• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor- faktor yang Mempengaruhi Persepsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi visual ditentukan oleh serangkaian proses persepsi yang melibatkan mata dan otak. Namun, hasil dari proses persepsi dipengaruhi oleh faktor lain seperti motivasi dan learning experience atau pengalaman

15

pembelajaran (Lahey, 2004). Salah contoh motivasi mempengaruhi persepsi adalah seorang yang kelaparan akan cenderung mempersepsikan gambar ambigu sebagai makanan. Pembelajaran akan menghasilkan pengetahuan awal pada individu. Pengetahuan awal tersebut akan dilibatkan individu dalam membentuk hasil persepsi suatu objek.

1. Proses Persepsi

Apa yang dilihat dan dipersepsikan manusia bukanlah semata-mata replika dari apa yang ada di lingkungan. Persepsi tidak terjadi begitu saja, terdapat serangkaian proses yang terjadi sebelum individu menghasilkan interpretasi dan bereaksi terhadap apa yang ditangkap oleh indera. Rangkaian proses ini disebut sebagai proses persepsi. Proses persepsi merupakan serangkaian proses yang bekerja bersama untuk menentukan pengalaman dan reaksi terhadap stimulus di lingkungan. Proses persepsi terdiri dari empat tahapan proses yakni proses

stimulus, electricity, experience and action, dan pengetahuan (Goldstein, 2010).

a. Stimulus

Stimulus merupakan apa yang ada di lingkungan, apa yang menarik perhatian individu dan apa yang menstimulasi receptor (sel yang peka terhadap rangsangan). Segala sesuatu yang ada di lingkungan dan berpotensi menarik perhatian individu disebut dengan evnvirontmental stimulus dan ketika salah satu stimulus menjadi fokus perhatian individu, stimulus tersebut disebut sebagai

attented stimulus (Goldstein, 2010). Contohnya, ketika seorang anak sedang

menonton pertandingan sepak bola di sebuah stadion, ada banyak stimulus yang menjadi evnvirontmental stimulus, seperti pemain sepak bola yang berlari merebut

bola, penjaga gawang yang berteriak ke arah temannya, sorakan penonton, dan pedagang minuman keliling di sekitar stadion. Ketika si anak fokus memperhatikan penjaga gawang yang berteriak ke arah temannya, maka penjaga gawang yang berteriak ke arah temannya menjadi attented stimulus.

b. Electricity

Proses stimulus tidak berhenti di attented stimulus. Stimulus yang menjadi fokus perhatian kemudian dibentuk menjadi sebuah gambaran di retina (jika objek visual) dan mengelilingi receptor di retina (Goldstein, 2010). Apa yang tergambar di retina bukanlah wujud dan ukuran objek sesungguhnya, oleh sebab itu diperlukan proses selanjutnya yang melibatkan otak, yakni electricity. Electricity merupakan sinyal listrik yang diciptakan oleh receptor yang mentransformasikan dan mentransmisikannya ke otak. Salah satu prinsip dasar persepsi adalah bahwa segala sesuatu yang dipersepsikan individu didasarkan pada sinyal-sinyal di sistem saraf.

Transduction merupakan transformasi dari satu bentuk energi menjadi

energi lain. Transduction terjadi di sistem saraf ketika energi dari lingkungan seperti cahaya, ditransformasikan menjadi energi listrik. Setelah gambaran stimulus ditransformasikan menjadi sinyal listrik di dalam receptor individu, sinyal ini kemudian mengaktifkan neuron lain dan demikian seterusnya hingga mencapai otak. Transmisi ini penting karena jika sinyal tidak mencapai otak, maka tidak akan ada persepsi. Setelah mencapai otak sinyal kemudian di proses oleh sistem saraf. Dalam sistem saraf, representasi dari stimulus yang diciptakan

17

oleh receptor ditransformasikan menjadi bentuk representasi baru di otak (Goldstein, 2010).

c. Experience and Action

Experience and action merupakan tujuan individu dalam mempersepsi,

mengenali dan bereaksi terhadap stimulus (Goldstein, 2010). Stimulus yang ditangkap oleh indera kemudian ditranformasikan menjadi sinyal-sinyal listrik. Sinyal-sinyal ini dihubungkan ke saraf lalu dihantarkan dan diolah di otak. Setelah diolah di otak, individu kemudian mempersepsikan apa stimulus yang menjadi objek persepsi. Apa yang dipersepsi individu menentukan apa reaksi dan tindakan individu terhadap stimulus yang dipersepsikan.

d. Knowledge

Knowledge atau pengetahuan dalam konteks persepsi merupakan hal-hal

yang diketahui individu sehubungan dengan stimulus yang mempengaruhi situasi perseptual (Goldstein, 2010). Dalam memahami proses persepsi yang melibatkan proses psikologis dan fisiologis, perlu diketahui bagaimana pengetahuan, ingatan dan harapan individu terkait situasi yang dipersepsikan. Misalnya, sebuah gambar ambigu yang bisa dilihat sebagai seorang gadis muda dan wanita tua diberikan kepada dua orang anak. Sebelum diberi gambar, si anak yang pertama diberitahu bahwa di dalam gambar tersebut terdapat dua sosok. Maka si anak pertama akan berusaha melihat dua sosok dalam gambar tersebut. Namun si anak kedua tidak diberi tahu bahwa ada dua sosok dalam gambar tersebut, sehingga ketika diberi

gambar si anak kedua akan menyebutkan sosok yang dilihatnya di gambar tanpa berusaha mencari sosok kedua di gambar tersebut.

2. Pengetahuan Awal

Secara harafiah, pengetahuan awal diartikan sebagai pengetahuan yang sudah dimiliki individu atau pengetahuan yang sudah ada dalam pikiran individu sebelum berhadapan dengan objek persepsi. Pengetahuan awal mengenai prinsip ilusi persegi Helmholtz adalah informasi yang diperoleh individu mengenai prinsip ilusi persegi Helmholtz sebelum individu berhadapan dengan objek persepsi. Prinsip ilusi persegi Helmholtz adalah persegi yang diisi dengan garis-garis vertikal tampak lebih lebar dibanding persegi yang diisi dengan garis-garis-garis-garis horizontal (Helmholtz, 1867).

Keterlibatan pengetahuan awal dalam mempersepsikan objek dijelaskan dalam proses persepsi, khususnya proses persepsi top-down. Proses persepsi top-down atau disebut juga knowledge-driven processing adalah prosespersepsi yang melibatkan informasi terkait objek yang tersimpan di ingatan, disebut juga sebagai

“big picture” (Carlson dalam Shea, 2013). Menurut Goldstein (2010) dalam proses persepsi top-down, harapan, teori, atau konsep yang dimiliki perceiver menuntun perceiver memilih dan mengkombinasikan informasi dari lingkungan lalu diolah dalam proses kognitifnya sehingga menghasilkan persepsi baik yang sesuai dengan kenyataan fisik perilaku objek maupun tidak (ilusi). Namun, pengaruh proses persepsi top-down terhadap hasil persepsi bersifat voluntary (Shea, 2013). Sifat voluntary membuat pengaruh pengetahuan awal tergantung

19

Experience and Action

Stimulus Electricity

pada kemauan perceiver apakah dia akan menggunakan pengetahuannya atau tidak selama proses persepsi. Berikut adalah skema tahapan proses persepsi yang melibatkan pengetahuan yang sifatnya dinamis dan berubah terus-menerus.

Gambar 2. Proses Persepsi

Sumber: Sensation and Perception eighth edition

E. PENGARUH PENGETAHUAN AWAL TERHADAP KETETAPAN

Dokumen terkait