• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari hasil kajian pengamatan faktor faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit yang dilakukan di perusahaan PT. Lembah Sawit Subur Afdeling Bravo selama ± 2 bulan dapat diperoleh data sebagai berikut :

Tanaman kelapa sawit yang ditanam pada tahun 2010 sebanyak 304 Ha dan dikalikan dengan sensus pokok harian (SPH) yaitu 143 pokok per Ha. Yaitu sebanyak 43.472 pokok tanaman kelapa sawit yang ditanam di Afdeling Bravo pada tahun 2010.

Catatan kaki : Pak Pirun, berdasarkan data hasil panen tahunan Afdeling Bravo Di Perusahaan PT. Lembah Sawit Subur.

Produksi panen tanaman kelapa sawit di perusahaan PT. Lembah Sawit Subur di Tahun 2012 adalah 101,6 ton sedangkan di tahun 2013 produksi panen tanaman kelapa sawit di perusahaan mengalami peningkatan yaitu 602,4 ton

HASIL PANEN AFDELING BRAVO PT. LEMBAH SAWIT SUBUR

TAHUN 2012-2015 TON 3.500 3213 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 602,6 500 250 101,6 100 50 PRODUKSI 2012 2013 2014 101,6 602,4 3213

dan di tahun 2014 produksi panen juga mengalami peningkatan produksi sebesar 3.213 ton, dipengaruhi oleh faktor produksi panen, yaitu :

1. Kriteria matang panen

Blok dikatakan siap panen apabila 40 % dari tanaman dalam blok telah memenuhi kriteria matang pohon, berat janjang rata-rata 3,5 kg dan 2 brondolan per janjang.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan kriteria matang panen dipakai adalah apabila dari tandan telah terdapat 2 brondolan lepas alami per kg tandan (dijumpai 2 butir brondolan lepas secara alami di piring )

2. Taksasi produksi

Pemilik perkebunan kelapa sawit harus bisa memperkirakan hasil produksinya karena kontrak pembelian dilakukan 6 bulan sebelum hasil produksi diserahkan kepada pembeli.

3. Rotasi panen dan sistem panen

Per kebunan kelapa sawit di Indonesia pada umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari, artinya satu panen dianggap baik bila buah tidak lewat matang, yaitu dengan menggunakan sistem 5/7. Artinya, dalam satu minggu terdapat 5 hari panen masing - masing ancak diulang (dipanen) 7 hari berikutnya. Dikenal dua sistem ancak panen, yaitu sistem giring dan sistem tepat (Fauzi, 2008).

4. Cara pemanenan

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan tinggi tanaman kelapa sawit di PT. Lembah Sawit Subur diatas 4-5 tahun maka penurunan tandan

buah segar menggunakan dodos dengan tangkai dodos terbuat dari kayu keras berbentuk bulat, panjang tangkainya 2-4 meter, dan diameter kayu 4,5-5,5 cm.

5. Kebutuhan tenaga panen

Tenaga panen jumlahnya harus disesuaikan berdasarkan kebutuhan pada panen ancak. Hal ini untuk menjamin, bahwa sepanjang tahun proses panen akan berjalan dengan baik atau panen tuntas.

6. Transportasi panen

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan pengangkutan buah kelapa sawit yang di potong hari ini terkadang tidak diangkut langsung ke PKS. Hasil dilapangan tidak sesuai seperti yang diinginkan masih terdapat begitu banyak jalan yang rusak sehingga pengangkutan buah tidak berjalan dengan baik.

7. Premi panen

Untuk meningkatkan semangat dan pendapatan para pemanen dengan hasil yang baik, diberlakukan suatu sistem premi panen. Penilaian terhadap pemanen dan hasil kerja pemanen meliputi unsur unsur kerajinan, kebersihan serta kualitas tandan buah segar yang dipanen (Sastrosasyono,

2003).

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan kebe rsihan dan kualitas hasil panen tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak perusahaan disebabkan karena masih terdapat unsur unsur kebersihan ancak seperti susunan pelepah, buah tinggal dipokok, brondolan tertinggal di piringan,

jalan panen dan di gawangan, yang belum terlaksanakan dengan baik oleh pemanen.

