UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI GAMBIR
(STUDI KASUS KABUPATEN PAKPAK BHARAT)
Skripsi
Diajukan Oleh:
MEDIAWATI SOLIN
060501028
Ekonomi Pembangunan
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
ABSTRACT
This research is entitled “Determinant Analyze of Gambir Production (A Case Study: Kabupaten Pakpak Bharat)”. This research is aimed to find how production of gambir in Kabupaten Pakpak Bharat and how are the effect of the wide of farm, gambir plants amount, the fertilizer usage, and labor usage in Kabupaten Pakpak Bharat. The data of this research are primer data are gained from farmer gambir of Kabupaten Pakpak Bharat by interviewing the people by using question list.
In analyzing the effects of independent variables toward dependent variables is used econometric model by regression all variables by using Ordinary Least Square Method. The regression result shows that the variables of the wide of farm has negatif effect and is statistically don.t toward the number of the gambir production, gambir plants amount has positive effect and is statistically significant toward the number of the gambir production. The fertilizer usage has positive effect and is statistically significant toward the number of the gambir production and the variables of the labor usage is positive effect and in statistically significant towards the number of the gambir production.
The coefficient determining (R2) the result shows that the variables of the number of the gambir production as dependent variable can be described by the independent variables, the gambir plants amount, the fertilizer usage and the labour usage variables for 57.52% and the rest 42.48% is described by the other variables out of the model. The overall test use F where F sums (22.00) > F table (2.75) which means that the variables of the gambir plants amount, the fertilizer usage and the labor usage are significantly effective towards the gambir production. The deviation test with classic assumption uses the multicollinearity, normalitas and the heterocedasticity test. These test show that there is any deviation towards classic assumption is heterocedasticity.
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Gambir (Studi Kasus: Kabupaten Pakpak Bharat)”. Tujuan penelitian untuk mengetahui jumlah produksi gambir, dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh luas lahan, jumlah pohon gambir, penggunaan pupuk dan penggunaan tenaga kerja terhadap tingkat produksi gambir di Kabupaten Pakpak Bharat. Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari petani gambir di Kabupaten Pakpak Bharat melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan.
Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel variabel yang ada menggunakan metode kuadrat terkecil (ordinary least Square). Dari hasil regresi ,variabel luas lahan berpengaruh negative terhadap jumlah produksi gambir dan secara statistik tidak berpengaruh signifikan, variabel jumlah pohon gambir berpengaruh positip terhadap jumlah produksi gambir dan secara statistik berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi gambir, variabel pengeluaran pupuk berpengaruh positip serta secara statistik berpengaruh signifikaan terhadap jumlah produksi gambir dan variabel penggunanaan tenaga kerja berpengaruh positip serta secara statistik berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi gambir.
Hasil uji koofisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa jumlah produksi gambir sebagai variiabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel variabel independen yaitu jumlah pohon gambir, penggunaan pupuk dan penggunaan tenaga kerja sebesar 57.52% dan sisanya 42.48% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi. Pengujian secara keseluruhan menggunakan uji F dimana F hitung (22.00) > F tabel (2.75) artinya variabel jumlah pohon gambir, penggunaan pupuk dan penggunaan tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah produksi gambir. Uji penyimpangan asaumsi klasik menggunakan uji multikolinearits, uji normalitas dan uji heterokedastisitas, dari uji tersebut dalam penelitian ini terdapat penyimpangan asumsi klasik yaitu terdapat gejala heterokedastisitas.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, segala puji dan syukur penulis ucapkan atas rahmat dah hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang diharapkan.
Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat
selesainya studi jenjang Strata 1 (S1) di Fakultas Ekonomi Departemen Ekonomi
Pembangunan Universitas Sumatera Utara. Selain itu skripsi ini merupakan
laporan akhir dari penelitian yang dilakukan penulis mengenai ”Analisis Faktor
Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Gambir.(Studi Kasus: Kabupaten Pakpak Bharat). Berkat kerja keras, doa yang dipanjatkan, dorongan serta bantuan yang luar biasa dari berbagai pihak, dengan kerendahan
dan ketulusan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Kedua orang tuaku yang sangat aku sayangi Latan Solin dan Nurayan Br
Tumangger, yang telah memberikan dukungan berupa moril dan materil
dan kasih sayang yang tiada henti hentinya kepada penulis. Terima kasih
telah melahirkan, membesarkan, mendidik dan memberikan kasih sayang
serta do’a dan dukungannya yang sangat bermakna bagi penulis, Hanya
Allah yang dapat membalas semuanya.
2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc, selaku Ketua Departemen
Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Raina Linda Sari. SE.Msi, selaku Dosen Wali yang telah memberikan
banyak waktu dan arahan bagi penulis selama menjadi mahasiswa di
Fakultas Ekonomi Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas
5. Bapak Prof. Dr. Sya’ad afifuddin,MEc, selaku dosen pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Rahmad S Hasibuan C.A.E, MSi, selaku Dosen Penguji I yang
telah memberikan saran – saran kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
7. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution. M.si, selaku Dosen Penguji II yang
telah memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini
8. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan
Universitas Sumatera Utara, K.Leny, B.Sugi dan B.Hery ,terima kasih atas
bantuan yang telah diberikan kepada penulis mulai dari kuliah sampai
selesainya penulisan skripsi ini.
9. Seluruh petani gambir di Kabupaten Pakpak Bharat selaku responden
dalam penelitian ini yang telah banyak memberikan informasi-informasi
penting bagi penulis dalam melakukan penelitian skripsi ini. Sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10.Terima kasih Kepada Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak
Bharat yang telah membantu penulis dalam memberikan data data yang
penulis perlukan dalam penulisan skripsi ini.
11.Kedua adik ku yang tersayang Eva Elvianto Solin dan Suparlin Solin yang
telah membantu penulis dalam melakukan riset,memberikan kasih sayang
dan dukungan, kritik dan saran kepada penulis. Terima kasih atas kasih
sayang dan dukungan yang telah kalian berikan semoga kita bertiga
menjadi anak yang berguna, dan dapat membuat orang tua kita bangga.
12.Seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan kepada penulis:
Tonga & Nantonga, Patua & Nantua, Uda & Panguda, Mbu dan Mambrru,
Puhun & Nampuhun. Terima kasih atas nasehat dan semangat yang telah
13. Buat Mbu Nina, terima kasih atas dukungan dan motivasi serta nasehat
yang diberikan, yang sangat berharga bagi penulis saat mulai
menginjakkan kaki di Medan.
14.Buat kakakku Mersiani Solin.Amd, abangku Lamri Solin, Beda Berasa,
Pun Hendri, adekku Erdiani, Pirnama, Helmi, Saper, Sabar, Yuyu, Taufik,
Dani, Angga, Anggi, Wandi, Irwan, Srik, Hamdan, Amir, Endra, Oka dan
Rahma, terima kasih buat nasehat dan dukungan kalian semua selama ini
15.Buat teman teman seperjuanganku di EP, Rasidah Angkat, Rifany Yunika
Siregar, Khairiati dan Dosma Sihotang, terima kasih sobat atas
kebersamaan yang telah kalian berikan buatku, bantuan dalam setiap
kesusahanku, semoga persahabatan kita abadi selamanya.
16.Teman senasib dan seperjuanganku Rasidah Angkat, yang telah banyak
memberikan bantuan kepada penulis dalam segala hal baik di kampus
maupun dikost, terima kasih sobat atas masukan masukan yang telah
diberikan semoga persahabatan kita abadi selamanya.
17.Terima kasih banyak buat Lisnawati Tinendung dan Putri Cibro yang telah
memberikan semangat dan masukan masukan serta telah menjadi sahabat
yang baik bagi penulis.
18.Buat teman teman seperjuangan dalam Pengantar Ekonometrika, Cidah,
Fany, Chery, Jhonson, Irwin, Rahmad, Azmal, Arisandi dan Andreas
makasih buat kerjasamanya.
19.Teman teman Ekonomi pembangunan, Nuraini, Ririn, Friska, Wirda,
Azmal, Rahmad, Aziz, Fadli, Hafaz, Rizky, Irman, Anim, Ayom, Phika,
Yeni, Anita, Sherly, Devy, Reny, Charly, Donal, Julkifli, Ahmadi, Asniari,
David Zulkarnain,Roma Mona, Putra, Yuni, Naskah, Putra P, B. Egi, Mira
Berutu dan seluruh keluarga besar Ekonomi Pembangunan yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu.
