• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Gambir (Studi Kasus: Kabupaten Pakpak Bharat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Gambir (Studi Kasus: Kabupaten Pakpak Bharat)"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI GAMBIR

(STUDI KASUS KABUPATEN PAKPAK BHARAT)

Skripsi

Diajukan Oleh:

MEDIAWATI SOLIN

060501028

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

ABSTRACT

This research is entitled “Determinant Analyze of Gambir Production (A Case Study: Kabupaten Pakpak Bharat)”. This research is aimed to find how production of gambir in Kabupaten Pakpak Bharat and how are the effect of the wide of farm, gambir plants amount, the fertilizer usage, and labor usage in Kabupaten Pakpak Bharat. The data of this research are primer data are gained from farmer gambir of Kabupaten Pakpak Bharat by interviewing the people by using question list.

In analyzing the effects of independent variables toward dependent variables is used econometric model by regression all variables by using Ordinary Least Square Method. The regression result shows that the variables of the wide of farm has negatif effect and is statistically don.t toward the number of the gambir production, gambir plants amount has positive effect and is statistically significant toward the number of the gambir production. The fertilizer usage has positive effect and is statistically significant toward the number of the gambir production and the variables of the labor usage is positive effect and in statistically significant towards the number of the gambir production.

The coefficient determining (R2) the result shows that the variables of the number of the gambir production as dependent variable can be described by the independent variables, the gambir plants amount, the fertilizer usage and the labour usage variables for 57.52% and the rest 42.48% is described by the other variables out of the model. The overall test use F where F sums (22.00) > F table (2.75) which means that the variables of the gambir plants amount, the fertilizer usage and the labor usage are significantly effective towards the gambir production. The deviation test with classic assumption uses the multicollinearity, normalitas and the heterocedasticity test. These test show that there is any deviation towards classic assumption is heterocedasticity.

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Gambir (Studi Kasus: Kabupaten Pakpak Bharat)”. Tujuan penelitian untuk mengetahui jumlah produksi gambir, dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh luas lahan, jumlah pohon gambir, penggunaan pupuk dan penggunaan tenaga kerja terhadap tingkat produksi gambir di Kabupaten Pakpak Bharat. Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari petani gambir di Kabupaten Pakpak Bharat melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan.

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel variabel yang ada menggunakan metode kuadrat terkecil (ordinary least Square). Dari hasil regresi ,variabel luas lahan berpengaruh negative terhadap jumlah produksi gambir dan secara statistik tidak berpengaruh signifikan, variabel jumlah pohon gambir berpengaruh positip terhadap jumlah produksi gambir dan secara statistik berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi gambir, variabel pengeluaran pupuk berpengaruh positip serta secara statistik berpengaruh signifikaan terhadap jumlah produksi gambir dan variabel penggunanaan tenaga kerja berpengaruh positip serta secara statistik berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi gambir.

Hasil uji koofisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa jumlah produksi gambir sebagai variiabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel variabel independen yaitu jumlah pohon gambir, penggunaan pupuk dan penggunaan tenaga kerja sebesar 57.52% dan sisanya 42.48% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi. Pengujian secara keseluruhan menggunakan uji F dimana F hitung (22.00) > F tabel (2.75) artinya variabel jumlah pohon gambir, penggunaan pupuk dan penggunaan tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah produksi gambir. Uji penyimpangan asaumsi klasik menggunakan uji multikolinearits, uji normalitas dan uji heterokedastisitas, dari uji tersebut dalam penelitian ini terdapat penyimpangan asumsi klasik yaitu terdapat gejala heterokedastisitas.

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, segala puji dan syukur penulis ucapkan atas rahmat dah hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang diharapkan.

Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat

selesainya studi jenjang Strata 1 (S1) di Fakultas Ekonomi Departemen Ekonomi

Pembangunan Universitas Sumatera Utara. Selain itu skripsi ini merupakan

laporan akhir dari penelitian yang dilakukan penulis mengenai ”Analisis Faktor

Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Gambir.(Studi Kasus: Kabupaten Pakpak Bharat). Berkat kerja keras, doa yang dipanjatkan, dorongan serta bantuan yang luar biasa dari berbagai pihak, dengan kerendahan

dan ketulusan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Kedua orang tuaku yang sangat aku sayangi Latan Solin dan Nurayan Br

Tumangger, yang telah memberikan dukungan berupa moril dan materil

dan kasih sayang yang tiada henti hentinya kepada penulis. Terima kasih

telah melahirkan, membesarkan, mendidik dan memberikan kasih sayang

serta do’a dan dukungannya yang sangat bermakna bagi penulis, Hanya

Allah yang dapat membalas semuanya.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc, selaku Ketua Departemen

Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Raina Linda Sari. SE.Msi, selaku Dosen Wali yang telah memberikan

banyak waktu dan arahan bagi penulis selama menjadi mahasiswa di

Fakultas Ekonomi Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas

(5)

5. Bapak Prof. Dr. Sya’ad afifuddin,MEc, selaku dosen pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Rahmad S Hasibuan C.A.E, MSi, selaku Dosen Penguji I yang

telah memberikan saran – saran kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

7. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution. M.si, selaku Dosen Penguji II yang

telah memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini

8. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan

Universitas Sumatera Utara, K.Leny, B.Sugi dan B.Hery ,terima kasih atas

bantuan yang telah diberikan kepada penulis mulai dari kuliah sampai

selesainya penulisan skripsi ini.

9. Seluruh petani gambir di Kabupaten Pakpak Bharat selaku responden

dalam penelitian ini yang telah banyak memberikan informasi-informasi

penting bagi penulis dalam melakukan penelitian skripsi ini. Sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Terima kasih Kepada Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak

Bharat yang telah membantu penulis dalam memberikan data data yang

penulis perlukan dalam penulisan skripsi ini.

11.Kedua adik ku yang tersayang Eva Elvianto Solin dan Suparlin Solin yang

telah membantu penulis dalam melakukan riset,memberikan kasih sayang

dan dukungan, kritik dan saran kepada penulis. Terima kasih atas kasih

sayang dan dukungan yang telah kalian berikan semoga kita bertiga

menjadi anak yang berguna, dan dapat membuat orang tua kita bangga.

12.Seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan kepada penulis:

Tonga & Nantonga, Patua & Nantua, Uda & Panguda, Mbu dan Mambrru,

Puhun & Nampuhun. Terima kasih atas nasehat dan semangat yang telah

(6)

13. Buat Mbu Nina, terima kasih atas dukungan dan motivasi serta nasehat

yang diberikan, yang sangat berharga bagi penulis saat mulai

menginjakkan kaki di Medan.

14.Buat kakakku Mersiani Solin.Amd, abangku Lamri Solin, Beda Berasa,

Pun Hendri, adekku Erdiani, Pirnama, Helmi, Saper, Sabar, Yuyu, Taufik,

Dani, Angga, Anggi, Wandi, Irwan, Srik, Hamdan, Amir, Endra, Oka dan

Rahma, terima kasih buat nasehat dan dukungan kalian semua selama ini

15.Buat teman teman seperjuanganku di EP, Rasidah Angkat, Rifany Yunika

Siregar, Khairiati dan Dosma Sihotang, terima kasih sobat atas

kebersamaan yang telah kalian berikan buatku, bantuan dalam setiap

kesusahanku, semoga persahabatan kita abadi selamanya.

16.Teman senasib dan seperjuanganku Rasidah Angkat, yang telah banyak

memberikan bantuan kepada penulis dalam segala hal baik di kampus

maupun dikost, terima kasih sobat atas masukan masukan yang telah

diberikan semoga persahabatan kita abadi selamanya.

17.Terima kasih banyak buat Lisnawati Tinendung dan Putri Cibro yang telah

memberikan semangat dan masukan masukan serta telah menjadi sahabat

yang baik bagi penulis.

18.Buat teman teman seperjuangan dalam Pengantar Ekonometrika, Cidah,

Fany, Chery, Jhonson, Irwin, Rahmad, Azmal, Arisandi dan Andreas

makasih buat kerjasamanya.

19.Teman teman Ekonomi pembangunan, Nuraini, Ririn, Friska, Wirda,

Azmal, Rahmad, Aziz, Fadli, Hafaz, Rizky, Irman, Anim, Ayom, Phika,

Yeni, Anita, Sherly, Devy, Reny, Charly, Donal, Julkifli, Ahmadi, Asniari,

David Zulkarnain,Roma Mona, Putra, Yuni, Naskah, Putra P, B. Egi, Mira

Berutu dan seluruh keluarga besar Ekonomi Pembangunan yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu.

