ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH
TERHADAP PRODUKSI GETAH GAMBIR
DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT
TESIS
Oleh:
TAKDIR MANURUNG
097039004/MAG
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH
TERHADAP PRODUKSI GETAH GAMBIR
DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT
TESIS
Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Oleh
TAKDIR MANURUNG
097039004/MAG
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul : Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Produksi Getah Gambir Di Kabupaten Pakpak Bharat Nama : Takdir Manurung
NIM : 097039004
Program Studi : Magister Agribisnis
Menyetujui
Komisi Pembimbing,
(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) (Dr. Ir. Rahmanta M.Si)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Dekan,
Telah diuji dan dinyatakan
LULUS di depan Tim Penguji pada
Kamis, 19 Januari 2012
Tim Penguji
Ketua
: Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS
______________
Anggota : 1. Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA
______________
2. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS
______________
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul:
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKSI GETAH GAMBIR DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, Maret 2012 yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
TAKDIR MANURUNG (097039004/MAG) judul tesis ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKSI GAMBIR DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT penelitian ini dilakukan pada
tahun 2011 di bawah bimbingan Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan
Dr. Ir. Rahmanta, MSi.
Gambir adalah komoditi unggulan dari Kabupaten Pakpak Bharat yang harus tetap dipertahankan, dikembangkan karena merupakan komoditas ekspor. Permasalahan utama adalah rendahnya produktivitas. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei tahun 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh jumlah daun gambir, tenaga kerja pengolahan, alat pengolahan, pengalaman dan kelembagaan petani terhadap produksi getah gambir kering di Kabupaten Pakpak Bharat.
Data yang digunakan adalah data primer dengan melakukan wawancara dengan petani gambir dengan kuesioner di 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut dan Kecamatan Kerajaan. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Linear Berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah dan gambir dan alat pengolahan berpengaruh secara signifikant terhadap produksi getah gambir kering sedangkan jumlah tenaga kerja, pengalaman dan kelembagaan tidak berpengaruh secara signifikant terhadap produksi getah gambir kering. Disarankan kepada pemerintah daerah untuk memberikan kemudahan dalam pemberian atau pengadaan alat pengolahan daun gambir jenis hidrolik serta berupaya mempertahankan komoditi gambir untuk tetap dibudidayakan dan dikembangkan karena merupakan komoditi unggulan dan merupakan ikon komoditi Kabupaten Pakpak Bharat yang tidak dimiliki kabupaten lain penghasil gambir di Provinsi Sumatera Utara.
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat
dan karuniaNya yang telah dianugerahkan sehingga dapat menyelesaikan tesis
yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Produksi Getah Gambir Di Kabupaten Pakpak Bharat dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
membantu dalam penyelesaian tesis ini, sebagai berikut :
1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dekan beserta
Pembantu Dekan Fakultas Pertanian yang telah memimpin institusi
pendidikan di tingkat universitas.
2. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
banyak memberikan motivasi, arahan dan bimbingan dan juga selaku Ketua
Program Studi Magister Agribisnis.
3. Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
telah banyak memberikan motivasi, arahan dan bimbingan.
4. Ibu Ir. Diana Chalil, MSi, PhD, selaku Sekretaris Program Studi Program
Magister Agribisnis yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan.
5. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP, yang telah bersedia menguji dan
memberikan masukan.
6. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Agribisnis Program Studi Magister
Agribisnis yang telah memberikan ilmunya.
7. Seluruh Staf akademik dan pegawai di Departemen Agribisnis yang telah
8. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten
Pakpak Bharat yang telah memfasilitasi lokasi penelitian.
9. Balai Penyuluhan Pertanian dan Penyuluh Pertanian Lapangan di Kecamatan
Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut dan
Kecamatan Kerajaan yang telah memfasilitasi pengambilan data.
10. Riantri Barus, SP, MSi dan teman- teman di Program Studi Magister
Agribisnis yang telah memberikan masukan.
11. Pihak-pihak lain yang tidak disebut satu-persatu, namun telah ikut membantu
penyelesaian tesis ini.
Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bupati,
Wakil Bupati dan Sekretaris Daerah Kabupaten Serdang Bedagai atas kesempatan
yang diberikan untuk mengikuti pendidikan di Program Studi Magister Agribisnis.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada ibunda atas do’anya, isteri tercinta
Hj. Ernawati, AmKeb atas dukungan dan semangat serta anak-anak tersayang
Mhd. Ajhi Priyadli Manurung dan Echa Twi Asvitya atas do’a dan pengertiannya
yang memotivasi penulis menyelesaikan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki kekurangan yang
disebabkan keterbatasan pengetahuan. Saran akan sangat berarti agar tesis ini
dapat dikembangkan lagi oleh peneliti-peneliti selanjutnya. Akhirnya penulis
berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Maret 2012
DAFTAR ISI
1.2. Identifikasi Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Kegunaan Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.3. Pengolahan Gambir ... 14
2.4. Penelitian Terdahulu ... 15
2.4. Kerangka Konsep Penelitian ... 16
2.5. Hipotesis ... 18
III. METODE PENELITIAN ... 20
3.1. Metode Pemilihan Lokasi Peneitian ... 20
3.2. Jenis dan Sumber Data ... 21
3.3. Metode Penentuan Sampel ... 21
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 22
3.5. Metode Analisis Data ... 23
3.6. Defenisi dan Batasan Operasional ... 26
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL ... 28
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 28
4.1.1. Kependudukan ... 29
4.1.2. Pendidikan ... 31
4.1.3. Kesehatan ... 33
4.1.5. Koperasi ... 34
4.1.6. Kelembagaan Pertanian ... 34
4.2. Distribusi Sampel ... 35
4.2.1. Distribusi Responden berdasarkan Umur ... 35
4.2.2. Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan ... 36
4.2.3. Distribusi Sampel berdasarkan Luas Lahan Gambir ... 37
4.2.4. Distribusi Sampel berdasarkan Lama Bertani Gambir ... 37
4.2.5. Distribusi Sampel berdasarkan Status Kelembagaan ... 38
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40
5.1. Budidaya Tanaman Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat ... 40
5.1.1. Subsistem Produksi ... 40
5.1.2. Sub Sistem Pengolahan ... 40
5.2. Hasil Analisis Pengaruh Jumlah Daun Gambir, Tenaga Kerja Pengolahan, Alat Pengolahan Pengalaman dan Kelembagaan Petani terhadap Produksi Getah Gambir Kering ... 43
5.2.1. Uji Linieritas ... 43
5.2.2. Uji Asumsi Ordinary Least Square (OLS) ... 44
5.2.3. Uji Kesesuaian (test goodnes of fit) model dan uji hipotesis .... 47
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 55
6.1. Kesimpulan ... 55
6.2. Saran ... 55
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
1. Luas tanaman dan Produksi Gambir Tanaman Perkebunan Rakyat
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009 ... 3
2. Perkembangan Luas Tanaman dan Produksi Gambir Tanaman Perkebunan Rakyat Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006-2009 ... 4
3. Luas Areal dan Jumlah Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010 ... 19
4. Jenis Data Penelitian dan Sumbernya ... 20
5. Luas Daerah Menurut Kecamatan 2009 ... 28
6. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat, Tahun 2009 ... 28
7. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin di Kabupaten Pakpak Bharat, Tahun 2009 ... 29
8. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pakpak Bharat, Tahun 2009 ... 30
9. Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009 ... 31
10.Daftar Kelembagaan Petani Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010 ... 34
11.Distribusi Responden berdasarkan Umur ... 35
12.Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan ... 35
13.Distribusi Sampel berdasarkan Luas Lahan Gambir ... 36
14.Distribusi Sampel Berdasarkan Lama Bertani Gambir ... 37
15.Distribusi Sampel berdasarkan Status Kelembagaan ... 37
16.Uji Linieritas Jumlah Hasil Produksi Getah Gambir Kering ... 42
17.Hasil Uji Asumsi Multikolinieritas Model Jumlah Hasil produksi Getah Gambir Kering Menggunakan Statistik Kolinieritas ... 43
18.Uji Asumsi Normalitas Model Produksi Getah Gambir Kering Menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov ... 46
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
1. Perbandingan Volume Ekspor Gambir Indonesia (2009) ke Berbagai Negara
Tujuan ... 2
2. Proses Produksi ... 12
3. Kerangka Pemikiran ... 17
4. Distribusi Luas Panen Jenis Tanaman Tahun 2009 ... 33
5. Grafik Uji Heteroskedastisitas Model Jumlah Produksi Getah Gambir Kering ... 44
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hal
1. Data Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Getah
Gambir Kering ...58
2. Hasil Analisis Fator-faktor yang Mempengaruhi Produksi Getah
Gambir Kering ...60
3. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Model Faktor-faktor Yang
ABSTRAK
TAKDIR MANURUNG (097039004/MAG) judul tesis ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKSI GAMBIR DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT penelitian ini dilakukan pada
tahun 2011 di bawah bimbingan Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan
Dr. Ir. Rahmanta, MSi.