20.Teman teman dikost G23, K.Ana, K.Intan, K.Wi2k, Ririn, Lisna, Cidah,
Lina, Ina, Wina, Tiwi, Dini, Ria, Tami, Irma, Miska dan Grace, terima
kasih atas kebersamaan atas bantuan yang telah kalian berikan.
21.Buat bang Arjun terima kasih atas segala dukungan baik moril maupun
yang berguna agar dapat menjalani hidup menjadi yang lebih baik, semoga
Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah di berikan.
22.Buat semua pihak yang tidak disebutkan namanya satu persatu dalam
skripsi ini. Terima kasih atas bantuan yang telah diberikan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis sangat ,mengharapakan kritik dan saran demi penyempurnaan
skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap penelitian ini dapat memberikan
sumbangan pengetahuan yang bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Medan, Juni 2010
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ...vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Perumusan ... 8
1.3 Hipotesis ... 8
1.4 Tujuan Penelitian ... 9
1.5 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Ekonomi Pertanian ... 11
2.2 Pembangunan Pertanian ... 12
2.3 Syarat – Syarat Pembangunan Pertanian ... 14
2.4 Teori Produksi ... 16
2.4.1 Teori Produksi Dengan Satu Faktor Berubah ... 17
2.4.2 Teori Produksi Dengan Dua Faktor Berubah ... 23
2.4.3. Production Possibility curve ... 23
2.4.4. Fungsi Produksi ... 25
2.4.6. Fungsi Produksi Cobb Douglas ... 26
2.5. Faktor Faktor Produksi ... 29
2.6. Tinjauan Umum Mengenai Komoditi Gambir ... 33
2.6.1. Morfologi Tanaman Gambir ... 33
2.6.2. Proses Produksi Komoditi Tanaman Gambir ... 40
2.6.3. Diagram Alir Pengolahan Daun Gambir ... 45
2.6.4. Manfaat Gambir ... 46
2.7. Wilayah Potensi Besar Pengembangan Komoditi Gambir di Indonesia ... 46
2.7.1. Provinsi Sumatera Barat ... 46
2.7.2. Provinsi Sumatera Utara ... 47
2.7.3. Provinsi Riau ... 48
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian dan Daerah Penelitian ... 50
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 50
3.3 Penentuan Populasi dan Sampel ... 51
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 52
3.5 Pengolahan Data ... 52
3.6 Model Analisis Data ... 52
3.7 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 55
3.7.1 Koefisien Determinasi (R-Squared) ... 55
3.7.3 Uji f-statistik ... 56
3.8 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 58
3.8.1 Multikolinearitas ... 58
3.8.2 Heteroskedastisitas ... 58
3.8.3. Cara Mengobati Heterokedastisitas ... 59
3.8.4 Normalitas ... 60
3.9 Defenisi Operasional Variabel ... 60
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Pakpak Bharat ... 62
4.1.1 Iklim ... 66
4.1.2 Demografis ... 66
4.1.3 Keadaan Sosial dan Budaya ... 67
4.1.4 Potensi Wilayah ... 67
4.1.5 Perkembangan Tanaman Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat ... 68
4.1.6 Produksi Tanaman Gambir ... 69
4.2 Karakteristik Responden ... 71
4.3 Analisis Data ... 82
4.3.1 Interpretasi Model ... 82
4.3.2 Test of Goodness of Fit ... 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 94
5.2 Saran ... 95
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Ekspor Komoditi Gambir Menurut Negara Tujuan Tahun 2006 ... 3
1.2 Luas Serta Produksi Tanaman Gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat ………...… 4
1.3 Luas Serta Produksi Tanaman Gambir di kabupaten Pakpak Bharat .... 6
2.1 Hubungan Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi………. 19
2.2 Gabungan Tenaga Kerja dan Modal Untuk Menghasilkan 1000 Unit Produksi ………..…... 29
2.3 Daerah Sentral serta Luas Tanaman Gambir di Provinsi Sumatera Barat. ………... 47
2.4 Luas dan Produksi Gambir Perkecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat ……….………... 48
4.1 Kecamatan, Desa, Jumlah Penduduk dan Luas Setiap Kecamatan Kabupaten Pakpak Bharat ……….………... 64
4.2 Umur Responden ……….……… 72
4.3 Tingkat Pendidikan Responden ……….. 73
4.4 Jumlah Tanggungan Responden ………. 74
4.5 Luas Lahan Responden ………... 75
4.6 Jumlah Pohon Gambir Responden …..………...……. 76
4.8 Jumlah Tenaga Kerja ………... 78
4.9 Jumlah Produksi Gambir Responden ………. 79
4.10 Hasil Regresi Jumlah Produksi Gambir ……….. 83
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Proses Produksi………..………. 14
2.2 Kurva Tahapan Produksi ……….. 19
2.3 Kurva Production Possibility Curve ………. 22
3.1 Kurva Uji t- Statistik ……… 53
3.2 Kurva Uji F- Statistik ………... 54
ABSTRACT
This research is entitled “Determinant Analyze of Gambir Production (A Case Study: Kabupaten Pakpak Bharat)”. This research is aimed to find how production of gambir in Kabupaten Pakpak Bharat and how are the effect of the wide of farm, gambir plants amount, the fertilizer usage, and labor usage in Kabupaten Pakpak Bharat. The data of this research are primer data are gained from farmer gambir of Kabupaten Pakpak Bharat by interviewing the people by using question list.
In analyzing the effects of independent variables toward dependent variables is used econometric model by regression all variables by using Ordinary Least Square Method. The regression result shows that the variables of the wide of farm has negatif effect and is statistically don.t toward the number of the gambir production, gambir plants amount has positive effect and is statistically significant toward the number of the gambir production. The fertilizer usage has positive effect and is statistically significant toward the number of the gambir production and the variables of the labor usage is positive effect and in statistically significant towards the number of the gambir production.
The coefficient determining (R2) the result shows that the variables of the number of the gambir production as dependent variable can be described by the independent variables, the gambir plants amount, the fertilizer usage and the labour usage variables for 57.52% and the rest 42.48% is described by the other variables out of the model. The overall test use F where F sums (22.00) > F table (2.75) which means that the variables of the gambir plants amount, the fertilizer usage and the labor usage are significantly effective towards the gambir production. The deviation test with classic assumption uses the multicollinearity, normalitas and the heterocedasticity test. These test show that there is any deviation towards classic assumption is heterocedasticity.
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Gambir (Studi Kasus: Kabupaten Pakpak Bharat)”. Tujuan penelitian untuk mengetahui jumlah produksi gambir, dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh luas lahan, jumlah pohon gambir, penggunaan pupuk dan penggunaan tenaga kerja terhadap tingkat produksi gambir di Kabupaten Pakpak Bharat. Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari petani gambir di Kabupaten Pakpak Bharat melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan.
Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel variabel yang ada menggunakan metode kuadrat terkecil (ordinary least Square). Dari hasil regresi ,variabel luas lahan berpengaruh negative terhadap jumlah produksi gambir dan secara statistik tidak berpengaruh signifikan, variabel jumlah pohon gambir berpengaruh positip terhadap jumlah produksi gambir dan secara statistik berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi gambir, variabel pengeluaran pupuk berpengaruh positip serta secara statistik berpengaruh signifikaan terhadap jumlah produksi gambir dan variabel penggunanaan tenaga kerja berpengaruh positip serta secara statistik berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi gambir.
Hasil uji koofisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa jumlah produksi gambir sebagai variiabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel variabel independen yaitu jumlah pohon gambir, penggunaan pupuk dan penggunaan tenaga kerja sebesar 57.52% dan sisanya 42.48% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi. Pengujian secara keseluruhan menggunakan uji F dimana F hitung (22.00) > F tabel (2.75) artinya variabel jumlah pohon gambir, penggunaan pupuk dan penggunaan tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah produksi gambir. Uji penyimpangan asaumsi klasik menggunakan uji multikolinearits, uji normalitas dan uji heterokedastisitas, dari uji tersebut dalam penelitian ini terdapat penyimpangan asumsi klasik yaitu terdapat gejala heterokedastisitas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.
