• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa Sawit"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

HASIL PRODUKSI KELAPA SAWIT

(STUDI KASUS : PTPN IV KEBUN PASIR MANDOGE)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

RIRIN WIRDASARI SARAGIH

060501037

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, pemilik alam semesta ini, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat yang telah memperjuangkan agama Allah di muka bumi ini.

Skripsi ini merupakan salah satu beban mata kuliah yang harus dilaksanakan dan untuk memenuhi persyaratan akademis untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Adapun judul dari skripsi ini adalah “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI KELAPA SAWIT”.

Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dari semua pihak, maka skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, baik dari mulai penulisan proposal, saat penelitian, sampai selesainya skripsi ini, yaitu:

1. Orang tuaku tercinta Ayah dan Mami, yang selalu memberikan do’a, kasih saying, dukungan , semangat dan masukan yang tidak ternilai harganya. Terima kasih atas segala yang pernah Ayah n mam lakukan selama ini. I love both of you….always…

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M..Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan, Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Sekretaris Departemen Bapak Irsyad Lubis, Phd.

(3)

petunjuk dan saran yang sangat berharga sejak dimulai hingga penelitian ini selesai.

5. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin, M.Ec dan Bapak Drs. Rakhmad Sumanjaya, Msi selaku dosen penguji saya yang telah banyak memberikan masukan dalam pembuatan skripsi ini

6. Seluruh staf pengajar Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna dan tak ternilai harganya selama masa perkuliahan yang dapat menjadi bekal untuk meraih masa depan

7. Bapak Ir. Boediono, selaku manajer Kebun Pasir Mandoge yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi yang sangat dibutuhkan 8. Kepala Tata Usaha Kebun Pasir Mandoge, Bapak H. Surya Edi Pahlevi

atas bantuan untuk penulis

9. Asisten SDM & Umum, Bapak Lukman Silalahi, yang telah membantu melancarakan penelitian penulis

10.Kepala Dinas Tanaman, Bapak Ir. Made, juga kepada Bapak Ir. Aswin Ginting dan Bapak Ir. Darwis Damanik yang telah banyak memberikan masukan, nasehat dan informasi yang dibutuhkan dalam pembuatan skripsi ini

11.Pak Razak, terima kasih banyak yah pak atas bantuannya selama ini, sehingga Ririn mudah mendapatkan data-data yang dibutuhkan

12.Ibu Dewi, Bu Ir, Pak Haris, Bu Mus, Pak Jimi, Pak Surya, Pak Purba dan juga semua Bapak/Ibu karyawan yang bersedia memberikan informasi yang sangat penulis butuhkan

13.Kak Leni dan Bang Sugi yang telah memberikan kemudahan dalam urusan administrasi

14.Abang ku tersayang, Bang Dedek.... Makasih yah bang udah jadi abang yang baik (moga cepet dapet jodoh yah bang.... aamiin)

(4)

16.K’Intan ku tersayang.... makasih buat semuanya yah kak... udah sabar menghadapi adek kk ini... (adek cayang kakak... hehe...)

17.Uppa ku yang lagi berjuang nun jauh disana demi cita-cita... thanks for every moment we’ve together….. SEMANGAT!!! Eropa Boii…. Hehehe… Sarang Hae....

18.Special Thanks to my Luvly Fren…. Ayom (Romauli) n Vika (Rafika)… Makasih banyak sahabat ku… tanpa kalian Alin gak akan bisa bertahan di kampus ini… Selamat yah udah SE duluan….. Kamsahamnida.... Arigato Gozaimasu....

18.Rasidah n Wati, temen kos ku yang baik hati... makacih yah say udah banyak ngajarin Alin.... bantuin Alin… n maap klo banyak ngerepotin kalian juga… makasih banyak yah…

19.David n Ipan... ”the bodyguard”.. hehe.. makasih banyak atas bantuannya selama ini

20.Buat anak-anak EP ’06: Kiki, Tya, Yuni, Yesi, Erna, Wirda, Lestari, Reni, Devi, n temen2 lain yang gak bisa disebutin satu-satu..

21.Buat anak-anak Pamen G 23: K’Wik, Rasidah, Wati (Again), Lisna, Lina, Wina, Miskah, Tiwi, Dini, Ria n Irma juga K’Ana.... arigato gozaimasu...

Penulis menyadari skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, karena sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah milik Allah AWT, tetapi penulis senantiasa berusaha untuk melakukan yang terbaik. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2010 Hormat saya

(5)

DAFTAR ISI

(6)

2.4.6 Fungsi Produksi ... 26

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 39

(7)

4.6 Uraian Proses Produksi

4.6.1 Bahan Baku ... 58

4.6.2 Proses Produksi ... 59

4.7 Pembahasan ... 69

4.7.1 Interpretasi Model ... 69

4.8 Pengujian Hipotesis 4.8.1 Koefisien Determinasi (R-Square) ... 70

4.8.2 Uji t-statistik ... 71

4.8.3 Uji F-statistik ... 73

4.8.4 Uji Penyimpangan asumsi Klasik ... 74

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Saran ... 78

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kurva Tahapan Produksi ……… 24

Gambar 2.2 : Kurva Production Possibility Curve ……….... 26

Gambar 3.1 : Kurva Uji t-statistik ... 43

Gambar 3.2 : Kurva Uji F- statistic ... 45

Gambar 3.3 : Kurva Durbin-Watson ... . 46

Gambar 4.1 : Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Kebun Pasir Mandoge ... 50

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Jumlah Tenaga Kerja PTPN IV

Kebun Pasir Mandoge (2005-2009) ... 53

Tabel 4.2 : Luas Areal TM PTPN IV Kebun

Pasir Mandoge (2005-2009) ……… 55

Tabel 4.3 : Jumlah Pupuk PTPN IV Kebun

Pasir Mandoge (2005-2009) ... 57

Tabel 4.4 : Jumlah Produksi Kelapa Sawit PTPN IV

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil Regresi hasil produksi kelapa sawit di PTPN IV Kebubn Pasir Mandoge

Lampiran 2 : Hasil Uji Multikoliniearitas LX1

Lampiran 3 : Hasil Uji Multikoliniearitas LX2

(11)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Hasil Produksi Kelapa Sawit (Studi pada : PTPN IV Kebun Pasir Mandoge)”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh luas

lahan, tenaga kerja dan pupuk terhadap hasil produksi kelapa sawit di PTPN IV Kebun Pasir Mandoge. Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu dengan pencatatan langsung data yang diperoleh dari perusahaan.

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Ordinary least Square). Dari hasil regresi, luas lahan dan tenaga kerja berpengaruh positif dan secara statistik signifikan terhadap hasil produksi kelapa sawit, variabel pupuk berpengaruh positif dan secara statistik tidak signifikan terhadap jumlah produksi.

Hasil uji koefisien determinasi (R²) menunjukkan bahwa variabel hasil produksi kelapa sawit sebagai variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel-variabel independen yaitu luas lahan, tenaga kerja dan pupuk sebesar 93,51 % dan sisanya 6,49 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model. Pengujian secara keseluruhan menggunakan uji F dimana F.hitung (45,36) > F.tabel (3,2406) artinya variabel luas lahan, tenaga kerja dan pupuk berpengaruh secara signifikan terhadap hasil produksi kelapa sawit.

(12)

ABSTRACT

This research is entitled “Determinant Analyze of Crude Palm Oil

Production (A Case Study: PTPN IV Kebun Pasir Mandoge)”. This research

is aimed to find out how are the effects of the width of land, employees and fertilizer towards of CPO production in PTPN IV Kebun Pasir Mandoge. The data of this research are secondary data which are gained from collecting data directly into corporation.

In analyzing the effects of independent variables towards dependent variables is used econometric model by regressing all variables by using Ordinary Least Square Method. The regression result shows that the variable the width of land and employees has possitive effect and is statistically significant toward of CPO production, and the variable of the fertilizer usage is possitively effective but is not statistically significant towards the CPO productions.

