• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Ketetapan Ukuran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Ketetapan Ukuran"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN AWAL TERHADAP

KETETAPAN UKURAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh :

ORI SANRI SIDABUTAR

091301041

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

SKRIPSI

PENGARUH PENGETAHUAN AWAL TERHADAP

KETETAPAN UKURAN

Dipersiapkan dan disusun oleh :

ORI SANRI SIDABUTAR 091301041

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal 18 Mei 2015

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi

Prof. Dr. Irmawati, psikolog NIP. 195301311980032001

Tim Penguji

1. Dina Nazriani, M.A Penguji I/ Pembimbing ________

NIK. 84100511042001

2. Lili Garliah, M,Si, psikolog Penguji II ________

NIP. 196006041986032002

3. Rahmi Putri Rangkuti, M.Psi., psikolog Penguji III ________

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan

sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Ketetapan Ukuran

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari

hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan

norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi

ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera

Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Mei 2015

Ori Sanri Sidabutar

(4)

1

Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Ketetapan Ukuran

Ori Sanri Sidabutar1 dan Dina Nazriani2

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pengetahuan awal terhadap ketetapan ukuran. Secara spesifik pengetahuan awal yang dimaksud adalah pengetahuan mengenai prinsip ilusi persegi Helmholtz. Ketetapan ukuran dalam eksperimen ini diukur menggunakan Perangkat Ilusi Persegi Helmholtz dalam Bentuk Manekin yang dirancang oleh peneliti berdasarkan prinsip ilusi persegi Helmholtz. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain

between subject post-test only. Sampel penelitian adalah remaja dalam rentang

usia 13-19 tahun sejumlah 31 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik

incidental sampling. Sampel dibagi menjadi dua kelompok melalui metode

random assignment. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang dibekali

pengetahuan tentang prinsip ilusi persegi Helmholtz sedangkan kelompok kontrol tidak dibekali pengetahuan apapun. Data penelitian diolah menggunakan uji hipotesis chi square. Berdasarkan hasil pengolahan data, tidak ditemukan adanya pengaruh pengetahuan awal terhadap ketetapan ukuran x2(1) =2.859, p =.091.

(5)

1

The Effect Of Prior Knowledge To Size Constancy

Ori Sanri Sidabutar1 and Dina Nazriani2

ABSTRACT

This study investigated the effect of prior knowledge to size constancy,

width of human’s body in particular. This study used Mannequin Version of

Helmholtz Square Illusion to measure size constancy. These mannequins were used as representative of human body. This study used experimental method with between subject post-test only design. Samples for this study were 31 adolescences between 13-19 years old. Those samples were collected by using incidental sampling technique and divided into two groups, experimental and control group by using random assignment. Experimental group was given prior knowledge about Helmholtz square illusion principle, while control group was not given any prior knowledge. The research data was analyzed by chi square test. This study found that prior knowledge does not have influence to size constancy with x2(1) =2.859, p =.091.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan pertolongannya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini dengan

judul Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Ketetapan Ukuran. Penelitian ini

dibuat untuk memenuhi persyaratan ujian sarjana di Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara. Terwujudnya penelitian ini tidak lepas dari

pihak-pihak yang mendorong dan membantu penulis baik melalui pemikiran, tenaga,

dan doa. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Irmawati, Psikolog, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara.

2. Kedua orangtua dan keluarga penulis yang selalu mendukung dan mendoakan

penulis.

3. Dina Nazriani, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas

bimbingan yang penuh kesabaran dan dukungan yang diberikan selama

pengerjaan skripsi ini.

4. Ika Sari Dewi, M.Psi, psikolog. selaku dosen pembimbing akademik. Terima

kasih atas bimbingan dan dukungannya selama pengerjaan skripsi ini dan

selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera utara.

5. Rahmi Putri Rangkuti M.Si dan Lily Garliah M.Psi selaku dosen penguji.

(7)

6. Etty Rahmawaty M.Si. selaku dosen departemen psikologi umum dan

eksperimen. Terima kasih atas bimbingan dan dukungannya selama

pengerjaan skripsi ini.

7. Katrin Elizabeth Sihombing S.Psi., Susy Christina Bancin S.Psi., Lia Susanti

Simanjuntak S.Psi., Rani Dian Sari Siregar S.Psi., Christiana Saragih S.Psi,

dan Rebekka Risky Batubara S.Psi. Terima kasih telah menjadi

sahabat-sahabat terbaik yang selalu mendukung dan mendoakan penulis.

8. Rini Sipahutar S.Psi. Terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama

pengerjaan skripsi ini dan terima kasih telah menjadi kakak dalam segala hal

bagi penulis.

9. Armen Jenranly Samosir S.Psi. dan seluruh staf dan pegawai Fakultas

Psikologi Universitas Sumatera Utara. Terima kasih atas bantuannya selama

proses pelaksanaan eksperimen dalam penelitian ini.

10.Tambang Manik, Sintong Butar-butar, Rachel Saragih dan Rani Febrina

Ketaren Sp.Psi. Terima kasih atas bantuannya dalam pelaksanaan eksperimen

dan pencarian subjek penelitian.

11.Seluruh partisipan penelitian. Terima kasih atas ketersediaannya menjadi

partisipan dalam penelitian ini.

12.Mahasiswa-mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

angkatan 2008 dan 2009 yang tidak dapat saya sebutkan namanya

satu-persatu. Terima kasih atas dorongan semangat dan bantuannya selama peneliti

(8)

13.Sahabat-sahabat pena penulis yang selalu memberi dukungan dan hiburan

ketika penulis mengalami masa suram selama proses pengerjaan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna seutuhnya. Untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat

membuat perbaikan ke depannya. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua

pihak.

Medan, Mei 2015

(9)

DAFTAR ISI

D. Manfaat Penelitian………...7

1. Manfaat Teoritis………..7

2. Manfaat Praktis………...7

E. Sistematika Penulisan………..7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi………...9

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi………14

1. Proses Persepsi……….15

2. Pengetahuan Awal………18

(10)

iv

F. Hipotesis Penelitian………..22

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian………...23

B. Identifikasi Variabel……….24

C. Definisi Operasional……….24

1.Definisi Operasional Eksperimental………..25

2.Definisi Operasional Terukur………25

D. Teknik Kontrol……….25

E. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel………..26

1. Populasi dan Sampel………26

2. Teknik Pengambilan Sampel………...26

F. Instrumen Penelitian……….27

G. Pembuatan Alat Ukur………...28

H. Pelaskanaan Uji Coba Alat Ukur………..28

I. Hasil Uji Coba Alat Ukur……….29

1. Uji Validitas……….30

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data………....35

1. Gambaran Subjek Penelitian……….35

a. Gambaran Kelompok Kontrol………..35

b. Gambaran Kelompok Eksperimen………36

(11)

a. Hasil Uji Statistika Data Penelitian………...36

b. Hasil Uji Hipotesis………37

B. Pembahasan………..38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………...42 B. Saran……….42

1. Saran Praktis………..42

2. Saran Metodologis……….42

(12)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Ilusi Persegi Helmholtz………..14

Gambar 2 Proses Persepsi……….………..19

Gambar 3 Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Ketetapan Ukuran……...22

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Desain Penelitian………24

Tabel 2 Tabel Kontingensi Pengetahuan Awal dan Ketetapan Ukuran…..34

Tabel 3 Proporsi Kelompok Eksperimen dan Kontrol………35

Tabel 4 Frekuensi Respon Kelompok Kontrol………36

Tabel 5 Frekuensi Respon Kelompok Eksperimen……….36

Tabel 6 Nilai Expected Count……….37

Tabel 7 Hasil Uji Chi Square………..38

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Modul Eksperimen Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap

Ketetapan Ukuran Menggunakan Alat Ukur Perangkat Ilusi Persegi

Helmholtz dalam Bentuk Manekin

Lampiran 1a Foto Perangkat Ilusi Persegi Helmholtz dalam Bentuk Manekin

Lampiran 1b Handout Prinsip Ilusi Persegi Helmholtz Lampiran 1c Kuesioner Ketetapan Lebar Tubuh Manekin

Lampiran 2 Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 3 Tabel Respon Kelompok Kontrol