Sektor pertanian merupakan sektor yang dapat diandalkan dalam
pemulihan perekonomian nasional. Pertanian merupakan sektor terbesar pada
setiap ekonomi Negara berkembang. Sektor ini menopang sebagian besar
perekonomian penduduknya melalui penyediaan pangan dan juga memberikan
lapangan pekerjaan.
Hingga saat ini, sektor pertanian masih memegang peranaan penting dalam
perekonomian nasional, hal ini terlihat dari jumlah penduduk dan tenaga kerja
yang diserap dalam sektor pertanian, mencapai 42,3 juta orang atau 44,5% dari
total tenaga kerja nasional.
Bila dilihat dari kondisi perekonomian propinsi Sumatera Utara, sektor pertanian
mempunyai peranaan yang sangat strategis dalam menunjang pembangunan
ekonomi. Dimana sektor pertanian memberikan kontribusi bagi PDRB yakni
sebesar 24,94%. Serta penyerapan tenaga kerja sebesar 56,03%. Tujuan
pembangunan di sektor pertanian selain untuk meningkatkan produksi juga untuk
meningkatkan kesejahteraan rumah tangga pertanian.
Kabupaten Pakpak Bharat merupakan salah satu kabupaten yang ada di
Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Pakpak Bharat memiliki luas 1.218.30 km2
terdiri dari 8 kecamatan, yakni kecamatan Salak, Kecamatan Sitellu Tali Urang
Jehe, Kecamatan Pagindar, Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu, Kecamatan
Pergetteng Getteng Sengkut, Kecamatan Siempat rube, Kecamatan Kerajaan dan
Bharat, sektor pertanian merupakan potensi yang terbesar mendukung
perekonomian masyarakat. Hasil pendataan rumah tangga sensus pertanian 2008,
terdapat 8.292 rumah tangga pertanian di kabupaten Pakpak Bharat. Mencakup
kegiatan bertani dan berkebun. Dari seluruh jumlah rumah tangga pertanian di
Kabupaten Pakpak Bharat 80% adalah merupakan petani pengguna lahan dengan
produksi jenis tanaman padi dan palawija, tanaman perkebunan rakyat dan
hortikultura. (BPS: Kabupaten Pakpak Bharat Dalam Angka: 2008).
Salah satu tanaman perkebunan rakyat yang saat ini memberikan
kontribusi yang cukup besar untuk menopang kehidupan petani di kabupaten
Pakpak Bharat adalah tanaman Gambir. Gambir merupakan tanaman menjalar
sebangsa kopi kopian (uncaria gambir roxb). Dalam perdagangan gambir dikenal
dengan berbagai nama sebagai berikut yakni:kateku kuning, kacu terra dan cutch.
Di Samping itu dikenal beberapa nama gambir di daerah seperti Gambe (Nias),
Gambie (Minangkabau), Kacu (Gayo), Sontang (Batak Toba), Gaambir (Pakpak),
Ghambir (Madura). Tanaman gambir pada umumnya tumbuh di dataran rendah
sampai ketinggian 900 meter diatas permukaan laut dan memerlukan cahaya
matahari yang cukup banyak. Tanaman gambir dapat diperbanyak dengan dua
cara yaitu vegetative dan generative.
Indonesia adalah Negara pengekspor gambir utama dunia. Negara tujuan
ekspor gambir adalah Bangladesh, India, Singapura, Malaysia, Jepang dan
beberapa Negara Eropa. Pengembangan tanaman gambir di Indonesia pada
prinsipnya sangat prospektif. Pada tahun 2006, volume ekspor tercatat 7.975.891
ton dan perolehan devisa sebesar 8.281.991 ribu Dolar AS. Sejalan dengan
maka kebutuhan akan gambir dalam industri semakin meningkat. India
membutuhkan 6.712.037 kg gambir kering setiap tahun. Untuk lebih rinci dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.1 Ekspor Komoditi Gambir Tahun 2006 Menurut Negara Tujuan
Total 7.975.891 8.281.991
Sumber:Dinas Pertanian 2006
Gambir telah lama dikenal sebagai campuran bahan makanan sirih.
Gambir juga digunakan sebagai bahan ramuan obat, bahan pembatik, ramuan cat,
pewarna tekstil dan industri bir. Gambir dapat menghambat pertumbuhan jamur
phytophora cinnamomi dan cukup berpotensi sebagai anti bakteri dan anti jamur. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ekstrak gambir digunakan sebagai bahan
pembuatan permen khusus bagi perokok yang fungsinya dapat menetralisir
nikotin.
Provinsi Sumatera Barat adalah penghasil komoditi gambir terbesar di
Indonesia, yakni di Kabupaten Lima Puluh Kota. Berdasarkan data dinas
perkebunan Provinsi Sumatera Barat, total luas areal tanaman gambir di Sumatera
Barat adalah 13.749.75 Ha dengan daerah penghasil utama Kabupaten Lima Puluh
Kota dan produksi pertahun berjumlah 8.166.40 ton dalam bentuk gambir mentah.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.2. Luas Serta Produksi Komoditi Gambir di kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat.
No Kecamatan
Kabupaten Pakpak Bharat merupakan penghasil gambir terbesar kedua
setelah Provinsi Sumatera Barat. Di kabupaten Pakpak Bharat, Kecamatan
Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan adalah penghasil produksi
Pengolahan gambir dilakukan dengan perebusan atau pengukusan daun
gambir, lalu diperas dengan sapik/kapiten (alat tradisional untuk memeras getah
gambir). Hasil perasan berupa getah/filtrate akan dikentalkan dalam suatu wadah
seperti ember atau bak kayu sehingga mengeras dan menjadi pasta gambir. Lalu
dilakukan penirisan/ditingtingi dengan karung dan ditindih dengan batu atau cora
semen selama sehari, sehingga serupa dengan adonan kue.
Selanjutnya dilakukan pencetakan dengan silinder bambu dan membentuk
bulatan sebesar kepalan tangan, pencetakan dengan silinder bambu biasanya dijual
perbuah sedangkan pencetakan dengan membentuk seperti bulatan bulatan
sebesar kepalan tangan dijual per kilogram. Dan yang paling terahir dilakukan
pengeringan sampai kadar air dibawah 17%. Kualitas gambir sangat ditentukan
oleh proses pengolahan getah gambir dan mutu daun gambir. Daun gambir yang
diolah sebaiknya daun gambir yang tidak muda dan tidak terlalu tua. Karena
apabila daun gambir masih muda belum banyak menghasilkan getah dan apabila
terlalu tua daunnya sudah kekuning-kuningan sehingga getah yang dihasilkan
tidak berkualitas. Pada proses pengolahan daun gambir menjadi getah, ketelitian
pemetikan daun serta pemerasan daun, kebersihan peralatan pengolah, lingkungan
pengempaan dan tempat penjemuran serta pengaruh cuaca dapat mempengaruhi
kualitas gambir, biasanya waktu untuk pengeringan gambir dilakukan selama satu
minggu.
Berdasarkan data departemen pertanian Kabupaten Pakpak Bharat, luas
areal tanaman gambir di kabupaten Pakpak Bharat adalah 1.036.14 Ha, total luas
tanaman gambir dari 8 kecamatan di kabupaten Pakpak Bharat. Dan jumlah
Kabupaten Pakpak Bharat:2009). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 1.3. Luas serta Produksi Komoditi Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat. Sumber:Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat.
Perkembangan pasar getah gambir pada tiga tahun terakhir relatif
menguntungkan bagi petani gambir, hal ini dapat dilihat dari tingginya harga
gambir dan setiap tahun mengalami peningkatan. Harga getah gambir kering per
kilogram saat ini adalah sebesar Rp.25.000/kg, sedangkan gambir yang masih
cair (sering disebut gambir bubur) Rp.3.000/kg, dan gambir yang cara
penjualannya perbuah, harga jualnya adalah 1 buah Rp.1.000,00 tetapi cara
pengolahan gambir yang dijual perbuah berbeda dengan cara pengolahan getah
gambir per kilogram. Pengolahan gambir dengan cara ini proses pengolahannya
harus bersih, warnanya tidak terlalu merah, pengeringannya harus benar benar
memakai cetakan tertentu. Dan bentuknya biasanya sudah ditentukan oleh agen
atau pedagang pengumpul.