The coefficient determining (R²) test result shows that the variables of the CPO production as dependent variable can be described by the independent variables, the width of land, employees and fertilizer for 93,51% and the rest 6,49% is described by the other variables out of the model. The overall tests use F where F sums (45,36) > F table (3,24) which means that the variables the width of land, employees and fertilizer significantly effective towards the rubber CPO production.

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Hasil Produksi Kelapa Sawit (Studi pada : PTPN IV Kebun Pasir Mandoge)”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh luas

lahan, tenaga kerja dan pupuk terhadap hasil produksi kelapa sawit di PTPN IV Kebun Pasir Mandoge. Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu dengan pencatatan langsung data yang diperoleh dari perusahaan.

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Ordinary least Square). Dari hasil regresi, luas lahan dan tenaga kerja berpengaruh positif dan secara statistik signifikan terhadap hasil produksi kelapa sawit, variabel pupuk berpengaruh positif dan secara statistik tidak signifikan terhadap jumlah produksi.

Hasil uji koefisien determinasi (R²) menunjukkan bahwa variabel hasil produksi kelapa sawit sebagai variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel-variabel independen yaitu luas lahan, tenaga kerja dan pupuk sebesar 93,51 % dan sisanya 6,49 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model. Pengujian secara keseluruhan menggunakan uji F dimana F.hitung (45,36) > F.tabel (3,2406) artinya variabel luas lahan, tenaga kerja dan pupuk berpengaruh secara signifikan terhadap hasil produksi kelapa sawit.

(14)

ABSTRACT

This research is entitled “Determinant Analyze of Crude Palm Oil

Production (A Case Study: PTPN IV Kebun Pasir Mandoge)”. This research

is aimed to find out how are the effects of the width of land, employees and fertilizer towards of CPO production in PTPN IV Kebun Pasir Mandoge. The data of this research are secondary data which are gained from collecting data directly into corporation.

In analyzing the effects of independent variables towards dependent variables is used econometric model by regressing all variables by using Ordinary Least Square Method. The regression result shows that the variable the width of land and employees has possitive effect and is statistically significant toward of CPO production, and the variable of the fertilizer usage is possitively effective but is not statistically significant towards the CPO productions.

The coefficient determining (R²) test result shows that the variables of the CPO production as dependent variable can be described by the independent variables, the width of land, employees and fertilizer for 93,51% and the rest 6,49% is described by the other variables out of the model. The overall tests use F where F sums (45,36) > F table (3,24) which means that the variables the width of land, employees and fertilizer significantly effective towards the rubber CPO production.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sejak masa kolonial sampai sekarang Indonesia tidak dapat lepas dari

sektor perkebunan. Bahkan sektor ini memiliki arti penting dan menentukan

dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

Perkebunan mempunyai kedudukan yang penting di dalam pengembangan

pertanian, baik pada tingkat nasional maupun regional. Sejarah perkebunan

kelapa sawit di Indonesia dibagi ke dalam 5 periode, yaitu zaman penjajahan

Belanda, Jepang, Revolusi Fisik, Nasionalisasi ke Orde Baru sampai Era

Reformasi saat ini. Oleh karena itu, perkebunan kelapa sawit di Indonesia

mempunyai peran yang sangat strategis dari sisi ekonomi antara lain sebagai

komoditas ekspor, penyerapan kesempatan kerja, menekan jumlah penduduk

miskin, mendorong pusat pertumbuhan wilayah, mencukupi kebutuhan konsumsi

dalam negeri, dan lain-lain. Disamping itu sekarang ini semakin menguatnya

permintaan Crude Palm Oil (CPO) sebagai bahan baku bahan bakar nabati

(biodiesel) maka semakin menambah kuatnya permintaan terhadap hasil produksi

kelapa sawit (Kompas, 2007).

Dengan besarnya produksi CPO yang mampu dihasilkan, tentunya hal ini

akan berdampak positif bagi perekonomiam Indonesia, baik dari segi

kontribusinya terhadap pendapatan negara, maupun besarnya tenaga kerja yang

terserap di sektor industri ini yang mencapai 8,5 juta orang. Sektor ini juga

(16)

persentase penduduk miskin di areal ini kurang dari 6%, jauh lebih rendah dari

angka penduduk miskin nasional sebesar 17% (sumber:berkas sambutan Menteri

Negara Riset dan Teknologi).

Berdasarkan data tahun 2006, Indonesia telah menjadi Negara penghasil

CPO terbesar di dunia dengan total produksi sekitar 16 juta ton. Sementara negara

tetangga kita Malaysia yang selama ini berada pada posisi no.1, saat ini berada

pada posisi ke-2 dengan total produksi sebesar 15,8 juta ton. Yang menarik dari

data ini adalah ternyata Indonesia mampu menjadi negara penghasil CPO nomor 1

di dunia, 4 tahun lebih cepat dari prediksi sebelumnya, dimana Indonesia

diperkirakan baru akan menjadi produsen CPO terbesar di dunia pada tahun 2010

(Berita Iptek: 2007).

Perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia ini sangat signifikan dan

fantastis. Luas areal produksi dan ekspor kelapa sawit dari tahun 1916 sampai

dengan 2006 menunjukkan angka yang sangat signifikan dan fantastik terutama

antara tahun 1990 sampai dengan 2006, dimana untuk total luas areal dari

1.126.677 ha menjadi 6.074.926 Ha, sedangkan untuk produksi minyak sawit

meningkat dari 7.000.508 ton menjadi 16.000.211 ton dan ekspornya dari

4.110.027 ton menjadi 12.101.000 ton. Dari total areal perkebunan kelapa sawit di

Indonesia, sejumlah 4.582.733 Ha atau sejumlah 75,4 % berada di Pulau

Sumatera.

Sumatera Utara termasuk ke dalam daerah yang banyak memproduksi

kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit itu sendiri telah dimulai di Sumatera Utara

sejak tahun 1911 dan sampai saat ini Sumatera Utara termasuk provinsi penghasil

(17)

Sumatera Utara merupakan salah satu komoditi yang cukup menunjang

pembangunan, baik dilihat dari devisa yang dihasilkan ataupun bagi pemenuhan

akan minyak nabati serta merupakan sumber pendapatan bagi masyarakat yang

berkecimpung didalamnya. Salah satu perkebunan besar yang ada di Sumatera

Utara adalah Pt. Nusantara IV Kebun Pasir Mandoge.

PT. Nusantara IV Kebun Pasir Mandoge merupakan perkebunan yang

berorientasi pada tanaman kelapa sawit. Lokasi ini dipilih sebagai pengembangan

kelapa sawit karena telah dipertimbangkan dari segi kesuburan tanah, iklim, dan

curah hujan sangatlah cocok. PT. Nusantara IV Kebun Pasir Mandoge adalah

salah satu dari beberapa perkebunan yang dapat mengolah / memproduksi hasil

perkebunannya sendiri, yaitu mengolah hasil dari Tandan Buah Segar (TBS)

menjadi CPO.

Masalah produksi terutama, bukanlah merupakan hal yang baru dalam

sebuah perusahaan baik itu perusahan industri maupun perusahaan yang bergerak

dibidang pertanian. Usaha meningkatkan produksi merupakan suatu pendekatan

yang positif bagi peningkatan keuntungan serta pertumbuhan perusahaan.

Proses penciptaan output (produksi) selalu dihadapkan kepada berbagai

alternatif, apakah alternatif dimaksud berkaitan dengan penggunaan input atau

penciptaan output. Proporsi maupun jenis input yang digunakan guna

menghasilkan berbagai output dan bagaimana kombinasi penggunaan input

sehingga proses produksi terkendali (Sumanjaya, 2008 ; 78).

Pengertian output dalam hal ini tentunya berkaitan dengan produk yang

akan dihasilkan dengan berbagai kriteria, dan input meliputi antara lain

(18)

berbagai input lainnya dengan berbagai satuan. Secara umum faktor produksi

terdiri dari empat macam yakni lahan (tanah), modal, tenaga kerja, dan

manajemen. Akan tetapi dalam praktek, keempat faktor produksi tersebut belum

cukup di dalam proses pertanian. Faktor-faktor sosial ekonomi lainnya, seperti

tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat keterampilan dan lain-lain juga

berperan dalam mempengaruhi tingkat produksi (Sumanjaya, 2008 ; 80).

