BIGUNG KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR
Oleh:
KONRARDUS DONI KELEN
NIM. 120500057
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
BIGUNG KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR
Oleh:
KONRARDUS DONI KELEN
NIM. 120500057
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
BIGUNG KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR
Oleh:
KONRARDUS DONI KELEN
NIM. 120500057
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
Penguji II
Jamaluddin, SP, M.Si NIP. 197206122001121003 Subur Kecamatan Linggang Bigung Kabupaten Kutai Barat
Provinsi Kalimantan Timur
Nama : Konrardus Doni Kelen
Nim : 120500057
Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan : Manajemen Pertanian
Lulus ujian pada tanggal : 27 Agustus 2015 Menyetujui,
Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Nur Hidayat, SP, M.Sc NIP. 197210252001121001
Ir. M. Masrudy, MP NIP. 196008051988031003 Penguji I
Ir. Budi Winarni, M.Si NIP. 196109141990012001 Pembimbing
Daryono, SP, MP NIP. 198002022008121002
Kecamatan Linggang Bigung Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur (dibawah bimbingan Daryono).
Data dari dinas perkebunan Provinsi Kalimantan Timur menunjukan bahwa pada tahun 2013, tepatnya pada bulan Juli adalah 1.002.284,22 Ha. Panen adalah pemotongan tandan buah segar dari pohon sampai dengan pengangkutan ke pabrik. Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah pada umur 2-3 tahun dan Pemanenan TBS yang dapat menghasilkan produksi kelapa sawit yang maksimal meliputi, kriteria matang panen, taksasi produksi, rotasi panen, cara panen, kebutuhan tenaga panen, transportasi panen, dan premi panen.
Tujuan dari kajian hasil produksi kelapa sawit adalah untuk mempelajari faktor faktor yang dapat meningkatkan produksi hasil panen kelapa sawit yang maksimal di PT. Lembah Sawit Subur. Adapun manfaat dari kajian hasil produksi kelapa sawit ini adalah sebagai bahan informasi bagi mahasiswa dan masyarakat
pada umumnya dan khususnya petani kelapa sawit untuk mengetahui faktor faktor yang dapat mempengaruhi hasil produksivitas tanaman kelapa
sawit yang maksimal.
Metode kajian dilaksanakan selama ± 2 bulan dihitung dari 2 Maret sampai dengan 27 April 2015 dilakukan di PT. Lembah Sawit Subur di Kubar kecamatan Linggang Bigung Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur. Pengambilan data dilakukan dengan 2 cara yaitu primer dan sekunder.
Produksi panen di perusahaan PT. Lembah Sawit Subur tetap mengalami peningkatan hasil panen dari tahun 2012, 2013 dan 2014, karena di pengaruhi oleh faktor faktor produksi panen yang meliputi kriteria matang panen, taksasi produksi, rotasi panen, cara panen, kebutuhan tenaga panen, transportasi panen dan premi panen. Akan tetapi ada beberapa foktor yang belum terlaksanakan dengan baik seperti kriteria matang panen, rotasi panen, kebutuhan tenaga panen, transportasi panen dan premi panen belum terlaksanakan dengan baik karena masih banyak kekurangan tenaga kerjak khususnya tenaga kerja panen.
8 September 1990 di Kecamatan Kelubagolit, Kabupaten Felores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Merupakan anak ke 6 dari 7 bersaudara dari pasangan Bapak Kosmas Pati Kelen dan Ibu Yuliana Palang Demon.
Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar Impres (SDI) Sukutokan Kecamatan Kelubagolit Kabupaten Felores Timur, lulus pada tahun 2005, kemudian melanjutkan ketingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Katolik Awas Hingga dan lulus pada tahun 2008, melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) SPP St. Isidorus Boawae dan lulus pada tahun 2011. Pendidikan Tinggi dimulai pada tahun 2012 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Jurusan Menejemen Pertanian, Budidaya Tanaman Perkebunan.
Pada tanggal 2 Maret sampai dengan tanggal 27 April 2015 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Perkebunan Kelapa Sawit di PT. Lembah Sawit Subur . Kecamatan Linggang Bigung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.
atas berkat Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kajian di PT. Lembah Sawit Subur, Kecamatan Linggang Bigung, Kab upaten Kutai Barat dengan lancar tanpa ada hambatan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Ayah dan Ibu yang telah memberikan dorongan baik moral maupun material 2. Bapak Daryono, SP,MP selaku dosen pembimbing
3. Ibu Ir. Budi Winarni,M.Si selaku dosen penguji I dan Bapak Jamaludin,SP,M.Si selaku dosen penguji II
4. Bapak Nur Hidayat, SP, M. Sc, selaku ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
5. Bapak Ir. M. Masrudy, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian 6. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda
7. Rekan - rekan mahasiswa yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan laporan kajian ini.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan Kajian ini masih terdapat banyak kekurangan, mudah-mudahan laporan ini bermanfaat bagi pembacanya.
Penulis
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ii iii iv I. PENDAHULUAN ... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
A. Profil Perusahaan ... 4
B. Tinjauan Umum Kelapa Sawit ... 5
C. Tahapan Tahapan Yang Mempengaruhi Produksi ... 13
D. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Panen ... 18
III. METODE KAJIAN ... 25
A. Tempat dan Waktu ... 25
B. Alat dan Bahan . 25 C. Prosedur Pengambilan Data dan Pengamatan 25 D. Analisis Data .. 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27
A. Hasil 27 B. Pembahasan . 30 V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
A. Kesimpulan B. Saran .. .. 34 34 DAFTAR PUSTAKA .. 35 LAMPIRAN .. 36
1. Dokumentasi Peta Lokasi Pemanenan ...
37
2. Dokumentasi Alat Alat Pemanenan ..
3.
38
40
BAB I. PENDAHULUAN
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Namun, ada sebagian pendapat yang justru menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari kawasan Amerika Selatan yaitu Brazil.
Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pembangunan yang cukup cerah. Komoditas kelapa sawit, baik merupakan bahan mentah maupun hasil olahannya, menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa non migas terbesar bagi Negara Indonesia, selain Karet dan Kopi (Rustam, 2012).
