PT. SAWIT KHATULISTIWA PLANTATION TENGGARONG
Oleh :
LIA PUJI RAHAYU
NIM. 120500058
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
PT. SAWIT KHATULISTIWA PLANTATION TENGGARONG
Oleh :
LIA PUJI RAHAYU
NIM. 120500058
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
PT. SAWIT KHATULISTIWA PLANTATION TENGGARONG
Oleh :
LIA PUJI RAHAYU
NIM. 120500058
Karya ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
Jacq) PADA AFDELING II SUMBER SARI PT. SAWIT KHATULISTIWA PLANTATION
TENGGARONG.
Nama : Lia Puji Rahayu
N I M : 120500058
Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan : Manajemen Pertanian
Menyetujui
Pembimbing, Penguji I Penguji II
Rusmini, SP, MP Riama Rita Manullang,SP,MP F. Silvi Dwi Mentari,S,Hut,MP NIP. 198111302008122002 NIP.197011162000032002 NIP. 197707232003122002
Lulus ujian pada tanggal Menyetujui,
Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Nur Hidayat, SP, M. Sc NIP. 197210252001121001
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir.Masrudy.S.Hut.MP NIP. 196008051988031003
Khatulistiwa Plantation Tenggarong (di bawah bimbingan RUSMINI ). Panen dan pengolahan hasil merupakan rangkai terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Kegiatan ini memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Hasil panen utama dari tanaman kelapa sawit adalah buah kelapa sawit, sedangkan hasil pengolahan buah adalah minyak sawit. Kajian ini bertujuan untuk mengamati rotasi panen di perkebunan kelapa sawit pada afdeling II sumber sari di PT.Sawit Khatulistiwa Plantation Tenggarong Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Karta Negara dan dapat mengetahui hasil produksi kelapa sawit pada afdeling II sumber sari di PT.Sawit Khatulistiwa Plantation Tenggarong Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Karta Negara.
Kajian ini dilaksanakan selama 1 bulan dari 02 Maret s/d 30 Maret 2015 dilakukan pada Afdeling II Sumber Sari di PT. Sawit khatulistiwa Plantation Tenggarong Kecamatan Sebulu Kabupaten. Kutai Karta Negara. Pengambilan data dilakukan dengan 2 cara yaitu primer dan sekunder.
Hasil dari kesimpulan kajian ini adalah rotasi panen di perusahaan tersebut belum sesuai dengan prosedur kerja perusahaan karena perusahaan tersebut masih banyak kekurangan tenaga kerja.Produksi panen di perusahaan tersebut mengalami penurunan hasil panen dari bulan Pebruari dan Maret tahun 2015, karena tanaman tersebut sangat kekurangan pupuk dan pengendalian gulma yang tidak sesuai dengan buku panduan perusahaan.
Negara, Provinsi Kalimantan Timur. Merupakan putri kedua dari 4 bersaudara dari pasangan Bapak Suwito Adi dan Ibu Suprantini.
Pendidikan dimulai di Taman kanak-kanak pada tahun 1999 Negeri Pertiwi Giri Agung Kecamatan Sebulu Kabupaten Kutai Karta Negara lulus pada tahun 2000, kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Dasar Negeri 023 Sebulu dan lulus pada tahun 2006, melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Sebulu dan lulus pada tahun 2009. Melanjutkan ke sekolah Menengah Atas YPM Diponegoro dan lulus pada tahun 2012. Melanjutkan pendidikan Tinggi dimulai pada tahun 2012 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Jurusan Manajemen Pertanian, Budidaya Tanaman Perkebunan.
Pada tanggal 1 Maret sampai dengan tanggal 1 Mei 2015 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) pada Afdeling II Sumber Sari di PT. Sawit Khatulistiwa Plantation Tenggarong Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Karta Negara Provinsi Kalimantan Timur.
Kajian di perkebunan kelapa sawit pada Afdeling II Sumber Sari PT. Sawit Khatulistiwa Plantation Tenggarong Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Karta Negara dengan lancar dan tanpa ada halangan apapun.
Keberhasilan dan kelancaran dalam pelaksanaan Kajian ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Rusmini, SP,MP. Selaku dosen pembimbing.
2. Ibu Riama Rita Manullang. SP, MP Selaku dosen penguji I 3. Ibu F. Silvi Dwi Mentari, S Hut.MP selaku dosen penguji II
4. Bapak Nur Hidayat, SP, M. Sc selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman
5. Bapak Ir. M. Masrudy. MP, selaku Ketua Jurusan Mananjemen Pertanian 6. Bapak Ir. Hasanudin, MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda.
7. Ayah dan Ibu yang telah memberikan dorongan baik moral mapun materi 8. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penyusunan Kajian ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan Kajian ini masih terdapat kekurangan, namun penulis berharap semoga kajian ini dapat bermanfaat.
Penulis.
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3
A. Latar Belakang Berdirinya Perusahaan... 3
B. Tanaman Kelapa Sawit... 10
C. Panen Kelapa Sawit... 13
III. METODE KAJIAN ... 19
A. Tempat dan Waktu Kajian ... 19
B. Alat dan Bahan... 19
C. Prosedur Pengambilan Data... 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
A. Hasil ... 20
B. Pembahasan ... 27
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 29
A. Kesimpulan ... 29
B. Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA ... 30
1. Dokumentasi Alat-alat Panen ... 32 2. Dokumentasi Prosedur Kerja Panen ... 34
1. Tandan kelapa sawit menurut fraksi buah ... 14 2. Hasil Panen Bulanan Afdeling 2 Sumber Sari di Perusahaan PT.Sawit
1. Fraksi kematangan buah di perusahaan ... 15 2. Rotasi panen Kelapa Sawit di Perusahaan ... 17
I. PENDAHULUAN
Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cukup cerah. Komoditas kelapa sawit, baik berupa bahan mentah maupun hasil
olahannya, menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa non migas terbesar bagi negara setelah karet dan kopi. Prospek pasar dunia untuk minyak sawit dan produk-produknya cukup bagus. Karena itu, perkebunan kelapa sawit sekarang telah diperluas secara besar-besaran. Ekspansi areal kebun dilakukan oleh
perkebunan Negara, perkebunan besar swasta, hingga perkebunan rakyat. Pada perkebunan rakyat, perluasan dilakukan dengan secara mandiri dan juga ada yang bermitra dengan perusahaan perkebunan. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia luasnya telah mencapai lebih dari 7 juta hektar. Selain itu, pertumbuhan ekspor minyak sawit juga menunjukkan peningkatan, pada tahun
2000 ekspor crude palm oil (CPO) kurang dari 2 juta ton hingga pada tahun 2005 sudah lebih dari 4 juta ton, lalu pada tahun 2011 mencapai lebih dari 12 juta
ton
(Sunarko, 2014).
