• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Produksi Getah Gambir Di Kabupaten Pakpak Bharat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Produksi Getah Gambir Di Kabupaten Pakpak Bharat"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH

TERHADAP PRODUKSI GETAH GAMBIR

DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

TESIS

Oleh:

TAKDIR MANURUNG

097039004/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH

TERHADAP PRODUKSI GETAH GAMBIR

DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh

TAKDIR MANURUNG

097039004/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul : Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Produksi Getah Gambir Di Kabupaten Pakpak Bharat Nama : Takdir Manurung

NIM : 097039004

Program Studi : Magister Agribisnis

Menyetujui

Komisi Pembimbing,

(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) (Dr. Ir. Rahmanta M.Si)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(4)

Telah diuji dan dinyatakan

LULUS di depan Tim Penguji pada

Kamis, 19 Januari 2012

Tim Penguji

Ketua

: Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS

______________

Anggota : 1. Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA

______________

2. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS

______________

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKSI GETAH GAMBIR DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan

secara benar dan jelas.

Medan, Maret 2012 yang membuat pernyataan,

(6)
(7)

ABSTRAK

TAKDIR MANURUNG (097039004/MAG) judul tesis ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKSI GAMBIR DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT penelitian ini dilakukan pada

tahun 2011 di bawah bimbingan Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan

Dr. Ir. Rahmanta, MSi.

Gambir adalah komoditi unggulan dari Kabupaten Pakpak Bharat yang harus tetap dipertahankan, dikembangkan karena merupakan komoditas ekspor. Permasalahan utama adalah rendahnya produktivitas. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei tahun 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh jumlah daun gambir, tenaga kerja pengolahan, alat pengolahan, pengalaman dan kelembagaan petani terhadap produksi getah gambir kering di Kabupaten Pakpak Bharat.

Data yang digunakan adalah data primer dengan melakukan wawancara dengan petani gambir dengan kuesioner di 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut dan Kecamatan Kerajaan. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Linear Berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah dan gambir dan alat pengolahan berpengaruh secara signifikant terhadap produksi getah gambir kering sedangkan jumlah tenaga kerja, pengalaman dan kelembagaan tidak berpengaruh secara signifikant terhadap produksi getah gambir kering. Disarankan kepada pemerintah daerah untuk memberikan kemudahan dalam pemberian atau pengadaan alat pengolahan daun gambir jenis hidrolik serta berupaya mempertahankan komoditi gambir untuk tetap dibudidayakan dan dikembangkan karena merupakan komoditi unggulan dan merupakan ikon komoditi Kabupaten Pakpak Bharat yang tidak dimiliki kabupaten lain penghasil gambir di Provinsi Sumatera Utara.

(8)

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat

dan karuniaNya yang telah dianugerahkan sehingga dapat menyelesaikan tesis

yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Produksi Getah Gambir Di Kabupaten Pakpak Bharat dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang

membantu dalam penyelesaian tesis ini, sebagai berikut :

1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dekan beserta

Pembantu Dekan Fakultas Pertanian yang telah memimpin institusi

pendidikan di tingkat universitas.

2. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

banyak memberikan motivasi, arahan dan bimbingan dan juga selaku Ketua

Program Studi Magister Agribisnis.

3. Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

telah banyak memberikan motivasi, arahan dan bimbingan.

4. Ibu Ir. Diana Chalil, MSi, PhD, selaku Sekretaris Program Studi Program

Magister Agribisnis yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan.

5. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP, yang telah bersedia menguji dan

memberikan masukan.

6. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Agribisnis Program Studi Magister

Agribisnis yang telah memberikan ilmunya.

7. Seluruh Staf akademik dan pegawai di Departemen Agribisnis yang telah

(9)

8. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten

Pakpak Bharat yang telah memfasilitasi lokasi penelitian.

9. Balai Penyuluhan Pertanian dan Penyuluh Pertanian Lapangan di Kecamatan

Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut dan

Kecamatan Kerajaan yang telah memfasilitasi pengambilan data.

10. Riantri Barus, SP, MSi dan teman- teman di Program Studi Magister

Agribisnis yang telah memberikan masukan.

11. Pihak-pihak lain yang tidak disebut satu-persatu, namun telah ikut membantu

penyelesaian tesis ini.

Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bupati,

Wakil Bupati dan Sekretaris Daerah Kabupaten Serdang Bedagai atas kesempatan

yang diberikan untuk mengikuti pendidikan di Program Studi Magister Agribisnis.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada ibunda atas do’anya, isteri tercinta

Hj. Ernawati, AmKeb atas dukungan dan semangat serta anak-anak tersayang

Mhd. Ajhi Priyadli Manurung dan Echa Twi Asvitya atas do’a dan pengertiannya

yang memotivasi penulis menyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki kekurangan yang

disebabkan keterbatasan pengetahuan. Saran akan sangat berarti agar tesis ini

dapat dikembangkan lagi oleh peneliti-peneliti selanjutnya. Akhirnya penulis

berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2012

(10)

DAFTAR ISI

1.2. Identifikasi Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.3. Pengolahan Gambir ... 14

2.4. Penelitian Terdahulu ... 15

2.4. Kerangka Konsep Penelitian ... 16

2.5. Hipotesis ... 18

III. METODE PENELITIAN ... 20

3.1. Metode Pemilihan Lokasi Peneitian ... 20

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 21

3.3. Metode Penentuan Sampel ... 21

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 22

3.5. Metode Analisis Data ... 23

3.6. Defenisi dan Batasan Operasional ... 26

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL ... 28

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 28

4.1.1. Kependudukan ... 29

4.1.2. Pendidikan ... 31

4.1.3. Kesehatan ... 33

(11)

4.1.5. Koperasi ... 34

4.1.6. Kelembagaan Pertanian ... 34

4.2. Distribusi Sampel ... 35

4.2.1. Distribusi Responden berdasarkan Umur ... 35

4.2.2. Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan ... 36

4.2.3. Distribusi Sampel berdasarkan Luas Lahan Gambir ... 37

4.2.4. Distribusi Sampel berdasarkan Lama Bertani Gambir ... 37

4.2.5. Distribusi Sampel berdasarkan Status Kelembagaan ... 38

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

5.1. Budidaya Tanaman Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat ... 40

5.1.1. Subsistem Produksi ... 40

5.1.2. Sub Sistem Pengolahan ... 40

5.2. Hasil Analisis Pengaruh Jumlah Daun Gambir, Tenaga Kerja Pengolahan, Alat Pengolahan Pengalaman dan Kelembagaan Petani terhadap Produksi Getah Gambir Kering ... 43

5.2.1. Uji Linieritas ... 43

5.2.2. Uji Asumsi Ordinary Least Square (OLS) ... 44

5.2.3. Uji Kesesuaian (test goodnes of fit) model dan uji hipotesis .... 47

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

6.1. Kesimpulan ... 55

6.2. Saran ... 55

(12)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Luas tanaman dan Produksi Gambir Tanaman Perkebunan Rakyat

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009 ... 3

2. Perkembangan Luas Tanaman dan Produksi Gambir Tanaman Perkebunan Rakyat Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006-2009 ... 4

3. Luas Areal dan Jumlah Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010 ... 19

4. Jenis Data Penelitian dan Sumbernya ... 20

5. Luas Daerah Menurut Kecamatan 2009 ... 28

6. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat, Tahun 2009 ... 28

7. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin di Kabupaten Pakpak Bharat, Tahun 2009 ... 29

8. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pakpak Bharat, Tahun 2009 ... 30

9. Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009 ... 31

10.Daftar Kelembagaan Petani Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010 ... 34

11.Distribusi Responden berdasarkan Umur ... 35

12.Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan ... 35

13.Distribusi Sampel berdasarkan Luas Lahan Gambir ... 36

14.Distribusi Sampel Berdasarkan Lama Bertani Gambir ... 37

15.Distribusi Sampel berdasarkan Status Kelembagaan ... 37

16.Uji Linieritas Jumlah Hasil Produksi Getah Gambir Kering ... 42

17.Hasil Uji Asumsi Multikolinieritas Model Jumlah Hasil produksi Getah Gambir Kering Menggunakan Statistik Kolinieritas ... 43

18.Uji Asumsi Normalitas Model Produksi Getah Gambir Kering Menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov ... 46

(13)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Perbandingan Volume Ekspor Gambir Indonesia (2009) ke Berbagai Negara

Tujuan ... 2

2. Proses Produksi ... 12

3. Kerangka Pemikiran ... 17

4. Distribusi Luas Panen Jenis Tanaman Tahun 2009 ... 33

5. Grafik Uji Heteroskedastisitas Model Jumlah Produksi Getah Gambir Kering ... 44

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1. Data Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Getah

Gambir Kering ...58

2. Hasil Analisis Fator-faktor yang Mempengaruhi Produksi Getah

Gambir Kering ...60

3. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Model Faktor-faktor Yang

(15)

ABSTRAK

TAKDIR MANURUNG (097039004/MAG) judul tesis ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKSI GAMBIR DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT penelitian ini dilakukan pada

tahun 2011 di bawah bimbingan Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan

Dr. Ir. Rahmanta, MSi.