Perkembangan tanaman kelapa sawit Kalimantan Timur sangat luas dan masih banyak terdapat lahan kosong yang tidak berproduktif tetapi cocok untuk dilakukan penanaman kelapa sawit, maka dari itu Bapak Gubernur Kalimantan Timur Bapak Awang Farouk pada awal masa jabatannya Tahun 2008 memprogramkan penanaman kelapa sawit, sejuta hektar. Penanaman kelapa sawit ini dilaksanakan oleh perusahaan dan di beberapa kabupaten dan kota seperti Paser, Penajam Paser Utara, Kutai Timur, Kutai Kartanerara, Kutai Barat, Berau, Bulungan, Nunukan, Malinau, dan Samarinda. Pembangunan pabrik pengolahan juga sudah banyak didirikan seperti di Paser, Kutai Timur, Kutai Kartanegara, Berau, dan Nunukan.
Luas tanaman kelapa sawit di Kalimantan Timur meningkat setiap tahunnya. Data dari dinas perkebunan Provinsi Kalimantan Timur menunjukan bahwa pada tahun 2010 hanya 663.533 Ha. Kemudian dalam dua tahun bertambah luasnya menjadi hampir mencapai 961.802 Ha. Posisi terakhir tahun 2013 ini,
tepatnya pada bulan Juli, adalah 1.002.284,22 Ha. Tanaman tersebut terdiri atas tanaman yang dikelola oleh pemerintah swasta dan perkebunan rakyat. Luas tanaman kebun inti mencapai 775.574 Ha dan kebun rakyat 22,62% dari total luas kebun sawit (Anonim 2013)
Panen adalah pemotongan tandan buah dari pohon sampai dengan pengangkutan ke pabrik yang meliputi kegiatan pemotongan tandan buah matang, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan hasil ke TPH, dan pengangkutan hasil ke pabrik (PKS).
Berdasarkan tinggi tanaman ada dua cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit untuk tanaman yang berumur kurang dari 7 tahun cara panen menggunakan alat dodos yang lebar 10 72,5 cm dengan gagang pipa besi atau tongkat kayu. Sedangkan tanaman berumur 7 tahun atau lebih pemanenan menggunakan egrek yang disambung dengan pipa almunium atau batang bambu (Fauzi, 2008).
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang sekarang ini banyak diusahakan baik oleh petani perkebunan maupun perusahaan. Hasil panen utama dari tanaman kelapa sawit adalah buah kelapa sawit yang disebut tandan buah segar. Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah pada umur 2-3 tahun.
Memanen kelapa sawit merupakan suatu kegiatan yang sangat penting pada pengelolaan kelapa sawit. Keberhasilan panen akan menunjang pencapaiaan produktivitas tanaman, sebaliknya kegagalan panen akan menghambat pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Cara yang tepat akan mempengaruhi
kuantitas produksi, sedangkan waktu yang tepat akan mempengaruhi kualitas produksi. Pemanenan yang dapat menghasilkan produksi kelapa sawit yang maksimal meliputi, kriteria matang panen, taksasi produksi, rotasi panen, cara panen, kebutuhan tenaga panen, transportasi panen, dan premi panen.
(Sastrosasyono, 2003).
Tujuan dari kegiatan kajian ini adalah, untuk mempelajari faktor faktor yang dapat meningkatkan produksi hasil panen kelapa sawit yang maksimal di PT. Lembah Sawit Subur.
Adapun hasil yang diharapkan dari pelaksanaan kajian ini adalah sebagai bahan informasi bagi mahasiswa dan masyarakat pada umumnya dan khususnya petani kelapa sawit untuk mengetahui faktor faktor yang dapat mempengaruhi hasil produksi tanaman kelapa sawit yang maksimal.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Profil Perusahaan
PT. Lembah Sawit Subur adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit. Perusahaan ini merupakan anak perusahaan dari CT Corporation yang tergabung dalam Grup PT. Kaltim CT Agro Indonesia yang dimiliki oleh mantan Menteri Koordinator Perekonomian Bapak Chairul Tanjung. Pada awal mula berdiri perusahaan ini bernama PT. Dharria Haddira Kartikatama (DHK) yang tergabung dalam Para Grup pada tahun 2008 dengan luas ijin lokasi + 12.000 Ha yang bertempat di desa Bigung Baru, Kec. Linggang Bigung Kab. Kutai Barat Prov. Kalimantan Timur, namun pada tahun 2012 perusahaan ini berganti nama dengan nama PT. Lembah Sawit Subur (LSS) seiring dengan pengambil alihan perusahaan dari Para Grup ke PT. Kaltim CT Agro Indonesia Grup.
Pada tahun 2013 ijin lokasi PT. LSS dikurangi menjadi + 4.004 Ha. Selain PT. LSS ada 3 perusahaan lainnya yang tergabung dalam Group CT Agro yaitu PT. Kutai Agro Lestari (KAL) estate suakong, bentian dan sekitarnya, PT. Kaltim Hijau Makmur (KHM) estate Sembulan, Anan jaya dan sekitarnya dan PT. Mahakam hijau Makmur (MHM) estate Gunung bayan, Muara Pahu dan sekitarnya. Berdirinya perusahaan ini didukung oleh pemerintah selain mengurangi penambangan yang nantinya merusak lahan masyarakat juga menambah lapangan kerja diwilayah Kutai Barat serta memfungsikan lahan lahan mati atau lahan tidur yang ada disekitar Kutai Barat. Oleh sebab itu perusahaan ini secara tidak langsung merupakan bagian
dari program penghijauan Indonesia (Go green) kususnya wilayah Kutai Barat.
B. Tinjauan Umum Tanaman Kelapa Sawit
1. Sejarah Perkembangan Kelapa sawit di Kalimantan Timur
Era perkembangan kelapa sawit di Kalimantan Timur dimulai pada tahun 1982 yang dirintis melalui proyek perkebunan inti rakyat (PIR) yang dikelola oleh PTP VI. Perkebunan kelapa sawit jadi perimadona seiring dengan manfaat positif pertumbuhan ekonomi yang disarankan masyarakat. Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak yang memimpinkan Kalimantan Timur mampu melakukan upaya untuk memandirikan dan ketahanan pangan. Imbasnya pada kesejatraan rakyak, sebagai buah jerih
progam 1 juta hektar kelapa sawit jadi kenyataan. Bahkan waktunya lebih cepat tercapai dari yang telah di perediksi (Anonim, 2013).