20.Teman teman dikost G23, K.Ana, K.Intan, K.Wi2k, Ririn, Lisna, Cidah,

Lina, Ina, Wina, Tiwi, Dini, Ria, Tami, Irma, Miska dan Grace, terima

kasih atas kebersamaan atas bantuan yang telah kalian berikan.

21.Buat bang Arjun terima kasih atas segala dukungan baik moril maupun

(7)

yang berguna agar dapat menjalani hidup menjadi yang lebih baik, semoga

Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah di berikan.

22.Buat semua pihak yang tidak disebutkan namanya satu persatu dalam

skripsi ini. Terima kasih atas bantuan yang telah diberikan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis sangat ,mengharapakan kritik dan saran demi penyempurnaan

skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap penelitian ini dapat memberikan

sumbangan pengetahuan yang bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, Juni 2010

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ...vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Perumusan ... 8

1.3 Hipotesis ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Ekonomi Pertanian ... 11

2.2 Pembangunan Pertanian ... 12

2.3 Syarat – Syarat Pembangunan Pertanian ... 14

2.4 Teori Produksi ... 16

2.4.1 Teori Produksi Dengan Satu Faktor Berubah ... 17

2.4.2 Teori Produksi Dengan Dua Faktor Berubah ... 23

2.4.3. Production Possibility curve ... 23

2.4.4. Fungsi Produksi ... 25

(9)

2.4.6. Fungsi Produksi Cobb Douglas ... 26

2.5. Faktor Faktor Produksi ... 29

2.6. Tinjauan Umum Mengenai Komoditi Gambir ... 33

2.6.1. Morfologi Tanaman Gambir ... 33

2.6.2. Proses Produksi Komoditi Tanaman Gambir ... 40

2.6.3. Diagram Alir Pengolahan Daun Gambir ... 45

2.6.4. Manfaat Gambir ... 46

2.7. Wilayah Potensi Besar Pengembangan Komoditi Gambir di Indonesia ... 46

2.7.1. Provinsi Sumatera Barat ... 46

2.7.2. Provinsi Sumatera Utara ... 47

2.7.3. Provinsi Riau ... 48

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian dan Daerah Penelitian ... 50

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 50

3.3 Penentuan Populasi dan Sampel ... 51

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.5 Pengolahan Data ... 52

3.6 Model Analisis Data ... 52

3.7 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 55

3.7.1 Koefisien Determinasi (R-Squared) ... 55

(10)

3.7.3 Uji f-statistik ... 56

3.8 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 58

3.8.1 Multikolinearitas ... 58

3.8.2 Heteroskedastisitas ... 58

3.8.3. Cara Mengobati Heterokedastisitas ... 59

3.8.4 Normalitas ... 60

3.9 Defenisi Operasional Variabel ... 60

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Pakpak Bharat ... 62

4.1.1 Iklim ... 66

4.1.2 Demografis ... 66

4.1.3 Keadaan Sosial dan Budaya ... 67

4.1.4 Potensi Wilayah ... 67

4.1.5 Perkembangan Tanaman Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat ... 68

4.1.6 Produksi Tanaman Gambir ... 69

4.2 Karakteristik Responden ... 71

4.3 Analisis Data ... 82

4.3.1 Interpretasi Model ... 82

4.3.2 Test of Goodness of Fit ... 85

(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 94

5.2 Saran ... 95

(12)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Ekspor Komoditi Gambir Menurut Negara Tujuan Tahun 2006 ... 3

1.2 Luas Serta Produksi Tanaman Gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat ………...… 4

1.3 Luas Serta Produksi Tanaman Gambir di kabupaten Pakpak Bharat .... 6

2.1 Hubungan Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi………. 19

2.2 Gabungan Tenaga Kerja dan Modal Untuk Menghasilkan 1000 Unit Produksi ………..…... 29

2.3 Daerah Sentral serta Luas Tanaman Gambir di Provinsi Sumatera Barat. ………... 47

2.4 Luas dan Produksi Gambir Perkecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat ……….………... 48

4.1 Kecamatan, Desa, Jumlah Penduduk dan Luas Setiap Kecamatan Kabupaten Pakpak Bharat ……….………... 64

4.2 Umur Responden ……….……… 72

4.3 Tingkat Pendidikan Responden ……….. 73

4.4 Jumlah Tanggungan Responden ………. 74

4.5 Luas Lahan Responden ………... 75

4.6 Jumlah Pohon Gambir Responden …..………...……. 76

(13)

4.8 Jumlah Tenaga Kerja ………... 78

4.9 Jumlah Produksi Gambir Responden ………. 79

4.10 Hasil Regresi Jumlah Produksi Gambir ……….. 83

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Proses Produksi………..………. 14

2.2 Kurva Tahapan Produksi ……….. 19

2.3 Kurva Production Possibility Curve ………. 22

3.1 Kurva Uji t- Statistik ……… 53

3.2 Kurva Uji F- Statistik ………... 54

(15)

ABSTRACT

This research is entitled “Determinant Analyze of Gambir Production (A Case Study: Kabupaten Pakpak Bharat)”. This research is aimed to find how production of gambir in Kabupaten Pakpak Bharat and how are the effect of the wide of farm, gambir plants amount, the fertilizer usage, and labor usage in Kabupaten Pakpak Bharat. The data of this research are primer data are gained from farmer gambir of Kabupaten Pakpak Bharat by interviewing the people by using question list.

In analyzing the effects of independent variables toward dependent variables is used econometric model by regression all variables by using Ordinary Least Square Method. The regression result shows that the variables of the wide of farm has negatif effect and is statistically don.t toward the number of the gambir production, gambir plants amount has positive effect and is statistically significant toward the number of the gambir production. The fertilizer usage has positive effect and is statistically significant toward the number of the gambir production and the variables of the labor usage is positive effect and in statistically significant towards the number of the gambir production.

The coefficient determining (R2) the result shows that the variables of the number of the gambir production as dependent variable can be described by the independent variables, the gambir plants amount, the fertilizer usage and the labour usage variables for 57.52% and the rest 42.48% is described by the other variables out of the model. The overall test use F where F sums (22.00) > F table (2.75) which means that the variables of the gambir plants amount, the fertilizer usage and the labor usage are significantly effective towards the gambir production. The deviation test with classic assumption uses the multicollinearity, normalitas and the heterocedasticity test. These test show that there is any deviation towards classic assumption is heterocedasticity.

(16)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Gambir (Studi Kasus: Kabupaten Pakpak Bharat)”. Tujuan penelitian untuk mengetahui jumlah produksi gambir, dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh luas lahan, jumlah pohon gambir, penggunaan pupuk dan penggunaan tenaga kerja terhadap tingkat produksi gambir di Kabupaten Pakpak Bharat. Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari petani gambir di Kabupaten Pakpak Bharat melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan.

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel variabel yang ada menggunakan metode kuadrat terkecil (ordinary least Square). Dari hasil regresi ,variabel luas lahan berpengaruh negative terhadap jumlah produksi gambir dan secara statistik tidak berpengaruh signifikan, variabel jumlah pohon gambir berpengaruh positip terhadap jumlah produksi gambir dan secara statistik berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi gambir, variabel pengeluaran pupuk berpengaruh positip serta secara statistik berpengaruh signifikaan terhadap jumlah produksi gambir dan variabel penggunanaan tenaga kerja berpengaruh positip serta secara statistik berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi gambir.

Hasil uji koofisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa jumlah produksi gambir sebagai variiabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel variabel independen yaitu jumlah pohon gambir, penggunaan pupuk dan penggunaan tenaga kerja sebesar 57.52% dan sisanya 42.48% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi. Pengujian secara keseluruhan menggunakan uji F dimana F hitung (22.00) > F tabel (2.75) artinya variabel jumlah pohon gambir, penggunaan pupuk dan penggunaan tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah produksi gambir. Uji penyimpangan asaumsi klasik menggunakan uji multikolinearits, uji normalitas dan uji heterokedastisitas, dari uji tersebut dalam penelitian ini terdapat penyimpangan asumsi klasik yaitu terdapat gejala heterokedastisitas.

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

Sektor pertanian merupakan sektor yang dapat diandalkan dalam

pemulihan perekonomian nasional. Pertanian merupakan sektor terbesar pada

setiap ekonomi Negara berkembang. Sektor ini menopang sebagian besar

perekonomian penduduknya melalui penyediaan pangan dan juga memberikan

lapangan pekerjaan.

