• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Wood

Pada bagian ini akan dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor wood Indonesia di negara Cina, Singapura dan Malaysia.

6.1.1. Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Cina

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan ekspor wood Indonesia di Cina, dilakukan dengan menggunakan model regresi linier berganda dengan persamaan tunggal dan diduga dengan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square). Berdasarkan model yang telah dirumuskan, maka pada bagian ini disajikan nilai-nilai dan hasil pendugaan model secara keseluruhan yaitu koefisien determinasi (R2), uji F, uji t statistik, dan uji multikolinier. Selanjutnya dilakukan pembahasan mengenai implikasi ekonomi dari tanda dan besaran parameter dugaan serta nilai-nilai elastisitas yang relevan untuk setiap persamaan dalam model.

Dari dugaan hasil regresi model permintaan ekspor wood Indonesia di Cina, diperoleh koefisien determinasi sebesar 97,94 persen. Hal ini berarti bahwa sebesar 97,94 persen keragaman permintaan ekspor wood Indonesia dapat diterangkan oleh keragaman variabel-variabel penjelas yaitu variabel harga ekspor riil, harga substitusi, nilai tukar riil rupiah terhadap yuan, GDP rill per kapita

Cina, dan dummy kesepakatan Cina-AFTA. Sedangkan sisanya sebesar 2,06 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model.

Pengujian parameter secara keseluruhan untuk faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor wood Indonesia di Cina, dimaksudkan untuk melihat pengaruh bersama-sama antara variabel bebas (variabel eksogen) dengan variabel tak bebas (endogen). Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat P value yaitu sebesar 0,00 yang menunjukkan bahwa variabel-variabel penjelas yang ada di dalam model berpengaruh nyata pada taraf 0,05 secara bersama-sama terhadap permintaan ekspor wood Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa variasi peubah-peubah eksogen dalam persamaan tersebut secara bersama-sama dapat menjelaskan dengan baik variasi peubah endogennya.

Pengujian terhadap masalah normalitas, dilakukan dengan menggunakan uji Jarque-Bera. Nilai obs*R-Squared pada Jarque-Bera adalah sebesar 0,574, lebih besar dari taraf nyata lima persen. Maka dapat dinyatakan bahwa galat model faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor wood Indonesia di Cina menyebar secara normal. Selain itu berdasarkan uji autokorelasi dengan menggunakan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM, didapatkan bahwa nilai probability obs*R-Squared adalah sebesar 0,43, lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu sebesar lima persen (α= 5 %). Oleh karena itu model persamaan yang digunakan tidak mengalami gejala autokorelasi. Hal ini berarti model tersebut telah memenuhi salah satu syarat yang terdapat dalam metode kuadrat terkecil biasa atau Ordinary Least Square (OLS), dimana tidak terdapat autokorelasi antar kesalahan pengganggu yang berarti kovarian.

Tabel. 5 Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Cina

Sumber : data diolah

Keterangan : *Nyata pada taraf α = 0,05

Syarat lain yang harus dipenuhi dalam asumsi Ordinary Least Square (OLS) adalah syarat homoskedastisitas yang mengharuskan galat menyebar secara homogen. Pengujian terhadap masalah heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji white heteroskedasticity. Berdasarkan uji tersebut didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,14 yang lebih besar dari taraf nyata lima persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel setiap unsur residual adalah sama (konstan). Pada model permintaan ekspor wood Indonesia di Cina terdapat nilai yang lebih besar dari [0,8], akan tetapi uji Klein menyatakan apabila nilai koefisien multikolinearitas tersebut tidak lebih besar dari R2, maka multikolinearitas dapat diabaikan. Berdasarkan uji t-statistik pada taraf nyata lima persen, diketahui bahwa faktor bebas dalam model permintaan ekspor wood Indonesia di Cina seperti harga ekspor riil, harga substitusi dan nilai tukar riil rupiah terhadap yuan berpengaruh nyata, sedangkan GDP riil per kapita Cina dan