Lampiran 4 Tabel Respon Kelompok Eksperimen

Lampiran 5 Tabel Frekuensi Respon Ketetapan Ukuran Kelompok Kontrol

Lampiran 6 Tabel Frekuensi Respon Ketetapan Ukuran Kelompok Eksperimen

(13)

Lampiran 7a Nilai Expected Count

Lampiran 7b Hasil Uji Hipotesis (Uji Chi Square) Lampiran 8 Daftar Partisipan Eksperimen

Lampiran 8a Daftar Partisipan Kelompok Kontrol

Lampiran 8b Daftar Partisipan Kelompok Eksperimen

(14)

1

Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Ketetapan Ukuran

Ori Sanri Sidabutar1 dan Dina Nazriani2

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pengetahuan awal terhadap ketetapan ukuran. Secara spesifik pengetahuan awal yang dimaksud adalah pengetahuan mengenai prinsip ilusi persegi Helmholtz. Ketetapan ukuran dalam eksperimen ini diukur menggunakan Perangkat Ilusi Persegi Helmholtz dalam Bentuk Manekin yang dirancang oleh peneliti berdasarkan prinsip ilusi persegi Helmholtz. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain

between subject post-test only. Sampel penelitian adalah remaja dalam rentang

usia 13-19 tahun sejumlah 31 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik

incidental sampling. Sampel dibagi menjadi dua kelompok melalui metode

random assignment. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang dibekali

pengetahuan tentang prinsip ilusi persegi Helmholtz sedangkan kelompok kontrol tidak dibekali pengetahuan apapun. Data penelitian diolah menggunakan uji hipotesis chi square. Berdasarkan hasil pengolahan data, tidak ditemukan adanya pengaruh pengetahuan awal terhadap ketetapan ukuran x2(1) =2.859, p =.091.

(15)

1

The Effect Of Prior Knowledge To Size Constancy

Ori Sanri Sidabutar1 and Dina Nazriani2

ABSTRACT

This study investigated the effect of prior knowledge to size constancy,

width of human’s body in particular. This study used Mannequin Version of

Helmholtz Square Illusion to measure size constancy. These mannequins were used as representative of human body. This study used experimental method with between subject post-test only design. Samples for this study were 31 adolescences between 13-19 years old. Those samples were collected by using incidental sampling technique and divided into two groups, experimental and control group by using random assignment. Experimental group was given prior knowledge about Helmholtz square illusion principle, while control group was not given any prior knowledge. The research data was analyzed by chi square test. This study found that prior knowledge does not have influence to size constancy with x2(1) =2.859, p =.091.

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Belakangan ini, banyak orang yang menginginkan tubuhnya terlihat lebih

ramping, kurus dan proporsional. Berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan

tubuh ramping atau sekedar terlihat lebih ramping. Menurut Franka (2010) tubuh

terlihat lebih ramping tidak hanya bisa didapatkan lewat serangkaian diet dan

olahraga, namun bisa juga dengan memilih pakaian yang tepat. Pakaian yang tepat

dapat dipilih dari segi bentuk, warna dan motif. Beberapa artikel majalah dan

tabloid berpendapat bahwa motif garis-garis pada pakaian dapat mempengaruhi

tampilan ukuran tubuh pemakaianya. Femalekompas (2013) menyebutkan bahwa

motif garis-garis vertikal tipis pada pakaian dapat menciptakan efek tubuh yang

lebih panjang dan ramping. Safiera (2012) juga mengungkapkan hal serupa,

yakni,

“Motif garis-garis horizontal hanya akan membuat Anda terlihat lebih lebar. Untuk membuat tampilan yang lebih kurus, disarankan memakai

motif dengan garis vertikal”.

Masalah tampilan ukuran tubuh tidak hanya berlaku untuk seseorang yang

berbadan subur, tetapi juga yang berbadan sangat kurus. Tubuh yang terlalu kurus

dan jauh dari tampilan proporsional juga menjadi masalah bagi sebagian orang.

Mengkonsumsi obat-obatan penambah nafsu makan dan meminum susu

pembentuk badan merupakan langkah yang sering dilakukan untuk memperoleh

(17)

penampilan terlihat lebih berisi juga membutuhkan pakaian yang sesuai. Motif

pakaian yang cocok bagi orang yang sangat kurus adalah motif garis-garis

horizontal sebab menurut femalekompas (2013) motif garis horizontal ke samping

atau mendatar akan memberikan kesan semakin lebar. Hal serupa juga disebutkan

dalam kawankumagz (2013),

“Ketika memilih motif stripes, pilih yang garis vertikal and hindari garis horizontal . Karena garis vertikal yang memanjang akan membuat tubuh terlihat lebih panjang dan ramping. Sebaliknya, garis horizontal akan membuat tubuhmu terlihat makin lebar”.

Pengaruh motif pakaian garis-garis vertikal ataupun horizontal tidak hanya

berlaku pada pakaian wanita, tetapi juga pada pakaian pria. Beberapa artikel

dalam situs online menyebutkan bahwa pengaruh garis-garis vertikal dan

horizontal akan sama pada pria dan wanita. Menurut Kira (2014) garis horizontal

sangat cocok untuk wanita bertubuh kurus. Garis ini akan memberikan efek lekuk

pada tubuh. Sedangkan baju dengan garis vertikal akan membuat wanita terlihat

lebih ramping, karena memberikan tampilan yang memanjang sehingga cocok

untuk wanita bertubuh lebar. Huckelbury (2013) juga berpendapat sama,

menurutnya garis-garis vertikal juga memberikan efek memanjangkan tubuh

sehingga cocok untuk pria bertubuh pendek dan lebar. Sedangkan garis-garis

horizontal cocok untuk pria bertubuh kurus dan tinggi.

Berdasarkan artikel-artikel diatas, dapat disimpulkan bahwa orang yang

berpakaian motif garis-garis vertikal akan dipersepsikan lebih ramping dibanding

orang berpakaian motif garis-garis horizontal. Namun, beberapa ilmuwan

psikologi menemukan hasil yang berbeda terkait efek motif pakaian garis-garis

(18)

3

menemukan bahwa objek seperti persegi, tabung, gaun wanita, dan manekin

setengah badan manusia dengan motif garis-garis vertikal justru terlihat lebih

lebar dibandingkan dengan motif garis-garis horizontal (Thompson, 2008;

Thompson & Mikellidou, 2009, 2011).

Tubuh terlihat lebih ramping dan tidak sesuai kenyataan merupakan salah

satu bentuk penyimpangan persepsi terhadap ukuran. Penyimpangan persepsi

terhadap ukuran disebut juga sebagai ilusi ukuran (Shefner & Levine, 1991). Ilusi

ukuran bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti adanya penyimpangan atau

distorsi objek karena penambahan fitur di objek ilusi yang membuatnya terlihat

berbeda dengan objek semula yang tidak diberi penambahan fitur. Garis-garis

vertikal dan horizontal pada pakaian adalah contoh fitur tambahan yang

menimbulkan distorsi pada tampilan ukuran tubuh pemakainya sehingga individu

yang melihat dapat mempersepsikan ukuran tubuh berbeda dengan kenyataan

sebenarnya.

Selain fitur tambahan pada objek, ilusi juga dapat dipengaruhi

pengetahuan awal individu yang tidak sesuai dengan kenyataan objek persepsi

(Gregory, 1997). Dalam hal ini, kenyataan objek persepsi adalah ukuran tubuh

tidak berubah walaupun memakai pakaian bermotif garis-garis vertikal ataupun

horizontal. Namun orang akan cenderung mempersepsikan tubuh yang memakai

pakaian bermotif garis-garis vertikal lebih ramping sesuai dengan informasi yang

tertulis di berbagai media sumber informasi yang mudah diakses masyarakat

(19)

Dibandingkan dengan hasil penelitian ilmiah, majalah, tabloid, dan situs

online merupakan contoh media sumber informasi yang lebih mudah diakses oleh

masyarakat umum. Ketika individu membaca artikel dalam media tersebut,

informasi dari artikel tersebut akan tersimpan di ingatan dan menjadi pengetahuan

bagi individu. Menurut Rahman & Shomer (2008) pengetahuan merupakan faktor

yang membentuk tahapan awal persepsi terhadap objek visual. Dengan kata lain,

ketika melihat suatu objek, individu akan menggunakan pengetahuannya dalam

menentukan sifat objek.