Sampai saat ini (tahun 2013) luas areal kelapa sawit baru mencapai 1.115.415 Ha yang terdiri dari 230.266 Ha milik rakyat, 22.367 Ha milik BUMN sebagai inti dan 862.782 Ha milik perkebunan besar sewasta. Produksi TBS (Tandan buah segar) sebesar 7.600.066 ton CPO (Crude Palm Oil) pada tahun 2013. Dari sejumlah perusahaan perkebunan besar sewasta yang telah memperoleh ijin pencadangan (ijin lokasi). Sementara ini yang telah beroperasi membangun kebun dalam sekala yang luas baru sebanyak ± 344 perusahaan.
kabupaten Kutai Timur, Kutai Kartanegara, Pasir. Sedangkan beberapa kabupaten dan kota lainnya masih dalam luasan terbatas (Anonim, 2013).
2. Aspek Botani
Menurut Sastrosasyono (2003), tanaman kelapa sawit (palm oil) termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut, yaitu :
Devisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Pelmales Famili : Palmaceae Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
3. Sifat Sifat Botani
Secara botani tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang, dan daun, sedangakan bagian gener atif yang merupakan alat perkembangan yang terdiri dari bunga dan buah dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Bagian Vegetatif 1) Akar
Kelapa sawit termasuk tanaman yang mempunyai perakaran yang dangkal (akar serabut), sehingga mudah mengalami cekaman
kekeringan. Adapun penyebab tanaman mengalami kekeringan diantaranya transpirasi tinggi dan diikuti dengan ketersediaan air tanah yang terbatas pada saat musim kemarau (Maryani,2012). Pada tanaman kelapa sawit yaitu akar serabut, yang terdiri atas akar primer, sekunder, tersier, dan kuartier yang mana setiap bagian tersebut memiliki fungsi (Sastrosasyono, 2003).
Untuk akar primer dapat tumbuh vertikal (radicle) maupun mendatar (adventitious roots) dan berdiameter sekitar 6-10 mm. Akar sekunder, yaitu akar yang tumbuh dari akar primer, arah tumbuhnya mendatar maupun ke bawah, berdiameter sekitar 2-4 mm. Sedangkan pada akar tertiera adalah akar yang tumbuh dari akar sekunder. Arah tumbuhnya mendatar ke samping, dengan panjang sekitar 0.7-1.2 mm. Dan pada akar kuartier yaitu akar cabang dari akar tersier berdiameter 0,2-0,8 mm dan panjang sekitar 2 cm. Akar tersier dan kuarter berada 2-2,5 m dari pangkal pokok atau luar piringan dan berada di dekat permukaan tanah. Pada akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, kemudian ujungnya meruncing, dan berwarna putih atau kekuningan (Sastrosasyono, 2003).
2) Batang
Batang pada kelapa sawit memiliki ciri yaitu tidak memiliki kambium dan umumnya tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (Sunarko,2007). Batang tanaman
kelapa sawit berfungsi sebagai struktur pendukung tajuk (daun, bunga, dan buah). Kemudian fungsi lainnya adalah sebagai sistem pembuluh yang mengangkut unsur hara dan makanan bagi tanaman. Tinggi tanaman biasanya bertambah secara optimal sekitar 35-75 cm/tahun sesuai dengan keadaan lingkungan jika mendukung. Umur ekonomis tanaman sangat dipengaruhi oleh pertambahan tinggi batang/tahun. Semakin rendah pertambahan tinggi batang, semakin panjang umur ekonomis tanaman kelapa sawit (Sastrosasyono, 2003).
3) Daun
Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman. Bentuk daun, jumlah daun dan susunannya sangat berpengaruhi terhadap tangkap sinar matahari (Vidanarko,2011). Pada daun tanaman kelapa sawit memiliki ciri yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun kelapa sawit disanggah oleh pelepah yang panjangnya kurang lebih 9 meter. Jumlah anak daun di setiap pelepah sekitar 250-300 helai sesuai dengan jenis tanaman kelapa sawit. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Duduk pelepah daun pada batang tersusun dalam satu susunan yang melingkari batang dan membentuk spiral. Pohon kelapa sawit yang normal biasanya memiliki sekitar 40-50 pelepah daun. Pertumbuhan pelepah daun pada tanaman muda yang berumur 5-6 tahun mencapai 30-40 helai, sedangkan pada tanaman yang lebih tua antara 20-25 helai. Semakin pendek pelepah daun
maka semakin banyak populasi kelapa sawit yang dapat ditanam persatuan luas sehingga semakin tinggi prokdutivitas hasilnya persatuan luas tanaman (Sastrosasyono, 2003).
b. Bagian Generatif 1) Bunga
Tanaman kelapa sawit akan mulai berbunga pada umur sekitar 12-14 bulan. Bunga tanaman kelapa sawit termasuk monocious yang berarti bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama. Tanaman kelapa sawit dapat menyerbuk silang ataupun menyerbuk sendiri karena memiliki bunga jantan dan betina. Biasanya bunganya muncul dari ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya menghasilkan satu infloresen (bungan majemuk). Biasanya, beberapa bakal infloresen melakukan gugur pada fase-fase awal perkembangannya sehinga pada individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun tidak menghasilkan infloresen (Sastrosasyono,
2003). 2) Buah
Buah kelapa sawit termasuk buah batu dengan ciri yang terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian luar (epicarpium) disebut kulit luar, lapisan tengah (mesocarpium) atau disebut daging buah, mengandung minyak kelapa sawit yang disebut Crude Palm Oil (CPO), dan lapisan dalam (endocarpium) disebut inti, mengandung minyak inti yang disebut PKO atau Palm Kernel Oil.
Proses pembentukan buah sejak pada saat penyerbukan sampai buah matang kurang lebih 6 bulan. Dalam 1 tandan terdapat lebih dari 2000 buah (Risza,1994). Biasanya buah ini yang digunakan untuk di olah menjadi minyak nabati yang digunakan oleh manusia. Buah sawit (Elaeis guineensis) adalah sumber dari kedua minyak sawit (diekstraksi dari buah kelapa) dan minyak inti sawit (diekstrak dari biji buah) (Sastrosasyono, 2003).
Cangkang kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak. Tempurung kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai arang aktif. Arang aktif dapat dibuat dengan melalui proses karbonisasi pada suhu 550°C selama kurang lebih tiga jam. Karakteristik arang aktif yang dihasilkan melalui proses tersebut memenuhi SII, kecuali kadar abu. Tingkat keaktifan arang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari daya serap iodnya sebesar 28,9%
(Sastrosasyono, 2003).
4. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit a. Iklim
Menurut Setyamidjaja (1991), faktor-faktor iklim yang terpenting adalah curah hujan, suhu, udara, kelembapan udara dan radiasi matahari. Faktor-faktor ini sepintas lalu tampak berbeda jenis satu sama lain, tetapi pada kenyataannya berkaitan erat dan saling mempengaruhi. Curah hujan yang tinggi menurunkan radiasi matahari karena cuaca
banyak berawan. Pada gilirannya, cuaca berawan cenderung menurunkan suhu. Disamping itu faktor-faktor lain seperti tinggi tempat dari permukaan laut (elevasi) dan jarak dari khatulistiwa (latitude, dinyatakan dalam derajat LU atau derajat LS) berpengaruh pada faktor -faktor iklim, baik untuk kelapa sawit maupun untuk komoditas-komoditas pertanian lainnya.
Adapun faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kelapa sawit menurut Setyamidjaja (1991), dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Curah Hujan
Curah hujan merupakan sumber penyediaan air tanah sehingga merupakan komponen penting dari aspek iklim di samping suhu matahari, kelembapan udara dan radiasi matahari.
2) Intensitas Penyinaran
Sinar matahari sangat penting dalam kehidupan tumbuhan, karena merupakan salah satu syarat mutlak bagi terjadinya proses fotosintesis. Di atas sudah dikemukakan bahwa untuk pertumbuhan kelapa sawit yang optimal diperlukan sekurang-kurangnya 5 jam penyinaran per hari, tetap statistik menunjukkan bahwa di berbagai wilayah kelapa sawit yang lama penyinarannya di luar batas-batas tersebut dapat diperoleh produktivitas yang memadai juga.
3) Suhu
Suhu berpengaruh pada produksi melalui pengaruhnya terhadap laju reaksi biokimia dan metabolisme dalam tubuh tanaman. Sampai batas tertentu, suhu yang lebih tinggi menyebabkan meningkatnya produksi buah. Disamping batas-batas suhu maksimum dan minimum yang ideal seperti yang diuraikan di atas, batas-batas lainnya juga dikemukakan oleh para ahli kelapa sawit. Suhu 20 derajat disebut sebagai batas minimum bagi pertumbuhan vegetatif, dan suhu
rata-ra - C diperlukan untuk berlangsungnya
produksi buah.
b. Tanah
Berbeda dengan faktor iklim yang polanya dapat berfluktuasi dari tahun ketahun, sifat-sifat tanah dapat dikatakan konstan, walaupun untuk suatu jangka waktu yang panjang, karena proses pelapukan, sifat-sifat tersebut dapat mengalami perubahan. Demikian pula derajat kesuburan tanah dapat meningkat atau menurun tergantung dari tindakan manusia dalam memanfaatkan tanah. Tiap jenis tanah memiliki sifat yang berbeda, baik kimia maupun fisik. Jenis tanah turut mempengaruhi berbagai aspek penting bagi pertumbuhan tanaman seperti seberapa besar kandungan unsur-unsur hara, mudah tidaknya unsur hara tersebut diserap oleh akar tanaman, besarnya kemampuan menahan air dan lain-lain. Karena sifat-sifat ini relatif konstan, terbuka peluang bagi petani untuk memanipulasi tanah agar dapat meraih manfaat sebaik-baiknya
(Setyamidjaja, 1991).
C. Tahapan - Tahapan Yang Mempengaruhi Produksi 1. Kegiatan Panen
a. Kegiatan panen meliputi 1) Pemotongan buah matang
Tandan yang dipotong adalah tandan yang telah memenuhi kriteria matang panen, apabila tandan buah segar (TBS), brondolan sudah jatuh 3-5 butir ke piringan maka pemotongan buah tandan TBS pada pohon tersebut dapat dilakukan pemotongan buah atau dipanen karena sudah memasuki kriteria matang panen, tetapi sebelum melakukan pemotongan sebaiknya pelepah diturunkan dengan menyisakan songgo 2 tujuannya agar dalam proses pemotongan tandan buah segar lebih mudah (Iyung, 2008). Lihat lampiran 3 gambar 5. 2) Mengutip brondolan
Semua brondolan yang ada di piringan harus dikutip dengan bersih lalu dimasukan kedalam karung yang telah di sediakan oleh pihak perusahaan, setelah brondolan sudah terkumpul sebaiknya langsung dibawah ke TPH. Tetapi hasil di lapangan belum sepenuhnya sesuai seperti yang diinginkan masih banyak brondolan yang tercecer di piringan maupun di jalan produksi itu disebabkan oleh kurangnya tenaga kerja di perusahaan tersebut. Dan target dari perusahaan 1 karyawan pekerja harus mengutip brondolan 50 kg dalam 1 hari kerja
3) Brondolan dikumpul di TPH
Brondolan yang bersih ditumpuk di TPH dengan alas karung atau di isi dalam karung yang sudah disediakan, disusun dengan rapi dan diberi nomor atau tanda pemanen. Tujuan agar mempermudah mandor, Krani maupun Asisten Afdeling dalam pengecekan di lapangan (Lalang, 2003). Lihat lampiran 3 gambar 7.
4) Pemotongan gagang tandan
Gagang TBS dipotong kurang lebih 1 cm dari pangkal berbentuk V (cangkang kodok) dan dilakukan di piringan/TPH. Tujuan dari pemotongan gagang tandan buah segar (TBS) lebih rapat dari daging buah supaya penyerapan minyak pada gagang buah tersebut tidak terlalu banyak dan kadar airnya pun kurang sehingga minyak yang dihasilkan bisa normal (Lalang, 2003). Lihat lampiran 3 gambar 8.
2. Pemeriksaan Panen dan TPH
a. Pemeriksaan di Lapangan Setelah Panen
1) Tandan matang tidak dipanen
Tandan matang tidak terpanen itu biasanya karena kurang telitinya pemanen itu sendiri, buah yang seharusnya sudah masak kriteria matang panen tetapi tidak dipanen biasanya dilihat oleh mandor atau asisten Afdeling maka pemanen tersebut diharuskan kembali ke blok tersebut dan mengambil buah yang tadinya tidak terpanen (Iyung,
2) Tandan dipanen tidak dikumpulkan di TPH
Di perusahaan tersebut biasanya krani atau asisten lapangan mendapatkan tandan yang sudah dipanen tetapi tidak dikumpulkan ke TPH itu biasanya di lahan yang jurang atau yang susah dilewati kendaraan karena kondisi medan jalan yang memang sulit dan rusak parah apalagi cuaca hujan tidak menentu (Iyung, 2008).Lihat lampiran 3 gambar 9.