Dalam praktek, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dibedakan

menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Faktor Biologi, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat

kesuburannya, bibit, varitas, pupuk, obat-obatan, gulma, dan sebagainya.

2. Faktor Sosial Ekonomi seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja,

tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, risiko dan ketidakpastian,

kelembagaan, tersedianya kredit, dan sebagainya.

Beberapa faktor produksi diatas dapat dikombinasikan antara yang satu

dengan yang lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang merupakan dambaan

setiap orang. Tujuan yang dimaksud adalah produksi, prodiktivitas, efisiensi,

profit, dan sebagainya.

Berbicara mengenai produksi, tidak terlepas dari luas lahan. Kondisi

pertanian dapat dilihat dari faktor luas lahan yang dapat mempengaruhi produksi

setiap tahunnya. Lahan merupakan aset terpenting bagi kegiatan pertanian.

Semakin luas lahan garapan maka semakin besar produksi yang dihasilkan dan

sebaliknya.

Untuk mengolah lahan tersebut diperlukan sumber daya manusia.

(19)

dan meningkatkan kemampuannya dalam mengelolah dan mendayagunakan

berbagai faktor produksi untuk mengahsilkan barang. Tenaga kerja merupakan

unsur tani dalam kemampuan produksi barang dan jasa serta mengatur sarana

produksi yang lain seperti bahan mentah, tanah dan air. Oleh karena itu, tenaga

kerja sangat dibutukan daam peningkatan kemampuan produksi untuk

meningkatkan produktivitas karena kontribusi tenaga kerja dinilai menentukan

kinerja usaha tani yang masih bersifat padat karya.

Namun dalam pelaksanaannya untuk mencapai peningkatan produktivitas

produksi tersebut tidaklah mudah karena kedua hal tersebut tidaklah cukup. Hal

yang tak kalah penting adalah modal. Modal disini mencakup uang, bibit, pupuk

dan sebagainya yang cukup sebagai jaminan produktivitas dan kelancaran dalam

peningkatan produksi.

Jika sebuah perusahaan memiliki tingkat tenaga kerja dengan tingkat

keterampilan serta keahlian yang rendah, disamping modal yang terbatas, bahan

baku yang juga langka, serta masih menggunakan teknologi yang sederhana dapat

menyebabkan produksi yang dihasilkan kurang atau mungkin saja tidak akan

disenangi oleh konsumen (masyarakat). Selain itu dampak yang timbul seperti

diuraikan sebelumnya adalah produk tersebut tidak akan mampu bersaing

dipasaran apakah itu dalam pasar domestik maupun pasar internasional.

Disisi lain tersedianya sarana atau faktor produksi yang banyak belum

tentu pula akan menjamin produksi serta produktivitas yang diperoleh akan lebih

baik. Namun yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah mengenai peranan dari

pengusaha untuk melakukan berbagai cara atau usaha yang berkaitan terutama

(20)

Demikian juga halnya dengan perusahaan yang bergerak dibidang produksi

pertanian/perkebunan tidak terlepas dari berbagai aspek ini. Oleh karena itu,

sebelum seseorang merancang untuk menganalisis kaitan input dan ouput maka

diperlukan pemahaman identifikasi terhadap vairabel-variabel apa yang

mempengaruhi proses produksi.

Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil

Produksi Kelapa Sawit dengan Studi pada Perkebunan PTPN IV Kebun Pasir Mandoge.”

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada latar belakang, maka perumusan

masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengaruh luas lahan terhadap hasil produksi kelapa sawit

di PTPN IV Kebun Pasir Mandoge?

2. Bagaimanakah pengaruh tenaga kerja terhadap hasil produksi kelapa

sawit di PTPN IV Kebun Pasir Mandoge?

3. Bagaimanakah pengaruh pupuk terhadap hasil produksi kelapa sawit di

PTPN IV Kebun Pasir Mandoge?

I.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi

(21)

perumusan masalah tersebut diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian

ini adalah:

1. Luas lahan mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan hasil

produksi, ceteris paribus.

2. Penggunaan tenaga kerja mempunyai pengaruh positif terhadap

peningkatan hasil produksi, ceteris paribus.

3. Penggunaan pupuk mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan

hasil produksi, ceteris paribus.

I.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian I.4.1Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh luas lahan terhadap hasil produksi kelapa

sawit di PTPN IV Kebun Pasir Mandoge.

2. Untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap hasil produksi kelapa

sawit di PTPN IV Kebun Pasir Mandoge.

3. Untuk mengetahui pengaruh pupuk terhadap hasil produksi kelapa sawit

di PTPN IV Kebun Pasir Mandoge.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis khususnya

(22)

2. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa

Fakultas Ekonomi terutama Departemen ekonomi Pembangunan yang

ingin melakukan penelitian selanjutnya.

3. Sebagai penambah, pelengkap sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil

penelitian menyangkut topik yang sama.

4. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusaan yang

(23)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Definisi Ekonomi Pertanian

Ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dengan

ilmu pertanian yang memberikan arti sebagai berikut: suatu ilmu yang

mempelajari dan membahas serta menganalisis pertanian secara ekonomi, atau

ilmu ekonomi yang diterapkan pada pertanian (Daniel, 2002; 9). Ilmu ini menjadi

satu ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

pembangunan dan pemacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekonomi

pertanian mencakup analisis ekonomi dari proses (teknis) produksi dan

hubungan-hubungan sosial dalam produksi pertanian, hubungan-hubungan antar faktor produksi, serta

hubungan antara faktor produksi dan produksi itu sendiri. Dalam kebijakan

pembangunan nasional, pembangunan pertanian merupakan langkah awal dan

mendasar bagi pertumbuhan industri. Salah satu sub sektor pertanian yang

berkembang adalah sub sektor perkebunan.

2.1.1 Sejarah Ekonomi Pertanian

Ekonomi pertanian mula-mula berkembang di daratan Eropa. Muncul dan

berkembangnya ekonomi pertanian di Eropa sangat berkaitan dengan lahir dan

berkembangnya ilmu pertanian. Pada zaman Romawi, Cato, Varo, Palladus, dan

Columela mulai melihat dan meninjau pertanian secara ilmu. Kemudian muncul

tulisan tentang ilmu pertanian yang dikarang oleh Justur Moser, J.C. Schubart,

(24)

bahkan sudah mulai membahas tentang hak dan kepemilikan tanah (Daniel, 2002;

3).

Di Amerika Serikat, ekonomi pertanian pertama kali diajarkan pada

tahun 1892 di Universitas Ohio. Di Indonesia, Ilmu Ekonomi Pertanian baru

dikembangkan mulai tahun 1950-an yang dipelopori oleh Iso Reksohadiprodjo

dan Teko Sumardiwirjo, masing-masing dosen di Universitas Indonesia dan

Universitas Gajah Mada (Daniel, 2002; 4). Pada akhir dekade 1960-an, tepatnya

tahun 1969 didirikan organisasi yang menghimpun para ahli ilmu ekonomi

pertanian, organisasi tersebut diberi nama PERHEPI (Perhimpunan Ekonomi

Pertanian Indonesia).

2.1.2 Fungsi Ekonomi Pertanian

Ekonomi pertanian bukan sekedar gabungan antara ilmu ekonomi dengan

ilmu pertanian, tetapi mempunyai arti yang sangat penting bagi pertanian dan juga

bagi ekonomi. Ilmu ekonomi pertanian mempelajari faktor sumber daya atau

faktor produksi dilengkapi dengan permasalahan, potensi, dan kebijakan serta

kemitraan, kelembagaan, dan faktor pendukung lainnya. Sebelum proses produksi

atau usaha tani dijalankan (baik dalam subsektor tanaman pangan dan

holtikultura, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, maupun subsektor

perikanan) perlu dilakukan perencanaan yang matang.