Gambir adalah komoditi unggulan dari Kabupaten Pakpak Bharat yang harus tetap dipertahankan, dikembangkan karena merupakan komoditas ekspor. Permasalahan utama adalah rendahnya produktivitas. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei tahun 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh jumlah daun gambir, tenaga kerja pengolahan, alat pengolahan, pengalaman dan kelembagaan petani terhadap produksi getah gambir kering di Kabupaten Pakpak Bharat.
Data yang digunakan adalah data primer dengan melakukan wawancara dengan petani gambir dengan kuesioner di 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut dan Kecamatan Kerajaan. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Linear Berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah dan gambir dan alat pengolahan berpengaruh secara signifikant terhadap produksi getah gambir kering sedangkan jumlah tenaga kerja, pengalaman dan kelembagaan tidak berpengaruh secara signifikant terhadap produksi getah gambir kering. Disarankan kepada pemerintah daerah untuk memberikan kemudahan dalam pemberian atau pengadaan alat pengolahan daun gambir jenis hidrolik serta berupaya mempertahankan komoditi gambir untuk tetap dibudidayakan dan dikembangkan karena merupakan komoditi unggulan dan merupakan ikon komoditi Kabupaten Pakpak Bharat yang tidak dimiliki kabupaten lain penghasil gambir di Provinsi Sumatera Utara.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Negara Republik Indonesia terletak di daerah tropis yang merupakan
negara agraris dan sektor pertanian menjadi andalan utama penghasil devisa
negara diluar migas. Sektor pertanian menopang sebagian besar perekonomian
penduduknya melalui penyediaan pangan dan juga memberikan lapangan
pekerjaan. Hingga saat ini, sektor pertanian masih memegang peranan penting
dalam perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk dan tenaga
kerja yang diserap dalam sektor pertanian. Sektor pertanian menyerap 42,3 juta
orang atau 44,5 % dari total tenaga kerja nasional. Bila dilihat dari kondisi
perekonomian propinsi Sumatera Utara, sektor pertanian mempunyai peranan
yang sangat strategis dalam menunjang pembangunan ekonomi. Sektor pertanian
memberikan kontribusi bagi PDB yakni sebesar 15,8 % dan menyerap tenaga
kerja sebesar 48 % (Kompas, 2010).
Salah satu komoditi pertanian yang dapat menjadi komoditi unggulan dan
komoditas andalan adalah gambir. Gambir telah lama dikenal sebagai campuran
bahan makanan sirih. Gambir juga digunakan sebagai bahan ramuan obat, bahan
pembatik, ramuan cat, pewarna tekstil dan industri bir. Gambir dapat menghambat
pertumbuhan jamur Phytophora cinnamomi dan cukup berpotensi sebagai anti
bakteri dan anti jamur. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ekstrak gambir
digunakan sebagai bahan aktif pada pasta gigi dan biopestisida. Secara modern
gambir telah dimanfaatkan oleh industri farmasi Swiss sebagai obat penyakit hati
khusus untuk para perokok karena gambir dapat menetralisir nikotin, sedangkan
Di Singapura, gambir dikembangkan untuk obat sakit perut dan sakit
gigi (Bachtiar, 2004).
Permintaan terhadap gambir selalu meningkat sehingga dapat
diperkirakan bahwa tanaman gambir mempunyai prospek masa depan yang cerah.
Indonesia adalah negara pengekspor gambir utama dunia. Menurut BPS (2010),
negara tujuan ekspor gambir adalah India, Bangladesh, Singapura, Malaysia,
Jepang dan beberapa Negara Eropa. Pada tahun 2009, volume ekspor tercatat
18.360,21 ton dan perolehan devisa sebesar 38,17 juta Dolar AS. Sejalan dengan
berkembangnya jenis-jenis barang industri yang memerlukan bahan baku gambir,
maka kebutuhan akan gambir dalam industri semakin meningkat. India
membutuhkan 6.712.037 kg gambir kering setiap tahun.
Perkembangan pasar getah gambir kering relatif menguntungkan bagi
petani. Harga getah gambir kering kering per kilogram saat ini adalah sebesar
Rp. 25.000/kg, sedangkan gambir yang masih cair (sering disebut gambir bubur)
Rp. 3.000/kg, dan gambir yang cara penjualannya perbuah, harga jualnya adalah 1
buah Rp. 1.000,00.
Kabupaten Pakpak Bharat merupakan penghasil gambir terbesar di
provinsi Sumatera Utara setelah Kabupaten Dairi, Deli Serdang, Tapanuli Tengah
dan Mandailing Natal. Secara umum produksi tanaman gambir yang dipasarkan
berupa getah gambir kering kering untuk pasar domestik dan pasar ekspor. Luas
tanaman dan produksi gambir tanaman perkebunan rakyat Provinsi Sumatera
Utara disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas tanaman dan Produksi Gambir Tanaman Perkebunan Rakyat Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009
No Kabupaten Luas Tanaman (Hektar) Produksi (Ton)
Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka, BPS, Tahun 2010
Secara umum luas tanaman gambir di provinsi Sumatera Utara setiap
tahun mengalami peningkatan. Perkembangan luas tanaman dan produksi gambir
Tabel 2. Perkembangan Luas Tanaman dan Produksi Gambir Tanaman Perkebunan Rakyat Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006-2009
No Tahun Luas Tanaman (Hektar) Produksi (Ton)
Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka, BPS, Tahun 2010
Keterangan:
TBM : Tanaman Belum Menghasilkan TM : Tanaman Menghasilkan TTM : Tanaman Tidak Menghasilkan
Di Kabupaten Pakpak Bharat, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan
Kecamatan Kerajaan dan Kecamatan Tinada adalah daerah penghasil produksi
gambir terbesar dibandingkan lima kecamatan lainnya. Hasil pendataan rumah
tangga sensus pertanian 2008, terdapat 8.292 rumah tangga pertanian di
Kabupaten Pakpak Bharat, dimana salah satu tanaman perkebunan rakyat yang
saat ini memberikan kontribusi yang cukup besar untuk menopang kehidupan
petani di Kabupaten Pakpak Bharat adalah tanaman gambir. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat tahun 2009, total luas areal
tanaman gambir adalah 1.051 Ha, yang terdapat di 8 (delapan) kecamatan di
Kabupaten Pakpak Bharat. Jumlah produksi pertahunnya adalah 1.523 ton
(BPS, 2010).