Kelapa sawit di Indonesia dewasa ini merupakan komoditas primadona, luasnya terus bertambah dan tidak hanya merupakan perkebunan besar milik negara atau perkebunan milik pihak swasta saja, tetapi saat ini perkebunan sawit juga diusahakan oleh rakyat dan sudah mulai berkembang pesat. Hal ini dapat terlihat dari yang dulunya perkebunan kelapa sawit hanya berada di Pulau
Sumatera namun saat ini telah berkembang dibeberapa propinsi lain
(Sastrosayono, 2006).
Panen dan pengolahan hasil merupakan rangkai terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Kegiatan ini memerlukan teknik tersendiri untuk
mendapatkan hasil yang berkualitas. Hasil panen utama dari tanaman kelapa sawit adalah buah kelapa sawit, sedangkan hasil pengolahan buah adalah minyak sawit (Fauzi, 2008).
Panen merupakan salah satu kegiatan penting dalam pengelolaan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanaman (bibit) dan pemeliharaan tanaman, panen juga merupakan faktor penting dalam pencapain produktivitas (Banu Astono, 1997).
Tujuan dari kegiatan Kajian ini adalah sebagai sebagai berikut :
1. Untuk mengamati rotasi panen di perkebunan kelapa sawit pada afdeling II sumber sari di PT.Sawit Khatulistiwa Plantation Tenggarong Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Karta Negara.
2. Dapat mengetahui hasil produksi kelapa sawit pada afdeling II sumber sari di
PT.Sawit Khatulistiwa Plantation Tenggarong Kec.Sebulu, Kab. Kutai Karta Negara.
Adapun hasil yang diharapkan dari kegiatan Kajian ini yaitu dapat menentukan rotasi panen dan menghitung hasil produksi pada Afdeling II
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Perusahaan
PT. Sawit Khatulistiwa Plantation Tenggarong merupakan salah satu cabang perusahaan dari Kalpataru Investama Group yang melakukan
pengembangan perkebunan kelapa sawit. Areal lahan perijinan PT. Sawit Khatulistiwa Plantation Tenggarong secara wilayah administrasi
pemerintahan, masuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Muara Kaman, Kecamatan Sebulu, dan Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara. Desa yang masuk dalam wilayah kerja PT. Sawit Khatulistiwa Plantation Tenggarong adalah Desa Cipari Makmur (wilayah Kecamatan Muara Kaman), Desa Manunggal Daya Sp 1, Giri Agung (wilayah Kecamatan Sebulu), Desa Suka Maju, Manunggal Daya, Spare (wilayah Kecamatan Tenggarong Seberang). Perijinan untuk
pembukaan lahan yang dimiliki oleh PT. Sawit Khatulistiwa Plantation Tenggarong di tahun 2009 sudah terbit menjadi Hak Guna Usaha (HGU) ± 9000 Ha. Areal yang sudah tertanam seluas 200 ha sampai bulan Maret 2014. PT. Sawit Khatulistiwa Plantation Tenggarong dipimpin oleh Menejer yang bernama Huzairi yang dibantu oleh 1 senior asisten, 2 asisten
lapangan dan 1 kepala administrasi. Untuk memudahkan areal kerja, PT. Sawit Khatulistiwa Plantation Tenggarong di Sumber Sari Estet membagi wilayah menjadi 4 wilayah (Afdeling) yaitu afdeling 1, 2, 3 dan 4. Setiap Afdeling memiliki 1 struktur organisasi kerja sendiri untuk pelaksanaan dan
pengaturan kerja.
Struktur organisasi tersebut antara lain asisten Lapangan, Mandor 1 / Koordinator Mandor, Krani Afdeling, Mandor Perawatan, dan Anggota Kerja.
Cara pengembangan areal PT. Sawit Khatulistiwa Plantation Tenggarong yaitu mewujudkan Kalimantan Timur Sejahtera yang merata dan
berkeadilan berbasis Agroindustri dan energi ramah lingkungan dan dapat mengajak masyarakat di sekitar lingkungan agar dapat bergabung dengan PT. Sawit Khatulistiwa Plantation Tenggarong dengan sistem kerjasama bagi hasil (Pola Kemitraan). Dan sebagai ucapan terima kasih pihak PT. Sawit Khatulistiwa Plantation Tenggarong memberikan pembayaran Tali Asih bagi pemilik lahan yang bergabung dengan perusahaan. PT. Sawit Khatulistiwa Plantation Tenggarong juga memiliki misi untuk mewujudkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Kalimantan Timur yang mandiri dan berdaya saling tinggi, mewujudkan daya saing ekonomi yang berkerakyatan berbasis Sumber Daya Alam (SDA) dan energi terbaharukan, mewujudkan
infostruktur dasar yang berkualitas bagi masyarakat, mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional berorientasi pada pelayanan publik, mewujudkan kualitas lingkungan yang baik.
B. Tinjauan Umum Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda pada tahun 1884. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Am sterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kalapa sawit di
Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah banyak belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di
Pantai Timur Sumatra (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunannya mencapai 5.123 ha. Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton (Hartono, 2008).
Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser
dominasi ekspor negara Afrika pada waktu itu. Namun, kemajuan
pesat yang dialami oleh Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan
perekonomian nasional. Hasil perolehan ekspor minyak sawit hanya
meningkatkan perekonomian negara asing termasuk Belanda
(Hartono, 2008).
Memasuki pada masa kependudukan Jepang, perkembangan
tanaman kelapa sawit mengalami kemunduran. Secara keseluruhan
produksi perkebunan kelapa sawit terhenti. Lahan perkebunan
mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada,
sehingga produksi minyak sawit Indonesia pun hanya mencapai
56.000 ton. Pada tahun 1948-1949. Padahal pada tahun 1940
Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit (Hartono, 2008).
Setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pada tahun
1957, pemerintah mengambil alih perkebunan dengan alasan politik
dan keamanan. Pemerintah menempatkan perwira-perwira militer
disetiap jenjang manajemen perkebunan yang bertujuan
mengamankan jalannya produksi. Pemerintah juga membentuk bumil
(buruh militer) yang merupakan wadah kerja sama antara buruh
perkebunan denagan militer. Perubahan manajemen dalam
perkebunan dan kondisi politik sosial serta keamanan dalam negeri
yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit mengalami
penurunan. Pada periode tersebut Indonesia sebagai pemasok
minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh Malaysia (Hartono, 2008).
Memasuki pemerintahan orde baru, pembangunan perkebunan
diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan sebagai sektor
penghasil devisa negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan
lahan baru untuk perkebunan. Sampai dengan tahun 1980 luas lahan
mencapai 294.560 ha dengan produksi Crude Palm Oil (CPO) sebesar
721.172 ton. Sejak saat itu lahan perkebunan sawit di Indonesia
berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh
kebijakan pemerintah yang melaksanakan program perkebunan inti
rakyat perkebunan (PIR-bun).
Dalam pelaksanaannya. perkebunan besar sebagai inti membina
dan menampung hasil perkebunan rakyat disekitarnya yang menjadi
plasma. Perkembangan perkebunan semakin pesat lagi setelah
pemerintah mengembangkan program lanjutan yaitu Transmigrasi
sejak tahun 1986. Program tersebut berhasil menambah luas lahan
dan produksi kelapa sawit. Pada tahun 1990-an, luas perkebunan
kelapa sawit mencapai lebih dari 1,6 juta ha yang tersebar diberbagai
sentra produksi, seperti Sumatra dan Kalimantan (Hartono, 2008).
1. Sifat – sifat Botani
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman berumah satu
(monocious), bunga jantan dan bunga betinanya berada dalam
satu pohon tetapi berkembang secara terpisah.
Dalam satu tandan bunga jantan dapat menghasilkan 200
spikelet, dan setiap spikelet terdiri atas ± 750 bunga jantan. Bunga
memiliki 6 benang sari dan dari satu tandan bunga jantan dapat
menghasilkan 25 – 50 gram serbuk sari. Dalam satu tandan bunga
betina terdapat 100 – 200 spikelet dan setiap spikelet terdiri atas
30 bunga betina. Menurut Selardi (2003), inisiasi bunga terjadi
pada 44 bulan Sebelum Masak Fisiologi (SMF), tandan bunga
kelapa sawit dibentuk pada ketiak daun segera setelah diferensiasi
dari sel batang (17 bulan SMF) dan jenis kelamin jantan atau
betina dapat diferensiasi ± 8 bulan SMF. Menurut Rustam (2012),
menerangkan waktu masak (anthesis) bunga jantan dan bunga
betina ditandai dengan pecahnya seludung bunga (6 bulan SMF),
masa reseptif stifma hanya berlangsung 3-5 hari. Waktu masak
bunga jantan dan bunga betina tidak bersamaan, sehingga pada
umumnya tanaman kelapa sawit menyerbuk silang, hasil
identifikasi para ahli botani bahwa tanaman kelapa sawit dibedakan
atas 2 bagian, yaitu vegetatif dan generatif (Wiharni, 2007).
a. Bagian vegetatif
1) Akar
Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi air tanaman. Selain itu, Sebagai penyangga berdirinya tanaman sehingga mampu pada ketinggian yang mencapai puluhan meter hingga tanaman berumur 25 tahun. Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku ujungnya runcing, dan berwana putih atau kekuningan
(Sunarko, 2014).
Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar perimer, sekunder, tersier, dan kuarter. Akar primer tumbuh ke
bawah di dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Akar sekunder, tersier, dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan akar tersier dan kuarter menunjukkan ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara
(Sunarko, 2014).
2) Batang
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu batangnya tidak memiliki kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang berfungsi sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan
mengangkut bahan makanan. Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter 20-75 cm. Tanaman yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun. Sejak ditanam sampai berumur 3,5 tahun, pertumbuhan batang
difokuskan pada pembentukan pangkal batang hingga diameter mencapai 60 cm dan pertumbuhan meninggi sangat kecil. Setelah
selama 3,5 tahun batang tumbuh ke atas dengan kecepatan hingga 60 cm/tahun tetapi melambat pada umur tanaman di atas 15 tahun (Andoko, 2013).
3) Daun
Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu berbentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5-9 m. Jumlah anak daun di sekitar pelepah berkisar antara 250-400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin
efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama fotosintesis berlangsung, semakin banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga produksi akan meninggkat. Produksi daun tergantung
iklim setempat. Di Sumatra, misalnya produksi daun mencapai 20-40 helai. Umur daun mulai terbentuk sampai tua sekitar 6-7 tahun. Daun kelapa sawit yang sehat dan segar berwarna hijau tua
(Pahan, 2010). b. Bagian generatif
1) Bunga
Kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12 bulan. Pembungaan kelapa sawit termasuk monoccious artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada suatu pohon tetapi tidak
pada satu tandan yang sama. Namun kadang-kadang dijumpai juga dalam 1 tandan terdapat bunga jantan dan betina. Bunga
seperti itu disebut bunga banci (hermaprodit). Tanaman sawit dapat menyerbuk secara silang dan juga menyerbuk sendiri
(Andoko, 2013).