Gambir adalah komoditi unggulan dari Kabupaten Pakpak Bharat yang harus tetap dipertahankan, dikembangkan karena merupakan komoditas ekspor. Permasalahan utama adalah rendahnya produktivitas. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei tahun 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh jumlah daun gambir, tenaga kerja pengolahan, alat pengolahan, pengalaman dan kelembagaan petani terhadap produksi getah gambir kering di Kabupaten Pakpak Bharat.

Data yang digunakan adalah data primer dengan melakukan wawancara dengan petani gambir dengan kuesioner di 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut dan Kecamatan Kerajaan. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Linear Berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah dan gambir dan alat pengolahan berpengaruh secara signifikant terhadap produksi getah gambir kering sedangkan jumlah tenaga kerja, pengalaman dan kelembagaan tidak berpengaruh secara signifikant terhadap produksi getah gambir kering. Disarankan kepada pemerintah daerah untuk memberikan kemudahan dalam pemberian atau pengadaan alat pengolahan daun gambir jenis hidrolik serta berupaya mempertahankan komoditi gambir untuk tetap dibudidayakan dan dikembangkan karena merupakan komoditi unggulan dan merupakan ikon komoditi Kabupaten Pakpak Bharat yang tidak dimiliki kabupaten lain penghasil gambir di Provinsi Sumatera Utara.

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Republik Indonesia terletak di daerah tropis yang merupakan

negara agraris dan sektor pertanian menjadi andalan utama penghasil devisa

negara diluar migas. Sektor pertanian menopang sebagian besar perekonomian

penduduknya melalui penyediaan pangan dan juga memberikan lapangan

pekerjaan. Hingga saat ini, sektor pertanian masih memegang peranan penting

dalam perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk dan tenaga

kerja yang diserap dalam sektor pertanian. Sektor pertanian menyerap 42,3 juta

orang atau 44,5 % dari total tenaga kerja nasional. Bila dilihat dari kondisi

perekonomian propinsi Sumatera Utara, sektor pertanian mempunyai peranan

yang sangat strategis dalam menunjang pembangunan ekonomi. Sektor pertanian

memberikan kontribusi bagi PDB yakni sebesar 15,8 % dan menyerap tenaga

kerja sebesar 48 % (Kompas, 2010).

Salah satu komoditi pertanian yang dapat menjadi komoditi unggulan dan

komoditas andalan adalah gambir. Gambir telah lama dikenal sebagai campuran

bahan makanan sirih. Gambir juga digunakan sebagai bahan ramuan obat, bahan

pembatik, ramuan cat, pewarna tekstil dan industri bir. Gambir dapat menghambat

pertumbuhan jamur Phytophora cinnamomi dan cukup berpotensi sebagai anti

bakteri dan anti jamur. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ekstrak gambir

digunakan sebagai bahan aktif pada pasta gigi dan biopestisida. Secara modern

gambir telah dimanfaatkan oleh industri farmasi Swiss sebagai obat penyakit hati

(17)

khusus untuk para perokok karena gambir dapat menetralisir nikotin, sedangkan

Di Singapura, gambir dikembangkan untuk obat sakit perut dan sakit

gigi (Bachtiar, 2004).

Permintaan terhadap gambir selalu meningkat sehingga dapat

diperkirakan bahwa tanaman gambir mempunyai prospek masa depan yang cerah.

Indonesia adalah negara pengekspor gambir utama dunia. Menurut BPS (2010),

negara tujuan ekspor gambir adalah India, Bangladesh, Singapura, Malaysia,

Jepang dan beberapa Negara Eropa. Pada tahun 2009, volume ekspor tercatat

18.360,21 ton dan perolehan devisa sebesar 38,17 juta Dolar AS. Sejalan dengan

berkembangnya jenis-jenis barang industri yang memerlukan bahan baku gambir,

maka kebutuhan akan gambir dalam industri semakin meningkat. India

membutuhkan 6.712.037 kg gambir kering setiap tahun.

(18)

Perkembangan pasar getah gambir kering relatif menguntungkan bagi

petani. Harga getah gambir kering kering per kilogram saat ini adalah sebesar

Rp. 25.000/kg, sedangkan gambir yang masih cair (sering disebut gambir bubur)

Rp. 3.000/kg, dan gambir yang cara penjualannya perbuah, harga jualnya adalah 1

buah Rp. 1.000,00.

Kabupaten Pakpak Bharat merupakan penghasil gambir terbesar di

provinsi Sumatera Utara setelah Kabupaten Dairi, Deli Serdang, Tapanuli Tengah

dan Mandailing Natal. Secara umum produksi tanaman gambir yang dipasarkan

berupa getah gambir kering kering untuk pasar domestik dan pasar ekspor. Luas

tanaman dan produksi gambir tanaman perkebunan rakyat Provinsi Sumatera

Utara disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas tanaman dan Produksi Gambir Tanaman Perkebunan Rakyat Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009

No Kabupaten Luas Tanaman (Hektar) Produksi (Ton)

Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka, BPS, Tahun 2010

Secara umum luas tanaman gambir di provinsi Sumatera Utara setiap

tahun mengalami peningkatan. Perkembangan luas tanaman dan produksi gambir

(19)

Tabel 2. Perkembangan Luas Tanaman dan Produksi Gambir Tanaman Perkebunan Rakyat Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006-2009

No Tahun Luas Tanaman (Hektar) Produksi (Ton)

Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka, BPS, Tahun 2010

Keterangan:

TBM : Tanaman Belum Menghasilkan TM : Tanaman Menghasilkan TTM : Tanaman Tidak Menghasilkan

Di Kabupaten Pakpak Bharat, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan

Kecamatan Kerajaan dan Kecamatan Tinada adalah daerah penghasil produksi

gambir terbesar dibandingkan lima kecamatan lainnya. Hasil pendataan rumah

tangga sensus pertanian 2008, terdapat 8.292 rumah tangga pertanian di

Kabupaten Pakpak Bharat, dimana salah satu tanaman perkebunan rakyat yang

saat ini memberikan kontribusi yang cukup besar untuk menopang kehidupan

petani di Kabupaten Pakpak Bharat adalah tanaman gambir. Berdasarkan data

Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat tahun 2009, total luas areal

tanaman gambir adalah 1.051 Ha, yang terdapat di 8 (delapan) kecamatan di

Kabupaten Pakpak Bharat. Jumlah produksi pertahunnya adalah 1.523 ton

(BPS, 2010).

Keterbatasan tenaga kerja yang terjadi dalam berusahatani komoditi

gambir di Kabupaten Pakpak Bharat merupakan kendala utama dimana disaat

pemetikan daun gambir yang siap panen, sulit mendapatkan tenaga kerja

tambahan bagi petani gambir. Tenaga kerja sangat berhubungan erat dengan

(20)

gambir. Jika tenaga kerja cukup untuk pemanenan daun gambir besar

kemungkinan produksi gambir akan meningkat.