Penelitian mengenai masalah tingkat produksi gambir di Indonesia belum
memperoleh perhatian yang cukup. Terutama penelitian yang mengkaji aspek
ekonominya. Pembangunan pertanian merupakan bagian penting dan yang tidak
terpisahkan dari pembangunan ekonomi dan pembangunan nasional.
Pembangunan pertanian berusaha untuk meningkatkan hasil produksi dan diikuti
dengan peningkatan pendapatan petani.
Hasil produksi suatu komoditi dipengaruhi oleh berbagai hal, yang disebut
dengan faktor produksi. Menurut pengertiannya, faktor produksi adalah input
yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa. Atau jika dikaitkan dengan
tanaman, faktor produksi adalah semua pengorbanan yang diberikan pada
tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan produk
pertanian yang baik.
Di dalam pengusahaan dan pengolahan tanaman gambir diperlukan faktor
faktor yang mempengaruhi tingkat produksi tanaman tersebut, sebagai sarana
produksi, seperti luas lahan, jumlah pohon gambir, jumlah tenaga kerja, pupuk\
kompos, pestisida, peralatan pengolahan dan lain lain yang turut serta
mempengaruhi tingkat produksi tanaman gambir. Dan diperlukan juga bidang
usaha yang mempergunakan getah gambir tersebut sebagai bahan baku dari suatu
produk.
Kabupaten Pakpak Bharat sangat cocok untuk dijadikan pusat pertanian
gambir yang memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian daerah
dan menulis skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Produksi Gambir dengan Studi Kasus pada Kabupaten Pakpak Bharat”.
1.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka perlu dibuat
rumusan masalah agar pelaksanaan penelitian dapat dilakukan dengan baik.
Adapun yang menjadi perumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh luas lahan terhadap tingkat produksi gambir di
kabupaten Pakpak Bharat?
2. Bagaimana pengaruh jumlah pohon gambir terhadap tingkat produksi
gambir di kabupaten Pakpak Bharat?
3. Bagaimana pengaruh penggunaan pupuk terhadap tingkat produksi gambir
di kabupaten Pakpak Bharat?
4. Bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap tingkat produksi gambir di
kabupaten Pakpak Bharat?
1.3. Hipotesis.
Hipotetis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi
objek penelitian. Berdasarkan perumusan masalah diatas maka untuk keperluan
penelitian dibuat hipotesis sebagai berikut:
1. Luas lahan berpengaruh positif terhadap tingkat produksi gambir di
kabupaten Pakpak Bharat, ceteris paribus.
2. Jumlah pohon gambir berpengaruh positif terhadap tingkat produksi
3. Penggunaan pupuk berpengaruh positif terhadap tingkat produksi gambir
di kabupaten Pakpak Bharat, ceteris Paribus.
4. Penggunaan tenaga kerja berpengaruh positif terhadap tingkat produksi
gambir di kabupaten Pakpak Bharat, ceteris Paribus.
1.4. Tujuan Penelitian.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh luas lahan terhadap tingkat
produksi gambir di kabupaten Pakpak Bharat.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jumlah pohon gambir terhadap
tingkat produksi gambir di kabupaten Pakpak Bhatat
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan pupuk terhadap
tingkat produksi gambir di kabupaten PakpakBharat.
4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan tenaga kerja terhadap
tingkat produksi gambir di kabupaten Pakpak Bharat.
5. Untuk mengetahui faktor apa yang paling dominan dalam mempengaruhi
tingkat produksi gambir di kabupaten Pakpak Bharat.
1.5. Manfaat Penelitian.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan referensi bagi petani gambir di Kabupaten Pakpak
Bharat dalam mengambil keputusan terkait pengembangan produksi
gambir di daerah tersebut.
2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah, terutama para
merumuskan perencanaan dan kebijakan pembangunan daerah
khususnya yang berkaitan dengan peningkatan produksi gambir.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperbanyak dan menambah
sumbangan terhadap ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu
ekonomi.
4. Sebagai penambah wawasan bagi peneliti.
5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi, khususnya mahasiswa
BAB II
LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ekonomi Pertanian.
Ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dan ilmu
pertanian, ilmu ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara
manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Dapat juga dikatakan ilmu ekonomi
adalah ilmu yang mempelajari suatu proses yang terjadi pada masyarakat, yang
bertujuan untuk mendapatkan materi yang cukup. (Daniel mohar.2002.pengantar
ekonomi pertanian: 8). Ilmu pertanian dapat dibedakan berdasarkan arti luas dan
arti sempit, pertanian dalam arti luas mencakup:
1. Pertanian rakyat atau sering disebut sebagai pertanian dalam arti sempit.
2. Perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan
besar).
3. Kehutanan.
4. Peternakan.
5. Perikanan (dalam perikanan dibagi menjadi dua bagian yaitu perikanan
darat dan perikanan laut).
Pertanian dalam arti sempit diartikan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha
pertanian keluarga dimana diproduksi bahan makanan utama seperti, beras,
palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian) dan tanaman tanaman
hortikultura yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan. Usaha tani ini pada umumnya
diusahakan dengan tujuan utama untuk memenuhi kebutuhan kehidupan
hasilnya sebagian besar untuk memenuhi konsumsi keluarga dan faktor faktor
produksi atau modal yang dipergunakan sebagian besar berasal dari usaha tani itu
sendiri (Mubyarto.1985: pengantar ekonomi pertanian: 15).
Dengan demikian ilmu ekonomi pertanian adalah ilmu yang mempelajari
prilaku petani serta fenomena fenomena dan persoalan persoalan yang
berhubungan dengan pertanian baik secara mikro maupun makro. Mencakup
prilaku petani dalam kehidupan pertaniannya, proses pengolahan hasil hasil
pertanian, perdagangan internasional atas hasil hasil pertanian, kebijaksanaan
pertanian, hukum hukum dan hak hak pertanahan. (Mubyarto:1985: pengantar
pertanian:4)
2.2. Pembangunan Pertanian.
Berbagai hal dapat dilakukan untuk dapat mengembangkan pertanian sejak
saat ini. Kesejahteraan petani dan keluarganya merupakan tujuan utama yang
harus menjadi prioritas dalam melakukan semua kegiatan yang berhubungan
dengan pengembangan pertanian. Sektor pertanian menjadi prioritas pertama bagi
Negara negara berkembang karena sektor ini ditinjau dari berbagai segi
merupakan sektor yang dominan dalam ekonomi nasional. Misalnya kontribusi
terhadap pendapatan nasional, peranaannya dalam penyerapan tenaga kerja pada
penduduuk bertambah dengan cepat, serta kontribusinya dalam menghasilkan
devisa.
Tujuan pembangunan akan tercapai apabila memperhatikan kaidah usaha
dalam usaha tani dan dukungan pangan yang kuat bagi masyarakat. Kaidah usaha
jaminan bahwa seluruh warga terjaga keamanan pangannya. Model
pengembangan pertanian yang digunakan oleh Depertemen Pertanian selama ini
dapat dijadikan acuan.
Dalam mengembangkan usaha tani kegiatan utama yang harus dilakukan
adalah peningkatan produksi barang pertanian yang dihasilkan petani,
meningkatkan produktivitas pertanian serta mendorong pengembangan komoditas
yang sesuai dengan potensi wilayah. Peningkatan produksi pertanian apabila ingin
meningkatkan pendapatan petani merupakan keharusan dalam pembangunan
pertanian. Kualitas dan kuantitas yang baik dari produk pertanian yang dihasilkan
petani sangat mempengaruhi pendapatan petani. Pasar sangat menuntut kualitas
produk sejalan dengan semakin meningkatnya kesadaran dan tingkat pendapatan
masyarakat.
Program program pembangunan pertanian pada hakikatnya adalah
rangkaian upaya untuk memfasilitasi, melayani dan mendorong berkembangnya
sistem pertanian dan usaha-usaha pertanian yang berdaya saing, berkerakyatan,
berkelanjutan dan terdesentralisir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Program pembangunan pertanian diarahkan kepada tujuan pembangunan
pertanian jangka panjang yaitu sektor pertanian sebagai andalan dalam
pembangunan nasional.
Ketangguhan perekonomian nasional dengan basis agraris sebagaimana
Indonesia tidak ada pilihan lain kecuali meningkatkan ketangguhan sektor
pertanian adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pertanian dalam
mendukung perekonomian nasional. (Hanani, dkk:2003:75).