Keterbatasan tenaga kerja yang terjadi dalam berusahatani komoditi
gambir di Kabupaten Pakpak Bharat merupakan kendala utama dimana disaat
pemetikan daun gambir yang siap panen, sulit mendapatkan tenaga kerja
tambahan bagi petani gambir. Tenaga kerja sangat berhubungan erat dengan
gambir. Jika tenaga kerja cukup untuk pemanenan daun gambir besar
kemungkinan produksi gambir akan meningkat.
Kelembagaan petani dalam hal ini yakni keikutsertaan dalam kelompok
tani juga berpengaruh terhadap produksi gambir dimana petani yang menjadi
anggota kelembagaan petani baik itu kelompok tani maupun gabungan kelompok
tani menerima teknologi pertanian melalui proses penyuluhan secara berkala dan
menerapkannya dalam usahatani gambir maka akan berpengaruh terhadap
produksi gambir yang diusahakannya.
Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat berupaya meningkatkan produksi
dan produktivitas gambir melalui program, kegiatan di Satuan Kerja Perangkat
Dinas khususnya melalui kegiatan penyuluhan dari Badan Pelaksana Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan juga kegiatan – kegiatan pada Dinas
Pertanian dan Perkebunan. Argumentasinya adalah gambir telah lama
dibudidayakan dan berlangsung turun temurun. Dari sisi harga dipandang
prospektif serta menunjukkkan trend yang menaik dimana tanaman mudah
dirawat dan tidak mempunyai ham adan penyakit (Analisa, 2011).
Kabupaten Pakpak Bharat sumber daya manusia yang tersedia saat ini di
bidang penyuluhan adalah Penyuluh Pertanian tahun 2010 sebanyak 91 orang.
Menurut Peraturan Menteri Pertanian nomor 273 tahun 2007 tentang revitalisasi
kelembagaan pertanian masih memungkinkan untuk merevitalisasi kelembagaan
petani dengan mereorganisasi pengurus kelompok tani, membentuk
kelompok-kelompok tani baru demi peningkatan produksi, pendapatan petani. Jumlah
kelompok tani tahun 2011 sebanyak 325 kelompok (pangan, perkebunan,
Kecamatan Sitellu Urang Jehe yang terdapat di 7 desa dan di Kecamatan
Pergetteng getteng Sengkut 8 kelompok terdapat di 2 desa.
Pada usahatani gambir tahap yang paling penting adalah tahapan
pengolahan. Proses pengolahan daun menjadi ekstrak gambir kering dilakukan di
kebun petani yang letaknya jauh dari rumah petani (Haddad, 2001). Petani gambir
di Kabupaten Pakpak Bharat mengolah daun gambir menjadi ekstrak gambir
menggunakan 2 (dua) jenis alat pengolah yaitu pengolah daun gambir sederhana
dan pengolah daun gambir modern. Jenis alat pengolah daun gambir ini sangat
menentukan produksi ekstrak gambir yang dihasilkan. Di dalam usahatani dan
pengolahan tanaman gambir diperlukan faktor faktor yang mempengaruhi tingkat
produksi tanaman tersebut sebagai sarana produksi, seperti jumlah daun gambir,
jumlah tenaga kerja pengolahan, alat pengolahan, pengalaman dan kelembagaan
yang turut serta mempengaruhi tingkat produksi tanaman gambir.
Kualitas gambir sangat ditentukan oleh proses pengolahan getah gambir
dan mutu daun gambir. Daun gambir yang diolah sebaiknya daun gambir yang
tidak muda dan tidak terlalu tua. Karena apabila daun gambir masih muda belum
banyak menghasilkan getah dan apabila terlalu tua daunnya sudah
kekuning-kuningan sehingga getah yang dihasilkan tidak berkualitas. Pada proses
pengolahan daun gambir menjadi getah, ketelitian pemetikan daun serta
pemerasan daun, kebersihan peralatan pengolah, lingkungan pengempaan dan
tempat penjemuran serta pengaruh cuaca dapat mempengaruhi kualitas gambir,
Dilihat dari luas areal, di Kabupaten Pakpak Bharat selalu terjadi perluasan
lahan untuk komoditi gambir di setiap tahunnya yang berarti usahatani gambir
masih diminati oleh masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat. Namun hanya pola
extensifikasi dengan perambahan hutan yang dilakukan masyarakat tanpa
memperhatikan pola intensifikasi sehingga produktivitas getah gambir kering
yang dihasilkan belum maksimal. Petani hanya terus menambah luas lahan
usahatani gambir dan tidak memperhatikan faktor lain yang dapat memaksimalkan
produktivitas getah gambir kering. Masalah lain terkait peningkatan produktivitas
getah gambir kering adalah terbatasnya alat pengolahan jenis hidolik yang
dimiliki yang dimiliki petani sehingga ekstrak gambir tidak sepenuhnya terambil
dari hasil pengepresan dengan alat pengepres gambir jenis tradisional/kempa.
Masalah lain pengaruh rendahnya produksi getah gambir kering disebabkan oleh
varietas, musim panen, kapasitas alat dan frekwensi panen daun gambirnya.
Tenaga kerja juga akan berpengaruh dalam produksi getah gambir kering apabila
jumlah daun gambir tersedia dan tenaga kerja pemanen tersedia juga.
Sesuai dengan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan
menulis tesis dengan judul “Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
produksi getah gambir kering di Kabupaten Pakpak Bharat”.
1.2. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, identifikasi masalah
dalam penelitian ini adalah apakah jumlah daun, tenaga kerja pengolah, alat
pengolahan, pengalaman dan kelembagaan berpengaruh terhadap produksi getah
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh jumlah
daun, tenaga kerja pengolah, alat pengolahan, pengalaman dan kelembagaan
terhadap produksi daun gambir di Kabupaten Pakpak Bharat.
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Pakpak Bharat
terutama para pengambil kebijakan, keputusan maupun pelaksana
pembangunan daerah dalam merumuskan perencanaan dan kebijakan
pembangunan daerah khususnya yang berkaitan dengan peningkatan produksi
gambir dan penentuan pengembangan komoditi unggulan daerah.
2. Sebagai bahan referensi bagi Penyuluh Pertanian Lapangan dalam upaya
peningkatan pembinaan kelembagaan pertanian khususnya pada kelompok
tani gambir di Kabupaten Pakpak Bharat.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperbanyak dan menambah
sumbangan terhadap ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebelumya, khususnya untuk
komoditi gambir antara lain:
Solin (2010), menganalisis tentang pengaruh 1) luas kepemilikan lahan
petani yang ditanami gambir; 2) jumlah pohon gambir; 3) jumlah pupuk yang
diberikan dan tenaga kerja terhadap produksi gambir. Hasil dari penelitian ini
adalah jumlah pupuk, jumlah pohon gambir dan tenaga kerja berpengaruh
terhadap produksi gambir namun luas lahan yang ditanami gambir tidak
berpengaruh terhadap produksi gambir. Disarankan perlunya penyuluhan
pertanian yang kontiniu melalui instansi pemerintah dalam upaya peningkatan
produksi gambir dan analisis manfaat infrastruktur di Kabupaten Pakpak Bharat
kaitannya dengan produksi gambir.
Sihombing (2010), menganalisis tentang pengaruh 1) luas lahan yang
ditanami kelapa sawit; 2) pengaruh tenaga kerja ; 3) pengaruh pupuk yang
diberikan terhadap produksi kelapa sawit. Hasil dari penelitian ini adalah luas
lahan, tenaga kerja dan jumlah pupuk berpengaruh positif terhadap produksi
kelapa sawit. Disarankan Dampak penggunaan faktor-faktor produksi lebih efektif
jika pihak perusahaan lebih memfokuskan penggunaan faktor yang berpengaruh
secara nyata dan signifikan terhadap kenaikan jumlah produksi, disamping juga
perlu memperhatikan biaya produksi untuk hal-hal yang tidak perlu.