Kelembagaan petani dalam hal ini yakni keikutsertaan dalam kelompok

tani juga berpengaruh terhadap produksi gambir dimana petani yang menjadi

anggota kelembagaan petani baik itu kelompok tani maupun gabungan kelompok

tani menerima teknologi pertanian melalui proses penyuluhan secara berkala dan

menerapkannya dalam usahatani gambir maka akan berpengaruh terhadap

produksi gambir yang diusahakannya.

Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat berupaya meningkatkan produksi

dan produktivitas gambir melalui program, kegiatan di Satuan Kerja Perangkat

Dinas khususnya melalui kegiatan penyuluhan dari Badan Pelaksana Penyuluhan

Pertanian, Perikanan dan Kehutanan juga kegiatan – kegiatan pada Dinas

Pertanian dan Perkebunan. Argumentasinya adalah gambir telah lama

dibudidayakan dan berlangsung turun temurun. Dari sisi harga dipandang

prospektif serta menunjukkkan trend yang menaik dimana tanaman mudah

dirawat dan tidak mempunyai ham adan penyakit (Analisa, 2011).

Kabupaten Pakpak Bharat sumber daya manusia yang tersedia saat ini di

bidang penyuluhan adalah Penyuluh Pertanian tahun 2010 sebanyak 91 orang.

Menurut Peraturan Menteri Pertanian nomor 273 tahun 2007 tentang revitalisasi

kelembagaan pertanian masih memungkinkan untuk merevitalisasi kelembagaan

petani dengan mereorganisasi pengurus kelompok tani, membentuk

kelompok-kelompok tani baru demi peningkatan produksi, pendapatan petani. Jumlah

kelompok tani tahun 2011 sebanyak 325 kelompok (pangan, perkebunan,

(21)

Kecamatan Sitellu Urang Jehe yang terdapat di 7 desa dan di Kecamatan

Pergetteng getteng Sengkut 8 kelompok terdapat di 2 desa.

Pada usahatani gambir tahap yang paling penting adalah tahapan

pengolahan. Proses pengolahan daun menjadi ekstrak gambir kering dilakukan di

kebun petani yang letaknya jauh dari rumah petani (Haddad, 2001). Petani gambir

di Kabupaten Pakpak Bharat mengolah daun gambir menjadi ekstrak gambir

menggunakan 2 (dua) jenis alat pengolah yaitu pengolah daun gambir sederhana

dan pengolah daun gambir modern. Jenis alat pengolah daun gambir ini sangat

menentukan produksi ekstrak gambir yang dihasilkan. Di dalam usahatani dan

pengolahan tanaman gambir diperlukan faktor faktor yang mempengaruhi tingkat

produksi tanaman tersebut sebagai sarana produksi, seperti jumlah daun gambir,

jumlah tenaga kerja pengolahan, alat pengolahan, pengalaman dan kelembagaan

yang turut serta mempengaruhi tingkat produksi tanaman gambir.

Kualitas gambir sangat ditentukan oleh proses pengolahan getah gambir

dan mutu daun gambir. Daun gambir yang diolah sebaiknya daun gambir yang

tidak muda dan tidak terlalu tua. Karena apabila daun gambir masih muda belum

banyak menghasilkan getah dan apabila terlalu tua daunnya sudah

kekuning-kuningan sehingga getah yang dihasilkan tidak berkualitas. Pada proses

pengolahan daun gambir menjadi getah, ketelitian pemetikan daun serta

pemerasan daun, kebersihan peralatan pengolah, lingkungan pengempaan dan

tempat penjemuran serta pengaruh cuaca dapat mempengaruhi kualitas gambir,

(22)

Dilihat dari luas areal, di Kabupaten Pakpak Bharat selalu terjadi perluasan

lahan untuk komoditi gambir di setiap tahunnya yang berarti usahatani gambir

masih diminati oleh masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat. Namun hanya pola

extensifikasi dengan perambahan hutan yang dilakukan masyarakat tanpa

memperhatikan pola intensifikasi sehingga produktivitas getah gambir kering

yang dihasilkan belum maksimal. Petani hanya terus menambah luas lahan

usahatani gambir dan tidak memperhatikan faktor lain yang dapat memaksimalkan

produktivitas getah gambir kering. Masalah lain terkait peningkatan produktivitas

getah gambir kering adalah terbatasnya alat pengolahan jenis hidolik yang

dimiliki yang dimiliki petani sehingga ekstrak gambir tidak sepenuhnya terambil

dari hasil pengepresan dengan alat pengepres gambir jenis tradisional/kempa.

Masalah lain pengaruh rendahnya produksi getah gambir kering disebabkan oleh

varietas, musim panen, kapasitas alat dan frekwensi panen daun gambirnya.

Tenaga kerja juga akan berpengaruh dalam produksi getah gambir kering apabila

jumlah daun gambir tersedia dan tenaga kerja pemanen tersedia juga.

Sesuai dengan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan

menulis tesis dengan judul “Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

produksi getah gambir kering di Kabupaten Pakpak Bharat”.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, identifikasi masalah

dalam penelitian ini adalah apakah jumlah daun, tenaga kerja pengolah, alat

pengolahan, pengalaman dan kelembagaan berpengaruh terhadap produksi getah

(23)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh jumlah

daun, tenaga kerja pengolah, alat pengolahan, pengalaman dan kelembagaan

terhadap produksi daun gambir di Kabupaten Pakpak Bharat.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Pakpak Bharat

terutama para pengambil kebijakan, keputusan maupun pelaksana

pembangunan daerah dalam merumuskan perencanaan dan kebijakan

pembangunan daerah khususnya yang berkaitan dengan peningkatan produksi

gambir dan penentuan pengembangan komoditi unggulan daerah.

2. Sebagai bahan referensi bagi Penyuluh Pertanian Lapangan dalam upaya

peningkatan pembinaan kelembagaan pertanian khususnya pada kelompok

tani gambir di Kabupaten Pakpak Bharat.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperbanyak dan menambah

sumbangan terhadap ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebelumya, khususnya untuk

komoditi gambir antara lain:

Solin (2010), menganalisis tentang pengaruh 1) luas kepemilikan lahan

petani yang ditanami gambir; 2) jumlah pohon gambir; 3) jumlah pupuk yang

diberikan dan tenaga kerja terhadap produksi gambir. Hasil dari penelitian ini

adalah jumlah pupuk, jumlah pohon gambir dan tenaga kerja berpengaruh

terhadap produksi gambir namun luas lahan yang ditanami gambir tidak

berpengaruh terhadap produksi gambir. Disarankan perlunya penyuluhan

pertanian yang kontiniu melalui instansi pemerintah dalam upaya peningkatan

produksi gambir dan analisis manfaat infrastruktur di Kabupaten Pakpak Bharat

kaitannya dengan produksi gambir.

Sihombing (2010), menganalisis tentang pengaruh 1) luas lahan yang

ditanami kelapa sawit; 2) pengaruh tenaga kerja ; 3) pengaruh pupuk yang

diberikan terhadap produksi kelapa sawit. Hasil dari penelitian ini adalah luas

lahan, tenaga kerja dan jumlah pupuk berpengaruh positif terhadap produksi

kelapa sawit. Disarankan Dampak penggunaan faktor-faktor produksi lebih efektif

jika pihak perusahaan lebih memfokuskan penggunaan faktor yang berpengaruh

secara nyata dan signifikan terhadap kenaikan jumlah produksi, disamping juga

perlu memperhatikan biaya produksi untuk hal-hal yang tidak perlu.

Panjaitan (2008), menganalisis luas lahan, pengalaman bertani, waktu kerja,

(25)

Dairi. Hasil dari penelitian ini adalah luas lahan, pengalaman bertani, waktu kerja,

pestisida dan jumlah pupuk yang diberikan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap produksi kopi di Kabupaten Dairi. Disarankan Pemda Kabupaten Dairi

agar lebih aktif dalam memberikan penyuluhan kepada para petani kopi dalam

rangka meningkatkan produksi kopi di Kabupaten Dairi yaitu dengan

menggalakkan program ekstensifikasi dan diversifikasi.