Variabel Koefisien t-hitung Prob Elastisitas

Konstanta

Harga Ekspor (HECt) Harga Substutisi (HEBCt) GDP Per Kapita Cina (GDPCt)

Nilai Tukar rupiah terhadap yuan (ERCt)

Dummy Kesepakatan Cina-AFTA (Dt) 164219095,4 -1198441,4 308397,3 19617,3 952,9 -8366207,4 4,46 -6,55 2,24 0,69 2,76 -1,57 0,001 *0,000 *0,043 0,497 *0,016 0,140 - -0,003 0,001 - 0,009 - R-Squared = 97,94% R-Squared (adj) = 97,15% F-statistic = 123,79 Durbin Watson = 1,712 Prob (F-stat) = 0,000

dummy kesepakatan Cina-AFTA tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor wood Indonesia di Cina.

Berikut penjelasan hasil analisis dari masing-masing peubah penjelas dalam model permintaan ekspor wood Indonesia di Cina :

1. Harga Ekspor Riil (HECt)

Hasil perhitungan P value variabel harga ekspor riil adalah 0,000 yang berarti bahwa variabel harga ekspor riil berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor wood Indonesia di Cina. Hal ini menunjukkan bahwa harga ekspor riil wood merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi permintaan ekspor wood Indonesia di Cina. Dari hasil regresi yang dihasilkan, koefisien dari harga ekspor riil wood Indonesia bernilai negatif yaitu sebesar -1198441,4 artinya kenaikan harga ekspor riil sebesar 1 US $ akan berdampak pada penurunan permintaan ekspor wood Indonesia sebesar 1198441,4 kg, ceteris paribus. Tanda negatif pada variabel harga ekspor riil sesuai dengan parameter dugaan yang diharapkan. Hal ini didasarkan pada (Lipsey, 1995) yang menyatakan bahwa harga suatu komoditi dan kuantitas yang diminta berhubungan negatif, dengan faktor lain tetap sama. Semakin rendah harga suatu komoditi maka jumlah yang akan diminta untuk komoditi tersebut akan semakin besar. Sebaliknya semakin tinggi harga, maka semakin rendah pula jumlah yang diminta. Dugaan nilai elastisitas harga ekspor riil dalam jangka pendek sebesar -0,003. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan pada harga ekspor riil tidak responsif terhadap perubahan permintaan ekspor wood Indonesia di Cina, artinya jika terjadi

peningkatan harga ekspor sebesar satu persen akan menurunkan permintaan ekspor wood Indonesia sebesar 0,003 persen dalam jangka pendek.

2. Harga Substitusi (HEBCt)

Koefisien regresi variabel harga substitusi berupa harga ekspor wood Brazil ke Cina sebesar 308397,3. Hal ini berarti kenaikan harga substitusi sebesar 1 US $ akan berdampak pada peningkatan permintaan ekspor wood Indonesia sebesar 308397,3 kg, ceteris paribus. Tanda positif pada variabel harga substitusi sesuai dengan parameter dugaan yang diharapkan. Hal ini didasarkan pada Lipsey (1995) yang menyatakan bahwa kenaikan harga barang substitusi komoditi tertentu akan menggeser kurva permintaan untuk komoditi tersebut ke arah kanan. Lebih banyak yang akan dibeli pada setiap tingkat harga. Dengan demikian, kenaikan harga substitusi yaitu harga ekspor wood Brazil ke Cina akan meningkatkan permintaan ekspor wood Indonesia di Cina.

Hasil perhitungan P value variabel harga subsitusi bernilai 0,043 yang berarti berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor wood Indonesia di Cina. Hal ini menunjukkan bahwa harga substitusi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor wood Indonesia di Cina. Dugaan nilai elastisitas harga substitusi dalam jangka pendek sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan pada harga substitusi tidak responsif terhadap perubahan permintaan ekspor wood Indonesia di Cina, artinya jika terjadi peningkatan harga ekspor substitusi satu persen akan meningkatkan permintaan ekspor wood Indonesia sebesar 0,001 persen dalam jangka pendek.