Hingga saat ini, sektor pertanian masih memegang peranaan penting dalam

perekonomian nasional, hal ini terlihat dari jumlah penduduk dan tenaga kerja

yang diserap dalam sektor pertanian, mencapai 42,3 juta orang atau 44,5% dari

total tenaga kerja nasional.

Bila dilihat dari kondisi perekonomian propinsi Sumatera Utara, sektor pertanian

mempunyai peranaan yang sangat strategis dalam menunjang pembangunan

ekonomi. Dimana sektor pertanian memberikan kontribusi bagi PDRB yakni

sebesar 24,94%. Serta penyerapan tenaga kerja sebesar 56,03%. Tujuan

pembangunan di sektor pertanian selain untuk meningkatkan produksi juga untuk

meningkatkan kesejahteraan rumah tangga pertanian.

Kabupaten Pakpak Bharat merupakan salah satu kabupaten yang ada di

Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Pakpak Bharat memiliki luas 1.218.30 km2

terdiri dari 8 kecamatan, yakni kecamatan Salak, Kecamatan Sitellu Tali Urang

Jehe, Kecamatan Pagindar, Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu, Kecamatan

Pergetteng Getteng Sengkut, Kecamatan Siempat rube, Kecamatan Kerajaan dan

(18)

Bharat, sektor pertanian merupakan potensi yang terbesar mendukung

perekonomian masyarakat. Hasil pendataan rumah tangga sensus pertanian 2008,

terdapat 8.292 rumah tangga pertanian di kabupaten Pakpak Bharat. Mencakup

kegiatan bertani dan berkebun. Dari seluruh jumlah rumah tangga pertanian di

Kabupaten Pakpak Bharat 80% adalah merupakan petani pengguna lahan dengan

produksi jenis tanaman padi dan palawija, tanaman perkebunan rakyat dan

hortikultura. (BPS: Kabupaten Pakpak Bharat Dalam Angka: 2008).

Salah satu tanaman perkebunan rakyat yang saat ini memberikan

kontribusi yang cukup besar untuk menopang kehidupan petani di kabupaten

Pakpak Bharat adalah tanaman Gambir. Gambir merupakan tanaman menjalar

sebangsa kopi kopian (uncaria gambir roxb). Dalam perdagangan gambir dikenal

dengan berbagai nama sebagai berikut yakni:kateku kuning, kacu terra dan cutch.

Di Samping itu dikenal beberapa nama gambir di daerah seperti Gambe (Nias),

Gambie (Minangkabau), Kacu (Gayo), Sontang (Batak Toba), Gaambir (Pakpak),

Ghambir (Madura). Tanaman gambir pada umumnya tumbuh di dataran rendah

sampai ketinggian 900 meter diatas permukaan laut dan memerlukan cahaya

matahari yang cukup banyak. Tanaman gambir dapat diperbanyak dengan dua

cara yaitu vegetative dan generative.

Indonesia adalah Negara pengekspor gambir utama dunia. Negara tujuan

ekspor gambir adalah Bangladesh, India, Singapura, Malaysia, Jepang dan

beberapa Negara Eropa. Pengembangan tanaman gambir di Indonesia pada

prinsipnya sangat prospektif. Pada tahun 2006, volume ekspor tercatat 7.975.891

ton dan perolehan devisa sebesar 8.281.991 ribu Dolar AS. Sejalan dengan

(19)

maka kebutuhan akan gambir dalam industri semakin meningkat. India

membutuhkan 6.712.037 kg gambir kering setiap tahun. Untuk lebih rinci dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.1 Ekspor Komoditi Gambir Tahun 2006 Menurut Negara Tujuan

Total 7.975.891 8.281.991

Sumber:Dinas Pertanian 2006

Gambir telah lama dikenal sebagai campuran bahan makanan sirih.

Gambir juga digunakan sebagai bahan ramuan obat, bahan pembatik, ramuan cat,

pewarna tekstil dan industri bir. Gambir dapat menghambat pertumbuhan jamur

phytophora cinnamomi dan cukup berpotensi sebagai anti bakteri dan anti jamur. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ekstrak gambir digunakan sebagai bahan

(20)

pembuatan permen khusus bagi perokok yang fungsinya dapat menetralisir

nikotin.

Provinsi Sumatera Barat adalah penghasil komoditi gambir terbesar di

Indonesia, yakni di Kabupaten Lima Puluh Kota. Berdasarkan data dinas

perkebunan Provinsi Sumatera Barat, total luas areal tanaman gambir di Sumatera

Barat adalah 13.749.75 Ha dengan daerah penghasil utama Kabupaten Lima Puluh

Kota dan produksi pertahun berjumlah 8.166.40 ton dalam bentuk gambir mentah.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.2. Luas Serta Produksi Komoditi Gambir di kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat.

No Kecamatan

Kabupaten Pakpak Bharat merupakan penghasil gambir terbesar kedua

setelah Provinsi Sumatera Barat. Di kabupaten Pakpak Bharat, Kecamatan

Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan adalah penghasil produksi

(21)

Pengolahan gambir dilakukan dengan perebusan atau pengukusan daun

gambir, lalu diperas dengan sapik/kapiten (alat tradisional untuk memeras getah

gambir). Hasil perasan berupa getah/filtrate akan dikentalkan dalam suatu wadah

seperti ember atau bak kayu sehingga mengeras dan menjadi pasta gambir. Lalu

dilakukan penirisan/ditingtingi dengan karung dan ditindih dengan batu atau cora

semen selama sehari, sehingga serupa dengan adonan kue.

Selanjutnya dilakukan pencetakan dengan silinder bambu dan membentuk

bulatan sebesar kepalan tangan, pencetakan dengan silinder bambu biasanya dijual

perbuah sedangkan pencetakan dengan membentuk seperti bulatan bulatan

sebesar kepalan tangan dijual per kilogram. Dan yang paling terahir dilakukan

pengeringan sampai kadar air dibawah 17%. Kualitas gambir sangat ditentukan

oleh proses pengolahan getah gambir dan mutu daun gambir. Daun gambir yang

diolah sebaiknya daun gambir yang tidak muda dan tidak terlalu tua. Karena

apabila daun gambir masih muda belum banyak menghasilkan getah dan apabila

terlalu tua daunnya sudah kekuning-kuningan sehingga getah yang dihasilkan

tidak berkualitas. Pada proses pengolahan daun gambir menjadi getah, ketelitian

pemetikan daun serta pemerasan daun, kebersihan peralatan pengolah, lingkungan

pengempaan dan tempat penjemuran serta pengaruh cuaca dapat mempengaruhi

kualitas gambir, biasanya waktu untuk pengeringan gambir dilakukan selama satu

minggu.

Berdasarkan data departemen pertanian Kabupaten Pakpak Bharat, luas

areal tanaman gambir di kabupaten Pakpak Bharat adalah 1.036.14 Ha, total luas

tanaman gambir dari 8 kecamatan di kabupaten Pakpak Bharat. Dan jumlah

(22)

Kabupaten Pakpak Bharat:2009). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 1.3. Luas serta Produksi Komoditi Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat. Sumber:Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat.

Perkembangan pasar getah gambir pada tiga tahun terakhir relatif

menguntungkan bagi petani gambir, hal ini dapat dilihat dari tingginya harga

gambir dan setiap tahun mengalami peningkatan. Harga getah gambir kering per

kilogram saat ini adalah sebesar Rp.25.000/kg, sedangkan gambir yang masih

cair (sering disebut gambir bubur) Rp.3.000/kg, dan gambir yang cara

penjualannya perbuah, harga jualnya adalah 1 buah Rp.1.000,00 tetapi cara

pengolahan gambir yang dijual perbuah berbeda dengan cara pengolahan getah

gambir per kilogram. Pengolahan gambir dengan cara ini proses pengolahannya

harus bersih, warnanya tidak terlalu merah, pengeringannya harus benar benar

(23)

memakai cetakan tertentu. Dan bentuknya biasanya sudah ditentukan oleh agen

atau pedagang pengumpul.

Penelitian mengenai masalah tingkat produksi gambir di Indonesia belum

memperoleh perhatian yang cukup. Terutama penelitian yang mengkaji aspek

ekonominya. Pembangunan pertanian merupakan bagian penting dan yang tidak

terpisahkan dari pembangunan ekonomi dan pembangunan nasional.

Pembangunan pertanian berusaha untuk meningkatkan hasil produksi dan diikuti

dengan peningkatan pendapatan petani.