2.2. Landasan Teori

Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak

rebusan daun dan ranting tumbuhan, yang sering juga disebut dengan Uncaria

gambir roxb. Tanaman gambir merupakan tumbuhan menjalar sebangsa

kopi-kopian keluarga rubiaceae tumbuhan perdu setengah merambat dengan

percabangan memanjang, batang tegak sampai 100 cm. Daun tunggal berhadapan,

bentuk oval, tepi bergerigi, pangkal bulat, ujung meruncing, panjang 8-10 cm,

lebar 4 – 7 cm, warna daun hijau, tangkai daun pendek, bunganya tersusun

majemuk dengan bentuk lonjong diketiak daun, mahkota berwarna merah muda,

kelopak bunga pendek, mahkota bunga berbentuk corong seperti bunga kopi.

Buahnya berbentuk polong, semi berpenampang hingga 2 cm dan penuh dengan

biji-biji halus yang berukuran ± 1 - 2 cm. Pada bagian luarnya terdapat sayap yang

memungkinkan biji gambir tersebar karena angin. Di dalam inti biji terdapat calon

akar radicula, calon batang cauliculus, dan daun lembaga

cotyledone (BP4K Pakpak Bharat, 2011).

Tanaman gambir dapat tumbuh didataran rendah sampai ketinggian 900

(26)

dengan curah hujan antar 2.500 - 3000 mm/tahun, maksimum 400 – 450 mm pada

bulan basah dan minimum 100 - 200 mm pada bulan kering serta merata setiap

tahun. Sekalipun tanaman gambir tidak menghendaki tanah yang subur namun

biasanya dipergunakan lahan dipinggir hutan yang baru buka atau belum pernah

dipergunakan sebelumnya yang letaknya miring/lereng bukit dan mudah

meresapkan air, karena tanaman gambir tidak dapat hidup/ berkembang pada air

yang tergenang (Hambali dkk, 2000).

Tanaman gambir merupakan salah satu komoditas perkebunan rakyat

(Fauza dkk., 2007). Spesies Uncaria gambir Roxb. Merupakan salah satu tanaman

tahunan penghasil getah penting (Bakhtiar, 1991 dalam Jamsari dkk., 2007).

Terdapat 34 jenis spesies tanaman gambir (Manan, 2008). Output usahatani

gambir berupa daun dan ranting muda. Dari daun diolah menjadi getah basah

(bubur gambir) dan dari bubur gambir diolah menjadi getah kering

(gambir kering) (Tinambunan, 2008).

Gambir kering merupakan produk dari tanaman gambir

(Heyne, 1987 dalam Pambayun dkk., 2007). Produk dari tanaman gambir adalah

getahnya yang diperoleh dari ekstrak daun dan ranting muda yang terlebih dahulu

direbus dan pada akhirnya dikeringkan. Dalam perdagangan, gambir merupakan

istilah untuk ekstrak kering daun tanaman gambir (Tinambunan, 2008).

Gambir termasuk salah satu komoditas unggulan daerah Kabupaten

Pakpak Bharat, Provinsi Sumatera Utara. Tetapi prospek yang baik terhadap

permintaan gambir, baik di dalam maupun di luar negeri, belum disertai dengan

peningkatan produktivitas dan pendapatan petani. Meskipun sudah ada

(27)

juga sudah tersedianya teknologi anjuran, tetapi tingkat produktivitas dan

pendapatan petani masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh (1) tidak

sampainya sinyal pasar ke petani yang mengakibatkan tidak tahunya petani

mengenai prospek pasar gambir yang baik ; (2) tidak sampainya teknologi anjuran

ke petani, sehingga teknik budidaya tanman gambir dan pengolahan hasil masih

dilakukan dengan cara tradisional ; dan (3) keterbatasan modal, sehingga petani

tidak bisa berbuat banyak dalam meningkatkan produktivitas dan mengolah hasil

gambir dengan baik (Tinambunan, 2008). Umumnya petani masih menggunakan

pola budidaya tradisional dengan pola pengelolaan sangat sederhana terhadap

tanamannya. Begitu juga dengan cara pengolahan hasil, masih dilakukan dengan

cara sederhana (Ermiati, 2004).

Empat proses utama untuk merubah daun/ ranting gambir menjadi getah

gambir masih dilakukan dengan cara tradisional yaitu; merebus dengan

menggunakan dandang rebusan dengan kapasitas 30 s/d 60 kg daun gambir/ batch,

memeras/ meremas dengan menggunakan alat peras tradisional dengan kapasitas

30 kg daun hasil rebusan per 30 menit, mencetak dengan menggunakan tangan

dengan bantuan kain atau dengan cetakan dari bambu dan mengeringkan dengan

menggunakan panas matahari dan rembesan langsung panas dari

perebusan (Analisa, 2011).

Proses pengolahan gambir secara tradisional yang ada sekarang ini seperti

sistem kempa dongkrak dan sistem baji memiliki kapasitas masing-masing

0,83 kg/menit dan 0,55 kg/menit, dinilai kurang mampu untuk memenuhi

kebutuhan permintaan akan gambir tersebut, dikarenakan keterbatasan atau

(28)

tenaga yang banyak juga waktu yang dibutuhkan untuk proses pengempaan sangat

lama yang pada akhirnya akan berdampak pada kualitas dan kuantitas dari gambir.

Untuk itu perlu pemanfaatan teknologi pengempaan gambir yang lebih modern

yaitu menggunakan sistem alat kempa mesin hidrolik, dimana rendemen yang

dihasilkan alat ini 11.3% dan waktu pengempaan 10 menit dengan kapasitas

30 kg (Nusyirwan, 2010).

Dukungan sumber daya manusia berkualitas melalui penyuluhan pertanian

dengan pendekatan kelompok yang dapat mendukung sistem agribisnis berbasis

pertanian (tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan). Perlu

dilakukan pembinaan dalam rangka penumbuhan dan pengembangan kelompok

tani di perdesaan sebagai kelembagaan petani agar menjadi kelompok tani yang

kuat dan mandiri untuk meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya. Sistem

penyuluhan pertanian adalah seluruh rangkaian pengembangan kemampuan,

pengetahuan, ketrampilan serta sikap pelaku utama dan pelaku usaha melalui

penyuluhan. Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang

dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial,

ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan

usaha anggota. Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi

anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan sikap serta

tumbuhkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktivitas

meningkat, pendapatan bertambah serta kehidupan lebih

(29)

2.2.1. Teori Produksi

Fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara

hasil produksi fisik (output) dengan faktor faktor produksi (input). Atau dengan

kata lain menunjukkan sifat hubungan diantar faktor faktor produksi dan tingkat

produksi yang dihasilkan.

Gambar 2. Proses Produksi

2.2.2. Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah abstraksi yang menggambarkan suatu proses

produksi, lebih jelasnya fungsi produksi dapat diartikan sebuah deskripsi

matematis atau kuantitatif dari berbagai macam kemungkinan-kemungkinan

prediksi teknis yang dihadapi oleh suatu perusahaan atau industri. Fungsi produksi

memberikan output maksimum dalam pengertian fisik. Pengertian fungsi produksi

merupakan hubungan antara jumlah input yang diperlukan dan jumlah output

yang dihasilkan. Fungsi produksi menentukan output maksimum yang dapat

dihasilkan dari sejumlah input tertentu, dalam kondisi keahlian dan pengetahuan

teknis yang tertentu (Samuelson dan Nordhaus, 2000). Juga disebutkan bahwa

fungsi produksi merupakan hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat

produksi yang diciptakannya (Sukirno,1994). Input(modal,

tenaga kerja, bahan baku dan lain-lain

Fungsi produksi (dengan tekhnologi

tertentu)

(30)

Fungsi produksi menetapkan bahwa suatu perusahaan tidak bisa mencapai

suatu output yang lebih tinggi tanpa menggunakan input yang lebih banyak, dan

suatu perusahaan tidak bisa menggunakan lebih sedikit input tanpa mengurangi

tingkat outputnya.

Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak

diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Dengan fungsi

produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan

antara variabel yang dijelaskan (dependent variable), Y, dan variabel yang

menjelaskan (independent variable), X, serta sekaligus mengetahui hubungan

antar variabel penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai

berikut:

Y = f (X1, X2)

Dengan fungsi produksi seperti tersebut diatas, maka hubungan Y dan X dapat

diketahui dan sekaligus hubungan X1 dan X2 dan variabel bebas lainnya juga

dapat diketahui.

2.2.3. Faktor-Faktor Produksi

Dalam usaha pertanian, produksi diperoleh melalui suatu proses yang

cukup panjang dan penuh resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama

tergantung pada jenis komoditas yang diusahakan. Tidak hanya waktu, kecukupan

faktor produksi juga turut serta sebagai penentu pencapaian prroduksi. Masing

(31)

sama lain. Jika salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan

berjalan.

2.2.4. Pengolahan Gambir

Pengolahan gambir secara tradisional yang umumnya dilakukan petani

melalui enam tahap, yaitu perebusan daun dan ranting, “pengempaan”,

pengendapan getah, penirisan, pencetakan dan pengeringan. Pengolahan ini akan

menghasilkan produk yang terdiri atas 2 jenis yaitu gambir untuk makan sirih dan

bahan baku industri. Perbedaan pengolahan kedua jenis adalah pada cara

perebusan. Produk makan sirih perebusannya hanya menggunakan air biasa,

sedangkan untuk bahan baku industri menggunakan air yang dicampur dengan air

limbah dari penirisan getah gambir selama proses penirisan getah berlangsung

serta ditambah zat kimia tertentu sebagai suplemen. Oleh karena itu, produk

gambir untuk makan sirih kadar katechinnya lebih tinggi (71%), lebih rapuh,

berwarna lebih cerah dan rasanya lebih enak disbanding untuk gambir industri

(Suherdi dkk, 1994). Mengenai air limbah penirisan, menurut Heyne (1987)

banyak mengandung asam lemak yang berguna dalam pencelupan tekstil dan

penyamakan kulit.

Pengempaan adalah pengolahan gambir yang menggunakan alat tradisionil

yang terbuat dari kayu dan merupakan tahap yang sangat menetukan dalam

pengolahan gambir, karena menentukan kualitas dan kuantitas getah yang keluar

dari daun dan ranting, di samping oleh jenis alat yang digunakan dan kemampuan

tenaga manusia dalam pengempaan. Terdapat dua jenis alat kempa, yaitu alat

(32)

peninggalan nenek moyang yang dalam operasionalnya cukup menguras tenaga

manusia, sedangkan pengolahan dengan kempa dongkrak sudah lebih ringan,

walaupun tingkat keamanan dan kebersihannya masih kurang

terjaga (Hasan dkk, 2000).

Saat ini telah berkembang 4 jenis alat yang menggunakan teknologi, yaitu

alat kempa sistem dongkrak, sistem ulir, sistem dongkrak hidrolik dan sistem

pabrik. Kelebihan alat-alat ini lebih efesien dibandingkan alat tradisional karena

tidak menggunakan tenaga kerja manusia, di samping kualitas dan kapasitasnya

lebih tinggi, penangannya lebih mudah dan mampu memberikan daya tekanan

yang lebih tinggi. Oleh karena itu, penggunaan alat yang mengandung teknologi

ini perlu lebih disosialisasikan di dalam masyarakat agar lebih cepat

berkembang (Dhalimi, 2006).

2.3. Kerangka Pemikiran

Gambir merupakan salah komoditas strategis unggulan nasional Indonesia.

Prospek yang baik terhadap permintaan gambir belum disertai dengan

peningkatan produktivitas, mutu dan pendapatan petani. Banyak faktor yang

menyebabkan rendahnya produktivitas. Jika produktivitas dapat ditingkatkan,

maka produksi getah gambir dapat ditingkatkan pula untuk memenuhi kebutuhan

permintaan dalam negeri maupun ekspor yang semakin meningkat. Untuk itu

perlu dikaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi getah gambir.

Kajian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi getah gambir di

Kabupaten Pakpak Bharat dilakukan dengan menganalisi faktor-faktor yang

(33)

Dalam usahatani gambir dihasilkan daun gambir yang kemudian dari daun

gambir ini dilakukan proses pengolahan untuk menghasilkan getah gambir. Dalam

proses pengolahan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi produksi getah

gambir. Faktor-faktor yang dimasukkan dalam penelitian ini yang dapat

berpengaruh terhadap pengolahan untuk memproduksi getah gambir adalah tenaga

kerja pengolahan, alat pengolahan, pengalaman dan kelembagaan. Tenaga kerja

pengolahan berpengaruh terhadap produksi gambir, dimana penyerapan tenaga

kerja dalam pengelolaan gambir khususnya tenaga kerja pemanenan daun gambir

sangat berpengaruh terhadap produksi gambir. Alat pengolah daun gambir

berpengaruh terhadap produksi dimana semakin modern alat pengolah daun

gambir (pengepresan) maka jumlah ekstrak getah gambir yang diperoleh semakin

banyak dan mutu semakin baik. Pengalaman bertani berpengaruh terhadap

produksi getah gambir dikarenakan pengalaman dapat membantu petani untuk

menemukan inovasi dalam pengolahan untuk memproduksi getah gambir.

Kelembagaan petani berpengaruh terhadap produksi gambir dimana petani yang

menjadi anggota kelembagaan petani yaitu kelompok tani, gabungan kelompok

tani penerima teknologi pertanian melului proses penyuluhan secara berkala dan

menerapkannya dalam usahatani gambir akan berpengaruh terhadap produksi

getah gambir. Kerangka konsep penelitian dapat digambarkan Gambar 3.

(34)

Gambar 3. Kerangka Pemikiran

2.4. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi

objek penelitian. Berdasarkan perumusan masalah diatas maka untuk keperluan

penelitian dibuat hipotesis sebagai berikut: Jumlah daun, tenaga kerja pengolah,

alat pengolahan, pengalaman dan kelembagaan berpengaruh positif dan nyata

(35)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Pemilihan Lokasi

Penelitian dilakukan di Kabupaten Pakpak Bharat dengan pertimbangan

bahwa Kabupaten Pakpak Bharat merupakan salah satu sentra produksi gambir di

Indonesia. Penentuan Kabupaten Pakpak Bharat sebagai lokasi penelitian (studi

kasus) juga didasarkan pada komitmen Kabupaten Pakpak Bharat bahwa gambir

merupakan komoditi unggulan dan luas tanam 884,8 hektar (BPS, 2010).

Kecamatan yang dipilih sebagai lokasi penelitian yaitu Kecamatan Sitellu

Tali Urang Jehe, Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut dan Kecamatan

Kerajaan. Kecamatan tersebut dipilih dengan alasan, karena 3 (tiga) kecamatan

tersebut merupakan sebagian dari sentra produksi gambir yang dilihat dari luas

arealnya dan juga di kecamatan-kecamatan ini sebagian besar penduduknya

bermata pencaharian sebagai petani gambir, jumlah desa per kecamatan,

perkembangan luas tanam gambir setiap tahun, dan jumlah kelembagaan petani

sehingga sangat mendukung untuk dilakukan penelitian di kecamatan tersebut.

