• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Panen

Tanaman kelapa sawit dapat dipanen mulai tahun ketiga hingga keempat setelah ditanam di lapangan. Sementara itu, buah kelapa sawit biasanya sudah dianggap matang sekitar enam bulan setelah penyerbukan.

Proses pemasakan tandan sawit dapat dilihat dari perubahan warna buahnya. Buah kelapa sawit yang masih mentah berwarna hijau karna pengaruh zat klorofil. Selanjutnya, buah akan berubah menjadi merah atau oranye akibat pengaruh zat warna setelah berwarna merah atau oranye tercapai, tandannya minyak sawit yang terkandung dalam daging buah telah

mencapai kematangan maksimal dan buah kelapa sawit bahkan lepas dari tangkai tandannya. Karena itu, kriterial kematangan tandan biasanya dinyatakan berdasarkan jumlah buah saw it yang sudah jatuh atau brondolan. Sebagi patokan jumlah minimum brondolan sebanyak 10 buah brondolan untuk tanaman muda yang berumur 5 tahun dan 15 buah brondolan yang berumur diatas 15 tahun untuk tanaman tua. Secara teori tandan yang ideal di panen yaitu saat kandungan minyak dalam daging buah maksimal kandungan asam lemak bebas (ALB) paling rendah.

Cara menentukan derajat kematangan buah yang tepat secara

peraktis yaitu dengan menghitung buah yang lepas atau memberondol, 1 sampai 2 buah per kg TBS (fraksi 2 atau 3) dan secara fisik sudah terjadi

perubahan warna kulit buah (Rustam, 2012). Tabel 1. Kriteria Panen (Rustam, 2012).

Fraksi Jumlah Brondolan Lepas Derajat

Kematangan 00 Tidak ada membrondol dan buah berwarna

hitam

Sangat mentah

0 < 1 Brondolan / Kg TBS Mentah

I 12,5-25,5 % buah luar Kurang Mentah

II 25-50 % buah luar Matang 1

III 50-75 % buah luar Matang 2

IV 75-100 % buah luar Lewat matang 1

V Buah lapisan dalam membrondol Lewat matang 2

VI Semua buah membrondol Tandan kosong

2. Taksasi atau Perkiraan Produksi

Menurut Sastrosasyono, (2003) taksasi atau perkiraan produksi adalah penjualan produk kelapa sawit, baik dalam negeri maupun luar negeri, dilakukan dengan sistem kontrak. Bagi pemilik perkebunan berupa

kontrak penjualan, sedangkan bagi perusahaan konsumen berupa kontrak pembeli. Karena itu, pemilik perkebunan kelapa sawit harus bisa memperbaiki hasil produksinya. Hasil produksi kelapa sawit untuk enam bulan kedepan bisa ditaksir dengan rumus sebagai berikut : y = a × b × c

Keterangan :

a = jumlah seluruh tandan yang akan dipanen selama 6 bulan b = berat tandan rata rata

c = persentase minyak terhadap berat tandan yaitu untuk CPO 20%

3. Rotasi dan Sistem Panen

Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari, artinya satu panen dianggap baik bila buah tidak lewat matang, yaitu dengan menggunakan sistem 5/7. Artinya, dalam satu minggu terdapat 5 hari panen masing - masing ancak diulang (dipanen) 7 hari berikutnya. Dikenal dua sistem ancak panen, yaitu sistem giring dan sistem tepat (Fauzi, 2008). a. Sistem giring

Pada sistem ini, apabila suatu ancak telah selesai dipanen, pemanen pindah keancak berikutnya yang telah ditinjau pada mandor, begitu seterusnya. Sistem ini memudahkan pengawasan pekerjaan para pemanen dan hasil panen lebih cepat sampai di THP dan pabrik. Namun ada kecendrungan pemanen akan memilih buah yang mudah dipanen sehingga

ada tandan buah atau brondolan yang tertinggal karena pemanennya menggunakan sistem brondolan (Fauzi, 2008).

b. Sistem tetap

Sistem ini sangat baik diterapkan pada areal perkebunan yang sempit, topografi berbukit atau curam, dan dengan tahun tanaman yang berbeda. Pada sistem ini diberi ancak dengan luas tertentu dan tidak berpindah - pindah. Hal tersebut menjamin diperolehnya TBS dengan kematangan yang optimal. Rendemen minyak yang dihasilkan pun tinggi