Selain media diatas, informasi mengenai efek motif pakaian terhadap

ukuran tubuh juga dapat diperoleh melalui pengalaman. Menurut Peterson (2006)

pengalaman dapat mempengaruhi berbagai proses visual termasuk persepsi visual.

Pengalaman ini bisa berupa interaksi dengan orang lain. Dari interaksi dengan

orang lain, individu dapat memperoleh pengetahuan baru yang akan berperan

dalam proses persepsi terhadap objek yang terkait pengetahuan tersebut.

Peran pengetahuan awal dalam mempersepsikan ukuran tubuh dijelaskan

dalam proses persepsi. Persepsi merupakan cara manusia menginterpretasi

informasi yang dikumpulkan oleh indera. Sebelum mencapai pada tahap persepsi,

inividu mengalami sensasi, yakni proses mendeteksi stimulus yang melibatkan

kelima indera tersebut dalam lingkungan. Sensasi biasanya dipelajari dengan

melihat keberfungsian organ-organ yang dilibatkan dalam sensasi. Setelah

informasi mengenai stimulus ditangkap oleh indera, manusia menginterpretasi

(20)

5

Persepsi tidak dikontrol oleh stimulus saja, tetapi juga latar belakang

pengetahuan mengenai stimulus dan proses logika (Gregory, 1997). Proses ini

menjelaskan mengapa banyak orang beranggapan bahwa pakaian bermotif

garis-garis vertikal membuat tubuh tampak lebih ramping. Anggapan ini sesuai dengan

informasi yang diperoleh masyarakat umum dari majalah, tabloid dan situs online

bahwa pakaian bermotif garis-garis vertikal membuat tubuh lebih ramping

dibanding pakaian bermotif garis-garis horizontal. Berdasarkan pengetahuan

tersebut, mereka akan memandang orang yang berpakaian motif garis-garis

vertikal terlihat lebih ramping dibanding orang yang berpakaian motif garis-garis

horizontal.

Penelitian ini akan berusaha melihat pengaruh pengetahuan awal individu

terhadap persepsi khususnya ketetapan ukuran tubuh manusia. Pengetahuan awal

yang digunakan adalah prinsip ilusi. Prinsip ilusi yang mengatakan bahwa motif

pakaian tidak merubah ukuran tubuh. Prinsip ilusi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah ilusi persegi Helmholtz. Ilusi persegi Helmholtz adalah ilusi

yang terjadi ketika sebuah persegi diisi dengan garis-garis horizontal terlihat lebih

tinggi dan sempit dibanding persegi yang diisi dengan garis-garis vertikal

(Helmholtz, 1867). Prinsip ilusi ini dipilih karena beberapa ilmuwan psikologi

terdahulu telah melakukan penelitian terkait penggunaannya pada objek lain

selain persegi. Mereka menemukan bahwa ilusi persegi Helmholtz juga berlaku

pada benda-benda seperti tabung, gaun, dan manekin setengah badan manusia

(21)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuktikan bahwa pengetahuan

awal memiliki pengaruh terhadap persepsi khususnya, ketetapan ukuran tubuh

manusia. Dengan kata lain, pengetahuan awal merupakan hal yang perlu

dipertimbangkan agar individu dapat menghasilkan persepsi ukuran yang tepat

walau diberi distorsi seperti penambahan fitur pada objek persepsi. Secara

spesifik, individu dapat mempersepsikan lebar tubuh yang berpakaian motif

garis-garis vertikal maupun horizontal dengan tepat setelah dibekali pengetahuan awal

tentang prinsip ilusi persegi Helmholtz. Sebab dalam prinsip ini individu tidak

hanya diberi informasi bahwa garis-garis vertikal memberi efek melebarkan,

tetapi juga informasi yang mengatakan bahwa motif garis-garis vertikal ataupun

horizontal pada pakaian tidak merubah ukuran objek.

B. PERUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan masalah yang dipaparkan diatas maka permasalahan yang

diangkat dalam penelitian ini adalah :

Apakah ada pengaruh pengetahuan awal terhadap ketetapan ukuran?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh

(22)

7

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat teoritis maupun manfaat

praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan memberi sumbangan ilmiah bagi perkembangan

ilmu pengetahuan dibidang psikologi eksperimen dan psikologi kognitif.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada masyarakat umum

bahwa pengetahuan awal dapat dipertimbangkan sebagai faktor yang dapat

mempengaruhi proses persepsi individu, khususnya ketetapan ukuran tubuh.

b. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada pelaku bisnis pakaian

untuk mempertimbangkan pembekalan pengetahuan awal mengenai motif

pakaian kepada calon konsumen sebab pengetahuan awal dapat

mempengaruhi hasil persepsi terhadap ukuran tubuh seseorang yang

berpakaian motif garis-garis vertikal ataupun horizontal.

E. SISTEMATIKA PENELITIAN

Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian,

perumusan masalah penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan

(23)

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan membahas teori yang melandasi penelitian, ketetapan ukuran,

pengetahuan awal, dan dinamika kedua variabel tersebut. Pada bab ini juga akan

dipaparkan hipotesis penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini akan membahas metode yang digunakan dalam penelitian, yaitu

metode eksperimen, identifikasi dan definisi variabel penelitian, populasi dan

teknik pengambilan sampel, instrumen yang digunakan, prosedur pelaksanaan

penelitian dan metode analisis data.

BAB IV: HASIL PENELITIAN

Bab ini akan membahas gambaran subjek penelitian, analisis data dan

pembahasan terhadap hasil penelitian.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN PENELITIAN

Bab ini akan membahas kesimpulan dari hasil analisis dan interpretasi data

penelitian, saran metodologis untuk penelitian selanjutnya mengenai persepsi, dan

(24)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERSEPSI

Manusia dihadapkan dengan berbagai stimulus yang melibatkan kelima

indera setiap hari. Kelima indera tersebut adalah indera penglihatan (mata),

pendengaran (telinga), pengecap (lidah), peraba (kulit) dan penciuman (hidung).

Proses mendeteksi stimulus yang melibatkan kelima indera dalam lingkungan

disebut dengan sensasi. Setelah informasi ditangkap oleh indera, manusia

mengiterpretasi informasi tersebut. Proses penginterpretasian informasi dari

stimulus yang ditangkap oleh indera disebut sebagai persepsi (Shefner & Levine,

1991). Sensasi dan persepsi merupakan dua aspek yang saling berhubungan dalam

proses interaksi manusia dengan stimulus di lingkungan.

Persepsi yang melibatkan indera penglihatan atau mata disebut sebagai

persepsi visual. Persepsi visual merupakan sistem penginderaan yang sangat

penting dan cukup mewakili sistem persepsi indera lain dalam memahami proses

persepsi secara umum (Lahey, 2004). Dalam persepsi visual, ada beberapa prinsip

dalam memahami proses persepsi, yakni:

1. Perceptual organization atau pengorganisasian persepsi, yakni proses

pengorganisasian atau pengaturan sensasi visual oleh mata dan otak sehingga

(25)

2. Depth perception atau persepsi kedalaman, merupakan proses

penginterpretasian informasi dua dimensi menjadi informasi tiga dimensi.

3. Visual illusion atau ilusi visual, merupakan proses penginterpretasian objek

visual yang menghasilkan hasil persepsi yang menyimpang.

4. Perceptual constancy atau ketetapan persepsi, merupakan proses

penginterpretasian objek yang relatif tetap walaupun objek tersebut telah diberi

perubahan.

B. KETETAPAN PERSEPSI

Salah satu indera yang dilibatkan dalam proses persepsi adalah mata. Mata

menangkap informasi dalam lingkungan yang dapat dilihat dan dipersepsikan.

Atribut objek persepsi yang ditangkap oleh mata dapat berupa bentuk, ukuran, dan

warna. Objek dapat dilihat dari berbagai sudut atau jarak pandang dalam kondisi

pencahayaan yang berbeda. Dalam kondisi seperti ini, objek-objek tersebut tidak

berubah secara fisik dan persepsi individu terhadap tampilan objek juga tidak

berubah (Shefner & Levine, 1991). Kecenderungan mempersepsikan objek tetap

tidak berubah walaupun dalam kondisi yang berubah-ubah disebut sebagai

ketetapan persepsi(Lahey, 2004).