3. GDP Riil Per kapita Cina (GDPCt)

Koefisien regresi variabel GDP riil per kapita Cina sebesar 19617,3. Hal ini berarti kenaikan GDP riil per kapita Cina sebesar satu yuan maka akan mengakibatkan peningkatan permintaan ekspor wood Indonesia di Cina sebesar 19617,3 kg, ceteris paribus. Tanda positif pada variabel GDP riil per kapita Cina sesuai dengan parameter dugaan yang diharapkan. Hal ini didasarkan pada Lipsey (1995) yang menyatakan bahwa kenaikan pendapatan akan meningkatkan permintaan dan sebaliknya kondisi demikian membuat Indonesia sebagai negara pengekspor wood, akan lebih memperhatikan negara yang memiliki pendapatan per kapita yang besar untuk dijadikan negara tujuan ekspornya. Peningkatan pendapatan per kapita di negara pengimpor, akan meningkatkan jumlah produk wood yang diperdagangkan pula, ceteris paribus.

Hasil perhitungan P value variabel GDP riil per kapita Cina bernilai 0,497 yang berarti tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor wood Indonesia di Cina. Hal ini disebabkan karena negara Cina merupakan salah satu negara industri maju, sehingga berapapun besarnya GDP negara Cina tidak akan mempengaruhi besarnya permintaan wood ke Indonesia. Negara Cina perekonomiannya sudah maju pesat, jadi besarnya permintaan impor tidak tergantung pada besarnya GDP.

4. Nilai Tukar Riil(ERCt)

Koefisien regresi variabel nilai tukar riil rupiah terhadap yuan sebesar 952,93. Hal ini berarti kenaikan nilai tukar riil rupiah terhadap yuan sebesar satu

Rp/Yuan akan mengakibatkan peningkatan permintaan ekspor wood Indonesia di Cina sebesar 952,93 kg, ceteris paribus. Tanda positif pada variabel nilai tukar riil rupiah terhadap yuan sesuai dengan parameter dugaan yang diharapkan. Dimana apabila terjadi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara asing, maka barang-barang Indonesia akan relatif lebih murah sehingga daya saing produk Indonesia akan meningkat dan hal ini akan dapat meningkatkan permintaan ekspor untuk produk Indonesia.

Hasil perhitungan P value variabel nilai tukar riil rupiah terhadap yuan bernilai 0,016 yang berarti berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor wood Indonesia di Cina. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tukar riil rupiah terhadap yuan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi permintaan ekspor wood Indonesia. Dugaan nilai elastisitas variabel nilai tukar riil rupiah terhadap yuan dalam jangka pendek sebesar 0,009. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan nilai tukar riil rupiah terhadap yuan sebesar satu persen maka akan meningkatkan permintaan ekspor sebesar 0,009 persen dalam jangka pendek, ceteris paribus. Nilai elastisitas tersebut kurang dari satu, yang artinya perubahan pada nilai tukar riil rupiah terhadap yuan tidak responsif terhadap perubahan permintaan ekspor wood Indonesia di Cina.

5. Dummy Kesepakatan Cina-AFTA (Dt)

Koefisien regresi variabel dummy kesepakatan Cina-AFTA sebesar -8366207,4. Tanda negatif pada variabel dummy kesepakatan Cina-AFTA tidak sesuai dengan parameter dugaan yang diharapkan. Hal ini berarti dengan adanya

kesepakatan Cina-AFTA maka akan mengakibatkan penurunan permintaan ekspor wood Indonesia di Cina. Hal ini disebabkan karena wood Indonesia belum mampu menyaingi kualitas dan kuantitas wood dari negara pengekspor wood lainnya. Hasil perhitungan P value variabel dummy kesepakatan Cina-AFTA bernilai 0,140 yang berarti tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor wood Indonesia di Cina. Hal ini disebabkan karena faktor kebijakan Cina-AFTA baru dapat terlihat pengaruhnya dalam jangka panjang. Selain itu karena kebijakan ini masih dalam proses pelaksanaan. Hal ini sesuai dengan rencana penurunan tarif yang mengikuti skema dan waktu tahap normal track (I dan II) yang mulai berlaku pada tanggal 20 juli 2005.