Dalam pelaksanaan dilapangan, pertanian juga membutuhkan ilmu

ekonomi pertanian. Kalau pupuk diberikan sekian banyak, berapa hasil yang akan

diterima, bila pupuk dikurangi atau ditambah berapa keuntungan yang akan

(25)

ekonomi pertanian, semua itu akan diperhitungakan dan dipelajari secara

mendalam (Daniel, 2002; 6).

2.2 Pengertian Perkebunan

Istilah perkebunan sudah lama dikenal, sejak pemerintahan kolonial

Belanda. Pada tahun 1938 di Indonesia terdapat 243 perkebunan besar. Pada tahun

1870 dengan keluarnya undang-undang agraria pengaturan

perkebunan-perkebunan swasta di Indonesia lebih tegas dan jelas. Keluarnya undang-undang

agraria mempunyai tujuan utama mengundang penanaman modal swasta ke

Indonesia untuk berusaha mengembangkan produk-produk pertanian yang

diperlukan pasaran dunia, terutama Eropa. Setelah merdeka, pemerintah Indonesia

mengambil alih perkebunan-perkebunan yang dikelola oleh Belanda, tepatnya

sejak tahun 1957 (Syamsulbahri, 1996; 1).

Perkembangan perkebunan setelah orde baru dengan program

pembagunan lima tahunan (Pelita) tahap demi tahap telah memfokuskan program

pembangunannya terutama dalam sektor tanaman pangan, sedangkan sektor

perkebunan memberikan kerangka landasan peningkatan produksi dan

diversifikasi tanaman ekspor. Pada tahun 1992 telah berhasil membuat

Undang-Undang Nomor 12 tentang budidaya tanaman. Dengan adanya undang-undang

tersebut pemerintah telah memberikan kebebasan kepada petani untuk

menentukan pilihan jenis tanaman dan pembudidayaannya, serta kewajiban

pemerintah dalam menjamin penghasilan petani (Syamsulbahri, 1996; 1).

Sejarah perkebunan sebelum penjajahan Belanda di Indonesia,

(26)

Belanda, Inggris, dan Jepang pengelolaan perkebunan beralih kepenguasa, dalam

hal ini penjajah. Pada zaman Belanda dikenal ”sistem tanam paksa”. Setelah

merdeka pengelolaan perkebunan masih seperti zaman Belanda, barulah tahun

1957 terjadi perubahan pengelolaan perkebunan. Pada tahun tersebut terjadi

pengambil-alihan perkebunan dari orang-orang asing oleh pemerintah Republik

Indonesia. Dambaan petani untuk menjadi tuan di tanahnya sendiri sangat

diharapkan, karena menajer-manajer perkebunan telah diisi oleh putra-putra

Indonesia. Pada kenyataannya kenyataan tersebut tidak bisa terwujud, karena

didalam negeri sudah terlalu lama mengalami peperangan untuk merebut

kemerdekaan.

Pada tahap dicanangkannya program-program Pelita, pada subsektor

perkebunan mulai dilakukan pembenahan-pembenahan oleh pemerintah. Pada

Pelita I dan II telah dilakukan upaya-upaya untuk mengembalikan dan

memulihkan perkebunan-perkebunan yang terlantar. Pada Pelita III hingga V

dilaksanakan serangkaian usaha-usaha intensifikasi, rehabilitasi, dan diversifikasi

perkebunan. Pada Pelita III perkembangan sektor perkebunan amat mencolok,

terutama ditinjau dari perluasan areal perkebunan baik di Jawa maupun diluar

Jawa (Syamsulbahri, 1996; 3).

Sebelum mempelajari lebih jauh tentang perkebunan perlu kesatuan

pengertian dari perkebunan itu sendiri. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan

dalam pemahaman selanjutnya, terutama tanaman perkebunan tahunan.

Perkebunan dapat diartikan berdasarkan fungsi, pengelolaan, jenis tanaman, dan

(27)

1. Perkebunan berdasarkan fungsinya dapat diartikan sebagai usaha untuk

menciptakan lapangan kerja, peningkatan pendapatan dan devisa negara, dan

pemeliharaan kelestarian sumber daya alam

2. Berdasarkan pengelolaannya, perkebunan dapat dibagi menjadi :

1) perkebunan rakyat; 2) perkebunan besar; 3) perkebunan perusahaan inti

rakyat; 4) perkebunan unit pelaksana proyek

3. Perkebunan berdasarkan jenis tanamannya dapat diartikan sebagai usaha

budidaya tanaman yang dilakukan oleh rakyat, pemerintah, maupun swasta

selain tanaman pangan dan holtikultura

4. Perkebunan berdasarkan produknya dapat diartikan sebagai usaha budidaya

tanaman yang ditujukan untuk menghasilkan bahan industri (misalnya karet,

tembakau, cengkeh, kapas), bahan industri makanan (misalnya kelapa, kelapa

sawit, dan kakao), dan makanan (misalnya tebu, teh, kopi, dan kayu manis).

Dari pengertian-pengertian tersebut perkebunan dapat diartikan sebagai:

”usaha budidaya tanaman baik oleh pemerintah, swasta, rakyat, maupun secara

bersama-sama dalam skala luas maupun sempit areal lahan yang digunakan

namun bertujuan untuk mendapatkan peningkatan pendapatan dan devisa negara,

tanpa mengabaikan penyerapan tenaga kerja dan pelestarian sumber daya alam”

(Syamsulbahri, 1996; 15).

2.2.1 Manajemen Perkebunan

Manajemen dapat diartikan sebagai usaha pengelolaan sumber-sumber

daya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien, dimana sifatnya universal

(28)

perkembangannya, perkebunan dijadikan sebagai satu sub-sektor dari sektor

pertanian. Dimana sub-sektor perkebunan dijadikan andalan dalam memasukkan

devisa negara dari sektor non-migas. Pengelolaannya ada yang dilakukan oleh

pemerintah, swasta, maupun oleh rakyat. Sistem pengelolaan perkebunan di

Indonesia ada keterpaduan antara unsur-unsur yang membentuk sub-sektor

perkebunan yang meliputi pemerintah, swasta dan masyarakat (Syamsulbahri,

1996; 16).

1. Perkebunan Rakyat

Perkebunan rakyat yang sering disebut juga pola swadaya menduduki

hampir 80% dari total areal perkebunan yang ada di Indonesia. Pengelolaannya

masih terbatas, dalam artian belum ada pembagian pengelolaan untuk

masing-masing sistem. Untuk itu seorang petani tanaman perkebunan dapat berfungsi dan

bertindak sebagai pelaksana setiap kegiatan usahanya.

2. Perkebunan Besar

Perkebunan besar swasta dan perkebunan besar milik negara sering

disebut sebagai satu plantation atau estate dimana pengelolaannya jelas untuk

masing-masing sub-sistem, akan tetapi merupakan satu kesatuan manajemen.

Manajemen perkebunan yang meliputi manajemen tanaman, manajemen

pengolahan hasil dan manajemen pemasaran komoditi perkebunan.

Beberapa ciri dari perkebunan besar, antara lain : hamparan lahan relatif

luas, tanaman dan tata tanam yang seragam, pemakaian bibit unggul dan teknologi

relatif maju, perencanaan terinci dan pegawasan yang ketat, standarisasi

(prosedur, prestasi, hasil, mutu dan biaya), penggunaan tenaga kerja terampil atau

(29)

wadah organisasi dan mekanisme koordinasi. Pola organisasi perusahaan

perkebunan umumnya dapat digambarkan sebagai organisasi intern yang

mengatur hubungan antara kantor Direksi dengan kebun atau Pabrik. Atas dasar

laporan-laporan harian, bulanan serta tugas-tugas pengawasan dilakukan oleh

aparat direksi. Seluruh kegiatan administrasi kebun/pabrik dikoordinir oleh

Kantor Direksi.

3. Perusahaan Perkebunan Inti Rakyat

Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR-BUN) Direktorat Jenderal

Perkebunan mengartikan sebagai usaha pengembangan perkebunan dengan

menggunakan perkebunan besar sebagai inti yang membantu dan membimbing

perkebunan rakyat sekitarnya sebagai plasma dalam suatu sistem kerjasama yang

saling menguntungkan, utuh, dan berkesinambungan. Perusahaan inti merupakan

perusahaan perkebunan besar baik milik swasta maupun milik negara, sedangkan

kebun plasma merupakan areal wilayah plasma yang dibangun oleh perusahaan

inti dengan tanaman perkebunan yang diperuntukkan bagi petani peserta.