Hasil produksi suatu komoditi dipengaruhi oleh berbagai hal, yang disebut

dengan faktor produksi. Menurut pengertiannya, faktor produksi adalah input

yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa. Atau jika dikaitkan dengan

tanaman, faktor produksi adalah semua pengorbanan yang diberikan pada

tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan produk

pertanian yang baik.

Di dalam pengusahaan dan pengolahan tanaman gambir diperlukan faktor

faktor yang mempengaruhi tingkat produksi tanaman tersebut, sebagai sarana

produksi, seperti luas lahan, jumlah pohon gambir, jumlah tenaga kerja, pupuk\

kompos, pestisida, peralatan pengolahan dan lain lain yang turut serta

mempengaruhi tingkat produksi tanaman gambir. Dan diperlukan juga bidang

usaha yang mempergunakan getah gambir tersebut sebagai bahan baku dari suatu

produk.

Kabupaten Pakpak Bharat sangat cocok untuk dijadikan pusat pertanian

gambir yang memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian daerah

(24)

dan menulis skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Tingkat Produksi Gambir dengan Studi Kasus pada Kabupaten Pakpak Bharat”.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka perlu dibuat

rumusan masalah agar pelaksanaan penelitian dapat dilakukan dengan baik.

Adapun yang menjadi perumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh luas lahan terhadap tingkat produksi gambir di

kabupaten Pakpak Bharat?

2. Bagaimana pengaruh jumlah pohon gambir terhadap tingkat produksi

gambir di kabupaten Pakpak Bharat?

3. Bagaimana pengaruh penggunaan pupuk terhadap tingkat produksi gambir

di kabupaten Pakpak Bharat?

4. Bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap tingkat produksi gambir di

kabupaten Pakpak Bharat?

1.3. Hipotesis.

Hipotetis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi

objek penelitian. Berdasarkan perumusan masalah diatas maka untuk keperluan

penelitian dibuat hipotesis sebagai berikut:

1. Luas lahan berpengaruh positif terhadap tingkat produksi gambir di

kabupaten Pakpak Bharat, ceteris paribus.

2. Jumlah pohon gambir berpengaruh positif terhadap tingkat produksi

(25)

3. Penggunaan pupuk berpengaruh positif terhadap tingkat produksi gambir

di kabupaten Pakpak Bharat, ceteris Paribus.

4. Penggunaan tenaga kerja berpengaruh positif terhadap tingkat produksi

gambir di kabupaten Pakpak Bharat, ceteris Paribus.

1.4. Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh luas lahan terhadap tingkat

produksi gambir di kabupaten Pakpak Bharat.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jumlah pohon gambir terhadap

tingkat produksi gambir di kabupaten Pakpak Bhatat

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan pupuk terhadap

tingkat produksi gambir di kabupaten PakpakBharat.

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan tenaga kerja terhadap

tingkat produksi gambir di kabupaten Pakpak Bharat.

5. Untuk mengetahui faktor apa yang paling dominan dalam mempengaruhi

tingkat produksi gambir di kabupaten Pakpak Bharat.

1.5. Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan referensi bagi petani gambir di Kabupaten Pakpak

Bharat dalam mengambil keputusan terkait pengembangan produksi

gambir di daerah tersebut.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah, terutama para

(26)

merumuskan perencanaan dan kebijakan pembangunan daerah

khususnya yang berkaitan dengan peningkatan produksi gambir.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperbanyak dan menambah

sumbangan terhadap ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu

ekonomi.

4. Sebagai penambah wawasan bagi peneliti.

5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi, khususnya mahasiswa

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ekonomi Pertanian.

Ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dan ilmu

pertanian, ilmu ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara

manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Dapat juga dikatakan ilmu ekonomi

adalah ilmu yang mempelajari suatu proses yang terjadi pada masyarakat, yang

bertujuan untuk mendapatkan materi yang cukup. (Daniel mohar.2002.pengantar

ekonomi pertanian: 8). Ilmu pertanian dapat dibedakan berdasarkan arti luas dan

arti sempit, pertanian dalam arti luas mencakup:

1. Pertanian rakyat atau sering disebut sebagai pertanian dalam arti sempit.

2. Perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan

besar).

3. Kehutanan.

4. Peternakan.

5. Perikanan (dalam perikanan dibagi menjadi dua bagian yaitu perikanan

darat dan perikanan laut).

Pertanian dalam arti sempit diartikan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha

pertanian keluarga dimana diproduksi bahan makanan utama seperti, beras,

palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian) dan tanaman tanaman

hortikultura yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan. Usaha tani ini pada umumnya

diusahakan dengan tujuan utama untuk memenuhi kebutuhan kehidupan

(28)

hasilnya sebagian besar untuk memenuhi konsumsi keluarga dan faktor faktor

produksi atau modal yang dipergunakan sebagian besar berasal dari usaha tani itu

sendiri (Mubyarto.1985: pengantar ekonomi pertanian: 15).

Dengan demikian ilmu ekonomi pertanian adalah ilmu yang mempelajari

prilaku petani serta fenomena fenomena dan persoalan persoalan yang

berhubungan dengan pertanian baik secara mikro maupun makro. Mencakup

prilaku petani dalam kehidupan pertaniannya, proses pengolahan hasil hasil

pertanian, perdagangan internasional atas hasil hasil pertanian, kebijaksanaan

pertanian, hukum hukum dan hak hak pertanahan. (Mubyarto:1985: pengantar

pertanian:4)

2.2. Pembangunan Pertanian.

Berbagai hal dapat dilakukan untuk dapat mengembangkan pertanian sejak

saat ini. Kesejahteraan petani dan keluarganya merupakan tujuan utama yang

harus menjadi prioritas dalam melakukan semua kegiatan yang berhubungan

dengan pengembangan pertanian. Sektor pertanian menjadi prioritas pertama bagi

Negara negara berkembang karena sektor ini ditinjau dari berbagai segi

merupakan sektor yang dominan dalam ekonomi nasional. Misalnya kontribusi

terhadap pendapatan nasional, peranaannya dalam penyerapan tenaga kerja pada

penduduuk bertambah dengan cepat, serta kontribusinya dalam menghasilkan

devisa.

Tujuan pembangunan akan tercapai apabila memperhatikan kaidah usaha

dalam usaha tani dan dukungan pangan yang kuat bagi masyarakat. Kaidah usaha

(29)

jaminan bahwa seluruh warga terjaga keamanan pangannya. Model

pengembangan pertanian yang digunakan oleh Depertemen Pertanian selama ini

dapat dijadikan acuan.

Dalam mengembangkan usaha tani kegiatan utama yang harus dilakukan

adalah peningkatan produksi barang pertanian yang dihasilkan petani,

meningkatkan produktivitas pertanian serta mendorong pengembangan komoditas

yang sesuai dengan potensi wilayah. Peningkatan produksi pertanian apabila ingin

meningkatkan pendapatan petani merupakan keharusan dalam pembangunan

pertanian. Kualitas dan kuantitas yang baik dari produk pertanian yang dihasilkan

petani sangat mempengaruhi pendapatan petani. Pasar sangat menuntut kualitas

produk sejalan dengan semakin meningkatnya kesadaran dan tingkat pendapatan

masyarakat.

Program program pembangunan pertanian pada hakikatnya adalah

rangkaian upaya untuk memfasilitasi, melayani dan mendorong berkembangnya

sistem pertanian dan usaha-usaha pertanian yang berdaya saing, berkerakyatan,

berkelanjutan dan terdesentralisir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Program pembangunan pertanian diarahkan kepada tujuan pembangunan

pertanian jangka panjang yaitu sektor pertanian sebagai andalan dalam

pembangunan nasional.

Ketangguhan perekonomian nasional dengan basis agraris sebagaimana

Indonesia tidak ada pilihan lain kecuali meningkatkan ketangguhan sektor

(30)

pertanian adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pertanian dalam

mendukung perekonomian nasional. (Hanani, dkk:2003:75).

2.3. Syarat – Syarat Pembangunan Pertanian.

Berhasilnya pembangunan ditentukan oleh beberapa syarat yang berbeda-

beda antar Negara atau daerah. Kondisi tersebut meliputi bidang-bidang teknis,

ekonomis, sosial , budaya dan lain lain. A.T.Mosher dalam bukunya Getting

Agriculture Moving (1965) yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia telah menganalisis syarat-syarat pembangunan pertanian di banyak Negara dan

menggolongkannya menjadi syarat syarat mutlak dan syarat syarat pelancar.