Panjaitan (2008), menganalisis luas lahan, pengalaman bertani, waktu kerja,
Dairi. Hasil dari penelitian ini adalah luas lahan, pengalaman bertani, waktu kerja,
pestisida dan jumlah pupuk yang diberikan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap produksi kopi di Kabupaten Dairi. Disarankan Pemda Kabupaten Dairi
agar lebih aktif dalam memberikan penyuluhan kepada para petani kopi dalam
rangka meningkatkan produksi kopi di Kabupaten Dairi yaitu dengan
menggalakkan program ekstensifikasi dan diversifikasi.
2.2. Landasan Teori
Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak
rebusan daun dan ranting tumbuhan, yang sering juga disebut dengan Uncaria
gambir roxb. Tanaman gambir merupakan tumbuhan menjalar sebangsa
kopi-kopian keluarga rubiaceae tumbuhan perdu setengah merambat dengan
percabangan memanjang, batang tegak sampai 100 cm. Daun tunggal berhadapan,
bentuk oval, tepi bergerigi, pangkal bulat, ujung meruncing, panjang 8-10 cm,
lebar 4 – 7 cm, warna daun hijau, tangkai daun pendek, bunganya tersusun
majemuk dengan bentuk lonjong diketiak daun, mahkota berwarna merah muda,
kelopak bunga pendek, mahkota bunga berbentuk corong seperti bunga kopi.
Buahnya berbentuk polong, semi berpenampang hingga 2 cm dan penuh dengan
biji-biji halus yang berukuran ± 1 - 2 cm. Pada bagian luarnya terdapat sayap yang
memungkinkan biji gambir tersebar karena angin. Di dalam inti biji terdapat calon
akar radicula, calon batang cauliculus, dan daun lembaga
cotyledone (BP4K Pakpak Bharat, 2011).
Tanaman gambir dapat tumbuh didataran rendah sampai ketinggian 900
dengan curah hujan antar 2.500 - 3000 mm/tahun, maksimum 400 – 450 mm pada
bulan basah dan minimum 100 - 200 mm pada bulan kering serta merata setiap
tahun. Sekalipun tanaman gambir tidak menghendaki tanah yang subur namun
biasanya dipergunakan lahan dipinggir hutan yang baru buka atau belum pernah
dipergunakan sebelumnya yang letaknya miring/lereng bukit dan mudah
meresapkan air, karena tanaman gambir tidak dapat hidup/ berkembang pada air
yang tergenang (Hambali dkk, 2000).
Tanaman gambir merupakan salah satu komoditas perkebunan rakyat
(Fauza dkk., 2007). Spesies Uncaria gambir Roxb. Merupakan salah satu tanaman
tahunan penghasil getah penting (Bakhtiar, 1991 dalam Jamsari dkk., 2007).
Terdapat 34 jenis spesies tanaman gambir (Manan, 2008). Output usahatani
gambir berupa daun dan ranting muda. Dari daun diolah menjadi getah basah
(bubur gambir) dan dari bubur gambir diolah menjadi getah kering
(gambir kering) (Tinambunan, 2008).
Gambir kering merupakan produk dari tanaman gambir
(Heyne, 1987 dalam Pambayun dkk., 2007). Produk dari tanaman gambir adalah
getahnya yang diperoleh dari ekstrak daun dan ranting muda yang terlebih dahulu
direbus dan pada akhirnya dikeringkan. Dalam perdagangan, gambir merupakan
istilah untuk ekstrak kering daun tanaman gambir (Tinambunan, 2008).
Gambir termasuk salah satu komoditas unggulan daerah Kabupaten
Pakpak Bharat, Provinsi Sumatera Utara. Tetapi prospek yang baik terhadap
permintaan gambir, baik di dalam maupun di luar negeri, belum disertai dengan
peningkatan produktivitas dan pendapatan petani. Meskipun sudah ada
juga sudah tersedianya teknologi anjuran, tetapi tingkat produktivitas dan
pendapatan petani masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh (1) tidak
sampainya sinyal pasar ke petani yang mengakibatkan tidak tahunya petani
mengenai prospek pasar gambir yang baik ; (2) tidak sampainya teknologi anjuran
ke petani, sehingga teknik budidaya tanman gambir dan pengolahan hasil masih
dilakukan dengan cara tradisional ; dan (3) keterbatasan modal, sehingga petani
tidak bisa berbuat banyak dalam meningkatkan produktivitas dan mengolah hasil
gambir dengan baik (Tinambunan, 2008). Umumnya petani masih menggunakan
pola budidaya tradisional dengan pola pengelolaan sangat sederhana terhadap
tanamannya. Begitu juga dengan cara pengolahan hasil, masih dilakukan dengan
cara sederhana (Ermiati, 2004).
Empat proses utama untuk merubah daun/ ranting gambir menjadi getah
gambir masih dilakukan dengan cara tradisional yaitu; merebus dengan
menggunakan dandang rebusan dengan kapasitas 30 s/d 60 kg daun gambir/ batch,
memeras/ meremas dengan menggunakan alat peras tradisional dengan kapasitas
30 kg daun hasil rebusan per 30 menit, mencetak dengan menggunakan tangan
dengan bantuan kain atau dengan cetakan dari bambu dan mengeringkan dengan
menggunakan panas matahari dan rembesan langsung panas dari
perebusan (Analisa, 2011).
Proses pengolahan gambir secara tradisional yang ada sekarang ini seperti
sistem kempa dongkrak dan sistem baji memiliki kapasitas masing-masing
0,83 kg/menit dan 0,55 kg/menit, dinilai kurang mampu untuk memenuhi
kebutuhan permintaan akan gambir tersebut, dikarenakan keterbatasan atau
tenaga yang banyak juga waktu yang dibutuhkan untuk proses pengempaan sangat
lama yang pada akhirnya akan berdampak pada kualitas dan kuantitas dari gambir.
Untuk itu perlu pemanfaatan teknologi pengempaan gambir yang lebih modern
yaitu menggunakan sistem alat kempa mesin hidrolik, dimana rendemen yang
dihasilkan alat ini 11.3% dan waktu pengempaan 10 menit dengan kapasitas
30 kg (Nusyirwan, 2010).
Dukungan sumber daya manusia berkualitas melalui penyuluhan pertanian
dengan pendekatan kelompok yang dapat mendukung sistem agribisnis berbasis
pertanian (tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan). Perlu
dilakukan pembinaan dalam rangka penumbuhan dan pengembangan kelompok
tani di perdesaan sebagai kelembagaan petani agar menjadi kelompok tani yang
kuat dan mandiri untuk meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya. Sistem
penyuluhan pertanian adalah seluruh rangkaian pengembangan kemampuan,
pengetahuan, ketrampilan serta sikap pelaku utama dan pelaku usaha melalui
penyuluhan. Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang
dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial,
ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan
usaha anggota. Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi
anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan sikap serta
tumbuhkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktivitas
meningkat, pendapatan bertambah serta kehidupan lebih
2.2.1. Teori Produksi
Fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara
hasil produksi fisik (output) dengan faktor faktor produksi (input). Atau dengan
kata lain menunjukkan sifat hubungan diantar faktor faktor produksi dan tingkat
produksi yang dihasilkan.