3) Perhitungan buah di TPH
Perhitungan buah dilakukan oleh krani panen tujuan agar mempermudah dalam pengangkutan dan mengetahui jumlah buah panen pada hari itu yang dikirim ke pabrik pengolahan dan krani panen ingin mengetahui berapa hasil yang dicapai satu orang karyawan dalam 1 hari kerja karena perusahaan sudah menentukan target dalam 1 hari kerja harus mencapai 110 tandan buah segar persatu karyawan panen
(Lalang, 2003).
4) Tandan busuk
Tandan busuk biasanya dijumpai di blok-blok tertentu saja yang kondisi jalannya memang rusak parah dan curah hujan yang tidak menentu akibatnya buah yang sudah lama dipanen tidak terangkut karena kondisi jalan (Lalang, 2003). Lihat lampiran 3 gambar 10. 5) Brondolan yang tertinggal di piringan atau pasar pikul
Brondolan yang tertinggal di piringan atau pasar pikul disebabkan oleh kurangnya tenaga kerja dan pengawasan oleh pihak
mandor, biasanya sering ditemukan oleh asisten lapangan brondolan yang tidak dikumpulkan di TPH biasanya di daerah jurang (Ratnawati,
2006). Lihat lampiran 3 gambar 11. b. Pemeriksaan di TPH
Pemeriksaan di TPH dimaksudkan agar tandan yang dikirim ke pabrik minyak sawit dalam kondisi segar dan matang (memiliki kandungan minyak yang maksimal). Pemeriksaan meliputi :
1) Nomor pemanen
Member nomor pemanen di tandan buah segar atau TBS sangat penting adanya tujuannya mengetahui karyawan yang memanen buah tersebut dan mempermudah dalam pengecekan dan pengangkutan oleh krani buah dan asisten Afdeling baik di TPH maupun di pabrik
(Ratnawati, 2006).
2) Tandan mentah
Tandan mentah biasanya didapatkan di perusahaan, disebabkan oleh kurang telitinya pemanen dan kurang pengawasan dari mandor panen tersebut, sehingga buah yang dipanen masih masuk kriteria belum matang panen dan itu sangat merugikan perusahaan apabila pihak perusahaan mengetahui hal tersebut maka pemanen dikenai denda Rp. 5.000 pertandannya (Ratnawati, 2006).
3) Pengangkutan ke TPH
Pengangkutan TBS di dalam blok ke TPH itu tanggung jawab orang panen yaitu dengan mengangkut buah ke TPH dengan
menggunakan keranjang pikul, maka di perusahaan tersebut jarang buah yang tertinggal di dalam blok. Tujuan dari kegiatan tersebut agar TBS biar cepat sampai ke TPH dan menghindari terjadinya restan buah biasanya diawasi oleh mandor panen (Iyung, 2008). Lihat lampiran 3 gambar 12
4) Pengangkutan TBS dan Brondolan ke dalam truk
Pengangkutan TBS dan brondolan harus dilakukan pada hari itu juga. Pasalnya, membiarkan hasil panen terlalu lama akan meningkatkan asam lemak bebas (ALB). Karena itu, harus dipastikan kesiapan angkut, dalam hal ini adalah truk besar dengan bak terbuka yang dilengkapi jaring pengaman untuk menghindari buah tercecer di jalan dan diawasi oleh krani angkut sampai ke pabrik (Lalang, 2003). Lihat lampiran 3 gambar 13, 14, 15.
D. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Panen 1. Kriteria Matang Panen
Tanaman kelapa sawit dapat dipanen mulai tahun ketiga hingga keempat setelah ditanam di lapangan. Sementara itu, buah kelapa sawit biasanya sudah dianggap matang sekitar enam bulan setelah penyerbukan.
Proses pemasakan tandan sawit dapat dilihat dari perubahan warna buahnya. Buah kelapa sawit yang masih mentah berwarna hijau karna pengaruh zat klorofil. Selanjutnya, buah akan berubah menjadi merah atau oranye akibat pengaruh zat warna setelah berwarna merah atau oranye tercapai, tandannya minyak sawit yang terkandung dalam daging buah telah
mencapai kematangan maksimal dan buah kelapa sawit bahkan lepas dari tangkai tandannya. Karena itu, kriterial kematangan tandan biasanya dinyatakan berdasarkan jumlah buah saw it yang sudah jatuh atau brondolan. Sebagi patokan jumlah minimum brondolan sebanyak 10 buah brondolan untuk tanaman muda yang berumur 5 tahun dan 15 buah brondolan yang berumur diatas 15 tahun untuk tanaman tua. Secara teori tandan yang ideal di panen yaitu saat kandungan minyak dalam daging buah maksimal kandungan asam lemak bebas (ALB) paling rendah.
Cara menentukan derajat kematangan buah yang tepat secara
peraktis yaitu dengan menghitung buah yang lepas atau memberondol, 1 sampai 2 buah per kg TBS (fraksi 2 atau 3) dan secara fisik sudah terjadi
perubahan warna kulit buah (Rustam, 2012). Tabel 1. Kriteria Panen (Rustam, 2012).
Fraksi Jumlah Brondolan Lepas Derajat
Kematangan 00 Tidak ada membrondol dan buah berwarna
hitam
Sangat mentah
0 < 1 Brondolan / Kg TBS Mentah
I 12,5-25,5 % buah luar Kurang Mentah
II 25-50 % buah luar Matang 1
III 50-75 % buah luar Matang 2
IV 75-100 % buah luar Lewat matang 1
V Buah lapisan dalam membrondol Lewat matang 2
VI Semua buah membrondol Tandan kosong
2. Taksasi atau Perkiraan Produksi
Menurut Sastrosasyono, (2003) taksasi atau perkiraan produksi adalah penjualan produk kelapa sawit, baik dalam negeri maupun luar negeri, dilakukan dengan sistem kontrak. Bagi pemilik perkebunan berupa
kontrak penjualan, sedangkan bagi perusahaan konsumen berupa kontrak pembeli. Karena itu, pemilik perkebunan kelapa sawit harus bisa memperbaiki hasil produksinya. Hasil produksi kelapa sawit untuk enam bulan kedepan bisa ditaksir dengan rumus sebagai berikut : y = a × b × c
Keterangan :
a = jumlah seluruh tandan yang akan dipanen selama 6 bulan b = berat tandan rata rata
c = persentase minyak terhadap berat tandan yaitu untuk CPO 20%
3. Rotasi dan Sistem Panen
Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari, artinya satu panen dianggap baik bila buah tidak lewat matang, yaitu dengan menggunakan sistem 5/7. Artinya, dalam satu minggu terdapat 5 hari panen masing - masing ancak diulang (dipanen) 7 hari berikutnya. Dikenal dua sistem ancak panen, yaitu sistem giring dan sistem tepat (Fauzi, 2008). a. Sistem giring
Pada sistem ini, apabila suatu ancak telah selesai dipanen, pemanen pindah keancak berikutnya yang telah ditinjau pada mandor, begitu seterusnya. Sistem ini memudahkan pengawasan pekerjaan para pemanen dan hasil panen lebih cepat sampai di THP dan pabrik. Namun ada kecendrungan pemanen akan memilih buah yang mudah dipanen sehingga
ada tandan buah atau brondolan yang tertinggal karena pemanennya menggunakan sistem brondolan (Fauzi, 2008).