(Fauzi, 2008). 4. Cara Panen

Berdasarkan tinggi tanaman kelapa sawit diatas 4-5 tahun maka penurunan tandan buah segar menggunakan dodos dengan tangkai dodos terbuat dari kayu keras berbentuk bulat, panjang tangkainya 2-4 meter, dan diameter kayu 4,5-5,5 cm. Apabila tanaman kelapa sawit yang tingginya lebih dari 10 meter atau sudah mencapai 15 tahun dengan menggunakan egrek yang bergagang panjang. Untuk memudahkan dalam pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi ditengah gawangan. Buah yang matang dipotong sedekat mu ngkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm. Tandan buah yang telah dipotong diletakan teratur di piringan dan brondolan dikumpulkan terpisah dari tandan. Brondolan harus bersih dan tidak tercampur tanah atau kotoran lain (Fauzi,

5. Kebutuhan Tenaga Panen

Menurut Sastrosasyono, (2003), tenaga panen jumlahnya harus disesuaikan berdasarkan kebutuhan pada panen ancak. Hal ini untuk menjamin, bahwa sepanjang tahun proses panen akan berjalan dengan baik atau panen tuntas. Untuk mengantisipasi agar pada saat bua h kurang, pemanen tetap produktif, maka pemanen dapat dialokasikan ke pekerjaan pruning atau pemupukan (pelangsir)

Begitu juga dengan perhitungan kerapatan panen dan rotasi panen di perusahaan untuk mengetahui berapa jumlah pemanen dengan prosedur yang sudah ditentukan perusahaan seperti kerapatan 1:5 artinya dari 5 pokok tanaman kelapa sawit ada 1 pokok yang matang panen seperti contoh :

Rumus ABCD E

A. Dengan luasan 1 kaveld 30 ha B. Kerapatan penen di perusahaan 1:5 C. Berat tandan buah segar rata-rata 4 kg D. Jumlah pokok dalam satu ha 143 pokok E. Target satu pemanen dalam satu hari 110 kg

30×1:5×4×143 = 3,432 tandan = 31 pemanen

6. Transportasi panen

Sistem jaringan jalan di perkebunan merupakan salah satu faktor untuk mengumpulkan dan mengangkut hasil kelapa sawit ke pabrik. Selain itu, jaringan jalan yang baik bisa menjamin kelancaran pengangkutan pupuk dan bahan lainnya. Banyak pekerjaan disuatu areal atau blok tidak dapat dilaksanakan dengan lancar karena prasarana jalan atau jembatan tidak memadai, sehingga kegiatan operasional jadi terhambat.

Pengangkutan buah dari kebun ke pabrik harus dilakukan secepat mungkin. Buah kelapa sawit yang dipotong hari ini harus diolah langsung agar asam lemak bebas (ALB) tidak tinggi. Pada panen puncak, ketika hujan turun tiap hari, sarana dan prasarana transportasi harus diperhatikan karena biasanya pengangkutan buah hasil panen akan berlangsung selama 24 jam.

Jenis alat tronsportasi biasanya tergantung dari skala usaha,dan prasarana jalan yang tersedia. Untuk perkebunan skala besar, keadaan truk berukuran besar sangat dibutuhkan. Untuk perkebunan rakyat, mobil pick up yang dilengkapi dengan gerobak mungkin sudah cukup. Seluruh alat transportasi tersebut digunakan untuk mengangkut buah hasil panen ke pabrik (Sastrosasyono, 2003).

7. Premi Panen

Untuk meningkatkan semangat dan pendapatan para pemanen dengan hasil yang baik, diberlakukan suatu sistem premi panen. Penilaian terhadap pemanen dan hasil kerja pemanen meliputi unsur unsur kerajinan, kebersihan serta kualitas tandan buah segar yang dipanen.

a. Unsur kerajinan

Premi kerajinan, akan diberikan kepada pemanen yang mampu melakukan pekerjaan pemotongan buah dengan out put atau hasil yang minimal sama atau melebihi target yang telah ditentukan oleh pihak perusahaan.

b. Unsur kebersihan dan kualitas hasil panen

Premi kebersihan dan kualitas hasil panen, akan diberikan kepada pemanen yang mampu melaksanakan proses panen dengan baik. Adapun unsur unsur yang dinilai adalah kebersihan ancak seperti susunan pelepah, buah tinggal dipokok, brondolan tertinggal di piringan, jalan panen, dan digawangan serta sampah. Sedangkan kualitas hasil panen yang dinilai seperti buah mentah, buah busuk, brondolan dan tangkai panjang. Jika hal hal diatas tidak dijalankan dengan baik, maka pemanen akan mendapatkan denda sesuai dengan kesalahan yang dibuat sesuai dengan sistem kelas pemanen (Sastrosasyono, 2003).

BAB III. METODE KAJIAN

Dokumen terkait