Gambar 2. Proses Produksi
2.2.2. Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah abstraksi yang menggambarkan suatu proses
produksi, lebih jelasnya fungsi produksi dapat diartikan sebuah deskripsi
matematis atau kuantitatif dari berbagai macam kemungkinan-kemungkinan
prediksi teknis yang dihadapi oleh suatu perusahaan atau industri. Fungsi produksi
memberikan output maksimum dalam pengertian fisik. Pengertian fungsi produksi
merupakan hubungan antara jumlah input yang diperlukan dan jumlah output
yang dihasilkan. Fungsi produksi menentukan output maksimum yang dapat
dihasilkan dari sejumlah input tertentu, dalam kondisi keahlian dan pengetahuan
teknis yang tertentu (Samuelson dan Nordhaus, 2000). Juga disebutkan bahwa
fungsi produksi merupakan hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat
produksi yang diciptakannya (Sukirno,1994). Input(modal,
tenaga kerja, bahan baku dan lain-lain
Fungsi produksi (dengan tekhnologi
tertentu)
Fungsi produksi menetapkan bahwa suatu perusahaan tidak bisa mencapai
suatu output yang lebih tinggi tanpa menggunakan input yang lebih banyak, dan
suatu perusahaan tidak bisa menggunakan lebih sedikit input tanpa mengurangi
tingkat outputnya.
Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak
diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Dengan fungsi
produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan
antara variabel yang dijelaskan (dependent variable), Y, dan variabel yang
menjelaskan (independent variable), X, serta sekaligus mengetahui hubungan
antar variabel penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Y = f (X1, X2)
Dengan fungsi produksi seperti tersebut diatas, maka hubungan Y dan X dapat
diketahui dan sekaligus hubungan X1 dan X2 dan variabel bebas lainnya juga
dapat diketahui.
2.2.3. Faktor-Faktor Produksi
Dalam usaha pertanian, produksi diperoleh melalui suatu proses yang
cukup panjang dan penuh resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama
tergantung pada jenis komoditas yang diusahakan. Tidak hanya waktu, kecukupan
faktor produksi juga turut serta sebagai penentu pencapaian prroduksi. Masing
sama lain. Jika salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan
berjalan.
2.2.4. Pengolahan Gambir
Pengolahan gambir secara tradisional yang umumnya dilakukan petani
melalui enam tahap, yaitu perebusan daun dan ranting, “pengempaan”,
pengendapan getah, penirisan, pencetakan dan pengeringan. Pengolahan ini akan
menghasilkan produk yang terdiri atas 2 jenis yaitu gambir untuk makan sirih dan
bahan baku industri. Perbedaan pengolahan kedua jenis adalah pada cara
perebusan. Produk makan sirih perebusannya hanya menggunakan air biasa,
sedangkan untuk bahan baku industri menggunakan air yang dicampur dengan air
limbah dari penirisan getah gambir selama proses penirisan getah berlangsung
serta ditambah zat kimia tertentu sebagai suplemen. Oleh karena itu, produk
gambir untuk makan sirih kadar katechinnya lebih tinggi (71%), lebih rapuh,
berwarna lebih cerah dan rasanya lebih enak disbanding untuk gambir industri
(Suherdi dkk, 1994). Mengenai air limbah penirisan, menurut Heyne (1987)
banyak mengandung asam lemak yang berguna dalam pencelupan tekstil dan
penyamakan kulit.
Pengempaan adalah pengolahan gambir yang menggunakan alat tradisionil
yang terbuat dari kayu dan merupakan tahap yang sangat menetukan dalam
pengolahan gambir, karena menentukan kualitas dan kuantitas getah yang keluar
dari daun dan ranting, di samping oleh jenis alat yang digunakan dan kemampuan
tenaga manusia dalam pengempaan. Terdapat dua jenis alat kempa, yaitu alat
peninggalan nenek moyang yang dalam operasionalnya cukup menguras tenaga
manusia, sedangkan pengolahan dengan kempa dongkrak sudah lebih ringan,
walaupun tingkat keamanan dan kebersihannya masih kurang
terjaga (Hasan dkk, 2000).
Saat ini telah berkembang 4 jenis alat yang menggunakan teknologi, yaitu
alat kempa sistem dongkrak, sistem ulir, sistem dongkrak hidrolik dan sistem
pabrik. Kelebihan alat-alat ini lebih efesien dibandingkan alat tradisional karena
tidak menggunakan tenaga kerja manusia, di samping kualitas dan kapasitasnya
lebih tinggi, penangannya lebih mudah dan mampu memberikan daya tekanan
yang lebih tinggi. Oleh karena itu, penggunaan alat yang mengandung teknologi
ini perlu lebih disosialisasikan di dalam masyarakat agar lebih cepat
berkembang (Dhalimi, 2006).
2.3. Kerangka Pemikiran
Gambir merupakan salah komoditas strategis unggulan nasional Indonesia.
Prospek yang baik terhadap permintaan gambir belum disertai dengan
peningkatan produktivitas, mutu dan pendapatan petani. Banyak faktor yang
menyebabkan rendahnya produktivitas. Jika produktivitas dapat ditingkatkan,
maka produksi getah gambir dapat ditingkatkan pula untuk memenuhi kebutuhan
permintaan dalam negeri maupun ekspor yang semakin meningkat. Untuk itu
perlu dikaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi getah gambir.
Kajian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi getah gambir di
Kabupaten Pakpak Bharat dilakukan dengan menganalisi faktor-faktor yang
Dalam usahatani gambir dihasilkan daun gambir yang kemudian dari daun
gambir ini dilakukan proses pengolahan untuk menghasilkan getah gambir. Dalam
proses pengolahan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi produksi getah
gambir. Faktor-faktor yang dimasukkan dalam penelitian ini yang dapat
berpengaruh terhadap pengolahan untuk memproduksi getah gambir adalah tenaga
kerja pengolahan, alat pengolahan, pengalaman dan kelembagaan. Tenaga kerja
pengolahan berpengaruh terhadap produksi gambir, dimana penyerapan tenaga
kerja dalam pengelolaan gambir khususnya tenaga kerja pemanenan daun gambir
sangat berpengaruh terhadap produksi gambir. Alat pengolah daun gambir
berpengaruh terhadap produksi dimana semakin modern alat pengolah daun
gambir (pengepresan) maka jumlah ekstrak getah gambir yang diperoleh semakin
banyak dan mutu semakin baik. Pengalaman bertani berpengaruh terhadap
produksi getah gambir dikarenakan pengalaman dapat membantu petani untuk
menemukan inovasi dalam pengolahan untuk memproduksi getah gambir.
Kelembagaan petani berpengaruh terhadap produksi gambir dimana petani yang
menjadi anggota kelembagaan petani yaitu kelompok tani, gabungan kelompok
tani penerima teknologi pertanian melului proses penyuluhan secara berkala dan
menerapkannya dalam usahatani gambir akan berpengaruh terhadap produksi
getah gambir. Kerangka konsep penelitian dapat digambarkan Gambar 3.
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
2.4. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi
objek penelitian. Berdasarkan perumusan masalah diatas maka untuk keperluan
penelitian dibuat hipotesis sebagai berikut: Jumlah daun, tenaga kerja pengolah,
alat pengolahan, pengalaman dan kelembagaan berpengaruh positif dan nyata
III. METODE PENELITIAN
3.1. Metode Pemilihan Lokasi
Penelitian dilakukan di Kabupaten Pakpak Bharat dengan pertimbangan
bahwa Kabupaten Pakpak Bharat merupakan salah satu sentra produksi gambir di
Indonesia. Penentuan Kabupaten Pakpak Bharat sebagai lokasi penelitian (studi
kasus) juga didasarkan pada komitmen Kabupaten Pakpak Bharat bahwa gambir
merupakan komoditi unggulan dan luas tanam 884,8 hektar (BPS, 2010).