2) Buah
Proses pembentukan buah sejak saat penyerbukan sampai buah matang 6 bulan. Dapat juga terjadi lebih lambat atau lebih cepat tergantung dari keadaan iklim setempat. Dalam 1 tandan dewasa dapat mencapai 2.000 buah. Buah kelapa sawit pada waktu muda berwarna hitam, kemudian setelah berumur 5 bulan berangsur-angsur menjadi merah kekuning-kuningan. Pada saat
perubahan warna tersebut terjadi proses pembentukan minyak pada mesocarp (daging buah). Perubahan warna tersebut karena pada butiran-butiran minyak mengandung zat warna (Carotein)
(Andoko, 2013).
2. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari luar maupun dari tanaman kelapa sawit itu sendri. Faktor-faktor tersebut pada dasarnya dapat dibedakan menjadi faktor lingkungan, genetis, dan faktor teknis agronomi. Faktor lingkungan terdiri dari Iklim dan tanah (Pahan, 2010).
a. Iklim
Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
produksi tandan kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar lintang utara-selatan 12 pada ketinggian 0-500 m dari permukaan laut (dpl).
Beberapa unsur iklim yang penting dan saling mempengaruhi adalah curah hujan, sinar matahari, suhu, kelembapan udara, dan angin (Pahan, 2010).
1) Curah hujan
Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit adalah di atas 2.000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak turun selama 3 bulan
menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama tidak turun juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup umur tidak mau masak (berondolan) (Pahan, 2010).
2) Sinar matahari
Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan memacu pembentukan bunga dan buah. Untuk itu, intensitas, kualitas, dan lama penyinaran amat berpengaruh. Lama
penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5-7 jam/hari (Pahan, 2010).
3) Suhu
Selain curah hujan dan sinar matahari yang cukup, tanaman
kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum sekitar 24-28o C. Untuk tumbuh dengan baik. Meskipun demikian, tanaman masih bisa tumbuh pada suhu terendah 18o C dan tinggi 32o C. Beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendah suhu adalah lama penyinaran dan tinggi tempat (Pahan, 2010).
4) Kelembapan Udara dan Angin
Kelembapan udara dan angin adalah faktor yang penting untuk menjaga pertumbuhan kelapa sawit. Kelembapan optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80%. Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan
lebih besar, mengurangi kelembapan. Dan Dalam waktu lama mengakibatkan tanaman layu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelembapan adalah suhu, sinar matahari, lama penyinaran, curah hujan, dan evapotranspirasi (Pahan, 2010).
b. Tanah
Kelapa sawit dapat tumbuh dibagian jenis tanah, seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial, atau regosol. Namun, kemampuan produksi kelapa sawit pada masing-masing jenis tanah tersebut tidak sama. Ada dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh, yaitu sifat kimia dan sifat fisik tanah (Pahan, 2010).
1) Sifat fisik tanah
Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur, struktur, konsintensi, kemiringan tanah, permeabilitas,
ketebalan lapisan tanah, dan kedalaman permukaan tanah. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur,
berdraenase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padat (Pahan, 2010).
2) Sifat kimia tanah
Sifat kimia tanah dapat dilihat dari tingkat keasaman dan komposisi kandungan hara mineralnya. Sifat kimia tanah mempunyai arti penting dalam menentukan dosis pemupukan dan kelas kesuburan tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah antara 4,0-6,5, sedangkan pH optimumnya adalah 5-5,5. Tanah yang memiliki pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran, tetapi membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah dengan pH rendah
biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut (Pahan, 2010).
C. Tinjauan Umum Tentang Panen 1. Persiapan Panen
Persiapan panen merupakan subsistem produksi di perkebunan kelapa sawit yang menghubungkan kebun dan pabrik kelapa sawit (PKS). Kegiatannya meliputi memungut atau melepas buah dari pohon, mengumpulkan hasil panen dengan meminimalkan kehilangan dan melakukan sortasi hasil panen (Sunarko, 2014).
Sasaran panen adalah menekan kehilangan dan penurunan
mutu hasil panen. Selain itu, tujuan panen juga untuk menjaga
kelestarian tanaman dan mempertahankan produktivitas yang
akan datang. Disisi lain, panen yang baik diharapkan menciptakan
kelancaran dan keamanan panen dalam hal perolehan tandan
buah segar (TBS) dengan biaya yang wajar rasional. Pekerja
panen meliputi pekerjaan memotong TBS, mengutip berondolan,
dan mengangkut ke tempat pengumpulan hasil (TPH). Faktor
yang menunjang keberhasilan panen diantaranya
pengorganisasian pemanen, penyediaan peralatan panen, serta
persiapan jalan panen dan tempat pengumpulan hasil (TPH)
(Sunarko, 2014).
2. Kriteria Matang panen
Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat
membantu pemanenan agar memotong buah pada saat yang
tepat. kriteria matang panen di tentukan pada kandungan minyak
maksimal dan kandungan asam lemak bebas minimal. Katagori
Buah yang matang panen di perusahaan adalah jika kandungan
minyak dalam TBS sudah maksimal, yang ditandai dengan warna
buah merah dan mengkilat serta buah telah membrondol 3-5 yang
lepas dari tandan buah dan jatuh di piringan (Rustam, 2012).
Matang panen kelapa sawit dapat dilihat secara visual dan
secara fisiologi. Secara visual dapat dilihat dari perubahan warna
kulit buah menjadi merah jingga, sedangkan secara fisiologi dapat
dilihat dari kandungan minyak. Pada saat matang tersebut
dicirikan pula oleh membrondolnya buah
(Djoehana
Setyamidjaja, 2010).
Keriteria matang panen pada tandan kelapa sawit dapat
dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
FRAKSI 0 FRAKSI 1 FRAKSI 2 FRAKSI 3 FRAKSI 4 FRAKSI 5
Gambar 1. Kriteria matang panen pada tandan kelapa sawit.
Menghindari buah busuk dan tandan kosong dikirim ke
pabrik, serta meminimalkan kehilangan minyak (losis) produksi di
lapangan akibat berondolan yang tidak terkutip, maka kriteria
matang panen sebagai berikut :
a. Areal rata
Telah membrondol minimum 1-3 butir berondolan di piringan untuk
setiap kilogram berat TBS sebelum dipanen. b. Areal miring
Telah memberondol minimum 3-5 butir (seperempat) berondolan di piringan untuk setiap kilogram berat TBS sebelum dipanen.
Fraksi Kematangan Buah di perusahaan
Tabel 1. Tingkat Kematangan Kelapa Sawit di Perusahaan
FRAKSI Berondolan lepas dari tandan Derajat kematangan
00 Belum ada Sangat mentah
0 < 1 berondolan /kg TSB Mentah
1 12– 25% buah Kurang matang
2 25 – 50% buah Matang 1
3 50 – 75% buah Matang 2
4 75 – 100% buah Lewat matang 1
5
Buah ikut membrondol
Lewat matang 2 Sumber (Anonim, 20015).Keterangan :
Tingkat kematangan buah yang baik adalah pada fraksi 2 dan 3 (berondol 1 dan 2 per kg berat tandan). Berondolan maksimal 12,5%. Komposisi panen yang di ketegorikan baik adalah 2 + 3 + 4 = 80%, fraksi 5 = 5% fraksi 1 = 15%
3. Peralatan panen
Alat pemotong tandan buah segar di bawah 5 tahun menggunakan dodos tetapi tanaman di atas 5 tahun (pohon sudah tinggi) dapat menggunakan eggrek yang disambung galah. Selain itu alat panen, alat lain yang harus disiapkan diantaranya gancu untuk menarik tandan yang sudah jatuh ke tanah, ember, karung goni untuk pengumpulan berondolan di piringan kelapa sawit dan kampak untuk memotong ganggang kelapa sawit, serta kereta sorong (Ankong) atau keranjang pikul untuk mengumpulkan tandan hasil panen (Fauzi, 2008).
4. Cara panen
Berdasarkan tinggi tanaman, kelapa sawit di bawah 5 tahun menggunakan dodos dan di atas 15 tahun menggunakan egrek bergagang panjang. Untuk memudahkan pemanen, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi di
tengah gawangan. Buah yang matang dipotong sedekat mungkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm. Tandan buah yang telah dipotong
diletakkan teratur di piringan dan berondolan dikumpulkan terpisah dari tandan. Berondolan harus bersih dan tidak tercampur tanah atau kotoran lain (Fauzi, 2008).
5. Rotasi dan ancak panen a. Rotasi panen
Rotasi panen adalah jarak interval antar satu perlakuan panen dengan panen berikutnya yang dinyatakan dalam satuan hari. Rotasi panen erat sekali hubungannya dengan kecepatan matang buah perubahan matang buah akan menimbulkan perubahan terhadap rotasi panen (Anonim, 2015).
Rotasi panen harus tetap terjaga – normal menurut sistem per 7 kali panen : karena rotasi panen sangat berpengaruh terhadap
poduksi dan rendemen CPO. Rotasi yang terlambat dapat berisiko memanen tandan lewat matang akan menentukan rendemen minyak dan produksi tidak tercapai : rotasi yang terundur beresiko terpanen tandan buah mentah berakibat produksi turun dan
meningkatnya Asam lemak bebas (ALB).
Untuk mencapai hasil yang optimal diberikan suatu rotasi berdasarkan tingkat kerapatan kematangan buah sebagai berikut: Tabel 2. Kerapatan panen dan rotasi panen.
Peringkat panen Kerapatan panen Rotasi panen
Panen puncak 25-100% 6/7
Panen sedang 15-20% 6/7
Panen rendah 5-12% 6/7
Panen karena rotasi panen yang terlambat akibat libur umum, kerusakan pabrik, tenaga panen tidak cukup pada panen puncak
dan sebagainya.
b. Ancak panen
Ancak panen adalah pembagian areal panen atau ancak panen harian yang dipanen pada hari-hari tertentu yang di sesuaikan pada berdasarkan rotasi panen.
Ancak panen diatur sedemikian rupa supaya saling berhubungan satu dengan yang lainnya, sehingga ancak panen terakhir akan bersambung dengan yang pertama
Tujuannya adalah:
1. Memudahkan pengawasan
2. Mengetahui ancak yang tidak selesai dipanen 3. Perencanaan pengangkutan hasil
Ancak panen disusun memanjang dan bersambung sedemikian rupa mengikuti jalan transportasi. Sistem ancak panen
terbagi menjadi ancak tetap, ancak giring, dapat juga dilakukan modifikasi setengah ancak giring/tetap.
1. Ancak tetap
Pemanen diberi ancak dengan luas tertentu untuk dapat diselesaikan pada hari itu juga tanpa ada perpindahan dan ancak
tersebut dikerjakan terus menerus oleh orang yang sama setiap rotasinya (ancak tetap diberikan kepada pemanen pada areal dengan kondisi curam. Memudahkan penetapan pemanen pada
ancak sulit / curam serta memudahkan pemeriksaan kebersihan hancak panen.
2. Ancak giring
Pemenen diberi ancak dengan luas tertentu yang di panen bersama-sama dan bila telah selesai berpindah ke ancak lain / berikutnya yang telah ditentukan oleh mandor (Anonim, 2015).