2.3. Syarat – Syarat Pembangunan Pertanian.
Berhasilnya pembangunan ditentukan oleh beberapa syarat yang berbeda-
beda antar Negara atau daerah. Kondisi tersebut meliputi bidang-bidang teknis,
ekonomis, sosial , budaya dan lain lain. A.T.Mosher dalam bukunya Getting
Agriculture Moving (1965) yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia telah menganalisis syarat-syarat pembangunan pertanian di banyak Negara dan
menggolongkannya menjadi syarat syarat mutlak dan syarat syarat pelancar.
Menurut Mosher ada lima syarat yang harus ada untuk adanya pembangunan
pertanian. Kalau satu syarat saja tidak ada maka terhentilah pembanguanan
pertanian, pertanian dapat berjalan terus tapi statis. Syarat syarat mutlak tersebut
adalah:
1.Adanya pasar untuk hasil hasil usaha tani.
2.Teknologi yang senantiasa berkembang.
3.Tersedianya bahan bahan dan alat alat produksi secara lokal.
4.Adanya perangsang produksi bagi petani.
5.Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontiniu.
Disamping kelima syarat syarat mutlak di atas , menurut Mosher ada lima
syarat lagi yang keberadaannya tidak harus ada, akan tetapi kalau ada akan sangat
memperlancar pembangunan pertanian.
1. Pendidikan dan pembangunan.
2. Kredit produksi.
3. Kegiatan gotong royong petani.
4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian.
5. Perencanaan nasional daripada pembagunan pertanian.
Analisa yang lebih mendalam atas kesepuluh syarat-syarat diatas
berdasarkan pengalaman pembangunan pertanian di negara kita, bahwa iklim
pembangunan yang merangsang adalah kunci utama. Iklim yang merangsang bagi
pembangunan pertanian telah dapat tercipta dengan pelaksanaan Repelita mulai
1969/1970 yang secara tegas memberi prioritas pada sektor pertanian.
Di samping adanya repelita yang sifatnya merangsang itu pemerintah
menciptakan kebijaksanaan kebijaksanaan khusus yang sifatnya merangsang
pula. Misalnya kebijakan harga beras minimum (floor price), subsidi harga pupuk,
kegiatan kegiatan penyuluhan pertanian yang intensif, perlombaan perlombaan
dengan hadiah yang menarik pada petani teladan dan lain lain.
Pendidikan pembangunan pada para petani di desa, baik mengenai
teknik-teknik baru dalam pertanian maupun mengenai ketrampilan ketrampilan lainnya
juga sangat membantu menciptakan iklim yang menggiatkan usaha pembangunan.
Kebijaksanaan dalam bidang tata niaga yang berupa pemberian premi pada mutu
komoditi yang terbaik merupakan contoh lain dalam pemberian perangsang,
misalnya dalam hal harga gambir dan harga nilam. Akhirnya kebijaksanaan harga
pada umumnya yang menjamin stabilisasi harga-harga hasil pertanian merupakan
dan mereka akan lebih pasti dalam usaha untuk meningkatkan produuksi.
(Mubyarto:1985: pengantar ekonomi pertanian:194).
2.4. Teori Produksi
Fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara
hasil produksi fisik (output) dengan faktor faktor produksi (input). Atau dengan
kata lain menunjukkan sifat hubungan diantar faktor faktor produksi dan tingkat
produksi yang dihasilkan.
Gambar 2.1. Proses Produksi
Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi dituliskan sebagai berikut:
Q= f(K, L, R.T)
Dimana: K= Jumlah stok modal.
L= Jumlah tenaga kerja. Meliputi berbagai jenis tenaga kerja
dan keusahawanan.
R= Kekayaan alam.
T= Tekhnologi ysng digunakan.
Q= Jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor Input(modal, tenaga
Persamaan tersebut merupakan suatu pernyataan matematik yang pada
dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah
modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam, dan tingkat tekhnologi yang
digunakan.
Fungsi produksi untuk setiap komoditi juga diartikan sebagi suatu
persamaan tabel atau grafik yang menunjukkan jumlah (maksimum) komoditi
yang dapat diproduksi perunit waktu untuk setiap kombinasi input alternative, bila
menggunakan teknik produksi yang tersedia. Fungsi produksi pertanian yang
sederhana diperoleh dengan menggunakan berbagai alternative jumlah tenaga
kerja per unit waktu untuk menggarap sebidang tanah tertentu yang tetap mencatat
alternative output yang dihasilkan per unit waktu. Sebagai contoh fungsi produksi
gambir menunjukkan jumlah getah ( filtrate) yang dihasilkan dari luas areal
tanaman gambir, jumlah pohon gambir yang ditanam, banyaknya tenaga kerja
yang digunakan, banyaknya pupuk dan obat obatan yang digunakan dan lain lain.
Teori produksi dalam ilmu ekonomi membedakan analisisnya kepada dua
pendekatan berikut:
1. Teori produksi dengan satu faktor berubah.
2. Teori produksi dengan dua faktor berubah.
2.4.1. Teori Produksi dengan Satu Faktor Berubah.
Teori produksi dengan satu faktor berubah yaitu teori produksi sederhana
yang menggambarkan tentang hubungan diantara tingkat produksi suatu barang
produksi barang tersebut. Dalam analisis ini dimisalkan bahwa faktor faktor
produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu modal dan tanah jumlahnya
dianggap tidak mengalami perubahan, teknologi juga dianggap tidak mengalami
perubahan, satu-satunya faktor produksi yang dapat di ubah jumlahnya adalah
tenaga kerja.
• Hukum Hasil Lebih Yang Semakin Berkurang.
Hukum hasil lebih yang semakin berkurang merupakan suatu hal yang
tidak dapat dipisahkan dari teori produksi. Hukum tersebut menjelaskan sifat
pokok dari hubungan diantara tingkat produksi dan tenaga kerja yang digunakan
untuk mewujudkan produksi tersebut. Hukum hasil lebih yang semakin berkurang
menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya ( tenaga
kerja) terus menerus ditambah sebanyak satu unit , pada mulanya produksi total
akan semakin banyak pertambahannya, akan tetapi jika sudah mencapai tingkat
tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya akan mencapai
nilai negative. Sifat pertambahan produksi seperti ini menyebabkan pertambahan
produksi total semakin lambat dan akhirnya mencapai tingkat yang maksimum
dan kemudian menurun.
Dengan demikian hukum hasil lebih yang semakin berkurang dapat
dibedakan menjadi tiga tahap yaitu:
a. Tahap pertama: produksi total mengalami pertambahan yang semakin
kuat.
b. Tahap kedua: produksi total pertambahannya semakin lambat.
Tabel 2.1
Hubungan Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi
Tanah
Dalam tabel 2.1. dijelaskan suatu gambaran mengenai produksi suatu
barang pertanian diatas sebidang tanah yang tetap jumlahnya , tetapi jumlah
tenaga kerjanya berubah- ubah. Dalam gambaran itu ditunjukkan dalam kolom
(3) mengalami pertambahan yang semakin cepat apabila tenaga kerja ditambah 1
menjadi 2 dan 2 menjadi 3. Maka dalam kegiatan ini produksi mencapai tahap
produksi yang semakin besar dari yang dicapai pekerja sebelumnya. Dalam
analisis ekonomi produksi ini disebut sebagai produksi marginal pekerja yang
semakin bertambah. Data dalam kolom ke empat yaitu data produksi marginal
pada tahap pertama, menggambarkan keadaan tersebut.
Apabila tenaga kerja ditambah dari tiga menjadi empat, kemudian dari
empat menjadi lima, dari lima menjadi 6 selanjutnya menjadi 7. Produksi total
tetap bertambah, tetapi jumlah pertambahannya semakin lama semakin sedikit.
Maka dalam keadaan ini produksi mencapai tahap kedua, yaitu keadaan dimana
produksi marginal semakin berkurang. Maksudnya setiap pertambahan pekerja
akan menghasilkan tambahan produksi kurang daripada tambahan produksi
pekerja sebelumnya.