6.1.2. Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Singapura

Berdasarkan hasil regresi model permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura, diperoleh koefisien determinasi sebesar 88,85 persen. Hal ini berarti bahwa sebesar 88,85 persen keragaman permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura dapat diterangkan oleh keragaman variabel-variabel penjelas yaitu variabel harga ekspor riil, harga substitusi, nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Singapura, GDP riil per kapita Singapura, dan dummy kesepakatan Cina-AFTA. Sedangkan sisanya sebesar 11,15 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model.

Pengujian parameter secara keseluruhan untuk faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura, dimaksudkan untuk melihat pengaruh bersama-sama antara variabel bebas (variabel eksogen) dengan variabel

tak bebas (endogen). Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat P value yaitu sebesar 0,00 yang menunjukkan bahwa variabel-variabel penjelas yang ada di dalam model berpengaruh nyata pada taraf 0,05 secara bersama-sama terhadap permintaan ekspor wood Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa variasi peubah-peubah eksogen dalam persamaan tersebut secara bersama-sama dapat menjelaskan dengan baik variasi peubah endogennya.

Pengujian terhadap masalah normalitas, dilakukan dengan menggunakan uji Jarque-Bera. Nilai obs*R-Squared pada Jarque-Bera adalah sebesar 0,312, lebih besar dari taraf nyata lima persen. Maka dapat dinyatakan bahwa galat model faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura menyebar secara normal. Selain itu berdasarkan uji autokorelasi dengan menggunakan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM, didapatkan bahwa nilai probability obs*R-Squared adalah sebesar 0,14, lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu sebesar lima persen (α= 5 %). Oleh karena itu model persamaan yang digunakan tidak mengalami gejala autokorelasi. Hal ini berarti model tersebut telah memenuhi salah satu syarat yang terdapat dalam metode kuadrat terkecil biasa atau Ordinary Least Square (OLS), dimana tidak terdapat autokorelasi antar kesalahan pengganggu yang berarti kovarian. Syarat lain yang harus dipenuhi dalam asumsi Ordinary Least Square (OLS) adalah syarat homoskedastisitas yang mengharuskan galat menyebar secara homogen. Pengujian terhadap masalah heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji white heteroskedasticity.

Tabel. 6 Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Singapura

Sumber : data diolah

Keterangan : *Nyata pada taraf α = 0,05

Berdasarkan uji tersebut didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,17 yang lebih besar dari taraf nyata lima persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel setiap unsur residual adalah sama (konstan). Pada model permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura terdapat nilai yang lebih besar dari [0,8], akan tetapi uji Klein menyatakan apabila nilai koefisien multikolinearitas tersebut tidak lebih besar dari R2, maka multikolinearitas dapat diabaikan. Berdasarkan uji t-statistik pada taraf nyata lima persen, diketahui bahwa faktor bebas dalam model permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura seperti harga substitusi, GDP riil per kapita Singapura, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Singapura berpengaruh nyata, sedangkan harga ekspor riil dan dummy kesepakatan Cina-AFTA tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura.

Berikut penjelasan hasil analisis dari masing-masing peubah penjelas dalam model permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura.

Variabel Koefisien t-hitung Prob Elastisitas

Konstanta

Harga Ekspor (HESt) Harga Substutisi (HEBSt) GDP Per Kapita Singapura (GDPSt)

Nilai Tukar rupiah terhadap dollar Singapura (ERSt) Dummy Kesepakatan Cina-AFTA (Dt) 11144796,00 -6193,72 5611,05 -4042,18 -6,36 123214,60 2,95 -2,05 3,07 -2,73 -2,20 0,58 0,011 0,061 *0,009 *0,017 *0,047 0,572 - - 0,001 -0,011 -0,006 - R-Squared = 88,85% R-Squared (adj) = 84,57% F-statistic = 20,737 Durbin Watson = 1,129 Prob (F-stat) = 0,000