Kecamatan yang dipilih sebagai lokasi penelitian yaitu Kecamatan Sitellu
Tali Urang Jehe, Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut dan Kecamatan
Kerajaan. Kecamatan tersebut dipilih dengan alasan, karena 3 (tiga) kecamatan
tersebut merupakan sebagian dari sentra produksi gambir yang dilihat dari luas
arealnya dan juga di kecamatan-kecamatan ini sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian sebagai petani gambir, jumlah desa per kecamatan,
perkembangan luas tanam gambir setiap tahun, dan jumlah kelembagaan petani
sehingga sangat mendukung untuk dilakukan penelitian di kecamatan tersebut.
Tabel 3. Luas Areal dan Jumlah Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010
Jumlah 1.051,0 1.316
Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat, 2010
3.2. Metode Penentuan Sampel
Menentukan jumlah sampel penelitian ini menurut Arikunto (1996) bahwa
apabila populasi kurang dari 100 orang maka akan digunakan populasi seluruhnya
digunakan sebagai sampel. Namun bila jumlah populasi lebih dari 100 orang,
maka sampel diambil sebesar 10 – 15 %, 20 – 25 % atau lebih tergantung
setidak-tidaknya dari:
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga kerja dan dana
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti, untuk penelitian yang
resikonya besar, tentu saja jika sampel besar hasilnya akan lebih baik.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Perkebunan
Kabupaten Pakpak Bharat tahun 2010, jumlah petani gambir pada 3 (tiga)
kecamatan di atas yaitu sebanyak 503 KK. Jumlah sampel yang dijadikan sebagai
responden dalam penelitian ini sebanyak 50 orang (± 10 % Jumlah KK di
kecamatan terpilih) dengan rincian 19 KK pada Kecamatan Sitellu Tali Urang
Jehe (populasi sebanyak 194 KK) dan 13 KK pada Kecamatan Pergetteng-getteng
Sengkut (populasi sebanyak 124 KK) dan 18 KK pada Kecamatan Kerajaan
(populasi 185 KK). Kriteria dalam pengambilan sampel dilakukan dengan metode
judgement sampling (purposive sampling) yakni teknik penentuan sampel dengan
dengan maksud penelitian. Sesuai dengan tujuan penelitian, kriteria yang
digunakan yaitu sampel yang termasuk dalam anggota kelompok tani dan bukan
anggota kelompok tani, petani dengan kepemilikan alat pengolah daun gambir
modern dan petani dengan kepemilikan alat pengolah daun gambir tradisional.
Jumlah sampel petani untuk masing-masing kelompok disesuaikan dengan
ketersediaan jumlah petani yang ditemui di lapangan.
3.3. Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara, yaitu salah satu teknik pengumpulan data dan informasi dengan mewawancarai masyarakat yang memiliki usaha tanaman gambir di kabupaten
Pakpak Bharat.
2. Kuesioner (daftar pertanyaan), yaitu salah satu teknik pengumpulan data dan informasi dengan cara menyebarkan angket (daftar pertanyaan) kepada
responden yang dijadikan sampel penelitian.
3. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui telah berbagai literatur yang relevan yang berhubungan dengan permasalahan yang
ada didalam penulisan tesis ini, dapat diperoleh dari buku buku, internet dan
lain lain.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dan sumbernya dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Jenis Data Penelitian dan Sumbernya
No Jenis Data Sumber
1 Data Primer
- Tenaga kerja pengolahan Kuesioner - Alat pengolahan
Kuesioner
- Pengalaman bertani Kuesioner
- Kelembagaan Kuesioner
Sumber: Data kuesioner
3.4. Metode Analisis Data
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel eksogen terdiri dari lima variabel yaitu jumlah daun gambir, tenaga
kerja pengolahan, alat pengolahan, pengalaman dan kelembagaan.
b. Variabel endogen adalah produksi getah gambir kering.
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan ditabulasi dan dianalisis.
Untuk metode penggunaan model, digunakan metode Ordinary Least Square
(OLS). Untuk mengolah data digunakan program SPSS. Fungsi produksi Regresi
Linier Berganda dengan persamaan sebagai berikut:
Y = f(X1,X2,X3,X4,X5)
Keterangan:
Y = Jumlah produksi getah gambir kering kering (Kg/ha/tahun)
X1 = Jumlah daun gambir (Kg/ha/tahun)
X2 = Tenaga Kerja Pengolahan (HKO)
X3 = Alat Pengolah Daun Gambir (Dummy)
dimana: 1: jika modern (jenis hidrolik)
X4 = Pengalaman (Tahun)
X5 = Kelembagaan petani gambir (Dummy)
dimana : 1 : jika anggota kelompok tani
0 : jika tidak anggota kelompok tani
Untuk menguji apakah variabel independen secara serempak berpengaruh
terhadap variabel dependen, maka digunakan uji F. Kriteria uji yang digunakan
adalah:
a. H0 diterima bila Sig. F > α0,05
b. H1 diterima bila Sig. F < α0,05
Untuk menguji apakah variabel independen secara parsial berpengaruh
terhadap variabel dependen, maka digunakan uji t. Kriteria uji yang digunakan
adalah:
a. H0 diterima bila Sig. t > α0,05
b. H1 diterima bila Sig. t < α0,05
Untuk mendapatkan hasil parameter yang baik, maka dilakukan uji
asumsi klasik sehingga diperoleh hasil yang unbiased atau BLUE (Best Linear
Unbiased Estimation). Asumsi klasik yang diuji adalah asumsi normalitas,
multikolinieritas, dan heteroskedastisitas.
a. Asumsi Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah nilai residual dari model
berasal dari distribusi normal, maka nilai-nilai sebaran data pada grafik Normal
PP Plot of Regression Standardized Residual akan terletak di sekitar garis
diagonal atau tidak terpencar jauh dari garis diagonal. Normalitas juga dapat
dilihat dengan menggunakan uji one sample Kolmogorov-Smirnov. Jika
signifikansi lebih besar dari α0,05 maka disimpulkan data berdistribusi normal.
b. Asumsi Multikolinieritas
Salah satu dari asumsi model regresi linier klasik adalah bahwa tidak
terdapat multikolinieritas diantara variabel yang menjelaskan yang termasuk
dalam model (Gujarati, 1988). Uji asumsi multikolinieritas bertujuan untuk
menguji apakah ditemukan adanya korelasi atau hubungan antar variabel eksogen
dalam model regresi. Korelasi di antara variabel eksogen seharusnya tidak terjadi
dalam model regresi yang baik. Adapun batasan-batasan yang digunakan dalam
pengujian multikolinearitas adalah sebagai berikut:
a. Apabila VIF < 5 sesuai dengan persamaan
2
2
b. Apabila korelasi antara dua variabel bebas melebihi 0,8
c. Adanya statistik F dan koefisien determinasi yang signifikan
namun diikuti dengan banyaknya statistik t yang tidak signifikan
c. Asumsi Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi bila variansinya tidak konstan, sehingga
berbeda-beda sehingga bila diplotkan dengan nilai Ŷi akan membentuk suatu pola.
Gujarati (1988) menyatakan bahwa ada beberapa metode yang dapat digunakan
untuk mendeteksi heteroskedastisitas dalam model. Dalam penelitian ini,
heteroskedastisitas dideteksi dengan metode metode grafik, yaitu melalui grafik
sebaran nilai-nilai residual terhadap nilai-nilai prediksi. Jika sebaran membentuk
suatu pola tertentu maka terjadi heteroskedastisitas.
3.5. Defenisi dan Batasan Operasional
3.5.1. Definisi
1. Produksi adalah jumlah getah gambir kering kering yang mampu dihasilkan
oleh petani dalam satu tahun.
2. Jumlah produksi getah gambir kering kering adalah banyaknya produksi getah
gambir dalam bentuk kering yang diperoleh petani gambir setelah melalui
proses pengolahan per tahun dalam satuan kilogram per hektar.