4. Perkebunan Unit Pelaksana Proyek

Unit pelaksana proyek merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan

dalam pembinaan dan pelaksanaan proyek perkebunan, setiap unit pelaksanaan

proyek perkebunan ditentukan oleh luas areal perkebunan rakyat yang dibina,

dimana pembinannya dilaksanakan mulai dari pembibitan, penanaman sampai

dengan pengolahan dan pemasaran hasil. Pembinaan dilakukan secara menyeluruh

termasuk juga peningkatan keterampilan para petani dengan mengadakan

(30)

2.3 Deskripsi Minyak Kelapa Sawit 2.3.1 Deskripsi Tanaman Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis Guineensis) berbentuk pohon. Tingginya dapat

menacapai 24 meter. Akar serabut taman kelapa sawit mengarah ke bawah dan

samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar nafas yang tumbuh mengarah ke

samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.

Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun

berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak

mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan

tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah

umur 12 tahun pelepah mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi

mirip kelapa.

Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu hingga merah

tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul

dari tiap pelepah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak sesuai

kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas

(Free Fatty Acid: FFA) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.

Buah terdiri dari tiga lapisan, yaitu:

1. Eksokarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.

2. Mesokarp, serabut buah.

3. Endoskarp, cangkang pelinding inti.

Inti sawit (kernel, yang sebenarnya adalah biji) merupakan endosperma

(31)

Kelapa sawit berkembang baik dengan cara generatif. Buah sawit

matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas

(plumula) dan bakal akar (radikula).

Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15o LU – 15oLS).

Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 meter dari permukaan laut

dengan kelembapan 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan

stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan

dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan mempengaruhi

perilaku pembungaan dan produksi kelapa sawit.

2.3.2 Tipe Kelapa Sawit

Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis, yaitu: Elaeis

Guineensis dan Elaeis Oloifera. Jenis yang pertama adalah yang pertama kali dan

terluas dibudidayakan orang. Elaeis Oloifera sekarang mulai dibudidayakan pula

untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik.

Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan

cangkang, yang terdiri dari:

1. Dura, merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga

dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan

buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%.

2. Pisifera, buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril

sehingga sangat jarang menghasilkan buah.

3. Tenera, merupakan persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera.

(32)

masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya

tetap fertil. Beberapa Tenera unggul memiliki persentase daging per

buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat

mencapai 28%.

2.3.3 Hasil Tanaman Kelapa Sawit

Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin,

sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit, dan industri farmasi. Minyak

sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keunggulan

sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu

melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai

daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang

kosmetik.

Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah.

Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil)

yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya.

Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol

dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan

baku margarin.

Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika.

Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak

berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulitnya buahnya

mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng,

(33)

disebut bungkil itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan

ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.

Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan

temperatur 90oC. Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan

bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging

inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu

dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah

lumpur.

Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran

makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos.

2.3.4 Sejarah Perkebunan Kelapa Sawit

Indonesia bukanlah daerah orijin tanaman kelapa sawit. Kelapa sawit

didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848 dari

Afrika. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya

ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada

tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak

nabati akibat Revolusi Industri pada pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian

muncul ide untuk membuat perkebuanan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan

seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit ”Deli Dura”.

Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan

secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet,

seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit

(34)

perkebunan mencapai 5.123 Ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian

didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau

Panjang, Kuala Selangor, Malaysia pada 1911-1912. di Malaya, perkebunan

pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor

menggunakan benih Dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri

penanaman kelapa sawit besar-besaran dimulai pada tahun 1911.

Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok

utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang merosot hingga tinggal

seperlima dari angka tahun 1940.

Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program

Buruh-Militer (Bumil) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok

utama kemudian diambil alih Malaya (lalu Malaysia).

Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan,

dipadukan dengan sistem Perkebunan Intin Rakyat (PIR-BUN). Perluasan areal

perkebuanan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi

nabati meningkat sebagai energi alternatif.

Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor

hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12 meter, dan merupakan

kelapa sawit tertua di asia Tenggara yang berasal dari Afrika.

2.4 Aspek-Aspek Produksi 2.4.1 Pengertian Produksi

Produksi dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas

(35)

sebagai faktor-faktor produksi. Dengan demikian kegiatan produksi tersebut

adalah proses mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output.

(Agung, 1994; 9)

Dalam ilmu ekonomi istilah produksi mencakup jenis aktivitas yang jauh

lebih luas dibanding pengertian sehari-hari. Menurut konteks ini produksi dapat

diartikan sebagai hubungan fisik antar masukan (input) dan keluran (otput).

Pengertian seperti ini sering disebut sebagai “proses produksi”. Fungsi yang

menggambarkan keadaan seperti itu dinamakan “fungsi produksi”. Unsur-unsur

ekonomi yang berkaitan erat dengan masalah produksi ini diantaranya adalah

pendapatan sekaligus berhubungan dengan laba/rugi, biaya produksi, efisiensi,

produktivitas, dll.

2.4.2 Prinsip Ekonomi Dalam Proses Produksi

Beberapa prinsip ekonomi dalam proses produksi sebagai kebijakan

perusahaan, yaitu (Sumanjaya, 2008; 99):

1. Maksimalisasi Output

Kebijaksanaan perusahaan untuk maksimalisasi output dinyatakan

berdasarkan kendala biaya, berarti perusahaan berupaya untuk mendapatkan

output maksimum dengan mengeluarkan biaya tertentu.

2. Minimalisasi Biaya

Kebijakan perusahaan yang berupaya untuk meminimalisasi biaya produksi

(36)

3. Maksimalisasi Laba

Pengusaha memiliki kebebasan dalam penggunaan input sebagai biaya

produksi guna menciptakan produksi optimal dengan tujuan untuk

mendaptkan laba maksimum. Besarnya laba maksimum perusahaan sebagai

penjualan output adalah selisih diantara jumlah penerimaan (total revenue)

dikurangi dengan jumlah biaya (total cost).

2.4.3 Konsep Produksi

Konsep dasar teori produksi sangat diperlukan bagi berbagai pihak,

terutama pihak produsen untuk menentukan bilamana output dapat memberikan

maksimum laba. Beberapa informasi yang perlu diketahui produsen antara lain

permintaan output maupun informasi ketersediaan berbagai input guna

mendukung proses output. Demikian pula alternative penggunaan input dan

bahkan pengorbanan terhadap sesuatu output guna kepentingan output lainnya.

Keterangan ini perlu mendapat perhatian para pelaku kegiatan produksi sebagai

suatu kebijaksanaan sekaligus keputusan.

Secara umum, konsep produksi dapat dibedakan menjadi 3 bagian

(Kadariah, 1994; 100), yaitu:

1. Produk Total (Total Product)

Produk total adalah jumlah total produksi yang dihasilkan oleh sebuah

perusahaan selama kurun waktu tertentu dengan menggunakan sejumlah input

yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian produk total

ini merupakan fungsi dari input / faktor-faktor produksi yang tersedia, sehingga

(37)

Dalam hal ini fungsi produksi total dapat dirumuskan sebagai berikut:

TP = f (FP)

Artinya bahwa produksi total itu merupakan variabel dependen terhadap

faktor produksi (FP) yang dijadikan sebagai variabel independen, dimana:

TP = Total Product (produk total)

FP = Factor of Production (factor produksi)

2. Produksi Rata-rata (Average Product)

Produksi rata-rata adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh setiap

unit (satuan) faktor-faktor produksi. Konsep ini diperoleh dengan cara

membagikan total produksi dengan jumlah faktor produksi (input) yang dimiliki

oleh sebuah perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut, konsep ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

AP =

FP TP

Dimana: AP = average product (produksi rata-rata)

TP = total product (total produksi)

FP = jumlah faktor produksi yang digunakan

3. Produksi Marginal (Marginal Product)

Produk marginal merupakan perubahan (pertambahan atau penurunan)

produksi yang diperoleh seiring dengan dilakukannya penambahan input. Dengan

demikian konsep ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

MP = ∆Q = Qa – Qa – 1

(38)

Qa = total produksi setelah penambahan faktor produksi

Qa - 1 = total produksi sebelum penambahan faktor produksi

2.4.4 Tahapan produksi

Gambar 2.1. Kurva Tahapan Produksi

Sumber: Teori Ekonomi Mikro, Sumanjaya, 2008; 83

Berdasarkan data dan grafik pada gambar 2.1 dapat ditemukan tahapan

(stage) produksi, apakah sebagai tahap I, tahap II, dan tahap III. Tahap I

ditunjukkan dari penggunaan 1 input tenaga kerja sampai pada perpotongan

marginal product dengan average product. Tahap II dimulai dari MP = AP

sampai pada maksimum total product dengan MP = 0. Tahap III dimulai total

product mengalami penurunan dan diikuti oleh marginal product yang negatif.