b. Sistem tetap
Sistem ini sangat baik diterapkan pada areal perkebunan yang sempit, topografi berbukit atau curam, dan dengan tahun tanaman yang berbeda. Pada sistem ini diberi ancak dengan luas tertentu dan tidak berpindah - pindah. Hal tersebut menjamin diperolehnya TBS dengan kematangan yang optimal. Rendemen minyak yang dihasilkan pun tinggi
(Fauzi, 2008). 4. Cara Panen
Berdasarkan tinggi tanaman kelapa sawit diatas 4-5 tahun maka penurunan tandan buah segar menggunakan dodos dengan tangkai dodos terbuat dari kayu keras berbentuk bulat, panjang tangkainya 2-4 meter, dan diameter kayu 4,5-5,5 cm. Apabila tanaman kelapa sawit yang tingginya lebih dari 10 meter atau sudah mencapai 15 tahun dengan menggunakan egrek yang bergagang panjang. Untuk memudahkan dalam pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi ditengah gawangan. Buah yang matang dipotong sedekat mu ngkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm. Tandan buah yang telah dipotong diletakan teratur di piringan dan brondolan dikumpulkan terpisah dari tandan. Brondolan harus bersih dan tidak tercampur tanah atau kotoran lain (Fauzi,
5. Kebutuhan Tenaga Panen
Menurut Sastrosasyono, (2003), tenaga panen jumlahnya harus disesuaikan berdasarkan kebutuhan pada panen ancak. Hal ini untuk menjamin, bahwa sepanjang tahun proses panen akan berjalan dengan baik atau panen tuntas. Untuk mengantisipasi agar pada saat bua h kurang, pemanen tetap produktif, maka pemanen dapat dialokasikan ke pekerjaan pruning atau pemupukan (pelangsir)
Begitu juga dengan perhitungan kerapatan panen dan rotasi panen di perusahaan untuk mengetahui berapa jumlah pemanen dengan prosedur yang sudah ditentukan perusahaan seperti kerapatan 1:5 artinya dari 5 pokok tanaman kelapa sawit ada 1 pokok yang matang panen seperti contoh :
Rumus ABCD E
A. Dengan luasan 1 kaveld 30 ha B. Kerapatan penen di perusahaan 1:5 C. Berat tandan buah segar rata-rata 4 kg D. Jumlah pokok dalam satu ha 143 pokok E. Target satu pemanen dalam satu hari 110 kg
30×1:5×4×143 = 3,432 tandan = 31 pemanen
6. Transportasi panen
Sistem jaringan jalan di perkebunan merupakan salah satu faktor untuk mengumpulkan dan mengangkut hasil kelapa sawit ke pabrik. Selain itu, jaringan jalan yang baik bisa menjamin kelancaran pengangkutan pupuk dan bahan lainnya. Banyak pekerjaan disuatu areal atau blok tidak dapat dilaksanakan dengan lancar karena prasarana jalan atau jembatan tidak memadai, sehingga kegiatan operasional jadi terhambat.
Pengangkutan buah dari kebun ke pabrik harus dilakukan secepat mungkin. Buah kelapa sawit yang dipotong hari ini harus diolah langsung agar asam lemak bebas (ALB) tidak tinggi. Pada panen puncak, ketika hujan turun tiap hari, sarana dan prasarana transportasi harus diperhatikan karena biasanya pengangkutan buah hasil panen akan berlangsung selama 24 jam.
Jenis alat tronsportasi biasanya tergantung dari skala usaha,dan prasarana jalan yang tersedia. Untuk perkebunan skala besar, keadaan truk berukuran besar sangat dibutuhkan. Untuk perkebunan rakyat, mobil pick up yang dilengkapi dengan gerobak mungkin sudah cukup. Seluruh alat transportasi tersebut digunakan untuk mengangkut buah hasil panen ke pabrik (Sastrosasyono, 2003).
7. Premi Panen
Untuk meningkatkan semangat dan pendapatan para pemanen dengan hasil yang baik, diberlakukan suatu sistem premi panen. Penilaian terhadap pemanen dan hasil kerja pemanen meliputi unsur unsur kerajinan, kebersihan serta kualitas tandan buah segar yang dipanen.
a. Unsur kerajinan
Premi kerajinan, akan diberikan kepada pemanen yang mampu melakukan pekerjaan pemotongan buah dengan out put atau hasil yang minimal sama atau melebihi target yang telah ditentukan oleh pihak perusahaan.
b. Unsur kebersihan dan kualitas hasil panen
Premi kebersihan dan kualitas hasil panen, akan diberikan kepada pemanen yang mampu melaksanakan proses panen dengan baik. Adapun unsur unsur yang dinilai adalah kebersihan ancak seperti susunan pelepah, buah tinggal dipokok, brondolan tertinggal di piringan, jalan panen, dan digawangan serta sampah. Sedangkan kualitas hasil panen yang dinilai seperti buah mentah, buah busuk, brondolan dan tangkai panjang. Jika hal hal diatas tidak dijalankan dengan baik, maka pemanen akan mendapatkan denda sesuai dengan kesalahan yang dibuat sesuai dengan sistem kelas pemanen (Sastrosasyono, 2003).
BAB III. METODE KAJIAN
A. Tempat dan Waktu
Kajian ini dilaksanakan di PT. Lembah Sawit Subur, Desa Bigung Baru, Kecamatan Linggang Bigung, Kabupaten Kutai Barat. Pelaksanaan kajian selama ± 2 bulan, dimulai pada tanggal 2 Maret sampai dengan 27 April 2015.