Pada tahap ketiga, pertambahan tenaga kerja tidak akan menambah
produksi total yaitu produksi total berkurang. Pada waktu tenaga kerja bertambah
dari 7 menjadi 8 , produksi total masih mengalami peningkatan, yakni sebanyak
15 unit. Akan tetapi apabila satu lagi tenaga kerja ditambah dari 8 pekerja menjadi
9 pekerja, maka produksi totalnya menurun. Produksi total berkurang lebih lanjut
apabila tenaga kerja menjadi 10.(Sadono sukirno:2005:mikro ekonomi teori
pengantar:196).
• Produksi Total, Produksi rata rata dan Produksi marginal.
Kolom empat pada tabel 2.1 menunjukkan nilai produksi marginal yaitu
tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang
pertambahan produksi total maka produksi marginal (MP) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:
L TP MP
∆ ∆ =
Besarnya produksi rata rata yaitu produksi yang secara rata rata yang
dihasilkan oleh setiap pekerja ditunjukkan kolom 5. Apabila produksi total adalah
TP, jumlah tenaga kerja adalah L, maka produksi rata-rata (AP) dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut:
L TP AP=
TAHAPAN PRODUKSI
Gambar 2.2: kurva tahapan produksi
TPL
APL
MPL
I II III
X
Hubungan hubungan antara produksi total, produksi rata rat a dan produksi
marginal dapat digambarkan secara grafik. Dapat ditunjukkan oleh grafik di atas.
Kurva TP adalah kurva produksi total.
Tahap I: Menunjukkan hubungan antara jumlah produksi dan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produksi suatu barang. TP
cekung keatas apabila tenaga kerja yang digunakan masih sedikit. Hal ini berarti
masih terjadi kekurangan tenaga kerja dibandingkan dengan faktor produksi lain
misalnya tanah yang dianggap tetap jumlahnya. Dalam keadaan seperti ini
produksi marginal bertambah tinggi,dapat dilihat pada kurva MP yang semakin
menaik.
Tahap II: Lalu dilakukan penambahan tenaga kerja. Pada tahap ini penambahan tenaga kerja tidak menambah produksi total seperti sebelumnya. Hal
ini ditunjukkan oleh kurva produksi marginal yang menurun dan kurva produksi
total yang semakin cembung ke atas. Produksi marginal akan lebih tinggi daripada
produksi rata rata, yaitu kurva AP akan bergerak keatas. Keadaan ini
menggambarkan bahwa produksi rata rata semakin tinggi. Maka kurva produksi
marginal akan memotong kurva produksi rata rata. Sesudah perpotongan tersebut
maka kurva produksi rata rata menurun kebawah yang menggambarkan bahwa
produksi rata rata semakin merosot. Perpotongan diantara kurva MP dan kurva AP
menggambarkan peermulaan pada tahap kedua. Pada keadaan ini produksi rata
rata mencapai tingkat paling tinggi.
dibawah sumbu datar. Keadaan ini menggambarkan bahwa produksi marginal
mencapai angka yang negatif. Kurva produksi total TP mulai menurun pada
tingkat ini, yang menggambarkan bahwa produksi total semakin berkurang
apabila lebih banyak tenaga kerja yang digunakan.
2.4.2. Teori Produksi dengan Dua Faktor Berubah
Dalam analisis ini dimisalkan terdapat dua jenis faktor produksi yang
dapat di ubah jumlahnya. Misalnya yang dapat diubah adalah tenaga kerja dan
modal. Dimisalkan bahwa kedua faktor produksi tersebut dapat dipertukarkan
kegunaannya, yaitu tenaga kerja dapat menggantikan modal ataupun sebaliknya
modal dapat menggantikan tenaga kerja. Apabila harga tenaga kerja dan
pembayarannya perunit kepada faktor modal diketahui, analisis tentang
bagaimana perusahaan akan meminimumkan biaya dalam usaha untuk mencapai
suatu tingkat produksi tertentu dapat ditunjukkan.
2.4.3 Production Possibility Curve
Proses penciptaan output selalu dihadapkan kepada berbagai alternative,
apakah alternative dimaksud berkaitan dengan penggunaan input atau penciptaan
output. Beberapa proporsi maupun jenis input yang digunakan guna menghasilkan berbagai output dan bagaimana kombinasi penggunaan input sehingga proses
produksi terkendali. Informasi pasar output dan kesediaan input sangat berperan
sehingga proses produksi memberikan laba maksimum bagi perusahaan. Konsep
production possibility curve atau disebut production frontier dapat
Dalam penerapannya pengertian ini mendukung makna berupa
penggunaan berbagai sumber daya yang tersedia dalam kegiatan produksi secara
keseluruhan dengan alternative output. Apabila sumber daya yang tersedia tidak
digunakan secara keseluruhan berarti proses produksi tidak efisien. Tepatnya
pengertian production possibility curve sendiri merupakan alternative
pengorbanan yang diberikan sesuatu output guna peningkatan output lain seperti
ditunjukkan pada gambar 2.2. (Nasution, S.H, 2007:55).
Gambar 2.3. Kurva Production Possibility Curve.
Berdasarkan uraian diatas, produksi pada dasarnya merupakan proses
penggunaan input (masukan) untuk menghasilkan output (keluaran). Secara umum
fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut:
2.4.4. Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah abstraksi yang menggambarkan suatu proses
produksi, lebih jelasnya fungsi produksi dapat diartikan sebuah deskripsi
matematis atau kuantitatif dari berbagai macam kemungkinan-kemungkinan
prediksi teknis yang dihadapi oleh suatu perusahaan atau industri. Fungsi produksi
memberikan output maksimum dalam pengertian fisik.
Pengertian fungsi produksi merupakan hubungan antara jumla input yang
diperlukan dan jumlah output yang dihasilkan. Fungsi produksi menentukan
output maksimum yang dapat dihasilkan dari sejumlah input tertentu, dalam
kondisi keahlian dan pengetahuan teknis yang tertentu. (Samuelson dan Nordhaus:
Ekonomi Mikro: Edisi Keempat belas:200:125).
Juga disebutkan bahwa fungsi produksi merupakan hubungan diantara
faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya (Sadono Sukirno,
1994:193).
Fungsi produksi menetapkan bahwa suatu perusahaan tidak bisa
mencapai suatu output yang lebih tinggi tanpa menggunakan input yang lebih
banyak, dan suatu perusahaan tidak bisa menggunakan lebih sedikit input tanpa
mengurangi tingkat outputnya.
Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak
diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Hal tersebut
Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara
faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan
tersebut dapat lebih mudah dimengerti.
Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara
variabel yang dijelaskan (dependent variable), Y, dan variabel yang
menjelaskan (independent variable), X, serta sekaligus mengetahui hubungan
antar variabel penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Y = f (X1,)
Dengan fungsi produksi seperti tersebut diatas, maka hubungan Y dan X
dapat diketahui dan sekaligus hubungan X1,X2 dan lainnya juga dapat diketahui.
2.4.5. Beberapa Bentuk Fungsi Produksi
Fungsi produksi terdiri dari tiga bentuk, yaitu
1. Fungsi produksi Leontief, fungsi produksi Leontief diperkenalkan oleh
Wasilly Leontief.
2. Fungsi produksi Cobb Douglas
3. Fungsi produksi CES.
2.4.6. Fungsi Produksi Cobb Douglas
Fungsi produksi ini menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Coob,
C.W. dan Douglas, P. H. pada tahun 1928 melalui artikelnya yang berjudul “A
Secara matematis fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis dengan
persamaan:
Q = AKα Lβ
Keterangan: Q = output
K = input modal
L = input tenaga kerja
A = parameter efisiensi/koefisien teknologi
a = elastisitas input modal
b = elastisitas input tenaga kerja
Fungsi produksi Cobb Douglas dapat diperoleh dengan membuat linear
persamaan sehingga menjadi:
LnQ = LnA + αLnK + βLnL + ε
Dengan meregres persamaan diatas maka secara mudah akan diperoleh
parameter efisiensi (A) dan elastisitas inputnya. Salah satu kemudahan fungsi
produksi Cobb Douglas adalah secara mudah dapat dibuat linear sehingga
memudahkan untuk mendapatkannya
Dalam fungsi produksi Cobb Douglas ini, penjumlahan elastisitas
substitusi menggambarkan return to scale. Artinya apabila α + β = 1 berarti
constan return to scale, bila α + β < 1 berarti decresing return to scale, dan apabila α + β > 1 berarti proses produksi berada dalam keadaan increasing return
Fungsi produksi Cobb Douglas:
Q = AKα Lβ
Apabila input dinaikkan dua kali lipat maka:
Q2 = A (2K1)α. (2L1) β
= A2αK1α .2βL1β
= 2 α+ βAK1α. L 1β
= 2 α+β Q1
Jadi, bila α+β = 1, maka Q2 = 2 Q1, berlaku constan return to scale
bila α+β > 1, maka Q2 > 2 Q1, berlaku increasing return to scale
bila α+β < 1, maka Q2 < 2 Q1, berlaku decreing return to scale
Dalam fungsi produksi Cobb Douglas asli berlaku constant return to scale
( Nicholson : 1995 : 332), sehingga dapat mengilustrasikan secara mudah
perubahan output sebagai akibat perubahan input. Apabila input (baik K maupun
L) naik sebesar 2 (dua) kali maka output akan naik sebesar 2 (dua) kali pula.
