya kontak antara guru dan murid di kelas, atau pembicaraan ayah dan anak di ruang makan.

b. Hubungan sosial sekunder

Hubungan sosial sekunder terjadi bila interaksi berlangsung melalui suatu perantara atau media seperti telepon, sms, televisi, internet, facebook, dan media sosial lainnya.