Menurut Mosher ada lima syarat yang harus ada untuk adanya pembangunan

pertanian. Kalau satu syarat saja tidak ada maka terhentilah pembanguanan

pertanian, pertanian dapat berjalan terus tapi statis. Syarat syarat mutlak tersebut

adalah:

1.Adanya pasar untuk hasil hasil usaha tani.

2.Teknologi yang senantiasa berkembang.

3.Tersedianya bahan bahan dan alat alat produksi secara lokal.

4.Adanya perangsang produksi bagi petani.

5.Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontiniu.

Disamping kelima syarat syarat mutlak di atas , menurut Mosher ada lima

syarat lagi yang keberadaannya tidak harus ada, akan tetapi kalau ada akan sangat

memperlancar pembangunan pertanian.

(31)

1. Pendidikan dan pembangunan.

2. Kredit produksi.

3. Kegiatan gotong royong petani.

4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian.

5. Perencanaan nasional daripada pembagunan pertanian.

Analisa yang lebih mendalam atas kesepuluh syarat-syarat diatas

berdasarkan pengalaman pembangunan pertanian di negara kita, bahwa iklim

pembangunan yang merangsang adalah kunci utama. Iklim yang merangsang bagi

pembangunan pertanian telah dapat tercipta dengan pelaksanaan Repelita mulai

1969/1970 yang secara tegas memberi prioritas pada sektor pertanian.

Di samping adanya repelita yang sifatnya merangsang itu pemerintah

menciptakan kebijaksanaan kebijaksanaan khusus yang sifatnya merangsang

pula. Misalnya kebijakan harga beras minimum (floor price), subsidi harga pupuk,

kegiatan kegiatan penyuluhan pertanian yang intensif, perlombaan perlombaan

dengan hadiah yang menarik pada petani teladan dan lain lain.

Pendidikan pembangunan pada para petani di desa, baik mengenai

teknik-teknik baru dalam pertanian maupun mengenai ketrampilan ketrampilan lainnya

juga sangat membantu menciptakan iklim yang menggiatkan usaha pembangunan.

Kebijaksanaan dalam bidang tata niaga yang berupa pemberian premi pada mutu

komoditi yang terbaik merupakan contoh lain dalam pemberian perangsang,

misalnya dalam hal harga gambir dan harga nilam. Akhirnya kebijaksanaan harga

pada umumnya yang menjamin stabilisasi harga-harga hasil pertanian merupakan

(32)

dan mereka akan lebih pasti dalam usaha untuk meningkatkan produuksi.

(Mubyarto:1985: pengantar ekonomi pertanian:194).

2.4. Teori Produksi

Fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara

hasil produksi fisik (output) dengan faktor faktor produksi (input). Atau dengan

kata lain menunjukkan sifat hubungan diantar faktor faktor produksi dan tingkat

produksi yang dihasilkan.

Gambar 2.1. Proses Produksi

Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi dituliskan sebagai berikut:

Q= f(K, L, R.T)

Dimana: K= Jumlah stok modal.

L= Jumlah tenaga kerja. Meliputi berbagai jenis tenaga kerja

dan keusahawanan.

R= Kekayaan alam.

T= Tekhnologi ysng digunakan.

Q= Jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor Input(modal, tenaga

(33)

Persamaan tersebut merupakan suatu pernyataan matematik yang pada

dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah

modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam, dan tingkat tekhnologi yang

digunakan.

Fungsi produksi untuk setiap komoditi juga diartikan sebagi suatu

persamaan tabel atau grafik yang menunjukkan jumlah (maksimum) komoditi

yang dapat diproduksi perunit waktu untuk setiap kombinasi input alternative, bila

menggunakan teknik produksi yang tersedia. Fungsi produksi pertanian yang

sederhana diperoleh dengan menggunakan berbagai alternative jumlah tenaga

kerja per unit waktu untuk menggarap sebidang tanah tertentu yang tetap mencatat

alternative output yang dihasilkan per unit waktu. Sebagai contoh fungsi produksi

gambir menunjukkan jumlah getah ( filtrate) yang dihasilkan dari luas areal

tanaman gambir, jumlah pohon gambir yang ditanam, banyaknya tenaga kerja

yang digunakan, banyaknya pupuk dan obat obatan yang digunakan dan lain lain.

Teori produksi dalam ilmu ekonomi membedakan analisisnya kepada dua

pendekatan berikut:

1. Teori produksi dengan satu faktor berubah.

2. Teori produksi dengan dua faktor berubah.

2.4.1. Teori Produksi dengan Satu Faktor Berubah.

Teori produksi dengan satu faktor berubah yaitu teori produksi sederhana

yang menggambarkan tentang hubungan diantara tingkat produksi suatu barang

(34)

produksi barang tersebut. Dalam analisis ini dimisalkan bahwa faktor faktor

produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu modal dan tanah jumlahnya

dianggap tidak mengalami perubahan, teknologi juga dianggap tidak mengalami

perubahan, satu-satunya faktor produksi yang dapat di ubah jumlahnya adalah

tenaga kerja.

Hukum Hasil Lebih Yang Semakin Berkurang.

Hukum hasil lebih yang semakin berkurang merupakan suatu hal yang

tidak dapat dipisahkan dari teori produksi. Hukum tersebut menjelaskan sifat

pokok dari hubungan diantara tingkat produksi dan tenaga kerja yang digunakan

untuk mewujudkan produksi tersebut. Hukum hasil lebih yang semakin berkurang

menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya ( tenaga

kerja) terus menerus ditambah sebanyak satu unit , pada mulanya produksi total

akan semakin banyak pertambahannya, akan tetapi jika sudah mencapai tingkat

tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya akan mencapai

nilai negative. Sifat pertambahan produksi seperti ini menyebabkan pertambahan

produksi total semakin lambat dan akhirnya mencapai tingkat yang maksimum

dan kemudian menurun.

Dengan demikian hukum hasil lebih yang semakin berkurang dapat

dibedakan menjadi tiga tahap yaitu:

a. Tahap pertama: produksi total mengalami pertambahan yang semakin

kuat.

b. Tahap kedua: produksi total pertambahannya semakin lambat.

(35)

Tabel 2.1

Hubungan Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi

Tanah

Dalam tabel 2.1. dijelaskan suatu gambaran mengenai produksi suatu

barang pertanian diatas sebidang tanah yang tetap jumlahnya , tetapi jumlah

tenaga kerjanya berubah- ubah. Dalam gambaran itu ditunjukkan dalam kolom

(3) mengalami pertambahan yang semakin cepat apabila tenaga kerja ditambah 1

menjadi 2 dan 2 menjadi 3. Maka dalam kegiatan ini produksi mencapai tahap

(36)

produksi yang semakin besar dari yang dicapai pekerja sebelumnya. Dalam

analisis ekonomi produksi ini disebut sebagai produksi marginal pekerja yang

semakin bertambah. Data dalam kolom ke empat yaitu data produksi marginal

pada tahap pertama, menggambarkan keadaan tersebut.

Apabila tenaga kerja ditambah dari tiga menjadi empat, kemudian dari

empat menjadi lima, dari lima menjadi 6 selanjutnya menjadi 7. Produksi total

tetap bertambah, tetapi jumlah pertambahannya semakin lama semakin sedikit.

Maka dalam keadaan ini produksi mencapai tahap kedua, yaitu keadaan dimana

produksi marginal semakin berkurang. Maksudnya setiap pertambahan pekerja

akan menghasilkan tambahan produksi kurang daripada tambahan produksi

pekerja sebelumnya.

Pada tahap ketiga, pertambahan tenaga kerja tidak akan menambah

produksi total yaitu produksi total berkurang. Pada waktu tenaga kerja bertambah

dari 7 menjadi 8 , produksi total masih mengalami peningkatan, yakni sebanyak

15 unit. Akan tetapi apabila satu lagi tenaga kerja ditambah dari 8 pekerja menjadi

9 pekerja, maka produksi totalnya menurun. Produksi total berkurang lebih lanjut

apabila tenaga kerja menjadi 10.(Sadono sukirno:2005:mikro ekonomi teori

pengantar:196).

Produksi Total, Produksi rata rata dan Produksi marginal.

Kolom empat pada tabel 2.1 menunjukkan nilai produksi marginal yaitu

tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang

(37)

pertambahan produksi total maka produksi marginal (MP) dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut:

L TP MP

∆ ∆ =

Besarnya produksi rata rata yaitu produksi yang secara rata rata yang

dihasilkan oleh setiap pekerja ditunjukkan kolom 5. Apabila produksi total adalah

TP, jumlah tenaga kerja adalah L, maka produksi rata-rata (AP) dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan berikut:

L TP AP=

TAHAPAN PRODUKSI

Gambar 2.2: kurva tahapan produksi

TPL

APL

MPL

I II III

X

(38)

Hubungan hubungan antara produksi total, produksi rata rat a dan produksi

marginal dapat digambarkan secara grafik. Dapat ditunjukkan oleh grafik di atas.