B. Alat dan Bahan
Alat : Dodos, gancau, tojok, keranjang, kamera, alat tulis. Lihat lampiran 2 gambar 1, 2, 3 dan 4.
Bahan : Tandan buah segar sawit (TBS), brondolan, pelepah kelapa sawit
C. Prosedur pengambilan data dan pengamatan 1. Data primer
a. Pengamatan di lapangan
Pengamatan di lapangan dilakukan dengan cara pengambilan data secara langsung.
b. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan saat pengambilan data foto-foto kegiatan panen dan produksi.
2. Data sekunder
a. Wawancara
Yaitu dengan memberikan beberapa pertanyaan langsung kepada karyawan di lapangan, mandor penen atau kepada asisten Afdeling Bravo.
b. Buku atau literatur
Literatur adalah bahan bacaan yang dapat kita pakai sebagai dasar rujukan pada saat kita membuat karya ilmiah penelitian dan SOP perusahaan.
c. Data dari perusahaan
Yaitu standar operasional perusahaan yang mengatur semua jenis kegiatan, 1 Ha 143 pokok tanaman kelapa sawit. Maka tanaman yang berada di PT. Lembah Sawit Subur Afdeling Bravo sebanyak 304 Ha adalah 43.472 pokok tanaman, yang di tanam pada tahun 2010.
D. Analisis Data
Data hasil panen yang diperoleh dari Bapak Pirun selaku Asisten Afdeling Bravo dan dibuat dalam bentuk tabel.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari hasil kajian pengamatan faktor faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit yang dilakukan di perusahaan PT. Lembah Sawit Subur Afdeling Bravo selama ± 2 bulan dapat diperoleh data sebagai berikut :
Tanaman kelapa sawit yang ditanam pada tahun 2010 sebanyak 304 Ha dan dikalikan dengan sensus pokok harian (SPH) yaitu 143 pokok per Ha. Yaitu sebanyak 43.472 pokok tanaman kelapa sawit yang ditanam di Afdeling Bravo pada tahun 2010.
Catatan kaki : Pak Pirun, berdasarkan data hasil panen tahunan Afdeling Bravo Di Perusahaan PT. Lembah Sawit Subur.
Produksi panen tanaman kelapa sawit di perusahaan PT. Lembah Sawit Subur di Tahun 2012 adalah 101,6 ton sedangkan di tahun 2013 produksi panen tanaman kelapa sawit di perusahaan mengalami peningkatan yaitu 602,4 ton
HASIL PANEN AFDELING BRAVO PT. LEMBAH SAWIT SUBUR
TAHUN 2012-2015 TON 3.500 3213 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 602,6 500 250 101,6 100 50 PRODUKSI 2012 2013 2014 101,6 602,4 3213
dan di tahun 2014 produksi panen juga mengalami peningkatan produksi sebesar 3.213 ton, dipengaruhi oleh faktor produksi panen, yaitu :
1. Kriteria matang panen
Blok dikatakan siap panen apabila 40 % dari tanaman dalam blok telah memenuhi kriteria matang pohon, berat janjang rata-rata 3,5 kg dan 2 brondolan per janjang.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan kriteria matang panen dipakai adalah apabila dari tandan telah terdapat 2 brondolan lepas alami per kg tandan (dijumpai 2 butir brondolan lepas secara alami di piring )
2. Taksasi produksi
Pemilik perkebunan kelapa sawit harus bisa memperkirakan hasil produksinya karena kontrak pembelian dilakukan 6 bulan sebelum hasil produksi diserahkan kepada pembeli.
3. Rotasi panen dan sistem panen
Per kebunan kelapa sawit di Indonesia pada umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari, artinya satu panen dianggap baik bila buah tidak lewat matang, yaitu dengan menggunakan sistem 5/7. Artinya, dalam satu minggu terdapat 5 hari panen masing - masing ancak diulang (dipanen) 7 hari berikutnya. Dikenal dua sistem ancak panen, yaitu sistem giring dan sistem tepat (Fauzi, 2008).
4. Cara pemanenan
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan tinggi tanaman kelapa sawit di PT. Lembah Sawit Subur diatas 4-5 tahun maka penurunan tandan
buah segar menggunakan dodos dengan tangkai dodos terbuat dari kayu keras berbentuk bulat, panjang tangkainya 2-4 meter, dan diameter kayu 4,5-5,5 cm.
5. Kebutuhan tenaga panen
Tenaga panen jumlahnya harus disesuaikan berdasarkan kebutuhan pada panen ancak. Hal ini untuk menjamin, bahwa sepanjang tahun proses panen akan berjalan dengan baik atau panen tuntas.
6. Transportasi panen
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan pengangkutan buah kelapa sawit yang di potong hari ini terkadang tidak diangkut langsung ke PKS. Hasil dilapangan tidak sesuai seperti yang diinginkan masih terdapat begitu banyak jalan yang rusak sehingga pengangkutan buah tidak berjalan dengan baik.
7. Premi panen
Untuk meningkatkan semangat dan pendapatan para pemanen dengan hasil yang baik, diberlakukan suatu sistem premi panen. Penilaian terhadap pemanen dan hasil kerja pemanen meliputi unsur unsur kerajinan, kebersihan serta kualitas tandan buah segar yang dipanen (Sastrosasyono,
2003).
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan kebe rsihan dan kualitas hasil panen tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak perusahaan disebabkan karena masih terdapat unsur unsur kebersihan ancak seperti susunan pelepah, buah tinggal dipokok, brondolan tertinggal di piringan,
jalan panen dan di gawangan, yang belum terlaksanakan dengan baik oleh pemanen.
B. Pembahasan
Hasil dari pengamatan panen produksi di PT. Lembah Sawit Subur menunjukan bahwa jumlah pokok tanaman kelapa sawit di perusahaan tersebut adalah 43. 472 pokok dengan jumlah luasan Afdeling Bravo 304 ha dari hasil produksi panen tanaman kelapa sawit di perusahaan PT. Lembah Sawit Subur di Tahun 2012 adalah 101,6 ton sedangkan di tahun 2013 produksi panen tanaman kelapa sawit di perusahaan mengalami peningkatan yaitu 602,4 ton dan di tahun 2014 produksi panen juga mengalami peningkatan produksi sebesar 3213 ton, dipengaruhi oleh faktor produksi panen, yaitu :
1. Kriteria matang panen
Kriteria matang panen yang di lakukan di perusahaan belum sesuai dengan Standar Operasional Perusahaan yakni pemanen ada yang melakukan pemanenan buah kelapa sawit pada fraksi 1 yaitu buah yang kurang matang. Disebabkan karena pemanen mengejar target yang telah di tentukan oleh pihak perusahaan yaitu 110 janjang/pemanen. Padahal kriteria panen tandan buah segar (TBS) diharuskan pada tingkat kematangan optimal yaitu Fraksi II dan Fraksi III.