Ketetapan persepsi terdiri dari beberapa tipe, yakni:

a. Brightness constancy ketetapan tingkat kecerahan, merupakan ketetapan

persepsi terhadap tingkat kecerahan suatu objek walaupun objek persepsi

(26)

11

b. Color constancy atau ketetapan warna, merupakan ketetapan persepsi terhadap

warna objek walaupun objek berada pada kondisi pencahayaan atau lingkungan

yang berbeda-beda sehingga dapat merubah informasi visual.

c. Shape constancy atau ketetapan bentuk, merupakan ketetapan persepsi

terhadap bentuk objek walaupun dilihat dari berbagai sudut padang.

d. Size constancy atau ketetapan ukuran, merupakan ketetapan persepsi terhadap

ukuran objek walaupun dilihat dari jarak yang berbeda, ataupun objek diberi

penambahan fitur yang membuatnya seolah-olah berubah ukuran.

Penelitian ini akan membahas penerapan salah satu prinsip persepsi visual, yakni

ketetapan persepsi. Tipe ketetapan persepsi yang akan dibahas dalam penelitian

ini adalah ketetapan ukuran, khususnya lebar tubuh manusia.

C. KETETAPAN UKURAN 1. Definisi Ketetapan Ukuran

Kemampuan individu mempersepsi ukuran objek secara benar walaupun

ada perbedaan gambaran di retina karena dipandang dari berbagai jarak disebut

sebagai ketetapan ukuran (Shefner & Levine, 1991). Ukuran objek yang dimaksud

termasuk lebar, tinggi dan panjang. Ketetapan terhadap ukuran objek bisa

mengalami kesalahan, artinya individu mempersepsikan ukuran objek tidak sama

dengan ukuran yang sebenarnya.

Kesalahan dalam ketetapan ukuran disebut sebagai ilusi ukuran (Shefner

& Levine, 1991). Ilusi ukuran bisa disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya

(27)

objek ilusi. Fitur tersebut membuat objek terlihat berbeda dari semula yang tidak

diberi penambahan fitur. Misalnya, permukaan dinding ruangan berwarna putih

polos akan memberi kesan lebih luas daripada motif gambar-gambar kecil yang

memenuhi seluruh permukaan dinding.

2. Ilusi

Ilusi atau penyimpangan persepsi dapat diklasifikasikan menjadi empat

kategori berdasarkan tampilannya, yakni ambiguities, paradox, fictions dan

distortion. Ambiguities menampilkan kemungkinan tidak terhingga dari bentuk,

ukuran dan jarak objek. Misalnya, gambar sebuah rangka kubus kosong dapat

dilihat dari berbagai sudut pandang atau dikenal dengan necker cube. Paradox

bisa muncul dari asumsi yang salah. Salah satu ilusi paradox adalah impossible

triangle oleh Lionel Penrose dan sepupunya Roger Penrose di tahun 1958.

Imposibble triangle merupakan segitiga tiga dimensi yang terlihat

mustahil. Segitiga tiga dimensi terlihat mustahil ketika objek bersentuhan karena

objek tersebut cenderung terlihat berada pada jarak yang sama. Namun, ketika

sudut-sudut segitiga tidak terlihat, segitiga tersebut akan terlihat nyata. Fiction

merupakan kontur dan tampilan objek yang mengandung ilusi yang dilihat

observer dalam kondisi normal. Dengan kata lain, perceiver melihat fitur

tambahan yang sebenarnya tidak ada di objek persepsi. Salah satu ilusi fiction

adalah Kanizsa fictional triangle (Gregory, 1997).

Kategori ilusi keempat adalah Distortion. Stimulus yang ditangkap oleh

(28)

13

terdistorsi menjadi lebih panjang atau pendek, garis lurus bisa terlihat tidak lurus.

Inilah yang disebut sebagai distortion. Gregory (1997) mengatakan bahwa

distortion terjadi ketika sensasi-sensasi yang ditangkap oleh mata, seperti

kecerahan, panjang, lebar, kedalaman, tinggi dan sebagainya mengalami distorsi

atau penyimpangan. Ketika sensasi mengalami penyimpangan, maka apa yang

dipersepsikan oleh mata menjadi tidak sama dengan kenyataan objek. Misalnya,

garis lurus terlihat bengkok, dua buah garis yang sama panjang terlihat tidak sama

panjang, dua buah persegi yang sama luasnya terlihat tidak sama dan sebagainya.

Distorsi dapat berupa perbedaan kondisi objek, seperti penambahan fitur

yang berbeda di kedua satu objek tanpa mengubah ukuran. Penambahan fitur

tersebut dapat membuat kedua objek terlihat berbeda lebar atau tingginya.

Misalnya, dua buah garis yang sama panjang terlihat berbeda panjangnya karena

adanya perbedaan kondisi di masing-masing garis, yakni di garis pertama diberi

tanda panah terbuka dikedua ujungnya dan di garis kedua diberi tanda panah

tertutup di kedua ujungnya. Ini merupakan salah satu ilusi yang dikenal dengan

nama ilusi Muller-Lyer (Gregory, 1997). Selain ilusi Muller-Lyer, ilusi persegi

Helmholtz merupakan contoh dari kategori ilusi distortion.

3. Ilusi Persegi Helmholtz

Dua buah persegi yang identik dapat terlihat berbeda ukuran jika diberi

isian berupa garis-garis vertikal di satu persegi dan garis-garis horizontal di

persegi lainnya. Isian garis-garis yang berbeda pada kedua persegi merupakan

(29)

Helmholtz (1867), persegi yang diisi dengan garis-garis horizontal terlihat lebih

tinggi dan yang diisi dengan garis-garis vertikal terlihat lebih lebar. Ilusi ini

dikenal dengan nama ilusi persegi Helmholtz. Berikut adalah gambar ilusi persegi

Helmholtz.

Gambar 1. Ilusi Persegi Helmholtz

Sumber : Helmholtz Treatise on Physiological optics 3rd edition

Prinsip ilusi persegi Helmholtz didukung oleh pendapat Luckiesh (1922)

yang mengatakan bahwa beberapa persegi identik yang diberi isian garis-garis

yang berbeda dapat membuat persegi-persegi tersebut terlihat berbeda panjang

dan lebar. Misalnya, ada tiga persegi identik yang diberi isian gari-garis berbeda.

Persegi a diberi isian garis-garis horizontal, persegi b diberi isian garis-garis

vertikal dan persegi c diberi isian garis-garis horizontal dengan satu garis vertikal

tepat di tengah persegi. Hasilnya, ketiga persegi tersebut terlihat berbeda,

garis-garis horizontal di a membuatnya terlihat lebih panjang daripada persegi b dan c.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI

Persepsi visual ditentukan oleh serangkaian proses persepsi yang

melibatkan mata dan otak. Namun, hasil dari proses persepsi dipengaruhi oleh

(30)

15

pembelajaran (Lahey, 2004). Salah contoh motivasi mempengaruhi persepsi

adalah seorang yang kelaparan akan cenderung mempersepsikan gambar ambigu

sebagai makanan. Pembelajaran akan menghasilkan pengetahuan awal pada

individu. Pengetahuan awal tersebut akan dilibatkan individu dalam membentuk

hasil persepsi suatu objek.

1. Proses Persepsi

Apa yang dilihat dan dipersepsikan manusia bukanlah semata-mata replika

dari apa yang ada di lingkungan. Persepsi tidak terjadi begitu saja, terdapat

serangkaian proses yang terjadi sebelum individu menghasilkan interpretasi dan

bereaksi terhadap apa yang ditangkap oleh indera. Rangkaian proses ini disebut

sebagai proses persepsi. Proses persepsi merupakan serangkaian proses yang

bekerja bersama untuk menentukan pengalaman dan reaksi terhadap stimulus di

lingkungan. Proses persepsi terdiri dari empat tahapan proses yakni proses

stimulus, electricity, experience and action, dan pengetahuan (Goldstein, 2010).

a. Stimulus

Stimulus merupakan apa yang ada di lingkungan, apa yang menarik

perhatian individu dan apa yang menstimulasi receptor (sel yang peka terhadap

rangsangan). Segala sesuatu yang ada di lingkungan dan berpotensi menarik

perhatian individu disebut dengan evnvirontmental stimulus dan ketika salah satu

stimulus menjadi fokus perhatian individu, stimulus tersebut disebut sebagai

attented stimulus (Goldstein, 2010). Contohnya, ketika seorang anak sedang

menonton pertandingan sepak bola di sebuah stadion, ada banyak stimulus yang

(31)

bola, penjaga gawang yang berteriak ke arah temannya, sorakan penonton, dan

pedagang minuman keliling di sekitar stadion. Ketika si anak fokus

memperhatikan penjaga gawang yang berteriak ke arah temannya, maka penjaga

gawang yang berteriak ke arah temannya menjadi attented stimulus.

b. Electricity

Proses stimulus tidak berhenti di attented stimulus. Stimulus yang menjadi

fokus perhatian kemudian dibentuk menjadi sebuah gambaran di retina (jika objek

visual) dan mengelilingi receptor di retina (Goldstein, 2010). Apa yang tergambar

di retina bukanlah wujud dan ukuran objek sesungguhnya, oleh sebab itu

diperlukan proses selanjutnya yang melibatkan otak, yakni electricity. Electricity

merupakan sinyal listrik yang diciptakan oleh receptor yang mentransformasikan

dan mentransmisikannya ke otak. Salah satu prinsip dasar persepsi adalah bahwa

segala sesuatu yang dipersepsikan individu didasarkan pada sinyal-sinyal di

sistem saraf.