B. Pembahasan

Hasil dari pengamatan panen produksi di PT. Lembah Sawit Subur menunjukan bahwa jumlah pokok tanaman kelapa sawit di perusahaan tersebut adalah 43. 472 pokok dengan jumlah luasan Afdeling Bravo 304 ha dari hasil produksi panen tanaman kelapa sawit di perusahaan PT. Lembah Sawit Subur di Tahun 2012 adalah 101,6 ton sedangkan di tahun 2013 produksi panen tanaman kelapa sawit di perusahaan mengalami peningkatan yaitu 602,4 ton dan di tahun 2014 produksi panen juga mengalami peningkatan produksi sebesar 3213 ton, dipengaruhi oleh faktor produksi panen, yaitu :

1. Kriteria matang panen

Kriteria matang panen yang di lakukan di perusahaan belum sesuai dengan Standar Operasional Perusahaan yakni pemanen ada yang melakukan pemanenan buah kelapa sawit pada fraksi 1 yaitu buah yang kurang matang. Disebabkan karena pemanen mengejar target yang telah di tentukan oleh pihak perusahaan yaitu 110 janjang/pemanen. Padahal kriteria panen tandan buah segar (TBS) diharuskan pada tingkat kematangan optimal yaitu Fraksi II dan Fraksi III.

2. Taksasi produksi

Taksasi produksi yang dilakukan di PT. Lembah Sawit Subur sudah sesuai dengan Standar Operasional Perusahaan dimana hasil produksi sudah direncanakan 6 bulan sebelum hasil produksi diserahkan pada PKS.

3. Rotasi panen dan sistem panen

Rotasi panen yang paling baik dan sering digunakan di perkebunan kelapa sawit adalah 5/7. Akan tetapi berdasarkan hasil pengamatan di lapangan rotasi panen di perusahaan PT. Lembah Sawit Subur menggunakan rotasi 6/7, karena dipengaruhi kurangnya tenaga pemanen maka terkadang rotasi panen dapat melebihi SOP perusahaan yaitu 8/7. Sistem panen yang digunakan adalah ancak tetap dan sudah sesuai dengan SOP perusahaan. 4. Cara pemanenan

Cara pemanenan tandan buah segar yang dilakukan di PT. Lembah Sawit Subur telah memenuhi Standar Operasional Perusahaan, yaitu panen dilakukan dengan menggunakan alat dodos dengan tangkai dodos terbuat dari kayu keras berbentuk bulat, panjang tangkainya 2-4 meter, dan diameter kayu 4,5 -5,5 cm.

5. Kebutuhan tenaga panen

Jumlah pemanen di PT. Lembah Sawit Subur khususnya Afdeling Bravo hanya 11 orang sedangkan jumlah pemanen yang seharusnya dibutuhkan adalah 31 orang pemanen sesuai dengan hasil perhitungan tenaga kerja perblok, contohnya :

Rumus ABCD E

F. Dengan luasan 1 kaveld 30 ha G. Kerapatan penen di perusahaan 1 : 5 H. Berat tandan buah segar rata-rata 4 kg I. Jumlah pokok dalam satu ha 143 pokok

J. Target satu pemanen dalam satu hari 110 kg 30×1:5×4×143 = 3,432 tandan = 31 pemanen

110 kg

Maka kegiatan pemanenan di perusahaan tersebut tidak dapat dilakukan seperti yang seharusnya, dengan rotasi panen yang seharus nya 6/7 artinya dalam 7 hari (1 minggu) maka pemanen harus kembali ketanaman awal untuk memanen 6 hari kemudian. Akan tetapi kurangnya tenaga kerja di perusahaan tersebut maka kegiatan panen di perusahaan tersebut sering melewati dari batas rotasi yang sudah ditentukan oleh pihak perusahaan, yaitu sering kali ditemukan rotasi yang digunakan karyawan 7/7 bahkan 8/7 yang artinya dalam 7 hari (1 minggu) pemanen harus kembali ke tanaman awal untuk memanen 7 hari kemudian bahkan ada yang 8 hari kemudian ini merupakan bukti kurangnya karyawan di perusahaan tersebut. Akibatnya banyak buah yang terlambat dipanen, brondolan yang jatuh ketanah melebihi ketentuan. Lihat lampiran 2 gambar 2 dan 3.

6. Transportasi panen

Kegiatan pengangkutan tandan buah segar di perusahaan PT. Lembah Sawit Subur tidak berjalan degan lancar sesuai dengan teori

diatas karena masih begitu banyak jalan yang rusak baik itu di pasar rintis maupun jalan Collection Roed (CR) dan jalan menujuh pabrik.

7. Premi panen

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan unsur kebersihan ancak tidak dilaksanakan dengan baik dikarenakan di perusahaan PT. Lembah

Sawit Subur Afdeling Bravo masih kekurangan tenaga pemanen. Maka unsur kebersian ancak tidak terlalu dipikirkan karena pemanen kebanyakan mengejar target yang ditentukan oleh pihak perusahaan.

Catatan kaki : Pak Pirun, berdasarkan data dari perusahaan PT. Lembah Sawit Subur, Afdeling Bravo.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait