MEDAN
PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP SIKAP KONSUMEN
PADA GREEN PRODUCT COSMETICS (STUDI KASUS PADA
PURI AYU MARTHA TILAAR SUN PLAZA MEDAN)
DRAFT SKRIPSI
DIAJUKAN OLEH:
EKA LANIASTI SIHITE 040502085
MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Medan
Eka Laniasti Sihite (2008), Pengaruh Atribut Produk Terhadap Sikap Konsumen Pada Green Product Cosmetics (Studi Kasus Pada Puri Ayu Martha Tilaar Sun Plaza Medan). Dra. Marhayanie M.Si (Dosen Pembimbing), Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe SE, M.Si (Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara), Dra. Setri Hiyanti Siregar (Dosen Penguji I), Syafrizal Helmi Situmorang SE. M.Si (Dosen Penguji II).
Kosmetik Martha Tilaar merupakan salah satu perusahaan kosmetik yang menghasilkan produk kosmetik bernuansa ketimuran dan mengandung bahan alami, produk kosmetiknya sudah dikenal sebagai salah satu produk hijau kosmetik (Green Product Cosmetics) di dunia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh atribut produk yang terdiri dari merek produk, kualitas produk, desain produk, label produk dan kemasan produk terhadap sikap konsumen pada Green Product Cosmetics, yaitu pada produk kosmetik Martha Tilaar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode regresi linier berganda, dengan menggunakan uji asumsi klasik, uji determinasi, uji simultan dan uji parsial dengan alat analisis menggunakan bantuan program SPSS versi 14.00.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa atribut produk yang terdiri dari merek produk, kualitas produk, desain produk, label produk dan kemasan produk secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap sikap konsumen pada Green Product Cosmetics, yaitu pada produk kosmetik Martha Tilaar. Variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap sikap konsumen adalah kemasan.
Puji dan Syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala kasih, berkat, dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Atribut Produk terhadap Sikap Konsumen Pada Green Product Cosmetics (Studi Kasus pada Puri Ayu Martha Tilaar Sun Plaza Medan)”.
Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen konsentrasi Manajemen Pemasaran pada Program S-1 di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Peneliti selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, telah banyak mendapat bimbingan, nasehat dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe SE, M.Si, selaku ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan inspirasi kepada penulis.
penulisan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Marhayanie M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah begitu sabar dalam memberikan banyak bimbingan, arahan, saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Setri Hiyanti Siregar, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan banyak saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang SE. M.Si, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan banyak saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen di Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan penulisan skripsi ini.
9. Seluruh Pegawai Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis selama ini.
10.Bapak/ Ibu Pimpinan Puri Ayu Martha Tilaar Sun Plaza Medan dan seluruh pegawai yang telah banyak membantu penulis dalam menyediakan tempat sebagai tempat penelitian dan memperoleh data perusahaan yang diperlukan didalam penulisan skripsi ini.
nasehat, bantuan dana dan material, serta doa yang selalu menyertai penulis. 13.Abang dan Adik yang Terkasih Bernad Eko Candra Sihite dan Hendro Handoko
Sihite (siapudan kami), serta sepupuku yang terkasih Meilin Margaret Sihite, BA, Stefan Laudus Sihite dan Julia Elisa Sihite (adik satu-satunya di dunia) yang merupakan sumber inspirasi, motivasi, dan senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan dan doa kepada penulis.
14.Sahabat-sahabat dan teman-teman di Manajemen 2004: Aurora (Subeni), Nesly (kak Ines), Yohana (Yellow Pisang), Maria Rosel, Novalina Tarigan, Dini, Lamtiar, Lintang, Anne, Eka Sutanti, Lusiana Manalu (Cien), Lusiana Siahaan (Cing), Maria Desyeni, Rike, Hana, Rebecca, Magdalena, Wenny, Ester, Vivi, Herawaty, Rara, Risma, Gia, Risma, Erin, Lulu, Surya, Roni Salomo, Tohom, Arie Anfi, Andre, White Top Purba, Simon Siahaan, Selamat Oliver, Albert, Rocky, Pemuda Gading (ipem), Zurivan, Adi Kuasa, Ronald Reagen, dan teman-teman Manajemen 2004 yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu. Terima kasih atas motivasi, semangat, dukungan, perhatian dan persahabatan yang diberikan kepada penulis.
dan persahabatan yang diberikan kepada penulis.
17.Buat Manajemen 2005: Daniel, Tovariga, Aron, Clara Danica, Nila, Corry, dan Asrani, terima kasih atas motivasi, semangat, dukungan, perhatian dan persahabatan yang diberikan kepada penulis.
18.Buat semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan dan penulisan skripsi ini.
Medan, Mei 2008
Penulis
B. Produk ... 22
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 37
A. Sejarah Perusahaan ... 37
B. Perkembangan perusahaan Martha Tilaar ... 39
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI ... 41
A. Uji Validitas dan Realibilitas ... 41
B. Analisis Deskriptif ... 45
1. Deskriptif Responden ... 46
2. Distribusi Penilaian Responden ... 51
3. Statistik Deskriptif ... 56
C. Analisis Statistik ... 57
1. Uji Asumsi Klasik ... 57
a. Uji Normalitas ... 57
b. Uji Multikoliniaritas... 60
c. Uji Autokorelasi ... 61
d. Uji Heterokedastisitas ... 63
b. Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 67
c. Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77
A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA
Halaman
Tabel 1.1 Top Brand 2008, Kategori Perawatan Pribadi (Bedak Wajah) ... 2
Tabel 1.2 Operasional Variabel ... 9
Tabel 1.3 Jumlah Pengunjung Puri Ayu Martha Tilaar Sun Plaza Medan ... 10
Tabel 1.4 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 17
Tabel 4.1 Item-Total Statistics ... 42
Tabel 4.2 Validitas Instrumen ... 43
Tabel 4.3 Reliabilitas Intrumen ... 44
Tabel 4.4 Reliability Statistics... 44
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 46
Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 47
Tabel 4.8 Karakteristik Kuantitas Kunjungan ... 47
Tabel 4.9 Sumber Informasi Responden Tentang Produk Kosmetik Martha Tilaar 48 Tabel 4.10 Alasan Responden Membeli Kosmetik ... 48
Tabel 4.11 Responden Mengetahui kosmetik Martha Tilaar adalah Green Product Cosmetics . ... 49
Tabel 4.12 Responden Mengetahui kosmetik Martha Tilaar adalah Green Product Cosmetics, maka alasan responden percaya pada Green Product Cosmetics ... 49
Tabel 4.13 Responden Selalu Membeli Green Product Cosmetics ... 50
Tabel 4.14 Alasan Responden Membeli Kosmetik Martha Tilaar ... 50
Tabel 4.15 Distribusi Penilaian Responden terhadap Variabel Merek ... 51
Tabel 4.16 Distribusi Penilaian Responden terhadap Variabel Kualitas ... 51
Tabel 4.17 Distribusi Penilaian Responden terhadap Variabel Desain... 52
Tabel 4.18 Distribusi Penilaian Responden terhadap Variabel Label... 53
Tabel 4.19 Distribusi Penilaian Responden terhadap Variabel Kemasan ... 54
Tabel 4.20 Distribusi Penilaian Responden terhadap Variabel Sikap Konsumen .... 55
Tabel 4.24 Uji Autokorelasi ... 62
Tabel 4.25 Uji Heterokedastisitas ... 65
Tabel 4.26 Hasil Uji R2 ... 66
Tabel 4.27 Hasil Uji F ... 68
Halaman
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 5
Gambar 4.1 Histogram ... 58
Gambar 4.2 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual ... 59
Gambar 4.3 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 ... 63
Halaman Lampiran 1 Validitas dan Reliabilitas
Eka Laniasti Sihite (2008), Pengaruh Atribut Produk Terhadap Sikap Konsumen Pada Green Product Cosmetics (Studi Kasus Pada Puri Ayu Martha Tilaar Sun Plaza Medan). Dra. Marhayanie M.Si (Dosen Pembimbing), Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe SE, M.Si (Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara), Dra. Setri Hiyanti Siregar (Dosen Penguji I), Syafrizal Helmi Situmorang SE. M.Si (Dosen Penguji II).
Kosmetik Martha Tilaar merupakan salah satu perusahaan kosmetik yang menghasilkan produk kosmetik bernuansa ketimuran dan mengandung bahan alami, produk kosmetiknya sudah dikenal sebagai salah satu produk hijau kosmetik (Green Product Cosmetics) di dunia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh atribut produk yang terdiri dari merek produk, kualitas produk, desain produk, label produk dan kemasan produk terhadap sikap konsumen pada Green Product Cosmetics, yaitu pada produk kosmetik Martha Tilaar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode regresi linier berganda, dengan menggunakan uji asumsi klasik, uji determinasi, uji simultan dan uji parsial dengan alat analisis menggunakan bantuan program SPSS versi 14.00.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa atribut produk yang terdiri dari merek produk, kualitas produk, desain produk, label produk dan kemasan produk secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap sikap konsumen pada Green Product Cosmetics, yaitu pada produk kosmetik Martha Tilaar. Variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap sikap konsumen adalah kemasan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan produk kosmetik memberi peluang bisnis bagi para
produsen kosmetik. Peluang bisnis tersebut menciptakan keanekaragaman produk
kosmetik atau produk perawatan kulit yang kini beredar di pasar, yaitu dari
produk lokal sampai produk impor, dan produk yang masuk secara legal maupun
illegal, sehingga konsumen dapat memilih produk kosmetik yang terbaik bagi
dirinya, dan produk kosmetik tersebut dapat diperoleh dengan mudah di
pusat-pusat perbelanjaan dan khususnya di klinik kecantikan.
Saat ini banyak produk kosmetik yang beredar menggunakan bahan-bahan
kimia berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan para pengguna kosmetik.
Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), bahan-bahan kimia
yang berbahaya tersebut antara lain Merkuri, Hidroquinon lebih dari 2%, Asam
retrinoat, Diethylene Glicol, zat warna Rhodamin B dan Merah K3 serta
Chlorofluorocarbon (www.kapanlagi.com, 2008).
Penggunaan bahan-bahan kosmetik yang dilarang oleh BPOM tersebut
dapat juga menimbulkan masalah lingkungan. Masalah lingkungan tersebut adalah
masalah Pemanasan Global atau Gobal Warming. Adanya isu lingkungan tersebut
membentuk sikap dan perilaku konsumen untuk memilih produk yang alami,
aman, dan ramah lingkungan. Oleh karena itu perusahaan kosmetik perlu
memperluas pasarnya dengan menciptakan produk hijau kosmetik (Green Product
Martha Tilaar merupakan salah satu perusahaan kosmetik yang
menghasilkan produk kosmetik bernuansa ketimuran dan mengandung bahan
alami (www.indonesia.go.id, 2008). Produk kosmetik perusahaan Martha Tilaar
sudah dikenal sebagai salah satu produk hijau kosmetik (Green Product
Cosmetics) di dunia. Hal ini terbukti dari hasil uji laboratorium di Paris yang
menyatakan bahwa bahan-bahan yang digunakan pada produk Martha Tilaar
bebas dari bahan-bahan kimia berbahaya (www.sinarharapan.com, 2008).
Produk Martha Tilaar cenderung mengalami peningkatan dalam
penjualannya. Tercatat omzet penjualannya pada tahun 2003 sebesar 600 milyar
rupiah khusus pada merek Sariayu Martha Tilaar (www.gatra.com, 2008).