Karena dalam fungsi Cobb Douglas berlaku constant return to scale maka
akan membawa konsekuensi bahwa substitusi antar faktor-faktor produksinya
adalah substitusi sempurna, artinya satu input L (tenaga kerja) dapat digantikan
dengan satu unit input K (modal). Dengan demikian, fungsi produksi Cobb
Douglas mempunyai bentuk isoquat linear. Dapat dilihat dengan jelas pada tabel
Tabel 2.2.
Gabungan Tenaga Kerja dan Modal untuk Menghasilkan 1000 Unit Produksi
Misalkan seorang pengusaha ingin memproduksi barang sebanyak 1000
unit. Untuk memproduksikan barang tersebut ia menggunakan tenaga kerja dan
modal yang penggunaanya dapat dipertukarkan. Gabungan A menunjukkan bahwa
1 unit tenaga kerja dan 6 unit modal dapat menghasilkan produksi yang
diinginkan tersebut. Gabungan B menunjukkan bahwa yang diperlukan adalah 2
unit tenaga kerja dan 3 unit modal. Gabungan C menunjukkan yang diperlukan
adalah 3 unit tenaga kerja dan 2 unit modal. Akhirnya gabungan D menunjukkan
bahwa yang diperlukan adalah 6 unit tenaga kerja dan 1 unit modal. (Sadono
Sukirno:1994: Mikro Ekonomi, Teori Pengantar:199.120).
2.5. Faktor-Faktor Produksi.
Dalam usaha pertanian, produksi diperoleh melalui suatu proses yang
cukup panjang dan penuh resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama
tergantung pada jenis komoditas yang diusahakan. Tidak hanya waktu,
Masing masing faktor produksi mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait
satu sama lain. Jika salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak
akan berjalan. Faktor produksi tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Tanah
Tanah merupakan salah satu faktor produksi pertanian yaitu tempat
dimana produksi berjalan dan dari mana hasil produksi dihasilkan. Dalam
pertanian, terutama di Indonesia, faktor produksi tanah mempunyai kedudukan
paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah
dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainnya. (Mubyarto:1984:pengantar
ekonomi pertanian:76).
Faktor produksi tanah terdiri dari beberapa faktor alam lainnya, seperti air,
udara, temperatur sinar matahari dan lain-lain. Semuanya secara bersama-sama
menentukan jenis tanaman yang dapat diusahakan atau jenis tanaman tertentu agar
dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi. Pada faktor produksi tanah itu
sendiri diperlukan lagi subfaktor seperti keadaan fisik dan kekayaan kimianya
yang menentukan tingkat kelenggasan dan kesuburannya. (Moehar daniel: 2001:
Pengantar Ekonomi Pertanian: 55).
Keberadaan faktor produksi tanah tidak hanya dilihat dari segi luas atau
sempitnya saja, akan tetapi juga dari segi yang lain seperti: jenis tanah, tujuan
penggunaan lahan, topografi, pemilikan tanah, nilai tanah fragmentasi tanah dan
Unsur-unsur sosial ekonomi yang melekat pada tanah dan memiliki
peranan dalam pengelolaan usaha tani cukup beragam, diantaranya adalah:
1. Kekuatan atau kemampuan potensil dan aktual dari tanah
2. Kapasitas ekonomis, efisiensi ekonomis dan keunggulan bersaing dari tanah
3. Produktivitas tanah.
4. Nilai sosial ekonomis dari tanah.
2. Tenaga Kerja
Menurut pakar ekonomi pertanian, tenaga kerja adalah penduduk dalam
usia kerja yaitu yang berumur 15-64 tahun, merupakan penduduk potensial yang
dapat bekerja untuk memproduksi barang atau jasa. Tenaga kerja tidak hanya
dipandang dari kuantitas (jumlah), tetapi juga mutu (kualitas) yang sangat
mempengaruhi hasil produksi usaha yang bersangkutan.
Tenaga kerja dalam pertanian di Indonesia dibedakan kedalam persoalan
tenaga kerja dalam usaha tani kecil-kecilan (usaha tani pertanian rakyat) dan
persoalan tenaga kerja dalam perusahaan pertanian yang besar-besaran yaitu
perkebunan, kehutanan, peternakan dan sebagainya. Petani yang memiliki lahan
tidak luas tidak membutuhkan tenaga kerja dari luar. Tetapi bagi petani yang
memiliki lahan yang luas akan membutuhkan tenaga kerja dari luar. (Mubyarto
:1984: pengantar ekonomi pertanian :104).
Pengaruh tenaga kerja terhadap produksi tidak sama pada setiap cabang
produksi juga dalam satu cabang produksi itu sendiri. Keadaan ini tergantung
kepada usaha produksi itu sendiri. Apakah padat karya (labor intensive) atau
3. Modal.
Modal adalah barang dan jasa yang bersama-sama dengan faktor
produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru. Barang-barang
pertanian yang termasuk barang modal dapat berupa uang, ternak, pupuk, bibit,
cangkul, investasi dalam mesin dan lain-lain. Biasanya semakin besar dan
semakin baik kualitas modal yang dimiliki maka akan sangat mendukung terhadap
peningkatan produksi yang dihasilkan. (Mubyarto: 1984: pengantar ekonomi
pertanian:91).
Modal dapat dibagi menjadi dua yaitu: modal tetap dan modal bergerak.
Modal tetap adalah barang barang yang digunakan dalam proses produksi yang
dapat digunakan beberapa kali. Seperti: mesin, pabrik, gedung dan lain lain.
Sedangkan modal bergerak adalah barang barang yang digunakan hanya sekali
pakai. Yakni barang barang yang habis dipergunakan untuk proses produksi.
Misalnya: bahan mentah, pupuk, bahan bakar dan lain-lain. (Moehar Daniel:2001:
pengantar ekonomi pertanian:74). Modal dapat terbentuk karena:
1.Produksi.
2.Penabungan dari produksi.
3.Pemakaian tabungan untuk produksi selanjutnya.
Makin tinggi modal per unit usaha digunakan maka usaha tersebut
2.6. Tinjauan Umum Mengenai Komoditi Gambir
2.6.1. Morfologi Tanaman Gambir
Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak
rebusan daun dan ranting tumbuhan, yang sering juga disebut dengan uncaria
gambir roxb. Tanaman gambir merupakan tumbuhan menjalar sebangsa kopi-kopian keluarga rubiaceae tumbuhan perdu setengah merambat dengan
percabangan memanjang, batang tegak sampai 100 cm.
Daun tunggal berhadapan, bentuk oval, tepi bergerigi, pangkal bulat, ujung
meruncing, panjang 8-10 cm, lebar 4 – 7 cm, warna daun hijau, tangkai daun
pendek, bunganya tersusun majemuk dengan bentuk lonjong diketiak daun,
mahkota berwarna merah muda, kelopak bunga pendek, mahkota bunga berbentuk
corong seperti bunga kopi. Buahnya berbentuk polong, semi berpenampang
hingga 2 cm dan penuh dengan biji-biji halus yang berukuran ±1 - 2 cm. Pada
bagian luarnya terdapat sayap yang memungkinkan biji gambir tersebar karena
angin. Di dalam inti biji terdapat calon akar radicula, calon batang cauliculus, dan
daun lembaga cotyledone
A. Syarat Tumbuh Tanaman Gambir.
Tanaman gambir dapat tumbuh didataran rendah sampai ketinggian 900
meter diatas permukaan laut dan memerlukan cahaya matahari yang cukup
banyak dengan curah hujan antar 2.500 - 3000 mm/tahun, maksimum 400 – 450
mm pada bulan basah dan minimum 100 - 200 mm pada bulan kering serta merata
namun biasanya dipergunakan lahan dipinggir hutan yang baru buka atau belum
pernah dipergunakan sebelumnya yang letaknya miring / lereng bukit dan mudah
meresapkan air, karena tanaman gambir tidak dapat hidup/ berkembang pada air
yang tergenang.