Tabel 3. Luas Areal dan Jumlah Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010

(36)

Jumlah 1.051,0 1.316

Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat, 2010

3.2. Metode Penentuan Sampel

Menentukan jumlah sampel penelitian ini menurut Arikunto (1996) bahwa

apabila populasi kurang dari 100 orang maka akan digunakan populasi seluruhnya

digunakan sebagai sampel. Namun bila jumlah populasi lebih dari 100 orang,

maka sampel diambil sebesar 10 – 15 %, 20 – 25 % atau lebih tergantung

setidak-tidaknya dari:

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga kerja dan dana

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek karena hal ini

menyangkut banyak sedikitnya data

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti, untuk penelitian yang

resikonya besar, tentu saja jika sampel besar hasilnya akan lebih baik.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Perkebunan

Kabupaten Pakpak Bharat tahun 2010, jumlah petani gambir pada 3 (tiga)

kecamatan di atas yaitu sebanyak 503 KK. Jumlah sampel yang dijadikan sebagai

responden dalam penelitian ini sebanyak 50 orang (± 10 % Jumlah KK di

kecamatan terpilih) dengan rincian 19 KK pada Kecamatan Sitellu Tali Urang

Jehe (populasi sebanyak 194 KK) dan 13 KK pada Kecamatan Pergetteng-getteng

Sengkut (populasi sebanyak 124 KK) dan 18 KK pada Kecamatan Kerajaan

(populasi 185 KK). Kriteria dalam pengambilan sampel dilakukan dengan metode

judgement sampling (purposive sampling) yakni teknik penentuan sampel dengan

(37)

dengan maksud penelitian. Sesuai dengan tujuan penelitian, kriteria yang

digunakan yaitu sampel yang termasuk dalam anggota kelompok tani dan bukan

anggota kelompok tani, petani dengan kepemilikan alat pengolah daun gambir

modern dan petani dengan kepemilikan alat pengolah daun gambir tradisional.

Jumlah sampel petani untuk masing-masing kelompok disesuaikan dengan

ketersediaan jumlah petani yang ditemui di lapangan.

3.3. Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara, yaitu salah satu teknik pengumpulan data dan informasi dengan mewawancarai masyarakat yang memiliki usaha tanaman gambir di kabupaten

Pakpak Bharat.

2. Kuesioner (daftar pertanyaan), yaitu salah satu teknik pengumpulan data dan informasi dengan cara menyebarkan angket (daftar pertanyaan) kepada

responden yang dijadikan sampel penelitian.

3. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui telah berbagai literatur yang relevan yang berhubungan dengan permasalahan yang

ada didalam penulisan tesis ini, dapat diperoleh dari buku buku, internet dan

lain lain.

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dan sumbernya dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Jenis Data Penelitian dan Sumbernya

No Jenis Data Sumber

1 Data Primer

(38)

- Tenaga kerja pengolahan Kuesioner - Alat pengolahan

Kuesioner

- Pengalaman bertani Kuesioner

- Kelembagaan Kuesioner

Sumber: Data kuesioner

3.4. Metode Analisis Data

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel eksogen terdiri dari lima variabel yaitu jumlah daun gambir, tenaga

kerja pengolahan, alat pengolahan, pengalaman dan kelembagaan.

b. Variabel endogen adalah produksi getah gambir kering.

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan ditabulasi dan dianalisis.

Untuk metode penggunaan model, digunakan metode Ordinary Least Square

(OLS). Untuk mengolah data digunakan program SPSS. Fungsi produksi Regresi

Linier Berganda dengan persamaan sebagai berikut:

Y = f(X1,X2,X3,X4,X5)

Keterangan:

Y = Jumlah produksi getah gambir kering kering (Kg/ha/tahun)

X1 = Jumlah daun gambir (Kg/ha/tahun)

X2 = Tenaga Kerja Pengolahan (HKO)

X3 = Alat Pengolah Daun Gambir (Dummy)

dimana: 1: jika modern (jenis hidrolik)

(39)

X4 = Pengalaman (Tahun)

X5 = Kelembagaan petani gambir (Dummy)

dimana : 1 : jika anggota kelompok tani

0 : jika tidak anggota kelompok tani

Untuk menguji apakah variabel independen secara serempak berpengaruh

terhadap variabel dependen, maka digunakan uji F. Kriteria uji yang digunakan

adalah:

a. H0 diterima bila Sig. F > α0,05

b. H1 diterima bila Sig. F < α0,05

Untuk menguji apakah variabel independen secara parsial berpengaruh

terhadap variabel dependen, maka digunakan uji t. Kriteria uji yang digunakan

adalah:

a. H0 diterima bila Sig. t > α0,05

b. H1 diterima bila Sig. t < α0,05

Untuk mendapatkan hasil parameter yang baik, maka dilakukan uji

asumsi klasik sehingga diperoleh hasil yang unbiased atau BLUE (Best Linear

Unbiased Estimation). Asumsi klasik yang diuji adalah asumsi normalitas,

multikolinieritas, dan heteroskedastisitas.

a. Asumsi Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah nilai residual dari model

(40)

berasal dari distribusi normal, maka nilai-nilai sebaran data pada grafik Normal

PP Plot of Regression Standardized Residual akan terletak di sekitar garis

diagonal atau tidak terpencar jauh dari garis diagonal. Normalitas juga dapat

dilihat dengan menggunakan uji one sample Kolmogorov-Smirnov. Jika

signifikansi lebih besar dari α0,05 maka disimpulkan data berdistribusi normal.

b. Asumsi Multikolinieritas

Salah satu dari asumsi model regresi linier klasik adalah bahwa tidak

terdapat multikolinieritas diantara variabel yang menjelaskan yang termasuk

dalam model (Gujarati, 1988). Uji asumsi multikolinieritas bertujuan untuk

menguji apakah ditemukan adanya korelasi atau hubungan antar variabel eksogen

dalam model regresi. Korelasi di antara variabel eksogen seharusnya tidak terjadi

dalam model regresi yang baik. Adapun batasan-batasan yang digunakan dalam

pengujian multikolinearitas adalah sebagai berikut:

a. Apabila VIF < 5 sesuai dengan persamaan

2

2

b. Apabila korelasi antara dua variabel bebas melebihi 0,8

c. Adanya statistik F dan koefisien determinasi yang signifikan

namun diikuti dengan banyaknya statistik t yang tidak signifikan

c. Asumsi Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi bila variansinya tidak konstan, sehingga

(41)

berbeda-beda sehingga bila diplotkan dengan nilai Ŷi akan membentuk suatu pola.

Gujarati (1988) menyatakan bahwa ada beberapa metode yang dapat digunakan

untuk mendeteksi heteroskedastisitas dalam model. Dalam penelitian ini,

heteroskedastisitas dideteksi dengan metode metode grafik, yaitu melalui grafik

sebaran nilai-nilai residual terhadap nilai-nilai prediksi. Jika sebaran membentuk

suatu pola tertentu maka terjadi heteroskedastisitas.

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional

3.5.1. Definisi

1. Produksi adalah jumlah getah gambir kering kering yang mampu dihasilkan

oleh petani dalam satu tahun.

2. Jumlah produksi getah gambir kering kering adalah banyaknya produksi getah

gambir dalam bentuk kering yang diperoleh petani gambir setelah melalui

proses pengolahan per tahun dalam satuan kilogram per hektar.

3. Petani gambir adalah petani yang mengusahakan komoditas gambir, mulai

dari budidaya tanaman gambir sampai pengolahan menjadi gambir kering

4. Tenaga Kerja yaitu jumlah tenaga kerja yang dicurahkan dalam kegiatan

pengepresan dan pengolahannya menjadi gambir kering (HK/tahun).

5. Alat pengolahan adalah alat pengolahan yang digunakan dalam proses untuk

menghasilkan getah gambir kering.

6. Pengalaman bertani gambir adalah lamanya petani gambir bertani dengan

mengusahakan usahatani gambir yang diuukur dalam satuan tahun.

(42)

3.5.2. Batasan Operasional

1. Output yang diteliti dalam pengolahan gambir adalah getah gambir kering.

2. Pengolahan gambir yang diteliti adalah yang dilakukan dan dikelola secara

mandiri oleh petani di area perladangan.

3. Petani sampel adalah petani yang mengusahakan tanaman gambir yang telah

menghasilkan di Kabupaten Pakpak Bharat, Provinsi Sumatera Utara, yang

melakukan kegiatan pertanian budidaya tanman gambir dan pengolahan daun

gambir menjadi getah kering sebagai mata pencaharian dan sebagai sumber

pendapatannya.

4. Kelembagaan petani dalam penelitian digolongkan berdasarkan keikutsertaan

petani gambir dalam kelompok tani.