III. METODE KAJIAN
A. Waktu dan Tempat
Kajian ini dilaksanakan selama 1 bulan dari 02 Maret s/d 30 Maret 2015 dilakukan di PT.Sawit khatulistiwa Plantation Tenggarong pada
Afdeling II Sumber Sari Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Karta Negara.
B. Alat dan Bahan.
1. Alat yang digunakan dalam kajian panen adalah :
Dodos, gancu, tojok, batu asah, karung goni dan kamera
2. Bahan yang digunakan dalam kajian panen adalah:
Tandan buah segar (TBS), berondolan dan pelepah Kelapa Sawit
C. Perosedur Pengambilan Data
Pengambilan Data dilakukan 2 Cara Yaitu Primer dan Sekunder 1. Primer
Pengambilan data dilakukan kepada mandor panen, krani dan asisten afdeling dengan melakukan wawancara yaitu menanyakan tentang produksi panen tahunan dan penghitungan kerapatan panen serta rotasi panen selain itu juga melakukan dokumentasi melalui pengambilan gambar dengan foto.
2. Sekunder
Memperoleh informasi tentang kegiatan panen dari literatur di tempat PKL dan dari buku panduan pada afdeling II Sumber Sari perusahaan sawit khatulistiwa plantation tenggarong
D. Pengolahan Data
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1 Kegiatan Pemanenan
Kegiatan panen di afdeling II sumber sari PT. sawit
Khatulistiwa plantation TGR yaitu :
a. Kriteria matang panen
Kriteria matang panen di afdeling II sumber sari PT.
sawit Khatulistiwa plantation TGR yaitu apabila
40% dari tanaman dalam blok telah memenuhi kriteria matang pohon, berat janjang rata – rata 3,5 kg dan 2 berondolan perjanjang. Kriteria matang panen dipakai adalah apabila dari tandan telah terdapat 2berondolan lepas alami per kg tandan (dijumpai 2 butir berondolan lepas secara alami di piringan). Kriteria tandan buah segar ( TBS ) diharuskan pada tingkat kematangan optimal yaitu Fraksi 2 dan fraksi 3.
b. Kerapatan panen
Kerapatan panen di afdeling II sumber sari PT. sawit Khatulistiwa plantation TGR yaitu 1 : 5. Angka kerapatan panen (AKP) 1 : 5 artinya dari 5 pohon, 1 pohon yang tandannya dapat dipanen. AKP bermanfaat untuk peramalan produksi esok hari,
jumlah pemanen, alat angkut dan rencana pengolahan TBS. Penghitungan kerapatan panen dilaksanakan 1 (satu) hari sebelum panen, dengan mengambil sampel 2,5%-5% dari luas kapveld yang dipanen, karena sistem tersebut yang dapat mewakili.
Penghitungan dilaksanakan oleh Krani Panen dan dicatat di dalam satu buku.
c. Rotasi panen
Rotasi panen di afdeling II sumber sari PT. sawit Khatulistiwa plantation TGR yaitu 7/6 dan 7/7 tergantung kondisi buah di lapangan. 7/6 artinya dalan 7 hari dilakukan 6 kali panen. Dan 7/7 artinya dalam 7 hari dilakukan 7 kali panen.
1) Pemotongan buah matang
Pemotongan buah di afdeling II sumber sari PT.
sawit Khatulistiwa plantation TGR yaitu Tandan yang
dipotong adalah tandan yang telah memenuhi kriteria
matang panen, apabila tandan buah segar (TBS),
berondolan sudah jatuh 3-5 butir ke piringan maka
pemotongan buah tandan TBS pada pohon tersebut dapat
dilakukan pemotongan buah atau dipanen karena sudah
memasuki kriteria matang panen dan pemotongan buah
matang menggunakan alat dodos karna umur tanaman
tersebut msih sekitar 4 tahunan, tetapi sebelum
melakukan pemotongan sebaiknya pelepah diturunkan
dengan menyisakan songgo 2 tujuannya agar dalam
proses pemotongan tandan buah segar lebih mudah
( Dapat dilihat pada Lampiran 2 Gambar 6 ).
2) Mengutip brondolan
Pengutipan brondolan
di afdeling II sumber sari PT.
sawit Khatulistiwa plantation TGR yaitu
semua berondolan yang ada di piringan, gawangan, pasar pikul dan yang jatuh ke parit harus dikutip dengan bersih setelah berondolan terkumpul sebaiknya langsung di bawa ke TPH akan tetapi hasil yang ada di lapangan belum sesuai dengan yang diinginkan karena masih banyak berondolan yang tercecer di piringan, pasar pikuldan di parit disebabkan kurangnya tenaga kerja di perusahaan tersebut dan terget dari perusahaan setiap berondolan yang di kumpulkan di TPH setiap tumpukan maksimal harus 7 kg tidak boleh lebih apabila berondolan lebih dari 7 kg maka berondolan harus di tumpuk sendiri dipisah dari yg 7 kg tersebut.
(Dapat dilihat pada Lampiran 2 Gambar 7).
3) Berondolan dikumpul di TPH
Pengumpulan brondolan ke TPH
di afdeling II sumber
sari PT. sawit Khatulistiwa plantation TGR yaitu
brondolan yang sudah bersih dikumpul di samping TBS di TPH denganrapi dan diberi nomor dan nama pemanen tujuannya untuk memudahkan kerani panen untuk menghitung jumlah brondolan tersebut (Dapat dilihat pada Lampiran 2 Gambar 8).