1. Harga Ekspor Riil (HESt)

Koefisien variabel harga ekspor riil wood Indonesia bernilai negatif yaitu sebesar -6193,72 artinya kenaikan harga ekspor sebesar 1 US $ akan berdampak pada penurunan permintaan ekspor wood sebesar 6193,72 kg, ceteris paribus. Tanda negatif pada variabel harga ekspor riil sesuai dengan parameter dugaan yang diharapkan. Hal ini didasarkan pada (Lipsey, 1995) yang menyatakan bahwa harga suatu komoditi dan kuantitas yang diminta berhubungan negatif, dengan faktor lain tetap sama. Semakin rendah harga suatu komoditi maka jumlah yang akan diminta untuk komoditi tersebut akan semakin besar. Sebaliknya semakin tinggi harga, maka semakin rendah pula jumlah yang diminta. Hasil perhitungan P value variabel harga ekspor riil adalah 0,061 yang berarti bahwa variabel harga ekspor riil tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura.

2. Harga Substitusi (HEBSt)

Koefisien regresi variabel harga substitusi berupa harga ekspor wood Brazil ke Singapura sebesar 5611,05. Hal ini berarti kenaikan harga substitusi sebesar 1 US $ akan berdampak pada peningkatan permintaan ekspor wood Indonesia sebesar 5611,05 kg, ceteris paribus. Tanda positif pada variabel harga substitusi sesuai dengan parameter dugaan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi yang menyatakan bahwa kenaikan harga barang substitusi komoditi tertentu akan menyebabkan peningkatan permintaan untuk komoditi tersebut.

Dengan demikian, kenaikan harga substitusi yaitu harga ekspor wood Brazil ke Singapura akan meningkatkan permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura.

Hasil perhitungan P value variabel harga subsitusi bernilai 0,009 yang berarti berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura. Hal ini menunjukkan bahwa harga substitusi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura. Dugaan nilai elastisitas harga substitusi dalam jangka pendek sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan pada harga substitusi tidak responsif terhadap perubahan permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura, artinya jika terjadi peningkatan harga substitusi sebesar satu persen maka akan meningkatkan permintaan ekspor wood Indonesia sebesar 0,001 persen dalam jangka pendek.

3. GDP Riil Per kapita Singapura (GDPSt)

Hasil perhitungan P value variabel GDP riil per kapita Singapura bernilai 0,017 yang berarti berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura. Hal ini menunjukkan bahwa GDP riil per kapita Singapura merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura. Koefisien regresi variabel GDP riil per kapita Singapura sebesar -4042,18. Hal ini berarti kenaikan GDP riil per kapita Singapura sebesar satu dollar Singapura maka akan mengakibatkan penurunan permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura sebesar 4042,18 kg, ceteris paribus. Tanda negatif pada variabel GDP riil per kapita Singapura tidak sesuai dengan parameter dugaan yang diharapkan. Dimana apabila terjadi kenaikan GDP perkapita negara

pengimpor yang berarti kenaikan pendapatan, maka akan meningkatkan permintaan ekspor wood Indonesia.

Dugaan nilai elastisitas variabel GDP riil per kapita Singapura dalam jangka pendek sebesar -0,011. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan GDP riil per kapita Singapura sebesar satu persen maka akan menuurunkan permintaan ekspor sebesar 0,011 persen dalam jangka pendek, ceteris paribus. Nilai elastisitas tersebut kurang dari satu, yang artinya perubahan pada GDP riil per kapita Singapura tidak responsif terhadap perubahan permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura.

4. Nilai Tukar Riil (ERSt)

Hasil perhitungan P value variabel nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Singapura bernilai 0,046 yang berarti berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Singapura merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura. Koefisien regresi variabel nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Singapura sebesar -6,36. Hal ini berarti kenaikan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Singapura sebesar satu Rp/Dollar Singapura maka akan mengakibatkan penurunan permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura sebesar 6,36 kg, ceteris paribus.