TP

APL

MPL

I II III

(39)

Tahap I penggunaan tenaga kerja relatif kecil sehingga total produksi

masih memungkinkan untuk ditingkatkan, tahapan ini merupakan irrational stage

sebagaimana tahap III dimana penambahan jumlah input tenaga kerja justru

menurunkan jumlah produksi. Tahap II merupakan rational stage dimana

penambahan input tenaga kerja dapat meningkatkan jumlah produksi. Dengan

demikian berdasarkan ketiga tahapan produksi diatas, terbaik terdapat pada tahap

produksi II (Sumanjaya, 2008; 83).

2.4.5 Production Possibility Curve

Proses penciptaan output selalu dihadapkan kepada berbagai alternative,

apakah alternative dimaksud berkaitan dengan penggunaan input atau penciptaan

output. Beberapa proporsi maupun jenis input yang digunakan guna menghasilkan

berbagai output dan bagaimana kombinasi penggunaan input sehingga proses

produksi terkendali. Informasi pasar output dan kesediaan input sangat berperan

sehingga proses produksi memberikan laba maksimum bagi perusahaan. Konsep

production possibility curve atau disebut production frontier dapat

mengungkapkan keterangan diatas.

Dalam penerapannya pengertian ini mendukung makna berupa

penggunaan berbagai sumber daya yang tersedia dalam kegiatan produksi secara

keseluruhan dengan alternative output. Apabila sumber daya yang tersedia tidak

digunakan secara keseluruhan berarti proses produksi tidak efisien. Tepatnya

pengertian production possibility curve sendiri merupakan alternative

pengorbanan yang diberikan sesuatu output guna peningkatan output lain seperti

(40)

Gambar 2.2. Kurva Production Possibility Curve Sumber: Teori Ekonomi Mikro, Sumanjaya, 2008; 79

Berdasarkan uraian diatas, produksi pada dasarnya merupakan proses

penggunaan input (masukan) untuk menghasilkan output (keluaran). Secara

umum fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut:

Output = f (input)

2.4.6 Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah abstraksi yang menggambarkan suatu proses

produksi, lebih jelasnya fungsi produksi dapat diartikan sebuah deskripsi

matematis atau kuantitatif dari berbagai macam kemungkinan-kemungkinan

prediksi teknis yang dihadapi oleh suatu perusahaan atau industri. Fungsi produksi

memberikan output maksimum dalam pengertian fisik.

Menurut Samuelson dan Nordhaus (200; 125), pengertian fungsi produksi

(41)

yang dihasilkan. Fungsi produksi menentukan output maksimum yang dapat

dihasilkan dari sejumlah input tertentu, dalam kondisi keahlian dan pengetahuan

teknis yang tertentu.

Juga disebutkan fungsi produksi merupakan hubungan diantara

faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya (Sukirno, 1994; 193).

Fungsi produksi menetapkan bahwa suatu perusahaan tidak bisa

mencapai suatu output yang lebih tinggi tanpa menggunakan input yang lebih

banyak, dan suatu perusahaan tidak bisa menggunakan lebih sedikit input tanpa

mengurangi tingkat outputnya.

Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak

diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Hal tersebut

disebabkan karena beberapa hal, antara lain:

a. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara

faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan

tersebut dapat lebih mudah dimengerti.

b. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara

variabel yang dijelaskan (dependen variabel), Y, dan variabel yang

menjelaskan (independen variabel), X, serta sekaligus mengetahui hubungan

antar variabel penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Y = f (X1,…)

Dengan fungsi produksi seperti tersebut diatas, maka hubungan Y dan X

(42)

a. Fungsi Produksi Satu Input Variabel

Fungsi produksi dengan satu input dapat ditunjukkan melalui grafik dua

dimensi. Untuk penyederhanaannya dapat diasumsikan bahwa salah satu input

adalah konstan dalam jangka pendek (Suharti, 2003; 78). Apabila input tenaga

kerja yang digunakan dalam proses produksi berarti pembahasan bertumpu pada

kemampuan tenaga kerja dalam menciptakan jumlah produksi (total physical

productivity of labor/TPPL atau acapkali disingkat (TP), produksi margin (MP),

rata-rata produksi (AP) dan sampai kepada laba maksimum (Sumanjaya, 2008;

80).

b. Fungsi Produksi Dengan Dua Input

Apabila dua input yang digunakan dalam proses produksi menjadi

variabel semua, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan isoquan dan

isocost.

a. Isoquant

Isoquant adalah kurva yang menunjukkan kombinasi input yang dipakai

dalam proses produksi, yang menghasilkan output tertentu dalam jumlah yang

sama (Suharti, 2003; 83).

Isoquant mempunyai cirri-ciri yang sama dengan indifference curve

dalam analisis perilaku konsumen, yaitu (Suharti, 2003; 83):

1. Turun dari kiri atas kekanan bawah

2. Cembung ke arah titik origin

(43)

4. apabila jumlah output yang lebih banyak, artinya perubahan produksi

digambarkan dengan pergeseran isoquan.

Marginal Rate of Technical Substitution (MRTS)

Adalah suatu pernyataan yang mengungkapkan penurunan/berkurangnya

penggunaan sesuatu input (kapital) di satu sisi pada sumbu vertikal dan diganti

dengan penambahan input lain (tanaga kerja) dengan tingkat produksi yang sama

(Sumanjaya, 2008; 87). Secara matematis dapat dituangkan sebagai berikut:

MRTS =

K L

MP MP

b. Isocost

Isocost adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi antara dua

input yang berbeda yang dapat dibeli oleh produsen pada tingkat biaya yang sama

(Suhartati, 2003; 87).

2.4.7 Fungsi Produksi Cobb Douglas

Fungsi produksi ini menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Cobb,

C.W. dan Douglas, P. H. pada tahun 1928 melalui artikelnya yang berjudul “A

Theory of Production” (Suhartati, 2003; 104).