Kurva TP adalah kurva produksi total.

Tahap I: Menunjukkan hubungan antara jumlah produksi dan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produksi suatu barang. TP

cekung keatas apabila tenaga kerja yang digunakan masih sedikit. Hal ini berarti

masih terjadi kekurangan tenaga kerja dibandingkan dengan faktor produksi lain

misalnya tanah yang dianggap tetap jumlahnya. Dalam keadaan seperti ini

produksi marginal bertambah tinggi,dapat dilihat pada kurva MP yang semakin

menaik.

Tahap II: Lalu dilakukan penambahan tenaga kerja. Pada tahap ini penambahan tenaga kerja tidak menambah produksi total seperti sebelumnya. Hal

ini ditunjukkan oleh kurva produksi marginal yang menurun dan kurva produksi

total yang semakin cembung ke atas. Produksi marginal akan lebih tinggi daripada

produksi rata rata, yaitu kurva AP akan bergerak keatas. Keadaan ini

menggambarkan bahwa produksi rata rata semakin tinggi. Maka kurva produksi

marginal akan memotong kurva produksi rata rata. Sesudah perpotongan tersebut

maka kurva produksi rata rata menurun kebawah yang menggambarkan bahwa

produksi rata rata semakin merosot. Perpotongan diantara kurva MP dan kurva AP

menggambarkan peermulaan pada tahap kedua. Pada keadaan ini produksi rata

rata mencapai tingkat paling tinggi.

(39)

dibawah sumbu datar. Keadaan ini menggambarkan bahwa produksi marginal

mencapai angka yang negatif. Kurva produksi total TP mulai menurun pada

tingkat ini, yang menggambarkan bahwa produksi total semakin berkurang

apabila lebih banyak tenaga kerja yang digunakan.

2.4.2. Teori Produksi dengan Dua Faktor Berubah

Dalam analisis ini dimisalkan terdapat dua jenis faktor produksi yang

dapat di ubah jumlahnya. Misalnya yang dapat diubah adalah tenaga kerja dan

modal. Dimisalkan bahwa kedua faktor produksi tersebut dapat dipertukarkan

kegunaannya, yaitu tenaga kerja dapat menggantikan modal ataupun sebaliknya

modal dapat menggantikan tenaga kerja. Apabila harga tenaga kerja dan

pembayarannya perunit kepada faktor modal diketahui, analisis tentang

bagaimana perusahaan akan meminimumkan biaya dalam usaha untuk mencapai

suatu tingkat produksi tertentu dapat ditunjukkan.

2.4.3 Production Possibility Curve

Proses penciptaan output selalu dihadapkan kepada berbagai alternative,

apakah alternative dimaksud berkaitan dengan penggunaan input atau penciptaan

output. Beberapa proporsi maupun jenis input yang digunakan guna menghasilkan berbagai output dan bagaimana kombinasi penggunaan input sehingga proses

produksi terkendali. Informasi pasar output dan kesediaan input sangat berperan

sehingga proses produksi memberikan laba maksimum bagi perusahaan. Konsep

production possibility curve atau disebut production frontier dapat

(40)

Dalam penerapannya pengertian ini mendukung makna berupa

penggunaan berbagai sumber daya yang tersedia dalam kegiatan produksi secara

keseluruhan dengan alternative output. Apabila sumber daya yang tersedia tidak

digunakan secara keseluruhan berarti proses produksi tidak efisien. Tepatnya

pengertian production possibility curve sendiri merupakan alternative

pengorbanan yang diberikan sesuatu output guna peningkatan output lain seperti

ditunjukkan pada gambar 2.2. (Nasution, S.H, 2007:55).

Gambar 2.3. Kurva Production Possibility Curve.

Berdasarkan uraian diatas, produksi pada dasarnya merupakan proses

penggunaan input (masukan) untuk menghasilkan output (keluaran). Secara umum

fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut:

(41)

2.4.4. Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah abstraksi yang menggambarkan suatu proses

produksi, lebih jelasnya fungsi produksi dapat diartikan sebuah deskripsi

matematis atau kuantitatif dari berbagai macam kemungkinan-kemungkinan

prediksi teknis yang dihadapi oleh suatu perusahaan atau industri. Fungsi produksi

memberikan output maksimum dalam pengertian fisik.

Pengertian fungsi produksi merupakan hubungan antara jumla input yang

diperlukan dan jumlah output yang dihasilkan. Fungsi produksi menentukan

output maksimum yang dapat dihasilkan dari sejumlah input tertentu, dalam

kondisi keahlian dan pengetahuan teknis yang tertentu. (Samuelson dan Nordhaus:

Ekonomi Mikro: Edisi Keempat belas:200:125).

Juga disebutkan bahwa fungsi produksi merupakan hubungan diantara

faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya (Sadono Sukirno,

1994:193).

Fungsi produksi menetapkan bahwa suatu perusahaan tidak bisa

mencapai suatu output yang lebih tinggi tanpa menggunakan input yang lebih

banyak, dan suatu perusahaan tidak bisa menggunakan lebih sedikit input tanpa

mengurangi tingkat outputnya.

Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak

diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Hal tersebut

(42)

 Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara

faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan

tersebut dapat lebih mudah dimengerti.

 Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara

variabel yang dijelaskan (dependent variable), Y, dan variabel yang

menjelaskan (independent variable), X, serta sekaligus mengetahui hubungan

antar variabel penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Y = f (X1,)

Dengan fungsi produksi seperti tersebut diatas, maka hubungan Y dan X

dapat diketahui dan sekaligus hubungan X1,X2 dan lainnya juga dapat diketahui.

2.4.5. Beberapa Bentuk Fungsi Produksi

Fungsi produksi terdiri dari tiga bentuk, yaitu

1. Fungsi produksi Leontief, fungsi produksi Leontief diperkenalkan oleh

Wasilly Leontief.

2. Fungsi produksi Cobb Douglas

3. Fungsi produksi CES.

2.4.6. Fungsi Produksi Cobb Douglas

Fungsi produksi ini menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Coob,

C.W. dan Douglas, P. H. pada tahun 1928 melalui artikelnya yang berjudul “A

(43)

Secara matematis fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis dengan

persamaan:

Q = AKα Lβ

Keterangan: Q = output

K = input modal

L = input tenaga kerja

A = parameter efisiensi/koefisien teknologi

a = elastisitas input modal

b = elastisitas input tenaga kerja

Fungsi produksi Cobb Douglas dapat diperoleh dengan membuat linear

persamaan sehingga menjadi:

LnQ = LnA + αLnK + βLnL + ε

Dengan meregres persamaan diatas maka secara mudah akan diperoleh

parameter efisiensi (A) dan elastisitas inputnya. Salah satu kemudahan fungsi

produksi Cobb Douglas adalah secara mudah dapat dibuat linear sehingga

memudahkan untuk mendapatkannya

Dalam fungsi produksi Cobb Douglas ini, penjumlahan elastisitas

substitusi menggambarkan return to scale. Artinya apabila α + β = 1 berarti

constan return to scale, bila α + β < 1 berarti decresing return to scale, dan apabila α + β > 1 berarti proses produksi berada dalam keadaan increasing return

(44)

Fungsi produksi Cobb Douglas:

Q = AKα Lβ

Apabila input dinaikkan dua kali lipat maka:

Q2 = A (2K1)α. (2L1) β

= A2αK1α .2βL1β

= 2 α+ βAK1α. L 1β

= 2 α+β Q1

Jadi, bila α+β = 1, maka Q2 = 2 Q1, berlaku constan return to scale

bila α+β > 1, maka Q2 > 2 Q1, berlaku increasing return to scale

bila α+β < 1, maka Q2 < 2 Q1, berlaku decreing return to scale

Dalam fungsi produksi Cobb Douglas asli berlaku constant return to scale

( Nicholson : 1995 : 332), sehingga dapat mengilustrasikan secara mudah

perubahan output sebagai akibat perubahan input. Apabila input (baik K maupun

L) naik sebesar 2 (dua) kali maka output akan naik sebesar 2 (dua) kali pula.