Transduction merupakan transformasi dari satu bentuk energi menjadi

energi lain. Transduction terjadi di sistem saraf ketika energi dari lingkungan

seperti cahaya, ditransformasikan menjadi energi listrik. Setelah gambaran

stimulus ditransformasikan menjadi sinyal listrik di dalam receptor individu,

sinyal ini kemudian mengaktifkan neuron lain dan demikian seterusnya hingga

mencapai otak. Transmisi ini penting karena jika sinyal tidak mencapai otak,

maka tidak akan ada persepsi. Setelah mencapai otak sinyal kemudian di proses

(32)

17

oleh receptor ditransformasikan menjadi bentuk representasi baru di otak

(Goldstein, 2010).

c. Experience and Action

Experience and action merupakan tujuan individu dalam mempersepsi,

mengenali dan bereaksi terhadap stimulus (Goldstein, 2010). Stimulus yang

ditangkap oleh indera kemudian ditranformasikan menjadi sinyal-sinyal listrik.

Sinyal-sinyal ini dihubungkan ke saraf lalu dihantarkan dan diolah di otak. Setelah

diolah di otak, individu kemudian mempersepsikan apa stimulus yang menjadi

objek persepsi. Apa yang dipersepsi individu menentukan apa reaksi dan tindakan

individu terhadap stimulus yang dipersepsikan.

d. Knowledge

Knowledge atau pengetahuan dalam konteks persepsi merupakan hal-hal

yang diketahui individu sehubungan dengan stimulus yang mempengaruhi situasi

perseptual (Goldstein, 2010). Dalam memahami proses persepsi yang melibatkan

proses psikologis dan fisiologis, perlu diketahui bagaimana pengetahuan, ingatan

dan harapan individu terkait situasi yang dipersepsikan. Misalnya, sebuah gambar

ambigu yang bisa dilihat sebagai seorang gadis muda dan wanita tua diberikan

kepada dua orang anak. Sebelum diberi gambar, si anak yang pertama diberitahu

bahwa di dalam gambar tersebut terdapat dua sosok. Maka si anak pertama akan

berusaha melihat dua sosok dalam gambar tersebut. Namun si anak kedua tidak

(33)

gambar si anak kedua akan menyebutkan sosok yang dilihatnya di gambar tanpa

berusaha mencari sosok kedua di gambar tersebut.

2. Pengetahuan Awal

Secara harafiah, pengetahuan awal diartikan sebagai pengetahuan yang

sudah dimiliki individu atau pengetahuan yang sudah ada dalam pikiran individu

sebelum berhadapan dengan objek persepsi. Pengetahuan awal mengenai prinsip

ilusi persegi Helmholtz adalah informasi yang diperoleh individu mengenai

prinsip ilusi persegi Helmholtz sebelum individu berhadapan dengan objek

persepsi. Prinsip ilusi persegi Helmholtz adalah persegi yang diisi dengan

garis-garis vertikal tampak lebih lebar dibanding persegi yang diisi dengan garis-garis-garis-garis

horizontal (Helmholtz, 1867).

Keterlibatan pengetahuan awal dalam mempersepsikan objek dijelaskan

dalam proses persepsi, khususnya proses persepsi top-down. Proses persepsi

top-down atau disebut juga knowledge-driven processing adalah prosespersepsi yang

melibatkan informasi terkait objek yang tersimpan di ingatan, disebut juga sebagai

“big picture” (Carlson dalam Shea, 2013). Menurut Goldstein (2010) dalam

proses persepsi top-down, harapan, teori, atau konsep yang dimiliki perceiver

menuntun perceiver memilih dan mengkombinasikan informasi dari lingkungan

lalu diolah dalam proses kognitifnya sehingga menghasilkan persepsi baik yang

sesuai dengan kenyataan fisik perilaku objek maupun tidak (ilusi). Namun,

pengaruh proses persepsi top-down terhadap hasil persepsi bersifat voluntary

(34)

19

Experience and Action

Stimulus Electricity

pada kemauan perceiver apakah dia akan menggunakan pengetahuannya atau

tidak selama proses persepsi. Berikut adalah skema tahapan proses persepsi yang

melibatkan pengetahuan yang sifatnya dinamis dan berubah terus-menerus.

Gambar 2. Proses Persepsi

Sumber: Sensation and Perception eighth edition

E. PENGARUH PENGETAHUAN AWAL TERHADAP KETETAPAN UKURAN

Prinsip ilusi persegi Helmholtz mengatakan bahwa persegi yang diisi

dengan garis vertikal akan terlihat lebih lebar dan yang diisi dengan

garis-garis horizontal terlihat lebih panjang. Ilmuwan psikologi, Peter Thompson dan

Kyriaki Mikellidou mencoba meneliti aplikasi ilusi Helmholtz pada pakaian dan

beberapa objek tiga dimensi. Peter Thompson melakukan beberapa penelitian

terkait isu ini. Pertama dia menemukan bahwa efek menggemukan pada pakaian

bermotif garis-garis horizontal adalah mitos dan orang-orang gemuk memang

(35)

suka memakai pakaian garis-gari horizontal (Thompson, 2008). Kemudian,

bersama rekannya Kyriaki Mikellidou, mereka menemukan bahwa ilusi persegi

Helmholtz juga berlaku pada benda tiga dimensi, yakni tabung. Tabung

bergaris-garis horizontal tampak lebih kurus dibanding tabung bebergaris-garis-bergaris-garis vertikal

(Thompson & Mikellidou, 2009).

Mereka kemudian melakukan penelitian lanjutan terhadap objek persegi,

tabung, gaun, dan manekin setengah badan manusia. Hasil penelitian mereka

menunjukkan bahwa ilusi persegi Helmholtz juga berlaku pada keempat objek

tersebut (Thompson & Mikellidou, 2011). Namun, Swami & Harris (2012)

menemukan hasil penelitian yang tidak seluruhnya sejalan dengan penelitian

sebelumnya, yakni perempuan dianggap memiliki ukuran tubuh lebih besar ketika

menggunakan pakaian bermotif garis horizontal dibanding ketika memakai

pakaian bermotif garis vertikal dan tanpa motif.

Menurut perspektif psikologi kognitif persepsi tidak dikontrol oleh

stimulus saja, tetapi juga latar belakang pengetahuan mengenai stimulus dan

proses logika (Gregory, 1997). Persepsi terhadap ukuran tubuh tidak hanya

dipengaruhi oleh motif garis-garis pada pakaian yang merupakan stimulus, tetapi

juga dipengaruhi oleh pengetahuan terkait motif tersebut. Ketika perceiver

(individu yang mempersepsi) melihat dua orang berukuran badan sama, salah

satunya berpakaian motif garis-garis vertikal dan yang lainnya berpakian motif

garis-garis horizontal, perceiver tidak langsung melihat kedua orang tersebut

berbeda lebar nya. Terdapat serangkaian proses yang terjadi di kepala perceiver

(36)

21

pengetahuan awal. Keterlibatan pengetahuan awal dalam proses persepsi

dijelaskan dalam proses persepsi top-down (Eysenck, dalam Shea, 2103).