Dugaan nilai elastisitas variabel nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Singapura dalam jangka pendek sebesar -0,006. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Singapura sebesar satu persen

maka akan menurunkan permintaan ekspor sebesar 0,006 persen dalam jangka pendek, ceteris paribus. Nilai elastisitas tersebut kurang dari satu, yang artinya perubahan pada nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Singapura tidak responsif terhadap perubahan permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura.

5. Dummy Kesepakatan Cina-AFTA (Dt)

Koefisien regresi variabel dummy kesepakatan Cina-AFTA sebesar 123214,6. Tanda positif pada variabel dummy kesepakatan Cina-AFTA sesuai dengan parameter dugaan yang diharapkan. Hal ini berarti dengan adanya kesepakatan Cina-AFTA maka akan mengakibatkan peningkatan permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura. Hal ini disebabkan karena dengan adanya Normal Track (I dan II) yaitu program penurunan dan penghapusan tarif, konsumen dapat meningkatkan konsumsinya terhadap wood Indonesia

Hasil perhitungan P value variabel dummy kesepakatan Cina-AFTA bernilai 0,572 yang berarti tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura. Hal ini disebabkan karena faktor kebijakan Cina-AFTA baru dapat terlihat pengaruhnya dalam jangka panjang. Selain itu karena kebijakan ini masih dalam proses pelaksanaan. Hal ini sesuai dengan rencana penurunan tarif yang mengikuti skema dan waktu tahap normal track (I dan II) yang mulai berlaku pada tanggal 20 juli 2005.

6.1.3. Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Malaysia

Berdasarkan hasil regresi model permintaan ekspor wood Indonesia di Malaysia, diperoleh koefisien determinasi sebesar 90,31 persen. Hal ini berarti bahwa sebesar 90,31 persen keragaman permintaan ekspor wood Indonesia di Malaysia dapat diterangkan oleh keragaman variabel-variabel penjelas yaitu variabel harga ekspor riil, harga substitusi, nilai tukar riil rupiah terhadap ringgit, GDP riil per kapita Malaysia, dan dummy kesepakatan Cina-AFTA. Sedangkan sisanya sebesar 9,69 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model.

Pengujian parameter secara keseluruhan untuk faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor wood Indonesia di Malaysia, dimaksudkan untuk melihat pengaruh bersama-sama antara variabel bebas (variabel eksogen) dengan variabel tak bebas (endogen). Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat P value yaitu sebesar 0,00 yang menunjukkan bahwa variabel-variabel penjelas yang ada di dalam model berpengaruh nyata pada taraf 0,05 secara bersama-sama terhadap permintaan ekspor wood Indonesia di Malaysia. Hal ini menunjukkan bahwa variasi peubah-peubah eksogen dalam persamaan tersebut secara bersama-sama dapat menjelaskan dengan baik variasi peubah endogennya.

Pengujian terhadap masalah normalitas, dilakukan dengan menggunakan uji Jarque-Bera. Nilai obs*R-Squared pada Jarque-Bera adalah sebesar 0,94, lebih besar dari taraf nyata lima persen. Maka dapat dinyatakan bahwa galat model faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor wood Indonesia di Malaysia menyebar secara normal. Selain itu berdasarkan uji

autokorelasi dengan menggunakan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM, didapatkan bahwa nilai probability obs*R-Squared adalah sebesar 0,53, lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu sebesar lima persen (α= 5 %). Oleh karena itu model persamaan yang digunakan tidak mengalami gejala autokorelasi. Hal ini berarti model tersebut telah memenuhi salah satu syarat yang terdapat dalam metode kuadrat terkecil biasa atau Ordinary Least Square (OLS), dimana tidak terdapat autokorelasi antar kesalahan pengganggu yang berarti kovarian. Tabel. 7 Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Malaysia

Sumber : data diolah

Keterangan : *Nyata pada taraf α = 0,05

Dokumen terkait