2. Taksasi produksi
Taksasi produksi yang dilakukan di PT. Lembah Sawit Subur sudah sesuai dengan Standar Operasional Perusahaan dimana hasil produksi sudah direncanakan 6 bulan sebelum hasil produksi diserahkan pada PKS.
3. Rotasi panen dan sistem panen
Rotasi panen yang paling baik dan sering digunakan di perkebunan kelapa sawit adalah 5/7. Akan tetapi berdasarkan hasil pengamatan di lapangan rotasi panen di perusahaan PT. Lembah Sawit Subur menggunakan rotasi 6/7, karena dipengaruhi kurangnya tenaga pemanen maka terkadang rotasi panen dapat melebihi SOP perusahaan yaitu 8/7. Sistem panen yang digunakan adalah ancak tetap dan sudah sesuai dengan SOP perusahaan. 4. Cara pemanenan
Cara pemanenan tandan buah segar yang dilakukan di PT. Lembah Sawit Subur telah memenuhi Standar Operasional Perusahaan, yaitu panen dilakukan dengan menggunakan alat dodos dengan tangkai dodos terbuat dari kayu keras berbentuk bulat, panjang tangkainya 2-4 meter, dan diameter kayu 4,5 -5,5 cm.
5. Kebutuhan tenaga panen
Jumlah pemanen di PT. Lembah Sawit Subur khususnya Afdeling Bravo hanya 11 orang sedangkan jumlah pemanen yang seharusnya dibutuhkan adalah 31 orang pemanen sesuai dengan hasil perhitungan tenaga kerja perblok, contohnya :
Rumus ABCD E
F. Dengan luasan 1 kaveld 30 ha G. Kerapatan penen di perusahaan 1 : 5 H. Berat tandan buah segar rata-rata 4 kg I. Jumlah pokok dalam satu ha 143 pokok
J. Target satu pemanen dalam satu hari 110 kg 30×1:5×4×143 = 3,432 tandan = 31 pemanen
110 kg
Maka kegiatan pemanenan di perusahaan tersebut tidak dapat dilakukan seperti yang seharusnya, dengan rotasi panen yang seharus nya 6/7 artinya dalam 7 hari (1 minggu) maka pemanen harus kembali ketanaman awal untuk memanen 6 hari kemudian. Akan tetapi kurangnya tenaga kerja di perusahaan tersebut maka kegiatan panen di perusahaan tersebut sering melewati dari batas rotasi yang sudah ditentukan oleh pihak perusahaan, yaitu sering kali ditemukan rotasi yang digunakan karyawan 7/7 bahkan 8/7 yang artinya dalam 7 hari (1 minggu) pemanen harus kembali ke tanaman awal untuk memanen 7 hari kemudian bahkan ada yang 8 hari kemudian ini merupakan bukti kurangnya karyawan di perusahaan tersebut. Akibatnya banyak buah yang terlambat dipanen, brondolan yang jatuh ketanah melebihi ketentuan. Lihat lampiran 2 gambar 2 dan 3.
6. Transportasi panen
Kegiatan pengangkutan tandan buah segar di perusahaan PT. Lembah Sawit Subur tidak berjalan degan lancar sesuai dengan teori
diatas karena masih begitu banyak jalan yang rusak baik itu di pasar rintis maupun jalan Collection Roed (CR) dan jalan menujuh pabrik.
7. Premi panen
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan unsur kebersihan ancak tidak dilaksanakan dengan baik dikarenakan di perusahaan PT. Lembah
Sawit Subur Afdeling Bravo masih kekurangan tenaga pemanen. Maka unsur kebersian ancak tidak terlalu dipikirkan karena pemanen kebanyakan mengejar target yang ditentukan oleh pihak perusahaan.
Catatan kaki : Pak Pirun, berdasarkan data dari perusahaan PT. Lembah Sawit Subur, Afdeling Bravo.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil kajian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Produksi panen di perusahaan PT. Lembah Sawit Subur mengalami peningkatan dari tahun 2013, 2014, dan 2015 dikarenakan perusahaan sangat memperhatikan foktor produksi panen yaitu kriteria matang panen, taksasi produksi, rotasi panen, cara panen, kebutuhan tenaga panen, transportasi panen dan premi panen.
2. Faktor produksi panen seperti kriteria matang panen, rotasi panen, kebutuhan tenaga panen, transportasi panen dan premi panen belum terlaksanakan dengan baik karena masih banyak kekurangan tenaga kerja khususnya tenaga kerja panen.
B. Saran
1. Harus ada perbaikan atau adanya berifing antar pemanen dan asisten serta mandor panen mengenai faktor faktor yang mempengaruhi hasil produksi panen yang benar dan tepat sesuai dengan buku panduan dari pihak perusahaan.
2. Penulis menganjurkan kepada pihak perusahaan khususnya lokasi panen PT. Lembah Sawit Subur, agar lebih memperhatikan foktor faktor yang mempengaruhi produksi panen seperti kriteria matang panen, rotasi panen, kebutuhan tenaga panen, transportasi panen dan premi panen, untuk meningkatkan produksi TBS setiap tahunnya. Agar produksi TBS tetap menigkat maksimal setiap tahun.
Lampiran 2. Dokumentasi Alat-alat Panen
Gambar 1. Alat Dodos
Lampiran 2. Lanjutan
Gambar 3. Alat Tojok
Lampiran 3. Dokumentasi Pemanenan
Gambar 5. Pemotongan buah matang
Lampiran 3. Lanjutan...
Gambar 7. Pengumpulan brondolan di TPH
Lampiran 3
Gambar 9. Tandan di panen tidak di angkut ke TPH
Lampiran 3
Gambar 11. Brondolan tertinggal di piringan
Lampiran 3
Gambar 13. Pengangkutan TBS ke dalam Fram Traktor
Lampiran 3