Karena dalam fungsi Cobb Douglas berlaku constant return to scale maka

akan membawa konsekuensi bahwa substitusi antar faktor-faktor produksinya

adalah substitusi sempurna, artinya satu input L (tenaga kerja) dapat digantikan

dengan satu unit input K (modal). Dengan demikian, fungsi produksi Cobb

Douglas mempunyai bentuk isoquat linear. Dapat dilihat dengan jelas pada tabel

(45)

Tabel 2.2.

Gabungan Tenaga Kerja dan Modal untuk Menghasilkan 1000 Unit Produksi

Misalkan seorang pengusaha ingin memproduksi barang sebanyak 1000

unit. Untuk memproduksikan barang tersebut ia menggunakan tenaga kerja dan

modal yang penggunaanya dapat dipertukarkan. Gabungan A menunjukkan bahwa

1 unit tenaga kerja dan 6 unit modal dapat menghasilkan produksi yang

diinginkan tersebut. Gabungan B menunjukkan bahwa yang diperlukan adalah 2

unit tenaga kerja dan 3 unit modal. Gabungan C menunjukkan yang diperlukan

adalah 3 unit tenaga kerja dan 2 unit modal. Akhirnya gabungan D menunjukkan

bahwa yang diperlukan adalah 6 unit tenaga kerja dan 1 unit modal. (Sadono

Sukirno:1994: Mikro Ekonomi, Teori Pengantar:199.120).

2.5. Faktor-Faktor Produksi.

Dalam usaha pertanian, produksi diperoleh melalui suatu proses yang

cukup panjang dan penuh resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama

tergantung pada jenis komoditas yang diusahakan. Tidak hanya waktu,

(46)

Masing masing faktor produksi mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait

satu sama lain. Jika salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak

akan berjalan. Faktor produksi tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Tanah

Tanah merupakan salah satu faktor produksi pertanian yaitu tempat

dimana produksi berjalan dan dari mana hasil produksi dihasilkan. Dalam

pertanian, terutama di Indonesia, faktor produksi tanah mempunyai kedudukan

paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah

dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainnya. (Mubyarto:1984:pengantar

ekonomi pertanian:76).

Faktor produksi tanah terdiri dari beberapa faktor alam lainnya, seperti air,

udara, temperatur sinar matahari dan lain-lain. Semuanya secara bersama-sama

menentukan jenis tanaman yang dapat diusahakan atau jenis tanaman tertentu agar

dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi. Pada faktor produksi tanah itu

sendiri diperlukan lagi subfaktor seperti keadaan fisik dan kekayaan kimianya

yang menentukan tingkat kelenggasan dan kesuburannya. (Moehar daniel: 2001:

Pengantar Ekonomi Pertanian: 55).

Keberadaan faktor produksi tanah tidak hanya dilihat dari segi luas atau

sempitnya saja, akan tetapi juga dari segi yang lain seperti: jenis tanah, tujuan

penggunaan lahan, topografi, pemilikan tanah, nilai tanah fragmentasi tanah dan

(47)

Unsur-unsur sosial ekonomi yang melekat pada tanah dan memiliki

peranan dalam pengelolaan usaha tani cukup beragam, diantaranya adalah:

1. Kekuatan atau kemampuan potensil dan aktual dari tanah

2. Kapasitas ekonomis, efisiensi ekonomis dan keunggulan bersaing dari tanah

3. Produktivitas tanah.

4. Nilai sosial ekonomis dari tanah.

2. Tenaga Kerja

Menurut pakar ekonomi pertanian, tenaga kerja adalah penduduk dalam

usia kerja yaitu yang berumur 15-64 tahun, merupakan penduduk potensial yang

dapat bekerja untuk memproduksi barang atau jasa. Tenaga kerja tidak hanya

dipandang dari kuantitas (jumlah), tetapi juga mutu (kualitas) yang sangat

mempengaruhi hasil produksi usaha yang bersangkutan.

Tenaga kerja dalam pertanian di Indonesia dibedakan kedalam persoalan

tenaga kerja dalam usaha tani kecil-kecilan (usaha tani pertanian rakyat) dan

persoalan tenaga kerja dalam perusahaan pertanian yang besar-besaran yaitu

perkebunan, kehutanan, peternakan dan sebagainya. Petani yang memiliki lahan

tidak luas tidak membutuhkan tenaga kerja dari luar. Tetapi bagi petani yang

memiliki lahan yang luas akan membutuhkan tenaga kerja dari luar. (Mubyarto

:1984: pengantar ekonomi pertanian :104).

Pengaruh tenaga kerja terhadap produksi tidak sama pada setiap cabang

produksi juga dalam satu cabang produksi itu sendiri. Keadaan ini tergantung

kepada usaha produksi itu sendiri. Apakah padat karya (labor intensive) atau

(48)

3. Modal.

Modal adalah barang dan jasa yang bersama-sama dengan faktor

produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru. Barang-barang

pertanian yang termasuk barang modal dapat berupa uang, ternak, pupuk, bibit,

cangkul, investasi dalam mesin dan lain-lain. Biasanya semakin besar dan

semakin baik kualitas modal yang dimiliki maka akan sangat mendukung terhadap

peningkatan produksi yang dihasilkan. (Mubyarto: 1984: pengantar ekonomi

pertanian:91).

Modal dapat dibagi menjadi dua yaitu: modal tetap dan modal bergerak.

Modal tetap adalah barang barang yang digunakan dalam proses produksi yang

dapat digunakan beberapa kali. Seperti: mesin, pabrik, gedung dan lain lain.

Sedangkan modal bergerak adalah barang barang yang digunakan hanya sekali

pakai. Yakni barang barang yang habis dipergunakan untuk proses produksi.

Misalnya: bahan mentah, pupuk, bahan bakar dan lain-lain. (Moehar Daniel:2001:

pengantar ekonomi pertanian:74). Modal dapat terbentuk karena:

1.Produksi.

2.Penabungan dari produksi.

3.Pemakaian tabungan untuk produksi selanjutnya.

Makin tinggi modal per unit usaha digunakan maka usaha tersebut

(49)

2.6. Tinjauan Umum Mengenai Komoditi Gambir

2.6.1. Morfologi Tanaman Gambir

Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak

rebusan daun dan ranting tumbuhan, yang sering juga disebut dengan uncaria

gambir roxb. Tanaman gambir merupakan tumbuhan menjalar sebangsa kopi-kopian keluarga rubiaceae tumbuhan perdu setengah merambat dengan

percabangan memanjang, batang tegak sampai 100 cm.

Daun tunggal berhadapan, bentuk oval, tepi bergerigi, pangkal bulat, ujung

meruncing, panjang 8-10 cm, lebar 4 – 7 cm, warna daun hijau, tangkai daun

pendek, bunganya tersusun majemuk dengan bentuk lonjong diketiak daun,

mahkota berwarna merah muda, kelopak bunga pendek, mahkota bunga berbentuk

corong seperti bunga kopi. Buahnya berbentuk polong, semi berpenampang

hingga 2 cm dan penuh dengan biji-biji halus yang berukuran ±1 - 2 cm. Pada

bagian luarnya terdapat sayap yang memungkinkan biji gambir tersebar karena

angin. Di dalam inti biji terdapat calon akar radicula, calon batang cauliculus, dan

daun lembaga cotyledone

A. Syarat Tumbuh Tanaman Gambir.

Tanaman gambir dapat tumbuh didataran rendah sampai ketinggian 900

meter diatas permukaan laut dan memerlukan cahaya matahari yang cukup

banyak dengan curah hujan antar 2.500 - 3000 mm/tahun, maksimum 400 – 450

mm pada bulan basah dan minimum 100 - 200 mm pada bulan kering serta merata

(50)

namun biasanya dipergunakan lahan dipinggir hutan yang baru buka atau belum

pernah dipergunakan sebelumnya yang letaknya miring / lereng bukit dan mudah

meresapkan air, karena tanaman gambir tidak dapat hidup/ berkembang pada air

yang tergenang.

B. Teknis Budidaya Gambir

Tanaman gambir dapat diperbanyak dengan dua cara,yaitu vegetative dan

generative. Perbanyakan vegetative, dilakukan dengan stek dari bagian tanaman. Dan biasanya tanaman gambir dapat tumbuh dengan cara ini apabila masa

penyetekannya dilakukan pada musim hujan. Dan apabila dilakukan pada musim

kemarau maka cara menanam dengan cara seperti ini menghasilkan bibit dalam

jumlah yang terbatas dan hasilnya belum tentu sempurna. Akan tetapi cara

penanaman seperti ini dipakai oleh sebahagian besar petani gambir di Kabupaten

Pakpak Bharat.