3. Petani gambir adalah petani yang mengusahakan komoditas gambir, mulai
dari budidaya tanaman gambir sampai pengolahan menjadi gambir kering
4. Tenaga Kerja yaitu jumlah tenaga kerja yang dicurahkan dalam kegiatan
pengepresan dan pengolahannya menjadi gambir kering (HK/tahun).
5. Alat pengolahan adalah alat pengolahan yang digunakan dalam proses untuk
menghasilkan getah gambir kering.
6. Pengalaman bertani gambir adalah lamanya petani gambir bertani dengan
mengusahakan usahatani gambir yang diuukur dalam satuan tahun.
3.5.2. Batasan Operasional
1. Output yang diteliti dalam pengolahan gambir adalah getah gambir kering.
2. Pengolahan gambir yang diteliti adalah yang dilakukan dan dikelola secara
mandiri oleh petani di area perladangan.
3. Petani sampel adalah petani yang mengusahakan tanaman gambir yang telah
menghasilkan di Kabupaten Pakpak Bharat, Provinsi Sumatera Utara, yang
melakukan kegiatan pertanian budidaya tanman gambir dan pengolahan daun
gambir menjadi getah kering sebagai mata pencaharian dan sebagai sumber
pendapatannya.
4. Kelembagaan petani dalam penelitian digolongkan berdasarkan keikutsertaan
petani gambir dalam kelompok tani.
5. Alat pengolahan dalam penelitian ini adalah apabila masih menggunakan alat
tradisional seperti alat kempa atau telah menggunakan alat pengolahan modern
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Pakpak Bharat adalah hasil pemekaran dari Kabupaten Dairi.
Kabupaten Pakpak Bharat terletak pada garis 2015'00'' - 3032'00" Lintang Utara
dan 90000' - 98031' Bujur Timur. Luas keseluruhan Kabupaten Pakpak Bharat
adalah 1.218,30 km2. Luas wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kawasan
budidaya di luar kawasan lindung adalah seluas 77.893,39 ha, sedangkan kawasan
hutan lindung seluas 43.936,61 ha.
Secara administratif, Kabupaten Pakpak Bharat berbatasan dengan
Sebelah Utara : Kabupaten Dairi
Sebelah Timur : Kabupaten Toba Samosir
Sebelah Selatan : Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Humbang
Hasundutan
Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Singkil
Kabupaten Pakpak Bharat tergolong ke daerah beriklim tropis karena
dipengaruhi oleh posisi wilayah yang berada di dekat garis khatulistiwa.
Kabupaten Pakpak Bharat terletak pada ketinggian antara 700 - 1500 m di atas
permukaan laut. Suhu rata-rata berkisar 280C dengan curah hujan per tahun
sebesar 311 mm.
Kabupaten Pakpak Bharat terdiri dari 8 kecamatan yakni Kecamatan
Salak, Kecamatan Kerajaan, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan
Tinada, Kecamatan Siempat Rube, Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu, Kecamatan
luas diantara delapan kecamatan adalah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe,
dengan luas 473,62 Km2 (30,87 %) dari total luas kabupaten. Luas daerah menurut
kecamatan disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Luas Daerah Menurut Kecamatan Tahun 2009
No Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Dusun
Pakpak Bharat merupakan kabupaten yang memiliki penduduk paling
sedikit dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Penduduk
Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2010 sebanyak 42.814 jiwa yang menyebar
di delapan kecamatan dan 52 desa. Persentase penduduk terbesar berada di
Kecamatan STTU Jehe (22,41%), sedangkan persentase terkecil berada di
Tabel 6. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009
No Kecamatan Desa
Melihat luas wilayah Kabupaten Pakpak Bharat dibandingkan dengan
jumlah penduduk, maka tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten ini relatif
sangat kecil yaitu 35 jiwa/Km2, hal ini masih sangat memungkinkan menerima
perpindahan penduduk dari daerah lain. Jumlah penduduk berdasarkan jenis
kelamin dari tahun 2005- 2009 dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009
No Tahun Jumlah Penduduk Jumlah Sex Ratio
sebesar 97,50%. Dari Tabel 7. juga dapat dilihat bahwa angka sex ratio terus
mengalami peningkatan. Distribusi penduduk menurut kelompok umur dan jenis
kelamin pada tahun 2009 di Kabupaten Pakpak Bharat dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009
No Kelompok Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah
1 0 – 4 3.024 3.011 6.035
Distribusi penduduk menurut kelompok umur, terlihat bahwa penduduk
Kabupaten Pakpak Bharat tergolong penduduk kelompok usia muda karena
sebesar 40,71% penduduk berumur kurang dari 15 tahun. Jika dibandingkan
antara penduduk laki-laki dan perempuan terlihat bahwa penduduk usia muda
laki-laki lebih banyak dari perempuan.
4.1.2. Pendidikan
Proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan membutuhkan
mempunyai peranan penting dalam mendukung proses perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan di segala bidang kehidupan masyarakat. Kualitas
Sumber Daya Manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Peningkatan
kualitas SDM merupakan kebutuhan mendesak untuk menghadapi tantangan era
komputerisasi dan informasi yang semakin canggih. Upaya peningkatan kualitas
pendidikan sangat tergantung pada fasilitas dan sarana pendidikan yang tersedia.
Jumlah sekolah, guru, dan murid dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009
Uraian TK SD SMP SMA
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Jumlah
Sekolah 3 - 53 - 16 2 5 - Jumlah
Murid 235 - 6331 - 2126 54 1442 -
Jumlah
Guru 24 - 640 - 247 21 134 -
Sumber: BPS, 2010
Jumlah sekolah TK dirasakan masih sangat kurang. Pada tahun 2009,
jumlah sekolah TK hanya 3 unit yang tersebar di 3 kecamatan. Jumlah sekolah
SMA juga masih belum mencukupi. Sekolah SMA setidaknya terdapat 1 unit
untuk setiap kecamatan. Dengan demikian masih dibutuhkan 3 unit sekolah SMA
lagi. sekolah SMP sudah cukup memadai, hal ini juga didukung dengan adanya
sekolah SMP swasta. Selain sekolah yang tertera pada Tabel 11, pengembangan
pendidikan di Kabupaten Pakpak Bharat juga didukung dengan adanya 3 unit
sekolah Madrasah Ibtidayah (MI) dan 4 unit Sekolah Madrasah Tsanawiyah
4.1.3. Kesehatan
Ketersediaan sarana kesehatan berupa rumah sakit merupakan faktor
utama dalam menunjang perbaikan kualitas hidup. Terdapat satu rumah sakit
umum di Kabupaten Pakpak Bharat, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).
Terdapat 8 buah Puskesmas di 8 Kecamatan, 24 buah Puskesmas Pembantu
(PUSTU), 87 buah Posyandu, dan 33 buah Polindes. Untuk tenaga medis, di
Kabupaten Pakpak Bharat terdapat 10 orang dokter umum, 4 orang dokter gigi,
110 bidan, 79 perawat umum, 1 orang perawat sanitasi, 5 orang perawat gigi, dan
6 perawat gizi.
4.1.4. Pertanian
Keadaan alam dan topografi Kabupaten Pakpak Bharat mendukung untuk
perkembangan sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan potensi terbesar
mendukung perekonomian masyarakat. Penduduk yang bekerja di sektor
pertanian atau sektor yang berkaitan dengan sektor pertanian mencapai 99,99%.
Pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat terdiri dari tanaman pangan (padi
dan palawija), hortikultura (sayur dan buah), dan perkebunan rakyat. Total luas
panen seluruh komoditi pada tahun 2009 adalah sebesar 21.027,25 Ha. Pertanian
di Kabupaten Pakpak Bharat didominasi oleh sektor tanaman pangan dengan luas
panen sebesar 52,26% dari total luas panen. Luas panen terkecil yaitu hortikultura
hanya 0,49%.