5. Alat pengolahan dalam penelitian ini adalah apabila masih menggunakan alat

tradisional seperti alat kempa atau telah menggunakan alat pengolahan modern

(43)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Pakpak Bharat adalah hasil pemekaran dari Kabupaten Dairi.

Kabupaten Pakpak Bharat terletak pada garis 2015'00'' - 3032'00" Lintang Utara

dan 90000' - 98031' Bujur Timur. Luas keseluruhan Kabupaten Pakpak Bharat

adalah 1.218,30 km2. Luas wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kawasan

budidaya di luar kawasan lindung adalah seluas 77.893,39 ha, sedangkan kawasan

hutan lindung seluas 43.936,61 ha.

Secara administratif, Kabupaten Pakpak Bharat berbatasan dengan

Sebelah Utara : Kabupaten Dairi

Sebelah Timur : Kabupaten Toba Samosir

Sebelah Selatan : Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Humbang

Hasundutan

Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Singkil

Kabupaten Pakpak Bharat tergolong ke daerah beriklim tropis karena

dipengaruhi oleh posisi wilayah yang berada di dekat garis khatulistiwa.

Kabupaten Pakpak Bharat terletak pada ketinggian antara 700 - 1500 m di atas

permukaan laut. Suhu rata-rata berkisar 280C dengan curah hujan per tahun

sebesar 311 mm.

Kabupaten Pakpak Bharat terdiri dari 8 kecamatan yakni Kecamatan

Salak, Kecamatan Kerajaan, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan

Tinada, Kecamatan Siempat Rube, Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu, Kecamatan

(44)

luas diantara delapan kecamatan adalah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe,

dengan luas 473,62 Km2 (30,87 %) dari total luas kabupaten. Luas daerah menurut

kecamatan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Luas Daerah Menurut Kecamatan Tahun 2009

No Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Dusun

Pakpak Bharat merupakan kabupaten yang memiliki penduduk paling

sedikit dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Penduduk

Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2010 sebanyak 42.814 jiwa yang menyebar

di delapan kecamatan dan 52 desa. Persentase penduduk terbesar berada di

Kecamatan STTU Jehe (22,41%), sedangkan persentase terkecil berada di

(45)

Tabel 6. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009

No Kecamatan Desa

Melihat luas wilayah Kabupaten Pakpak Bharat dibandingkan dengan

jumlah penduduk, maka tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten ini relatif

sangat kecil yaitu 35 jiwa/Km2, hal ini masih sangat memungkinkan menerima

perpindahan penduduk dari daerah lain. Jumlah penduduk berdasarkan jenis

kelamin dari tahun 2005- 2009 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009

No Tahun Jumlah Penduduk Jumlah Sex Ratio

(46)

sebesar 97,50%. Dari Tabel 7. juga dapat dilihat bahwa angka sex ratio terus

mengalami peningkatan. Distribusi penduduk menurut kelompok umur dan jenis

kelamin pada tahun 2009 di Kabupaten Pakpak Bharat dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009

No Kelompok Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah

1 0 – 4 3.024 3.011 6.035

Distribusi penduduk menurut kelompok umur, terlihat bahwa penduduk

Kabupaten Pakpak Bharat tergolong penduduk kelompok usia muda karena

sebesar 40,71% penduduk berumur kurang dari 15 tahun. Jika dibandingkan

antara penduduk laki-laki dan perempuan terlihat bahwa penduduk usia muda

laki-laki lebih banyak dari perempuan.

4.1.2. Pendidikan

Proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan membutuhkan

(47)

mempunyai peranan penting dalam mendukung proses perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan di segala bidang kehidupan masyarakat. Kualitas

Sumber Daya Manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Peningkatan

kualitas SDM merupakan kebutuhan mendesak untuk menghadapi tantangan era

komputerisasi dan informasi yang semakin canggih. Upaya peningkatan kualitas

pendidikan sangat tergantung pada fasilitas dan sarana pendidikan yang tersedia.

Jumlah sekolah, guru, dan murid dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009

Uraian TK SD SMP SMA

Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Jumlah

Sekolah 3 - 53 - 16 2 5 - Jumlah

Murid 235 - 6331 - 2126 54 1442 -

Jumlah

Guru 24 - 640 - 247 21 134 -

Sumber: BPS, 2010

Jumlah sekolah TK dirasakan masih sangat kurang. Pada tahun 2009,

jumlah sekolah TK hanya 3 unit yang tersebar di 3 kecamatan. Jumlah sekolah

SMA juga masih belum mencukupi. Sekolah SMA setidaknya terdapat 1 unit

untuk setiap kecamatan. Dengan demikian masih dibutuhkan 3 unit sekolah SMA

lagi. sekolah SMP sudah cukup memadai, hal ini juga didukung dengan adanya

sekolah SMP swasta. Selain sekolah yang tertera pada Tabel 11, pengembangan

pendidikan di Kabupaten Pakpak Bharat juga didukung dengan adanya 3 unit

sekolah Madrasah Ibtidayah (MI) dan 4 unit Sekolah Madrasah Tsanawiyah

(48)

4.1.3. Kesehatan

Ketersediaan sarana kesehatan berupa rumah sakit merupakan faktor

utama dalam menunjang perbaikan kualitas hidup. Terdapat satu rumah sakit

umum di Kabupaten Pakpak Bharat, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).

Terdapat 8 buah Puskesmas di 8 Kecamatan, 24 buah Puskesmas Pembantu

(PUSTU), 87 buah Posyandu, dan 33 buah Polindes. Untuk tenaga medis, di

Kabupaten Pakpak Bharat terdapat 10 orang dokter umum, 4 orang dokter gigi,

110 bidan, 79 perawat umum, 1 orang perawat sanitasi, 5 orang perawat gigi, dan

6 perawat gizi.

4.1.4. Pertanian

Keadaan alam dan topografi Kabupaten Pakpak Bharat mendukung untuk

perkembangan sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan potensi terbesar

mendukung perekonomian masyarakat. Penduduk yang bekerja di sektor

pertanian atau sektor yang berkaitan dengan sektor pertanian mencapai 99,99%.

Pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat terdiri dari tanaman pangan (padi

dan palawija), hortikultura (sayur dan buah), dan perkebunan rakyat. Total luas

panen seluruh komoditi pada tahun 2009 adalah sebesar 21.027,25 Ha. Pertanian

di Kabupaten Pakpak Bharat didominasi oleh sektor tanaman pangan dengan luas

panen sebesar 52,26% dari total luas panen. Luas panen terkecil yaitu hortikultura

hanya 0,49%.

Komoditi gambir merupakan jenis tanaman perkebunan rakyat yang paling

banyak diusahakan di Kabupaten Pakpak Bharat. Tahun 2009, luas area tanaman

gambir sebesar 1.051 Ha, meningkat 18,78% dari tahun sebelumnya sebesar

(49)

Gambar 4. Distribusi Luas Panen Jenis Tanaman Tahun 2009

4.1.5. Koperasi

Koperasi merupakan institusi ekonomi rakyat yang diharapkan dapat lebih

mensejahterakan masyarakat umumnya dan anggota koperasi tersebut khususnya.

Di Kabupaten Pakpak Bharat jumlah KUD pada tahun 2009 sebanyak 3 unit

dengan jumlah anggota sebanyak 1.336 orang. Selain Koperasi Unit Desa, di

Kabupaten Pakpak Bharat juga terdapat koperasi non KUD sebanyak 47 unit

dengan jumlah anggota sebanyak 1.472 orang.

4.1.6. Kelembagaan Pertanian

Kelembagaan petani yang sudah terbentuk di Kabupaten Pakpak Bharat dapat

dilihat pada Tabel 10.

Series1; Tanaman

Pangan; 52,26%; 52%

Series1; Hortikultura;

0,49%; 1% Series1; Perkebunan; 47,25%; 47%

Tanaman Pangan

Hortikultura

(50)

Tabel 10. Daftar Kelembagaan Petani Di Kabupaten Pakpak Bharat

Sumber: Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Pakpak Bharat, 2011

4.2. Distribusi Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu petani gambir sebanyak 50

orang dari tiga kecamatan yakni kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe,

Pergetteng-getteng Sengkut dan Kerajaan. Gambaran umum petani sampel meliputi umur

petani, tingkat pendidikan petani, luas lahan gambir, lama bertani gambir,

penyerapan tenaga kerja usaha tani gambir, dan keanggotaan kelompok tani

diuraikan berikut ini.