Sesuai proses persepsi top-down atau disebut juga knowledge-driven

processing, persepsi melibatkan informasi terkait objek yang tersimpan di ingatan,

disebut juga sebagai “big picture” (Carlson dalam Shea, 2013). Informasi

stimulus yang ditangkap oleh mata tidak semata-mata diolah di otak lalu

menghasilkan persepsi begitu saja. Cara manusia mengolah informasi yang

didapatnya dari lingkungan sangat dipengaruhi oleh struktur sistem sensorik.

Struktur otak diprogram untuk memahami dunia dalam cara tertentu dengan

melibatkan pengalaman-pengalaman yang memberi makna pada stimulus (Solso,

Maclin, & Maclin, 2007).

Dua orang perceiver dapat menghasilkan ketetapan ukuran yang berbeda

terhadap sepasang manekin berpakaian motif garis-garis vertikal dan manekin

berpakaian motif garis-garis horizontal. Kedua perceiver akan mengalami proses

persepsi yang sama. Indera menangkap stimulus berupa manekin, kemudian

mengubahnya menjadi sinyal listrik dan menghantarnya ke otak untuk diolah.

Namun, perbedaan hasil persepsi bisa terjadi apabila kedua perceiver memiliki

pengetahuan yang berbeda mengenai pakaian bermotif garis-garis vertikal dan

horizontal.

Perceiver pertama yang memiliki pengetahuan tentang prinsip ilusi persegi

Helmholtz akan cenderung mempersepsikan ketetapan lebar tubuh dengan tepat

sebab dalam prinsip ilusi persegi Helmholtz, walaupun objek dengan motif

(37)

garis-Hasil persepsi

garis horizontal, namun kenyataanya ukuran kedua objek tidak berubah.

Sedangkan perceiver kedua yang tidak memiliki pengetahuan tentang ilusi

persegi Helmholtz akan cenderung mengalami ilusi ukuran atau kesalahan dalam

ketetapan ukuran karena tidak ada pengetahuan awal yang diketahuinya yang

menyebutkan bahwa motif garis-garis tidak akan merubah ukuran objek. Berikut

adalah skema dinamika antar variabel penelitian:

Gambar 3. Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Ketetapan Ukuran

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh pengetahuan awal

terhadap ketetapan ukuran.

Pengetahuan awal tentang ilusi persegi Helmholtz

Terdapat perbedaan ketetapan ukuran terhadap manekin yang berpakaian motif garis-garis vertikal dan garis-gars horizontal antara kelompok yang diberi pengetahuan awal dan tidak dibekali

pengetahuan awal tentang ilusi persegi Helmholtz

(38)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. RANCANGAN PENELITIAN

Metode penelitian merupakan unsur yang penting dalam penelitian ilmiah

karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah hasil

penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan (Hadi, 2000). Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen untuk melihat

pengaruh pengetahuan awal terhadap ketetapan ukuran. Desain eksperimen yang

digunakan adalah between subject post test only randomized design. Dalam Myers

& Hansen (2006) desain ini dikenal sebagai experimental group-control group

design.

Between subject post test only randomized design terdiri dari dua

kelompok subjek yang dibedakan berdasarkan perlakuan, yakni kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang

diberi perlakuan sebelum pengukuran terhadap variabel tergantung. Perlakuan

pada kelompok eksperimen adalah pembekalan pengetahuan awal mengenai ilusi

persegi Helmholtz. Kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberi

perlakuan apapun sebelum pengukuran terhadap variabel tergantung.

Desain ini dipilih karena pengukuran dilakukan hanya satu kali pada

masing-masing kelompok. Pengukuran satu kali dipilih dengan pertimbangan jika

dilakukan pengukuran dua kali, maka pengukuran pertama dapat menjadi sumber

(39)

awal subjek mengenai ilusi persegi Helmholtz, terutama pada kelompok kontrol.

Sebab, dalam penelitian ini, kelompok kontrol haruslah individu yang tidak

memiliki pengetahuan awal tentang konsep persepsi. Berikut adalah gambaran

desain between subject post test only:

Tabel 1. Desain Penelitian

R X O

R O

R = Random Assignment

X = Pembekalan Pengetahuan Awal O = Pengukuran

B. IDENTIFIKASI VARIABEL

Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yakni variabel bebas dan

variabel tergantung :

Variabel bebas : Pengetahuan awal

Variabel tergantung : Ketetapan ukuran

C. DEFINISI OPERASIONAL

Dalam penelitian eksperimen, terdapat dua jenis definisi operasional,

yakni definisi operasional eksperimental dan definisi operasional terukur. Definisi

operasional eksperimental menjelaskan makna variabel bebas secara lengkap,

termasuk langkah-langkah untuk menciptakan kondisi perlakuan dalam

eksperimen, bagaimana variabel bebas diukur dalam penelitian dan definisi

variabel bebas itu sendiri. Definisi operasional terukur menjelaskan prosedur

(40)

25

berbeda termasuk deskripsi perilaku atau respon spesifik yang direkam dan

bagaimana mengukur respon tersebut (Myers & Hansen, 2006).

1. Definisi Operasional Eksperimental (Variabel Bebas)

Pengetahuan awal adalah informasi mengenai efek pakaian yang bermotif

garis-garis vertikal akan membuat tubuh terlihat lebih lebar dibanding pakaian

bermotif garis-garis horizontal yang diperoleh individu dari pemaparan materi

mengenai prinsip ilusi persegi Helmholtz dan aplikasinya pada pakaian oleh

asisten peneliti menggunakan teknik presentasi dengan bantuan media power

point yang dilaksanakan selama 15 menit.

2. Definisi Operasional Terukur (Variabel Tergantung)

Ketetapan ukuran adalah respon individu terhadap lebar manekin setengah

badan manusia yang berpakaian kaos putih motif garis-garis hitam vertikal

dibandingkan dengan manekin setengah badan manusia berpakaian kaos putih

motif garis-garis hitam horizontal yang diukur dengan menggunakan perangkat

Ilusi Persegi Helmholtz dalam Bentuk Manekin.

D. TEKNIK KONTROL

Penelitian eksperimen harus memastikan bahwa hasil perubahan pada

variabel tergantung hanya dipengaruhi oleh variabel bebas bukan karena variabel

extraneous. Variabel extraneous adalah variabel lain selain variabel bebas dan

variabel tergantung yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen. Pengetahuan

(41)

dikontrol dalm penelitian ini. Untuk memastikan subjek tidak memiliki

pengetahuan awal tentang persepsi, peneliti menggunakan cover story. Cover

story adalah adalah penjelasan prosedur eksperimen yang masuk akal tetapi salah

untuk menyamarkan hipotesis penelitian sehingga subjek tidak mengetahui tujuan

penelitian sebenarnya (Myers & Hansen, 2006). Setelah itu, peneliti menanyakan

kepada masing-masing calon subjek apakah mereka pernah memperoleh informasi

tentang persepsi dan ilusi garis. Subjek yang belum pernah memperoleh informasi

tersebut kemudian dipilih menjadi sampel eksperimen.

E. POPULASI DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL 1. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah individu dengan rentang usia 13-19

tahun di sekitar kampus USU. Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah

individu yang belum pernah memperoleh pengetahuan tentang persepsi dan ilusi

garis-garis vertikal dan horizontal. Rentang usia dan lokasi pengambilan sampel

dipilih untuk membatasi jumlah populasi. Jumlah sampel dalam penelitian adalah

31 orang.

2. Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)

Teknik pengambilan sampel adalah cara yang dilakukan untuk mengambil

sejumlah sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga

diperoleh sampel yang dapat mewakili populasi. Pengambilan sampel dalam

(42)

27

salah satu teknik nonrandom sampling. Dalam teknik ini, sampel yang dipilih

adalah individu-individu yang dapat dijumpai peneliti (Hadi, 2000). Teknik ini

dipilih karena peneliti tidak dapat memastikan jumlah populasi.

F. INSTRUMEN PENELITIAN

1. Materi mengenai prinsip ilusi persegi Helmholtz diberikan kepada subjek

dalam kelompok eksperimen sebagai bekal pengetahuan awal. Lampiran 1a

2. Perangkat Ilusi Persegi Helmholtz dalam bentuk Manekin. Lampiran 1b

Alat ukur ini terdiri dari 6 buah manekin setengah badan atas manusia

yang memakai kaos putih bemotif garis-garis hitam dengan tebal garis 1,5 cm dan

jarak antar garis 4,7 cm. Keenam manekin dibedakan berdasarkan ukuran

pinggang dan arah motif garis pada pakaiannya. Pertama, manekin AV memakai

kaos putih bermotif garis-garis hitam vertikal dengan lingkar pinggang 97 cm.