4) Pemotongan gangang tandan
Pemotongan ganggang
di afdeling II Sumber Sari PT.
sawit Khatulistiwa plantation TGR yaitu
ganggang TBS di potong 1 cm berbentuk rata dilakukan di TPH, tujuanpemotongan TBS lebih rapat dari buah supaya rendemen minyak tidah berkurang dan ALB nya berkurang dan
pemotongan ganggang TBS di lakukan dengan alat dodos
(Dapat dilihat pada Lampiran 2 Gambar 9). 2 Pemeriksaan Panen dan TPH
a. Pemeriksaan di Lapangan Setelah Panen 1) Perhitungan buah di TPH
Penghitungan buah biasanya dilakukan oleh kerani panen dan kerani transportasi tujuannya untuk mengetahui penghitungan pengangkutan dan mengetahui jumlah penghitungan yang akan dikumpul ke pabrik dan Asisten bisa mengetahui jumlah hasil setiap karyawan karena di perusahaan
tersebut menggunakan sistem borongan dan sudah ditargetkan setiap orang harus mencapai 150 janjang untuk mendapatkan 1 HK (Dapat dilihat pada Lampiran 2 Gambar 12).
2) Menghitung sempel BJR (berat janjang rata-rata)
Kegiatan pengambilan sempel BJR di perusahan dilakukan apabila kegiatan pemotongan buah, pengumpulan buah dan penghitungan buah di TPH sudah selesai maka kewajiban mandor dan kerani panen mengambil sempel rata-rata janjang yang ada di TPH (Dapat dilihat pada Lampiran 2
b. Pemeriksaan di TPH
Pemeriksaan di TPH dimaksud agar tandan yang dikirim ke
pabrik minyak sawit dalam kondisi segar dan matang (memiliki kandungan minyak yang maksimal). Pemeriksaan meliputi :
1) Nomor pemanen
Nomor pemanen yang ada pada TBS bertujuan untuk memudahkan karyawan yang memanen dan mempermudah pengecekan di TPH oleh kerani panen dan kerani transport
(Dapat dilihat pada Lampiran 2 Gambar 14) 2) Pengangkutan ke TPH
Pengangkutan TBS di dalam blok ke TPH menggunakan karung goni gendong dengan jarak 50 m itu adalah tanggung
jawab pemanen apabila melebihi dari 50 m bukan tanggung jawab pemanen. Kegiatan tersebut agar buah TBS bisa diangkut ke TPH supaya tidak terjadinya buah restan
(Dapat dilihat pada Lampiran 2 Gambar 16).
3) Pengangkutan TBS dan Berondolan ke dalam Mobil
Pengangkutan TBS harus dilakukan hari itu juga karena bisa menurunkan kandungan rendemen minyaknya dan menghindari terjadinya pencurian maka dari itu asisten dan mandor harus menyediakan mobil angkut. karena panen yang
dihasilkan belum banyak sehingga belum menggunakan dam truk dan pada mengangkutan TBS tersebut diikuti oleh kerani panen dan kerani transportasi
3 Kendala dalam panen
1) Tandan matang tidak dipanen
Tandan matang itu tidak dipanen dikarenakan pemanen kurang teliti dan faktor hujan sehingga pemanen tidak bisa melakukan panen sedangkan buah sudah memasuki kriteria panen karena di perusahaan tersebut aktifitas khususnya pemanen berhenti total (Dapat dilihat pada Lampiran 2 Gambar 10).
2) Tandan dipanen tidak dikumpul ke TPH
Tandan dipanen tidak dikumpul ke TPH biasanya di temukan oleh kerani panen dan itu biasanya dijumpai di jurang atau kondisi jalan yang tidak bisa dimasuki oleh transportasi karena keadaan perusahan tersebut banyak yang berbukit dengan kondisi jalan yang tidak memungkinkan untuk dilewati oleh kendaraan (Dapat dilihat
pada Lampiran 2 Gambar 11). 3) Tandan mentah
Tandan mentah biasanya ditemukan oleh kerani panen
biasanya disebabkan karena pemanen kurang teliti dan untuk mencapai target sehingga kriteria matang panen tidak dipenuhi biasanya kerani panen mengenakan denda kepada pemanen sebesar Rp.2.500,00 per janjang (Dapat dilihat pada Lampiran 2
Gambar 15).
4 Jumlah Pokok Tanaman Kelapa Sawit Menurut Tahun Tanam
a. Tahun Tanam 2011 = 40.232 pokok / 281.34 Ha b. Tahun tanam 2012 = 50.332 pokok / 351.97 Ha. c. Tahun tanam 2013 = 70.025 pokok / 489.69 Ha
d. Tahun tanam 2014 = 88.038 pokok / 615.65 Ha. e. Tahun tanam 2015 = 4.406 pokok / 30.81 Ha
Jumlah total tanaman yang ada di Afdeling II Sumber Sari
perusahaan tersebut adalah 253.033 pokok dengan luasan yang
sudah ditanam 1769.46 ha. Hasil panen bulanan afdeling II
Sumber Sari di PT. Sawit Khatulistiwa Plantation TGR dapat
dilihat pada Gambar 2 di bawah ini :
Gambar 2. Hasil Panen Bulanan Afdeling II SumberSari di PT. Sawit Khatulistiwa Plantation TGR (Anonim, 2015).
Produksi panen tanaman kelapa sawit di perusahaan PT. Sawit Khatulistiwa Plantation di bulan Oktober tahun 2014 adalah 9.182
janjang atau sekitar 24.572 ton. Sedangkan dibulan November tahun 2014 produksi tanaman kelapa sawit mengalami peningkatan yaitu 13.448 janjang atau sekitar 40.503 ton dan dibulan Desember tahun 2014 produksi panen juga mengalami peningkatan produksi sebesar
JanjangTonaseJanjang Janjang Janjang Janjang Janjang
Tonase Tonase Tonase
Tonase Tonase 0
20 40 60
Okt-14 Nop-14 Des-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15
Okt-14 Nop-14 Des-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Series1 9,182 13,488 15,389 18,996 9,795 8,913 Series2 24,57 40,503 41,581 51,995 25,675 19,856
HASIL PANEN DAN TONASE
AFDELING II SUMBER SARI
PT. SAWIT KHATULISTIWA
PLANTATION BULAN= 10 2014 s/d 04
2015
TONAS E
15.389 janjang atau sekitar 41.581 ton. Begitu juga di bulan Januari tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 18.996 janjang atau sekitar
51.995 ton. Akan tetapi dibulan Februari dan Maret mengalami penurunan yang sangat besar itu disebabkan oleh faktor pemupukan dan gulma yang rotasinya tidak sesuai dengan buku panduan perusahaan tersebut.