4.2.1. Distribusi Responden berdasarkan Umur

Umur merupakan salah satu aspek sosial yang dapat mendukung petani

(51)

bersemangat terutama dalam mencari informasi untuk mendukung pengelolaan

usahaninya. Distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Distribusi Responden berdasarkan Umur Umur

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 1)

Dari Tabel 11. dapat dilihat bahwa responden masih berada pada usia

produktif, yaitu berada di antara 15 - 64 tahun dengan jumlah 48 responden

(98%). Responden yang berusia lanjut (> 65 tahun) hanya 1 orang

responden (2%).

4.2.2. Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan

Cepat tidaknya mengadopsi inovasi bagi petani sangat tergantung pada

faktor ekstern dan intern. Salah satu faktor intern yaitu tingkat pendidikan petani.

Petani dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih terbuka terhadap

adannya perubahan. Distribusi responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat

pada Tabel 12.

Tabel 12. Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan

Tingkat Pendidikan Frekuensi

(Orang) Persentase (%)

SD 10 20,00

SMP 24 48,00

SMA 16 32,00

Jumlah 50 100,00

(52)

Tabel 12. menunjukkan bahwa sebesar 48% petani sampel berpendidikan

SMP/sederajat, yaitu sejumlah 24 orang dan sebesar 32% berpendidikan

SMA/sederajat, yaitu sejumlah 16 orang. Hal ini menunjukkan pendidikan sampel

cukup tinggi.

4.2.3. Distribusi Sampel berdasarkan Luas Lahan Gambir

Lahan merupakan modal utama bagi petani dalam menjalankan

usahataninya. Kepemilikan lahan yang luas memungkinkan petani untuk

mengelola usahataninya secara efisien. Distribusi petani berdasarkan luas lahan

dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Distribusi Sampel berdasarkan Luas Lahan Gambir

Luas Lahan (Ha) Frekuensi

(Orang) Persentase (%)

≤ 0,5 9 18

0,6 - 1 28 56

> 1 13 26

Jumlah 50 100

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 1)

Tabel 13. menunjukkan bahwa 56% petani memiliki lahan seluas 0,6 – 1

Ha. Petani yang memiliki luas lahan > 1 Ha sebanyak 26% dan masih ada petani

yang memiliki luas lahan ≤ 0,5 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa usaha tani gambir

di Kabupaten Pakpak Bharat merupakan usaha tani rakyat yang berskala kecil.

4.2.4. Distribusi Sampel berdasarkan Lama Bertani Gambir

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lamanya petani bertani gambir

(53)

Tabel 14. Distribusi Sampel Berdasarkan Lama Bertani Gambir

No Lama Bertani (tahun) Jumlah Sampel (orang) Persentase (%)

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 1)

Gambir merupakan komoditi yang sudah diusahakan sejak lama oleh

masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat. Tabel 14. menunjukkan bahwa sebesar

56% petani sampel telah mengusahakan gambir selama 1-5 tahun, yaitu sejumlah

28 orang, selain itu ada juga petani yang telah mengusahakan gambir selama

21-25 tahun, yaitu sejumlah 2 orang. Hal ini menunjukkan bahwa petani tersebut

telah mengusahakan komoditi gambir sebagai usaha tani yang potensial untuk

dikelola secara terus-menerus. Dilihat dari data yang diperoleh menunjukkan

bahwa pengalaman yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu tingginya

produktivitas getah gambir kering.

4.2.5. Distribusi Sampel berdasarkan Status Kelembagaan

Distribusi sampel berdasarkan status kelembagaan dapat dilihat pada

Tabel 15.

Tabel 15. Distribusi Sampel berdasarkan Status Kelembagaan

Status Kelembagaan Frekuensi

(Orang) Persentase (%)

Anggota KT 38 76

Tidak Anggota KT 12 24

Jumlah 50 100

(54)

Tabel 15. menunjukkan bahwa sebesar 76% sampel merupakan anggota

kelompok tani, yaitu sejumlah 38 orang dan sebesar 24% bukan merupakan

anggota kelompok tani, yaitu sejumlah 24 orang. Hasil wawancara dengan petani

menunjukkan bahwa tingginya partisipasi petani dalam kelompok tani

dikarenakan dengan bergabung dalam kelompok tani, kemungkinan petani

(55)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Budidaya Tanaman Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat 5.1.1. Subsistem Produksi

Gambir diperbanyak secara generatif (dengan biji) dan vegetatif (cangkok,

dan stek), tetapi cara yang umum dilakukan adalah dengan biji karena mempunyai

keberhasilan yang cukup tinggi mencapai 80-90 % tergantung dari keadaan benih,

semakin lama benih disimpan maka persantese tumbuh semakin berkurang.

Benih/biji diambil dari buah yang telah masak (berwarna kuning) dan berasal dari

tanaman yang telah memenuhi syarat sebagai pohon induk.

Buah yang telah masak dipetik sebelum pecah langsung dijemur selama

2-3 hari. Wadah tempat penjemuran perlu ditutup dengan kain kasa agar buah yang

telah pecah bijinya tidak diterbangkan oleh angin. Biji yang telah keluar lengket

dengan alae (bulu seperti benang halus), bewarna coklat terang dianggap viabel

(baik) dan dipisahkan dari biji yang berwarna hitam gelap (tidak baik).

Untuk pengembangan tanaman gambir dengan vegetatif dapat dilakukan

dengan stek batang, pada tanaman gambir yang sudah bisa dipanen. Dengan

ciri-ciri batang agak kecoklatan. Batang dipotong lalu di tanam di polibag, kemudian

di biarkan tanpa diganggu selama kurang lebih satu bulan. Setelah tumbuh lalu di

tanam kelapangan dengan jarak tanam 2 x 2 meter atau 3 x 3 meter.

5.1.2. Sub Sistem Pengolahan

Pada usaha tani dan proses pengolahan daun gambir, tahap yang paling

penting adalah tahap pengolahan. Proses pengolahan daun menjadi pasta gambir

Gambar

Gambar 1. Perbandingan Volume Ekspor Gambir Indonesia ke Berbagai Negara Tujuan Tahun 2009
Gambar 2. Proses Produksi
Tabel 3. Luas Areal dan Jumlah Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010
Tabel 5. Luas Daerah Menurut Kecamatan Tahun 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari sini dapat kita ambil kesimpulan, sistem asuransi seperti ini bisa diadopsi di Indonesia karena nilai aset tetap Pemerintah cukup besar dan Indonesia termasuk

Hipotesis yang diajukan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara konsep diri dengan komunikasi interpersonal yang efektif antara ibu dan anak.. Semakin tinggi

Para Pemegang Saham atau kuasanya yang akan menghadiri Rapat diminta dengan hormat untuk membawa dan menyerahkan Konfirmasi Tertulis Untuk Rapat (KTUR) atau

Ketentuan pidana yang berkaitan dengan tindak pidana terhadap anak dalam kandungan atau janin terdapat dalam Pasal 80 yang menentukan: (1) setiap orang yang. melakukan

Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, Persepsi, Motivasi, Dukungan Keluarga Dan Sumber Informasi Pasien Penyakit Jantung Koroner dengan Tindakan Pencegahan Sekunder Faktor Risiko

layanan bimbingan dan konseling untuk siswa SMPB C Tunagrahita ringan di1. SLB Bina Putera

Berdasarkan Hasil Evaluasi administrasi, Teknis, Harga serta Evaluasi Pembuktian Kualifikasi maka Kelompok Kerja Barang III (Pokja III) Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa

Ketika laporan arus kas dibentuk pembayaran tangguhan untuk peralatan akan dimasukkan dalam aktivitas investasi.Karenanya perubahan dalam neraca pada akun utang akan