B. Teknis Budidaya Gambir
Tanaman gambir dapat diperbanyak dengan dua cara,yaitu vegetative dan
generative. Perbanyakan vegetative, dilakukan dengan stek dari bagian tanaman. Dan biasanya tanaman gambir dapat tumbuh dengan cara ini apabila masa
penyetekannya dilakukan pada musim hujan. Dan apabila dilakukan pada musim
kemarau maka cara menanam dengan cara seperti ini menghasilkan bibit dalam
jumlah yang terbatas dan hasilnya belum tentu sempurna. Akan tetapi cara
penanaman seperti ini dipakai oleh sebahagian besar petani gambir di Kabupaten
Pakpak Bharat.
Adapun yang menggunakan pembibitan dengan cara generative jumlahnya
hanya sedikit. Namun di Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat,
lebih banyak menggunakan pembibitan dengan cara generative. Sebaiknya untuk
perbanyakan bibit gambir untuk tujuan budidaya yang lebih luas dipakai cara
generative dengan menggunakan biji. Cara ini cukup murah biayanya dan mudah
C. Bibit Tanaman
• Kebutuhan benih setiap hektar pertanaman gambir 16 kali kebutuhan
normal, karena daya kecambahnya dibawwah 60%
• Kebutuhan bibit untuk satu hektar dengan jarak tanaman 2 x 2 m adalah
2.500 batang, maka diperlukan benih 16 x 2.500 = 40.000 biji (± 10 mg =
2 kotak korek api)
• Kemungkinan hidup pada tingkat pembibitan 50%, pada tingkat
pemindaha ke polybag 50%, tingkat lapangan 50%.
D. Persiapan Benih
1. Benih atau biji diambil langsung dari pohon gambir yang tidak pernah
dipanen daunnya.
2. Buah yang diambil telah masak fisiologis yang dicirikan dengan warna
polong kuning kecoklatan atau sudah ada satu atau dua polong yang pecah,
dipetik lalu dijemur 2 - 3 hari.
3. Wadah tempat penjemuran perlu ditutup dengan kain kasa, agar buah yang
bijinya pecah tidak terbang.
4. Biji yang berwarna terang coklat dianggap baik, sedangkan yang berwarna
hitam gelap dibuang, bila ada biji yang belum yang belum lepas dari kulit
buahnya, supaya dilepaskan dengan tangan.
5. Setelah benih yang terkumpul cukup , dilakukan seleksi ulang, benih yang
E. Persemaian dan Pelumpuran.
• Lokasi persemaian harus dekat dengan sumber air, untuk memudahkan
dalam melakukan penyiraman.
• Lokasi yang memenuhi syarat dibersihkan dan diolah, kemudian dibuat
bedengan dengan ukuran lebar 1 meter dan tinggi 30 cm.
• Antar bedengan dibuat selokan selebar 30 – 50 cm
• Bedengan yang telah siap dilapisi dengan lumpur setebal 1-3cm agar benih
tidak masuk terlalu jauh kedalam tanah, disamping itu untuk merekatkan
benih agar tidak hanyut atau diterbangkan angin.
• Bedengan diberi peteduh dari daun alang alang atau daun kelapa yang
tinggi dibagian timur dan rendah dibagian barat.
• Untuk 10 mg benih (2 kotak korek api) diperlukan persemaian 4 – 6 m2.
F. Penebaran Benih
• Bedengan yang telah diberi lumpur dibasahi sambil dilicinkan denagn
menggosok gosokkan tangan kepermukaan lumpur.
• Benih yang telah disiapkan langsung ditabur dengan ayakan akan langsung
merekat dipermukaan lumpur.
G. Pengairan dan Penyiraman.
• Setelah benih ditabur, selokan terus menerus diairi atau digenangi air agar
tanah tetap lembab atau dilakukan penyiraman dengan sprayer sesering
H. Pemeliharaan Bibit
• Setelah penaburan benih dilakukan, permukaan bedengan diisemprot
denga pestisida untuk mengatasi semut semut yang akan merusak bibit.
• Setelah benih tumbuh, dilakukan penyiangan, supaya tidak terjadi
persaingan bibit dengan gulma.
I. Pemindahan Bibit ke Polybag.
• Bibit sudah dapat dipindahkan ke polybag pada umur 2 bulan dan telah
mempunyai 2-4 pasang daun.
• Polybag yang telah diisi tanah lapisan atas (humus) dicampur dengan
pupuk kadang, disusun dan diberi naungan dengan daun alang alang atau
daun kelapa.
• Pemindahan bibit dengan sekop kecil, jangan dicabut, bibit dengan tanah
yang terbawa langsung ditanamkan ke polybag.
• Bibit di polybag disemprot dengan zat perangsang tumbuh, seperti atonik,
sampai basah baik tanaman maupun tanahnya supaya bibit yang baru
dipindahkan tidak stagnasi.
J. Pemeliharaan Bibit dalam Polybag.
• Selama dipolybag, bibit disemprot dengan pestisida cukup satu kali saja,
setelah penyemprotan dengan atomic.
• Setelah berumur satu bulan, naungan dikurangi 25% dan limabelas hari
berikutnya menjadi 15%, berikutnya menjadi 50% dan 15 hari kemudian
tidak ada naungan lagi.
• Setelah bibit berumur 6 - 7 bulan, sudah dapat dipindahkan kelapangan.
K. Penanaman
Bibit ditanam dalam lobang tanam berukuran 30x30x30cm,yang sudah
dipersiapkan sebelumnya dengan jarak tanam 1-2 meter.
L. Pemeliharaan Tanaman Gambir
Penyiangan dilakukan dua kali setahun, untuk pemupukan dapat
digunakan ampas daun, sisa pemerasan yang ditaburkan disekitar batang tanaman.
Untuk mempertahankan produktivitasnya, perlu diberikan pupuk kandang atau
kompos. Untuk penanaman kecil kecilan , gambir biasanya bebas dari penyakit
dan hama serius. Akan tetapi pada pertanaman monokultur yang luas, serangan
hama ulat dan kumbang banyak terjadi.
Ada sejenis kutu yang dapat menyebabkan tumbuhnya perbungaan yang
luar biasa besarnya, dan juga menyerang daun. Bagian tanaman gambir yang
diserang hama biasanya adalah daunnya. Dimana daun menjadi berlobang lobang
dan rusak sehingga produksi getah menjadi berkurang. Sedangkan serangan hama
yang berbahaya adalah jenis penghisap yang mengakibatkan pucuk muda atau
titik tumbuh menjadi kering dan mati. Akibatnya pertumbuhan cabang terhenti
sehingga tanaman menjadi kerdil dan tidak rimbun. Hama yang sering ditemui
hama daun (glypodes psittatulis/ oreta ekstensa), hama kepik (helopeltis
sumatranus roepke/hyalopeplus), tinggana gambir dan hama belalang (sitanju).
M.Pemupukan
Untuk mendapatkan produksi gambir yang optimal perlu adanya
pemupukan, karena kandungan hara dalam tanah sangat terbatas dan cenderung
habis bila diserap tanaman terus menerus.
Penggunaan pupuk pada tanaman gambir mempunyai dua tujuan utama
yaitu:
1. Menambah unsur hara untuk berproduksi.
2. Memperkecil penurunan kesuburan tanah di daerah perakaran
tanaman.
N. Hama dan Penyakit Tanaman Gambir.
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman gambir sampai saat ini dapat
dikatakan tidak ada, kalaupun ada hal tersebut belum merupakan suatau bahaya
yang mengancam pertumbuhan tanaman gambir. Serangan hama yang pernah
dijumpai menyerang tanaman gambir ada tiga jenis yaitu: hama penggulung
daun, kumbang pemakan daun daan wereng batang. Namun hal tersebut dapat