B. Pembahasan
Dari hasil wawancara dengan mandor Deni rotasi panen di
afdeling II sumber sari PT. sawit Khatulistiwa plantation TGR yaitu
7/6 dan 7/7 tergantung kondisi buah di lapangan. 7/6 artinya dalan 7 hari dilakukan 6 kali panen. Dan rotasi yang digunakan 7/7 yang artinya 7 hari kerja barulah pemanen dapat kembali ketanaman awal. Hal ini disebabkan karena kurangnya tenaga kerja khususnya pemanen yang berakibataktivitas panen tidak berjalan sesuai dengan rencana kerja perusahaan. Rotasi panen yang tidak menentu mengikuti kondisi buah yang ada di lapangan dan jumlah pemanen yang seadanya yaitu 8 orang sampai saat ini. Semua membuktikan kalau sistem panen diperusahaan tersebut belum
bisa dikatakan sesuai dengan buku panduan perusahaan. Kurangnya tenaga kerja juga menyebabkan banyaknya tandan yang sudah memasuki kriteria matang panen tetapi tidak dipanen serta berondolan yang masih tertinggal di piringan maupun di jalan produksi (Dapat dilihat Lampiran 2
Gambar 5 dan 10).
Hasil dari pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa jumlah
pokok tanaman kelapa sawit di perusahaan tersebut adalah 253.033
pokok dengan jumlah luasan Afdeling 2 IN HGU (di dalam
perusahaan) sedangkan OUT HGU (di luar perusahaan) yaitu 412.70
Ha sedangkan yang baru ditanami dan dipanen sebanyak 217 ha.
Dari hasil produksi tanaman kelapa sawit mengalami penurunan di
bulan Februari dan Maret tahun 2015 faktor-faktor yang
mempengaruhi penurunan produksi di duga faktor pemupukan dan
gulma yang ada di lapangan, begitu juga tahun tanam di perusahaan
yang tidak semua sama. Sebenarnya tanaman tersebut sangat
kekurangan pupuk sesuai dengan pendapat Fauzi (2012), bahwa
pemeliharaan pemupukan sangat penting dalam proses produksi
hasil minyak sawit apabila pemeliharaan pemupukan tidak sesuai
dengan rotasi atau jumlah kebutuhan dosis perpokok yaitu 4 kg
maka buah semakin kecil dan produksi minyak sawitpun mengalami
penurunan. Berdasarkan informasi dari Asisten dan Mandor pada
Afdeling II sumber sari bahwa pemeliha raan pemupukan yang
seharusnya dilakukan 1 tahun 3 kali tetapi karena tidak adanya stok
pupuk tersebut di perusahaan maka pemupukan hanya dilakukan 1
kali dalam 1 tahun yang terjadi pada tahun 2014 itupun dosis yang
diberikan tidak sesuai dengan prosedur. Bahwa buku panduan
perusahaan yang seharusnya dalam 1 pokok 4-5 kg perpokok
sedangkan pengamatan didapatkan di lapangan hanya 1,5 kg
perpokok hal ini disebabkan karena kurangnya pupuk yang
disediakan oleh pihak perusahaan tersebut.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil kajian ini dapat disimpulkan bahwa :
a. Rotasi panen di perusahaan tersebut belum sesuai dengan prosedur
kerja perusahaan karena perusahaan tersebut masih banyak kekurangan tenaga kerja.
b. Produksi panen di perusahaan tersebut mengalami penurunan hasil panen dari bulan Pebruari dan Maret tahun 2015, karena tanaman
tersebut sangat kekurangan pupuk dan pengendalian gulma yang tidak sesuai dengan buku panduan perusahaan.
B. SARAN
1. Disarankan kepada pihak perusahaan khususnya tentang pemeliharaan tanaman (TM) pemupukan dan pengendalian gulma
lebih diperhatikan lagi agar tanaman tersebut produksinya bisa lebih meningkat.
2. Diharapkan tenaga panen khususnya ditambah agar rotasi di lapangan bisa berjalan sesuai buku panduan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Andoko, A. 2013. Perkebunan Kelapa Sawit Di Kalimantan Timur.
PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Anonim, 2015. Budidaya Kelapa Sawit Kalpataru PPKS Medan.
Banu Astono, 1997. ‘’Investasi Kelapa Sawit Ibarat Buah Simalakama’’. Dalam: Kompas, 24-3-1997.
Djoehana, S. 2010. Kelapa Sawit. Kasianus. Yogyakarta.
Fauzi, Y. 2008. Seri Agribisnis Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hartono, R. 2008. Agribisnis Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pahan. 2010. Manejemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta Pardamean, M. 2012. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Rustam, E. 2012. Buku Pintar Kelapa Sawit. PT.Agromedia Pustaka. Jakarta. Sastrosayono, S. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. PT.Agromedia Pustaka
Jakarta.
Sunarko. 2014. Budidaya Kelapa Sawit diberbagai Jenis Lahan.
PT.Agromedia Pustaka. Jakarta.
Lampiran 1. Dokumentasi Alat-alat Panen
Gambar 1. Alat Dodos
Gambar 1. Alat Dodos
Gambar 3. Alat Gancu
Lampiran 2. Dokumentasi Prosedur Kerja Panen
Gambar 5. Persiapan Panen
Gambar 7. Pengutipan Berondolan Di Piringan
Gambar 9. Pemotongan Gangang Tandan
Gambar 11. Tandan di Panen Tidak dikumpul ke TPH
Gambar 13. Penghitungan sempel BJR
.
Gambar 15. Tandan Mentah
.
Gambar 17. Pengangkutran TBS ke Dalam Mobil