Kedua, manekin BH memakai kaos putih bermotif garis-garis hitam horizontal

dengan lingkar pinggang 97 cm. Ketiga, manekin CV memakai kaos putih

bermotif garis-garis hitam vertikal dengan lingkar pinggang 92 cm. Keempat,

manekin DH memakai kaos putih bermotif garis-garis hitam horizontal dengan

lingkar pinggang 92 cm. Kelima, manekin EV memakai kaos putih bermotif

garis-garis hitam vertikal dengan lingkar pinggang 87 cm. Dan manekin FH memakai

kaos putih bermotif garis-garis hitam horizontal dengan lingkar pinggang 87 cm.

3. Kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai perbedaan lebar setiap pasangan

(43)

G. PEMBUATAN ALAT UKUR

Alat ukur yang dibuat dalam penelitian ini diberi nama Perangkat Ilusi

Persegi Helmholtz dalam Bentuk Manekin. Alat ukur ini dibuat berdasarkan

adaptasi dari ilusi persegi Helmohltz yang terdiri dari dua buah persegi yang

diberi isian garis-garis vertikal dan horizontal. Alat ini menggunakan kaos yang

dipakaikan pada manekin setengah badan manusia sebagai pengganti persegi.

Manekin setengah badan dipilih karena menurut Cornelissen dalam Thompson

dan Mikellidou (2011), orang cenderung fokus pada bagian perut dan area dari

bahu ke panggul ketika menentukan ukuran tubuh seseorang. Ukuran garis-garis

pada pakaian manekin dibuat berdasarkan pada ukuran garis-garis pada persegi

Helmholtz dengan tebal garis 1,5 cm dan jarak antar garis 4,7 cm. Motif

garis-garis hitam pada kaos putih dibuat dengan cat semprot hitam diatas cetakan pola

garis-garis Helmholtz yang terbuat dari karton tebal.

H. PELAKSANAAN UJI COBA ALAT UKUR

Sebelum keenam manekin digunakan untuk mengukur ketetapan ukuran,

dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas alat ukur. Validitas merupakan

kemampuan tes dalam mengukur atribut yang seharusnya diukur. Validitas yang

akan diuji pada alat ukur adalah validitas isi. Validitas isi adalah tipe validitas

yang menunjukkan sejauhmana aitem-aitem dalam tes atau pengukuran mencakup

keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur (Azwar, 2004). Validitas isi

(44)

29

dilakukan dengan meminta pendapat profesional dari dosen departemen psikologi

umum dan eksperimen di Fakultas Psikologi USU.

Setelah melalui uji validitas, kemudian dilakukan pengujian reliabilitas

alat ukur. Prosedur pengukuran reliabilitas alat ukur yang digunakan dalam

penelitian ini adalah interitem reliability. Interitem reliability adalah sejauh mana

setiap bagian dari kuesioner, tes, atau pengukuran yang didesain untuk mengukur

variabel yang sama dapat menghasilkan hasil yang konsisten (Myers & Hansen,

2006). Prosedur pengukuran interitem reliability menggunakan pendekatan

konsistensi internal dengan cara melakukan pengukuran satu kali pada

sekelompok individu sebagai sampel. Pendekatan ini dipilih untuk menghindari

adanya masalah-masalah yang biasanya timbul dari pendekatan lain, seperti faktor

pembelajaran pada subjek yang sama jika dilakukan pendekatan tes ulang (Azwar,

2004).

Metode perhitungan koefisien reliabilitas yang digunakan adalah formula

koefisien alfa. Formula ini dipilih karena dapat digunakan pada aitem-aitem yang

diberi skor dikotomi. Perhitungan koefisien alfa dilakukan dengan menggunakan

program aplikasi perhitungan satatistika pada komputer, SPSS 20 for windows.

I. HASIL UJI COBA ALAT UKUR

Uji coba alat ukur Perangkat Ilusi Persegi Helmholtz dalam Bentuk

Manekin dilaksanakan selama tiga hari pada tanggal 2–4 Desember 2014. Uji coba melibatkan 30 orang yang sesuai dengan karakteristik populasi. Uji coba

(45)

1. Uji Validitas

Jenis validitas yang diuji adalah validitas isi. Validitas isi diuji melalui

bantuan profesional judgement., yaitu Dina Nazriani, M.A. selaku dosen

departemen psikologi umum dan eksperimen di Fakultas Psikologi USU pada

bulan Desember 2014.

2. Uji Reliabilitas

Hasil uji reliabilitas melalui formula koefisien alfamenghasilkan koefisien

reliabilitas α =.539 yang termasuk dalam kategori cukup. Walaupun tidak

termasuk dalam kategori memuaskan, alat ukur ini tetap bisa digunakan, sebab

selain koefisien reliabilitas, bobot faktor-faktor dalam tes juga turut

diperhitungkan dalam pengukuran. Selain itu, menurut Guilford dalam Azwar

(2004), koefisien reliabilitas yang sangat tinggi dapat menimbulkan rasa aman

semu dalam diri pemakai tes sehingga dapat melupakan orang akan kemungkinan

adanya bias dan overestimasi terhadap reliabilitas yang sesungguhnya.

J. PROSEDUR PELAKSANAAN EKSPERIMEN 1. Persiapan Eksperimen

Peneliti terlebih dahulu mempersiapkan hal-hal yang diperlukan selama

proses penelitian sebelum dilaksanakan proses eksperimen. Pertama, peneliti

menyiapkan ruangan dan alat-alat yang digunakan untuk pelaksanaan pemberian

perlakuan berupa presentasi materi ilusi persegi Helmholtz. Ruangan yang

(46)

31

diperlukan adalah LCD dan laptop. Selanjutnya, peneliti menyiapkan ruang

eksperimen yang digunakan untuk pengambilan data. Didalam ruang eksperimen,

peneliti menyiapkan sebuah meja dan kursi. Meja digunakan sebagai tempat

pasangan manekin.ditampilkan di hadapan setiap subjek. Kursi digunakan sebagai

tempat duduk subjek ketika melihat pasangan manekin yang ditampilkan.

2. Pelaksanaan Eksperimen

Eksperimen dilaksanakan selama dua hari. Pada hari pertama dilakukan

pengujian kepada kelompok kontrol sejumlah 15 orang. Pada hari kedua

dilakukan pengujian kepada kelompok eksperimen sejumlah 16 orang. Total

respon kedua kelompok terhadap ketetapan ukuran manekin kemudian

dibandingkan untuk mengetahui adanya pengaruh pengetahuan awal berupa

materi ilusi persegi Helmholtz yang dipresentasikan oleh eksperimenter terhadap

ketetapan ukuran.

a. Sesi Kelompok Kontrol

Kelompok kontrol adalah kelompok subjek tidak diberi pembekalan

pengetahuan tentang ilusi persegi Helmholtz. Pertama, subjek dipanggil kedalam

ruang eksperimen satu persatu. Didalam ruang eksperimen, subjek diberikan

tempat duduk dan meja untuk menulis respon di kertas respon yang telah

disediakan. Kemudian, eksperimenter mengangkat pasangan pertama yaitu

manekin DH-AV keatas meja. Kemudian, subjek diinstruksikan untuk memilih

(47)

Kemudian, eksperimenter mengangkat pasangan manekin kedua yaitu

AV-FH dan subjek diinstruksikan untuk memilih jawaban untuk aitem 2 pada kertas

respon. Demikian seterusnya pada pasangan manekin BH-AV, BH-EV, CV-DH,

CV-BH, AV-DH, FH-EV, CV-FH, DH-EV, AV-BH, EV-FH, BH-CV, FH-AV,

EV-DH, FH-CV, EV-BH, dan DH-CV. Kemudian subjek diinstruksikan untuk

menjawab aitem sesuai urutan penampilan pasangan manekin tersebut. Setelah

selesai menjawab 18 aitem di kertas respon, subjek meninggalkan ruang

eksperimen. Prosedur yang sama kemudian dilakukan kepada 14 subjek lainnya

secara bergantian.

b. Sesi Kelompok Eksperimental

Kelompok eksperimental adalah kelompok subjek yang dibekali

pengetahuan tentang ilusi persegi Helmoltz. Pengetahuan diberikan melalui

prosedur presentasi oleh asisten peneliti kepad 16 subjek kelompok eksperimen

sekaligus. Presentasi dilakukan di ruang presentasi dan berlangsung selama 15

menit.