Komoditi gambir merupakan jenis tanaman perkebunan rakyat yang paling
banyak diusahakan di Kabupaten Pakpak Bharat. Tahun 2009, luas area tanaman
gambir sebesar 1.051 Ha, meningkat 18,78% dari tahun sebelumnya sebesar
Gambar 4. Distribusi Luas Panen Jenis Tanaman Tahun 2009
4.1.5. Koperasi
Koperasi merupakan institusi ekonomi rakyat yang diharapkan dapat lebih
mensejahterakan masyarakat umumnya dan anggota koperasi tersebut khususnya.
Di Kabupaten Pakpak Bharat jumlah KUD pada tahun 2009 sebanyak 3 unit
dengan jumlah anggota sebanyak 1.336 orang. Selain Koperasi Unit Desa, di
Kabupaten Pakpak Bharat juga terdapat koperasi non KUD sebanyak 47 unit
dengan jumlah anggota sebanyak 1.472 orang.
4.1.6. Kelembagaan Pertanian
Kelembagaan petani yang sudah terbentuk di Kabupaten Pakpak Bharat dapat
dilihat pada Tabel 10.
Series1; Tanaman
Pangan; 52,26%; 52%
Series1; Hortikultura;
0,49%; 1% Series1; Perkebunan; 47,25%; 47%
Tanaman Pangan
Hortikultura
Tabel 10. Daftar Kelembagaan Petani Di Kabupaten Pakpak Bharat
Sumber: Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Pakpak Bharat, 2011
4.2. Distribusi Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu petani gambir sebanyak 50
orang dari tiga kecamatan yakni kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe,
Pergetteng-getteng Sengkut dan Kerajaan. Gambaran umum petani sampel meliputi umur
petani, tingkat pendidikan petani, luas lahan gambir, lama bertani gambir,
penyerapan tenaga kerja usaha tani gambir, dan keanggotaan kelompok tani
diuraikan berikut ini.
4.2.1. Distribusi Responden berdasarkan Umur
Umur merupakan salah satu aspek sosial yang dapat mendukung petani
bersemangat terutama dalam mencari informasi untuk mendukung pengelolaan
usahaninya. Distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Distribusi Responden berdasarkan Umur Umur
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 1)
Dari Tabel 11. dapat dilihat bahwa responden masih berada pada usia
produktif, yaitu berada di antara 15 - 64 tahun dengan jumlah 48 responden
(98%). Responden yang berusia lanjut (> 65 tahun) hanya 1 orang
responden (2%).
4.2.2. Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan
Cepat tidaknya mengadopsi inovasi bagi petani sangat tergantung pada
faktor ekstern dan intern. Salah satu faktor intern yaitu tingkat pendidikan petani.
Petani dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih terbuka terhadap
adannya perubahan. Distribusi responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat
pada Tabel 12.
Tabel 12. Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi
(Orang) Persentase (%)
SD 10 20,00
SMP 24 48,00
SMA 16 32,00
Jumlah 50 100,00
Tabel 12. menunjukkan bahwa sebesar 48% petani sampel berpendidikan
SMP/sederajat, yaitu sejumlah 24 orang dan sebesar 32% berpendidikan
SMA/sederajat, yaitu sejumlah 16 orang. Hal ini menunjukkan pendidikan sampel
cukup tinggi.
4.2.3. Distribusi Sampel berdasarkan Luas Lahan Gambir
Lahan merupakan modal utama bagi petani dalam menjalankan
usahataninya. Kepemilikan lahan yang luas memungkinkan petani untuk
mengelola usahataninya secara efisien. Distribusi petani berdasarkan luas lahan
dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Distribusi Sampel berdasarkan Luas Lahan Gambir
Luas Lahan (Ha) Frekuensi
(Orang) Persentase (%)
≤ 0,5 9 18
0,6 - 1 28 56
> 1 13 26
Jumlah 50 100
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 1)
Tabel 13. menunjukkan bahwa 56% petani memiliki lahan seluas 0,6 – 1
Ha. Petani yang memiliki luas lahan > 1 Ha sebanyak 26% dan masih ada petani
yang memiliki luas lahan ≤ 0,5 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa usaha tani gambir
di Kabupaten Pakpak Bharat merupakan usaha tani rakyat yang berskala kecil.
4.2.4. Distribusi Sampel berdasarkan Lama Bertani Gambir
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lamanya petani bertani gambir
Tabel 14. Distribusi Sampel Berdasarkan Lama Bertani Gambir
No Lama Bertani (tahun) Jumlah Sampel (orang) Persentase (%)
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 1)
Gambir merupakan komoditi yang sudah diusahakan sejak lama oleh
masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat. Tabel 14. menunjukkan bahwa sebesar
56% petani sampel telah mengusahakan gambir selama 1-5 tahun, yaitu sejumlah
28 orang, selain itu ada juga petani yang telah mengusahakan gambir selama
21-25 tahun, yaitu sejumlah 2 orang. Hal ini menunjukkan bahwa petani tersebut
telah mengusahakan komoditi gambir sebagai usaha tani yang potensial untuk
dikelola secara terus-menerus. Dilihat dari data yang diperoleh menunjukkan
bahwa pengalaman yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu tingginya
produktivitas getah gambir kering.
4.2.5. Distribusi Sampel berdasarkan Status Kelembagaan
Distribusi sampel berdasarkan status kelembagaan dapat dilihat pada
Tabel 15.
Tabel 15. Distribusi Sampel berdasarkan Status Kelembagaan
Status Kelembagaan Frekuensi
(Orang) Persentase (%)
Anggota KT 38 76
Tidak Anggota KT 12 24
Jumlah 50 100
Tabel 15. menunjukkan bahwa sebesar 76% sampel merupakan anggota
kelompok tani, yaitu sejumlah 38 orang dan sebesar 24% bukan merupakan
anggota kelompok tani, yaitu sejumlah 24 orang. Hasil wawancara dengan petani
menunjukkan bahwa tingginya partisipasi petani dalam kelompok tani
dikarenakan dengan bergabung dalam kelompok tani, kemungkinan petani
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.3. Budidaya Tanaman Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat 5.1.1. Subsistem Produksi
Gambir diperbanyak secara generatif (dengan biji) dan vegetatif (cangkok,
dan stek), tetapi cara yang umum dilakukan adalah dengan biji karena mempunyai
keberhasilan yang cukup tinggi mencapai 80-90 % tergantung dari keadaan benih,
semakin lama benih disimpan maka persantese tumbuh semakin berkurang.
Benih/biji diambil dari buah yang telah masak (berwarna kuning) dan berasal dari
tanaman yang telah memenuhi syarat sebagai pohon induk.
Buah yang telah masak dipetik sebelum pecah langsung dijemur selama
2-3 hari. Wadah tempat penjemuran perlu ditutup dengan kain kasa agar buah yang
telah pecah bijinya tidak diterbangkan oleh angin. Biji yang telah keluar lengket
dengan alae (bulu seperti benang halus), bewarna coklat terang dianggap viabel
(baik) dan dipisahkan dari biji yang berwarna hitam gelap (tidak baik).
Untuk pengembangan tanaman gambir dengan vegetatif dapat dilakukan
dengan stek batang, pada tanaman gambir yang sudah bisa dipanen. Dengan
ciri-ciri batang agak kecoklatan. Batang dipotong lalu di tanam di polibag, kemudian
di biarkan tanpa diganggu selama kurang lebih satu bulan. Setelah tumbuh lalu di
tanam kelapangan dengan jarak tanam 2 x 2 meter atau 3 x 3 meter.
5.1.2. Sub Sistem Pengolahan
Pada usaha tani dan proses pengolahan daun gambir, tahap yang paling
penting adalah tahap pengolahan. Proses pengolahan daun menjadi pasta gambir