Secara matematis fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis dengan

persamaan (Sumanjaya, 2008; 102):

Q = AKα Lβ

Keterangan: Q = output

(44)

L = input tenaga kerja

A = parameter efisiensi/koefisien teknologi

α = elastisitas input modal

β = elastisitas input tenaga kerja

Fungsi produksi Cobb Douglas dapat diperoleh dengan membuat dengan

membuat linear persamaan sehingga menjadi:

LnQ = LnA + αLn + βLnL + ε

Dengan meregres persamaan diatas maka secara mudah akan diperoleh

parameter efisiensi (A) dan elastisitas inputnya. Salah satu kemudahan fungsi

produksi Cobb Douglas adalah secara mudah dapat dibuat linear sehingga

memudahkan untuk mendapatkannya.

a. Marginal Physical Productivity of Capital (MPk)

β

b. Marginal Physical Productivity of Labor (MPl)

(45)

c. Avarage Productivity of Capital (Apk)

K Q

APk = ... (3)

d. Average Productivity of Labor (APl)

L Q

APl = ... (4)

e. Elasticity Product of Capital (Ek)

K

f. Elasticity Product of Labor (El)

L

Dalam fungsi produksi Cobb Douglas ini, penjumlahan elastisitas

substitusi menggambarkan return to scale. Artinya apabila α + β = 1 berarti

constan return to scale, bila α + β < 1 berarti decresing return to scale, dan

apabila α + β > 1 berarti proses produksi berada dalam keadaan increasing return

to scale. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:

Fungsi produksi Cobb Douglas:

Q = AKα Lβ

Apabila input dinaikkan dua kali lipat maka:

Q2 = A (2K1)α. (2L1) β

= A2αK1α .2βL1β

(46)

= 2 α+β Q1

Jadi, bila α+β = 1, maka Q2 = 2 Q1, berlaku constan return to scale

bila α+β > 1, maka Q2 > 2 Q1, berlaku increasing return to scale

bila α+β < 1, maka Q2 < 2 Q1, berlaku decreing return to scale

Dalam fungsi produksi Cobb Douglas asli berlaku constant return to

scale (Nicholson, 1995; 332), sehingga dapat mengilustrasikan secara mudah

perubahan output sebagai akibat perubahan input. Apabila input (baik K maupun

L) naik sebesar 2 (dua) kali maka output akan naik sebesar 2 (dua) kali pula.

Karena dalam fungsi Cobb Douglas berlaku constant return to scale maka

akan membawa konsekuensi bahwa substitusi antar faktor-faktor produksinya

adalah substitusi sempurna, artinya satu input L (tenaga kerja) dapat digantikan

dengan satu unit input K (modal). Dengan demikian, fungsi produksi Cobb

Douglas mempunyai bentuk isoquan linear.

2.5 Faktor-Faktor Produksi 1. Tanah

Tanah merupakan lapisan kulit bumi terluar yang tersusun dari bahan

mineral dan bahan-bahan organik. Dipengaruhi oleh bahan induk, iklim, bentuk

wilayah, dan mikro organism. Unsur pembentuk tanah terdiri dari mineral (45%),

udara (25%), air (25%) dan bahan organic (5%) (Indriani, 1993; 11).

Tanah sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil

pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan dari mana hasil produksi

keluar. Dalam pertanian, terutama di Negara kita, faktor produksi tanah

(47)

yang diterima oleh tanah dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainnya

(Mubyarto, 1984; 76).

Tanah adalah faktor produksi yang tahan lama sehingga biasanya tidak

diadakan depresiasi atau penyusutan. Bahkan dengan perkembangan penduduk

nilai tanah selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Tetapi dalam pertanian

tanah yang dikerjakan terus menerus akan berkurang pula kesuburannya. Untuk

mempertahankan kesuburan tanah petani harus mengadakan rotasi tanaman dan

usaha-usaha konservasi tanah lainnya (Mubyarto, 1984; 88).

Unsur-unsur sosial ekonomi yang melekat pada tanah dan memiliki

peranan dalam pengelolaan usaha tani cukup beragam, diantaranya adalah:

1. Kekuatan atau kemampuan potensil dan aktuil dari tanah

2. Kapasitas ekonomis, efisiensi ekonomis dan keunggulan bersaing dari tanah

3. Produktivitas tanah, yang dimaksud dengan produktivitas tanah adalah jumlah

hasil total yang diperoleh dari satu kesatuan bidang tanah (satu hektar) selama

satu tahun dihitung dengan uang.

4. Nilai sosial ekonomis dari tanah

Bagi sebuah perusahaan lahan (tanah) memiliki peranan penting terutama

sebagai tempat pendirian perusahaan dan pabrik-pabrik yang dibutuhkan

dalam proses produksi. Selain itu bagi perusahaaan tertentu tanah ini dapat

dijadikan sebagai sumber bahan baku, misalnya melalui pemberdayaan lahan

yang dapat mendukung penyediaan bahan baku yang dibutuhkan sekaligus

(48)

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja sering disebut tenaga manusia mutlak dibutuhkan jika ingin

menghasilkan sebuah produk. Tenaga kerja yang tersedia biasanya digunakan

untuk mengoperasikan serta mengendalikan mesin/peralatan yang dimiliki oleh

perusahaan. Untuk kasus tenaga kerja ini terutama tidak dipandang dari kuantitas

(jumlah), tetapi juga mutu (kualitas) yang sangat mempengaruhi kinerja

perusahaan yang bersangkutan.

Dengan adanya tenaga kerja yang terdidik dan terlatih maka dipastikan

kesalahan-kesalahan fatal yang merugikan dan membahayakan akan dapat

dicegah. Dalam hal ini sebuah perusahaan sangat mengharapkan tenaga kerja

yang benar-benar berpengalaman serta memilki keahlian yang tinggi sehingga

dapat memberikan kontribusi yang besar terutama terhadap peningkatan produksi

perusahaan. Selain keahlian, dan kejujuran, kedisplinan juga hal yang sangat

dibutuhkan dari seorang tenaga kerja.

Tenaga kerja dalam pertanian di Indonesia dibedakan kedalam persoalan

tenaga kerja dalam usaha tani kecil-kecilan (usaha tani pertanian rakyat) dan

persoalan tenaga kerja dalam perusahaan pertanian yang besar-besaran yaitu

perkebunan, kehutanan, peternakan dan sebagainya. Petani yang memiliki lahan

tidak luas tidak membutuhkan tenaga kerja dari luar. Tetapi bagi petani yang

memilki lahan yang luas akan membutuhkan tenaga kerja dari luar (Mubyarto,

(49)

3. Modal

Pengertian modal adalah barang dan jasa yang bersama-sama dengan

faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang

baru.Barang-barang pertanian yang termasuk baru.Barang-barang modal dapat berupa uang, ternak, pupuk,

bibit, cangkul, investasi dalam mesin dan lain-lain. Biasanya semakin besar dan

semakin baik kualitas modal yang dimiliki maka akan sangat mendukung terhadap

peningkatan produksi yang dihasilkan (Mubyarto, 1984; 91).

4. Manajemen (Skill)

Manajemen berarti proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

dan pengawasan usaha-usaha para anggota serta penggunaan sumber daya dalam

rangka pencapian tujuan yang telah ditetapkan. Dari uraian di atas maka faktor

produksi ini tidaklah kalah penting dibanding faktor produksi lain. Perlu diketahui

ada 3 alasan manajemen ini sangat dibutuhkan oleh perusahaan, yakni:

1. Untuk mencapai tujuan perusahaan.

2. Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan

3. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas

2.6 Biaya Produksi

Keputusan manajemen dalam kaitan dengan penggunaan input produksi

sangat penting dan perlu menjadi perhatian yang serius. Untuk menciptakan

sesuatu output tentunya dengan berbagai input yang digunakan seperti: tenaga

(50)

input ini pada hakikatnya berupa biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam

proses produksi (Sumanjaya, 2008; 106).

2.6.1 Fungsi Biaya Total

Fungsi biaya total ini merinci biaya total yang dikenakan oleh perusahaan

untuk memproduksi suatu output tertentu selama kurun waktu tertentu. Para ahli

ekonomi mendefenisikan biaya ditinjau dari biaya alternative atau opportunity

cost. Doktrin biaya alternative menetapkan bahwa biaya dari suatu faktor produksi

merupakan nilai maksimum yang diproduksi oleh faktor ini dalam suatu

penggunaan alternative (Suhartati, 2003; 123).

Biaya dapat kita kelompokkan berdasarkan realitas dan sifatnya.

Berdasarkan realitas, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu (Suhartati, 2003; 23):

1. Biaya eksplisit ialah pengeluaran yang nyata dari suatu perusuhaan untuk

membeli atau menyewa input atau faktor produksi yang diperlukan di dalam

proses produksi.

2. Biaya implisit ialah nilai dari suatu input milik sendiri atau keluarga yang

digunakan oleh perusahaan itu sendiri di dalam proses produksi.

Berdasarkan sifatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Biaya tetap

Merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh suatu perusahaan per satuan

waktu tertentu, untuk keperluan pembayaran semua input tetap, dan bsarnya

(51)

2. Biaya variabel

Merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh suatu perusahaan pada waktu

tertentu, untuk pembayaran semua input variabel yang digunakan dalam

proses produksi.

Penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel dalam proses produksi

disebut sebagai biaya total. Terdapat dua fungsi biaya yang dapat diurunkan dari

fungsi biaya total, yaitu:

1. Fungsi Biaya Tetap Total/Total Fixed Cost (TFC)

Didefinisikan sebagai nilai dari biaya total pada suatu tingkat output nol.

TFC(q) merupakan suatu fungsi dari q yang konstan untuk semua nilai-nilai q

yang mungkin:

TFC(q) = TC(0) ... (1)

2. Fungsi Biaya Variabel Total/Total Variabel Cost (TVC)

Sama dengan perbedaan antara biaya total memproduksi q dan biaya tetap

total:

TVC(q) = TC(q) – TFC(q) ... (2)

Oleh karena itu biaya variabel total adalah bagian dari biaya total yang

bervariasi dengan tingkat output.

Kemudian dari fungsi biaya total diatas dapat diturunkan fungsi biaya

rata-rata yang merupakan suatu nilai tengah aritmatik bilangan, yaitu (Suhartati,

2003; 125):

1. Fungsi Biaya Tetap Rata-rata/Average Fixed Cost (AFC)

adalah biaya tetap per unit output:

AFC(q) = q

q TFC( )

(52)

2. Fungsi Biaya Variabel Rata-rata/Average Variabel Cost (AVC)

Adalah biaya variabel per unit output:

AVC = q

q TVC( )

... (2)

3. Fungsi Biaya Total Rata-rata

Adalah biaya total per unit output:

ATC(q) = q

q ATC( )

... (3)

4. Fungsi Biaya Marginal

Adalah laju perubahan di dalam biaya total sebagai akibat perubahan output:

MC(q) = dq

d

[TC(q)] ... (4)

2.6.2 Economies dan diseconomies scale

Merupakan pernyataan tentang bagaimana alternative proses produksi

yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Economies scale berarti penggunaan input

produksi di mana rata-rata biaya produksi menunjukkan penurunan sedangkan

output dinyatakan meningkat. Adapun diseconomies scale mengungangkapkan

peningkatan output diikuti oleh kenaikan biaya rata-rata produksi (Sumanjaya,

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah atau metode prosedur yang akan

dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan

permasalahn dan menguji hipotesis penelitian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di PTPN IV Kebun Pasir

Mandoge, dengan menganalisis pengaruh luas lahan, jumlah tenaga kerja dan

pupuk terhadap hasil produksi kelapa sawit. Pertimbangan pemilihan perusahaan

ini adalah karena perusahaan ini telah lama memproduksi kelapa sawit hingga saat

ini, diharapkan dapat memenuhi kriteria sebagai tempat penelitian yang dapat

memberikan data serta informasi yang diperlukan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

dalam bentuk time series yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk

angka-angka. Sumber datanya diperoleh dari PTPN IV Kebun Pasir Mandoge

dalam bentuk triwulan dalam kurun waktu 2005-2009. Disamping itu, data

lainnya yang mendukung penelitian diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan

berupa tulisan-tulisan ilmiah, literatur, jurnal, majalah-majalah ekonomi,

(54)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian yang dilakukan

melalui bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, dan

laporan-laporam penelitian ilmiah yang ada hubungan dengan topik yang diteliti.

Sedangkan untuk teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah melakukan

pencatatan secara langsung data faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

kelapa sawit di PTPN IV Kebun Pasir Mandoge.

3.4 Pengolahan Data

Dalam melakukan pengolahan data penelitian, penulis menggunakan

program Eviews 5.1 dengan terlebih dahulu melakukan pemindahan data yang

diperoleh ke dalam Software Mirosoft Excel untuk mempermudah penginputan

data pada proses selanjutnya

3.5 Model Analisis Data

Model dasar untuk analisis produksi kelapa sawit di PTPN IV kebun Pasir

Mandoge merupakan pengembangan dari teori produksi Cobb-Doglas, yaitu

persamaan:

Y = A KαLβ ... (1)

Dengan memecah variabel K dan L dalam bentuk yang lebih spesifik,

yaitu variabel-variabel eksplanatori yang digunakan dalam penelitian ini, maka

fungsi produksi menjadi:

(55)

Dari fungsi tersebut ditransformasikan kedalam model persamaan regresi

linear dengan spesifikasi model sebagai berikut :

Y =

α

+

β

1

X

1

+

β

2

X

2

+

β

3

X

3

+

μ

... (3)

Dimana:

Y = Produksi (Kg)

α = Intercept / konstanta

βi = Koefisien regresi

X1 = Luas Lahan (Hektar)

X2 = Tenaga Kerja (Orang)

X3 = Pupuk ( Kg)

µ = Term of Error (Kesalahan Pengganggu)

Selanjutnya untuk mendapatkan model penelitian, logaritma digunakan

terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk menguji

pengaruh antar variabel penjelas (explanatory variable) terhadap produksi kelapa

sawit digunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dalam bentuk regresi

berganda.

Adapun spesifikasi model penelitan ini sebagai berikut :

log Y =

α

+

β

1

log X

1

+

β

2

log X

2

+

β

3

log X

3

+

μ

...(4)

Secara sistematis bentuk persamaan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

1 X

Y

∂∂ > 0 artinya apabila X1 (luas lahan) mengalami kenaikan maka Y

(56)

2 X

Y

∂∂ > 0 artinya apabila X2 (tenaga kerja) mengalami kenaikan maka Y

(produksi) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

3 X

Y

∂∂ > 0 artinya apabila X3 (penggunaan pupuk) mengalami kenaikan

maka Y (produksi) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

3.6. Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.6.1. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan

variabel independen secara bersama-sama memberi penjelasan terhadap variabel

dependen .

Ada dua ciri dari R2 yang perlu diperhatikan:

1. Jumlahnya tidak pernah negatif

2. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0< R2≤1).

3.6.2. Uji t-statistik

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang bertujuan

untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak

terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan. Dalam

uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : bi = b

Ha : bi ≠b

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter

Gambar

Gambar 2.1. Kurva Tahapan Produksi Sumber: Teori Ekonomi Mikro, Sumanjaya, 2008; 83
Gambar 2.2. Kurva Production Possibility Curve Sumber: Teori Ekonomi Mikro, Sumanjaya, 2008; 79
Gambar 3.3 Kurva Durbin-Watson
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Kebun Pasir          Mandoge
+6

Referensi

Dokumen terkait

Koefisien determinasi menunjukkan bahwa 68% variabel bebas (Curah Hujan, Pupuk, dan Usia Tanaman) mempengaruhi hasil produksi kelapa sawit , sedangkan 32 % lagi

Dari hasil regresi ,variabel luas lahan berpengaruh negative terhadap jumlah produksi gambir dan secara statistik tidak berpengaruh signifikan, variabel jumlah pohon

sementara itu dalam periode yang sama, luas lahan kelapa sawit rakyat mengalami.. Berikut luas lahan karet rakyat dan kelapa sawit

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh luas lahan, tenaga kerja, pupuk dan pestisida terhadap produksi kelapa sawit dan menganalisis jumlah produksi dan

Berdasarkan dari analisis regresi data panel pada penelitian ini disimpulkan bahwa faktor produksi kelapa sawit di PT PN 13 yang terdiri dari jumlah jumlah pohon, pupuk

5.2 Pengaruh Luas Lahan, Herbisida, Pupuk, Tenaga Kerja dan Umur Tanaman Terhadap Produksi Kelapa Sawit Di Desa Pulau Tanjung. Setelah dilakukan analisis data menggunakan SPSS 23

luas lahan, jumlah populasi, umur tanaman, jumlah penggunaan pupuk, jumlah pestisida, curahan tenaga kerja, dan jenis lahan mempengaruhi produksi kelapa sawit

Variabel independen yang dipilih adalah total produksi minyak kelapa sawit,luas lahan perkebunan kelapa sawit, harga minyak kelapa sawit dunia dan Kurs rupiah terhadap