Adapun yang menggunakan pembibitan dengan cara generative jumlahnya

hanya sedikit. Namun di Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat,

lebih banyak menggunakan pembibitan dengan cara generative. Sebaiknya untuk

perbanyakan bibit gambir untuk tujuan budidaya yang lebih luas dipakai cara

generative dengan menggunakan biji. Cara ini cukup murah biayanya dan mudah

(51)

C. Bibit Tanaman

• Kebutuhan benih setiap hektar pertanaman gambir 16 kali kebutuhan

normal, karena daya kecambahnya dibawwah 60%

• Kebutuhan bibit untuk satu hektar dengan jarak tanaman 2 x 2 m adalah

2.500 batang, maka diperlukan benih 16 x 2.500 = 40.000 biji (± 10 mg =

2 kotak korek api)

• Kemungkinan hidup pada tingkat pembibitan 50%, pada tingkat

pemindaha ke polybag 50%, tingkat lapangan 50%.

D. Persiapan Benih

1. Benih atau biji diambil langsung dari pohon gambir yang tidak pernah

dipanen daunnya.

2. Buah yang diambil telah masak fisiologis yang dicirikan dengan warna

polong kuning kecoklatan atau sudah ada satu atau dua polong yang pecah,

dipetik lalu dijemur 2 - 3 hari.

3. Wadah tempat penjemuran perlu ditutup dengan kain kasa, agar buah yang

bijinya pecah tidak terbang.

4. Biji yang berwarna terang coklat dianggap baik, sedangkan yang berwarna

hitam gelap dibuang, bila ada biji yang belum yang belum lepas dari kulit

buahnya, supaya dilepaskan dengan tangan.

5. Setelah benih yang terkumpul cukup , dilakukan seleksi ulang, benih yang

(52)

E. Persemaian dan Pelumpuran.

• Lokasi persemaian harus dekat dengan sumber air, untuk memudahkan

dalam melakukan penyiraman.

• Lokasi yang memenuhi syarat dibersihkan dan diolah, kemudian dibuat

bedengan dengan ukuran lebar 1 meter dan tinggi 30 cm.

• Antar bedengan dibuat selokan selebar 30 – 50 cm

• Bedengan yang telah siap dilapisi dengan lumpur setebal 1-3cm agar benih

tidak masuk terlalu jauh kedalam tanah, disamping itu untuk merekatkan

benih agar tidak hanyut atau diterbangkan angin.

• Bedengan diberi peteduh dari daun alang alang atau daun kelapa yang

tinggi dibagian timur dan rendah dibagian barat.

• Untuk 10 mg benih (2 kotak korek api) diperlukan persemaian 4 – 6 m2.

F. Penebaran Benih

• Bedengan yang telah diberi lumpur dibasahi sambil dilicinkan denagn

menggosok gosokkan tangan kepermukaan lumpur.

• Benih yang telah disiapkan langsung ditabur dengan ayakan akan langsung

merekat dipermukaan lumpur.

G. Pengairan dan Penyiraman.

• Setelah benih ditabur, selokan terus menerus diairi atau digenangi air agar

tanah tetap lembab atau dilakukan penyiraman dengan sprayer sesering

(53)

H. Pemeliharaan Bibit

• Setelah penaburan benih dilakukan, permukaan bedengan diisemprot

denga pestisida untuk mengatasi semut semut yang akan merusak bibit.

• Setelah benih tumbuh, dilakukan penyiangan, supaya tidak terjadi

persaingan bibit dengan gulma.

I. Pemindahan Bibit ke Polybag.

Bibit sudah dapat dipindahkan ke polybag pada umur 2 bulan dan telah

mempunyai 2-4 pasang daun.

Polybag yang telah diisi tanah lapisan atas (humus) dicampur dengan

pupuk kadang, disusun dan diberi naungan dengan daun alang alang atau

daun kelapa.

• Pemindahan bibit dengan sekop kecil, jangan dicabut, bibit dengan tanah

yang terbawa langsung ditanamkan ke polybag.

Bibit di polybag disemprot dengan zat perangsang tumbuh, seperti atonik,

sampai basah baik tanaman maupun tanahnya supaya bibit yang baru

dipindahkan tidak stagnasi.

J. Pemeliharaan Bibit dalam Polybag.

• Selama dipolybag, bibit disemprot dengan pestisida cukup satu kali saja,

setelah penyemprotan dengan atomic.

(54)

• Setelah berumur satu bulan, naungan dikurangi 25% dan limabelas hari

berikutnya menjadi 15%, berikutnya menjadi 50% dan 15 hari kemudian

tidak ada naungan lagi.

• Setelah bibit berumur 6 - 7 bulan, sudah dapat dipindahkan kelapangan.

K. Penanaman

Bibit ditanam dalam lobang tanam berukuran 30x30x30cm,yang sudah

dipersiapkan sebelumnya dengan jarak tanam 1-2 meter.

L. Pemeliharaan Tanaman Gambir

Penyiangan dilakukan dua kali setahun, untuk pemupukan dapat

digunakan ampas daun, sisa pemerasan yang ditaburkan disekitar batang tanaman.

Untuk mempertahankan produktivitasnya, perlu diberikan pupuk kandang atau

kompos. Untuk penanaman kecil kecilan , gambir biasanya bebas dari penyakit

dan hama serius. Akan tetapi pada pertanaman monokultur yang luas, serangan

hama ulat dan kumbang banyak terjadi.

Ada sejenis kutu yang dapat menyebabkan tumbuhnya perbungaan yang

luar biasa besarnya, dan juga menyerang daun. Bagian tanaman gambir yang

diserang hama biasanya adalah daunnya. Dimana daun menjadi berlobang lobang

dan rusak sehingga produksi getah menjadi berkurang. Sedangkan serangan hama

yang berbahaya adalah jenis penghisap yang mengakibatkan pucuk muda atau

titik tumbuh menjadi kering dan mati. Akibatnya pertumbuhan cabang terhenti

sehingga tanaman menjadi kerdil dan tidak rimbun. Hama yang sering ditemui

(55)

hama daun (glypodes psittatulis/ oreta ekstensa), hama kepik (helopeltis

sumatranus roepke/hyalopeplus), tinggana gambir dan hama belalang (sitanju).

M.Pemupukan

Untuk mendapatkan produksi gambir yang optimal perlu adanya

pemupukan, karena kandungan hara dalam tanah sangat terbatas dan cenderung

habis bila diserap tanaman terus menerus.

Penggunaan pupuk pada tanaman gambir mempunyai dua tujuan utama

yaitu:

1. Menambah unsur hara untuk berproduksi.

2. Memperkecil penurunan kesuburan tanah di daerah perakaran

tanaman.

N. Hama dan Penyakit Tanaman Gambir.

Hama dan penyakit yang menyerang tanaman gambir sampai saat ini dapat

dikatakan tidak ada, kalaupun ada hal tersebut belum merupakan suatau bahaya

yang mengancam pertumbuhan tanaman gambir. Serangan hama yang pernah

dijumpai menyerang tanaman gambir ada tiga jenis yaitu: hama penggulung

daun, kumbang pemakan daun daan wereng batang. Namun hal tersebut dapat

Gambar

Gambar 2.2: kurva tahapan produksi
Gambar 2.3. Kurva Production Possibility Curve.
Tabel 2.2.
Tabel 2.3.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menununjukkan bahwa nilai variabel luas lahan berpengaruh positif dan signifikan pada 10%, variabel waktu kerja dan variabel umur tanaman berpengaruh positif

Berdasarkan hasil uji statistik terhadap hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa variabel tenaga kerja, luas lahan, pupuk, modal dan upah berpengaruh

Luas lahan, Jumlah jumlah pohon, pupuk kandang, pupuk NPK dan penggunaan tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap produksi kopi robusta dan

Hasil olah data menunjukan bahwa variabel- variabel input produksi yang berpengaruh signifikan terhadap produksi kentang di Kelompok Tani Mitra Sawargi adalah luas lahan,

Variabel produksi padi di Vietnam dipengaruhi positif dan signifikan oleh variabel jumlah penduduk dan luas lahan sedangkan variabel harga pangan berpengaruh positif

Dari analisis statistik dengan Uji F disimpulkan bahwa faktor luas lahan, varietas bibit, jarak dan jumlah tanaman, biaya tenaga kerja dan biaya pembelian pupuk berpengaruh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas luas lahan, bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat produksi

Variabel luas lahan pada penelitian ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi bawang merah di Kabupaten Brebes dilihat dari uji hipotesis