Setelah sesi presentasi, subjek dipanggil kedalam ruang eksperimen satu

persatu. Didalam ruang eksperimen, subjek diberikan tempat duduk dan meja

untuk menulis respon di kertas respon yang telah disediakan. Kemudian,

eksperimenter mengangkat pasangan pertama yaitu manekin DH-AV keatas

meja. Kemudian, subjek diinstruksikan untuk memilih jawaban untuk aitem 1

pada kertas respon. Kemudian, eksperimenter mengangkat pasangan manekin

(48)

33

aitem 2 pada kertas respon. Demikian seterusnya pada pasangan manekin BH-AV,

BH-EV, CV-DH, CV-BH, AV-DH, FH-EV, CV-FH, DH-EV, AV-BH, EV-FH,

BH-CV, FH-AV, EV-DH, FH-CV, EV-BH, dan DH-CV. Kemudian subjek

diinstruksikan untuk menjawab aitem sesuai urutan penampilan pasangan

manekin tersebut. Setelah selesai menjawab 18 aitem di kertas respon, subjek

meninggalkan ruang eksperimen. Prosedur yang sama kemudian dilakukan

kepada 15 subjek lainnya secara bergantian.

K. TEKNIK ANALISIS DATA

Variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah pengetahuan awal

sebagai variabel bebas dan ketetapan ukuran sebagai variabel tergantung. Kedua

variabel termasuk dalam jenis data nominal. Data nominal adalah data yang skor

nya merupakan lambang dari kategori variabel. Variabel bebas terdiri dari dua

kategori yakni ada atau tidak ada pengetahuan awal. Variabel tergantung terdiri

dari dua kategori yakni ketetapan ukuran yang tepat (sesuai kenyataan) dan tidak

tepat (menyimpang). Dengan demikian, pengujian hipotesis dilakukan dengan

menggunakan metode statistika nonparametrik.

Jenis hipotesis yang diajukan adalah hipotesis komparatif yakni

membandingkan total respon ketetapan ukuran antara kelompok yang memiliki

dan tidak memiliki pengetahuan awal. Teknik analisis data yang digunakan adalah

uji chi square dengan tabel kontingensi 2 x 2 apabila memenuhi syarat. Syarat uji

chi square adalah tidak terdapat lebih dari 20% nilai expected yang kurang dari 5.

(49)

fisher. Hipotesis penelitian (Ha) diterima jika p <.05 (taraf siginfikansi yang

diperoleh dari hasil perhitungan uji chi square). Berikut adalah tabel kontigensi

chi square 2 x 2:

Tabel 2. Tabel Kontingensi Pengetahuan Awal dan Ketetapan Ukuran Tetap Tidak

tetap

Total

Tidak Ada Pengetahuan Awal A C A + C

Ada Pengetahuan Awal B D B + D

Total A + B C + D N

(50)

35

sampai 19 tahun. Subjek dibagi ke dalam dua kelompok, yakni kelompok kontrol

dan kelompok eksperimen. Berikut adalah tabel proporsi jumlah kedua kelompok:

Tabel 3. Proporsi Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Kelompok Jumlah Persentase

Kontrol 15 49%

Eksperimen 16 51%

Total 31 100%

Subjek di masing-masing kelompok dibagi menjadi 2 kategori, yaitu

kategori ketetapan ukuran yang tepat (sesuai kenyataan) dan tidak tepat

(menyimpang). Kategori tepat adalah subjek yang mempersepsikan perbedaan

ukuran manekin sesuai dengan kenyataan objek. Kategori tidak tepat adalah

subjek yang mempersepsikan perbedaan ukuran manekin tidak sesuai kenyataan

objek. Kategorisasi kedua kelompok diperoleh dengan melakukan pengukuran

menggunakan alat ukur Perangkat Ilusi Persegi Helmholtz dalam Bentuk

Manekin.

a. Gambaran Kelompok Kontrol

Kelompok kontrol berjumlah 15 subjek yang terdiri dari 13 laki-laki dan 2

(51)

tahun, 11 subjek berusia 18 tahun , dan 3 subjek lainnya berusia 19 tahun. Pada

kelompok ini, frekuensi respon yang menjawab ketetapan ukuran sesuai kenyatan

objek (kategori tepat) lebih banyak daripada respon jawaban menyimpang dari

kenyataan objek (kategori tidak tepat). Berikut adalah tabel frekuensi respon pada

kelompok kontrol :

Tabel 5.Frekuensi Respon Kelompok Kontrol

b. Gambaran Kelompok Eksperimen

Kelompok eksperimen terdiri dari 16 subjek laki-laki. Subjek terdiri dari

dua kelompok usia yakni 12 subjek berusia 18 tahun dan 6 subjek lainnya berusia

19 tahun. Pada kelompok ini, frekuensi respon yang menjawab ketetapan ukuran

sesuai kenyataan objek (kategori tepat) meningkat jika dibandingkan dengan

kelompok kontrol. Sedangkan frekuensi respon yang menjawab ketetapan ukuran

menyimpang dari kenyataan objek (kategori tidak tepat) menurun jika

dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berikut adalah tabel frekuensi respon

kelompok eksperimen :

Tabel 4.Frekuensi Respon Kelompok Eksperimen

2. Hasil Penelitian

Kategori Frekuensi respon

Tepat 162

Tidak tepat 108

Total 270

Kategori Ketetapan ukuran Frekuensi Respon

Tepat 192

Tidak tepat 95

(52)

37

Uji statistika yang dilakukan dalam penelitian ini adalah perhitungan nilai

expected count untuk setiap kategori. Perhitungan nilai expected count dilakukan

untuk mengetahui apakah data penelitian dapat diolah menggunakan uji statistika

chi square atau tidak. Perhitungaan nilai expected count dilakukan dengan

menggunakan bantuan SPSS 20 for Windows. Data penelitian dapat diolah

menggunakan uji statitika chi square apabila nilai expected count yang kurang

dari 5 tidak lebih dari 20%. Berdasarkan tabel dibawah, nilai expected count

terendah adalah 95 dan tidak ada yang kurang dari 5. Dengan demikian data

penelitian dapat diolah menggunakan uji statistika chi square.

Tabel 6. Nilai Expected Count

KetetapanUkuran Total

pengetahuan terhadap ketetapan ukuran. Hipotesis nol akan ditolak apabila nilai p

<.05. Berikut adalah hasil uji chi square terhadap kelompok eksperimen dan

Gambar

Gambar 1. Ilusi Persegi Helmholtz
Gambar 2. Proses Persepsi
Gambar 3. Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Ketetapan Ukuran
Tabel 1. Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Integrasi ke belakang adalah sebuah strategi yang mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pemasok perusahaan. Strategi tersebut sangat tepat

Kendala menghasilkan karya tulis ilmiah banyak dihadapi guru karena sejak awal guru kurang melakukan pembiasaan untuk menuangkan ide atau gagasan mereka dalam

preproduction planning seluruh anggota inti harus telah memahami rencana produksinya. Dalam hal ini pengarah acaralah yang akan memberikan informasi tentang rencana produksinya

Penelitian ini membuka wawasan dan pengetahuan baru bagi peneliti terhadap penerapan teori- teori komunikasi dalam memecahkan masalah yang ada pada objek penelitian yang

otco* totapl Xcbih dapat ccnyotujul piklron Euoehkcno dn^an arGuaenfcaol bab»a ccpccak fcohorcatan (penchinoen) itu ou&amp;tu ponccrtlan ueua ytnc caliputi ccruaats toco

Berdasarkan tabel 4.9, dapat diketahui bahwa ibu yang berusia 40-55 tahun di Dusun Dabag 13 orang (37.2%) memiliki tingkat pengetahuan baik tentang penyebab yang

paket sebagaimana diatur dalam struktur kurikulum setiap satuan pendidikan merupakan pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester gasal dan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga berhasil menyelesaikan tugas penulisan skripsi ini dengan judul :