Kemudian berhasil mengalami peningkatan sebesar 700 milyar rupiah pada tahun
2007 yang diperoleh dari penjualan produk kosmetik dan galeri kecantikan yang
tersebar di Indonesia (www.rmexpose.com, 2008). Selain itu, Produk Martha
Tilaar juga masuk dalam kategori Top Brand 2008 khusus pada perawatan pribadi
yaitu bedak wajah.
Tabel 1.1 Top Brand 2008
Kategori Perawatan Pribadi (Bedak Wajah)
Merek Top Brand Index
Tabel 1.1 menyajikan 10 merek bedak wajah di Indonesia yang masuk
kedalam kategori merek-merek teratas pada tahun 2008. Sariayu dan Caring yang
merupakan produk Martha Tilaar masing-masing berada pada peringkat ketiga
dan keempat. Hal ini jelas bahwa produk kosmetik Martha Tilaar mampu menarik
perhatian konsumen dan membentuk sikap dan perilaku konsumen untuk
menggunakan produk hijau kosmetik tersebut.
Perusahaan Martha Tilaar mendirikan Puri Ayu Martha Tilaar sebagai
tempat penjualan dan pusat pelayanan bagi produk-produk Martha Tilaar Group
pada tahun 1995. Produk-produk Martha Tilaar tersebut antara lain produk Belia,
Berto Tea, Biokos, Caring, Cempaka Cosmetics, Dewi Sri Spa Martha Tilaar,
Jamu Garden, Mirabella Cosmetics, PAC (Professional Artist Cosmetics), Sariayu
Martha Tilaar, dan Rudi Hadisuwarno Cosmetics. Kemudian, Puri Ayu Martha
Tilaar hadir di kota Medan yaitu di Sun Plaza pada tahun 2004.
Konsumen dalam memilih produk terutama produk kosmetik Martha
Tilaar, mereka dapat melihat atribut dari produk tersebut. Atribut produk yang
digunakan antara lain merek, kualitas, desain, label, dan kemasan. Konsumen
cenderung tertarik pada produk yang memiliki merek yang terpercaya, kualitas
yang bagus, desain yang menarik, label yang dapat menerangkan komposisi
secara lengkap dari produk, dan kemasan yang unik. Atribut produk tersebut dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen sebelum membeli.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Atribut Produk Terhadap Sikap
Konsumen Pada Green Product Cosmetics (Studi kasus Pada Puri Ayu
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka peneliti
dalam hal ini merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai berikut: Apakah
ada pengaruh atribut produk terhadap sikap konsumen pada Green Product
Cosmetics?
C. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual atau kerangka pemikiran merupakan sintesa tentang
hubungan beberapa variabel yang diteliti, yang disusun dari berbagai teori yang
dideskripsikan. Kerangka konseptual merupakan dasar dalam pembuatan hipotesis
(Sugiyono, 2003: 49).
Perusahaan dalam memahami keinginan dari konsumen terhadap produk
yang dikonsumsinya perlu mempertimbangkan atribut produk. Atribut produk
terdiri dari merek produk, kualitas produk, desain produk, label produk, dan
kemasan produk yang merupakan faktor yang mempengaruhi konsumen dalam
menentukan sikapnya terhadap suatu produk.
Menurut Sastradipoera dalam Rahardja (2007: 33) suatu produk dapat
dikatakan baik apabila produk tersebut telah mendapatkan kepercayaan di hati
masyarakat dalam jangka waktu yang lama. Dalam hal ini kepercayaan adalah
salah satu komponen dari sikap yang didasari oleh pengetahuan, persepsi
seseorang mengenai suatu objek. Melalui kepercayaan konsumen terhadap suatu
produk membentuk sikap konsumen terhadap objek atau gagasan tertentu.
Sikap merupakan komponen positif dan negatif terhadap objek yang
kerangka pemikiran yang menyukai atau tidak menyukai objek tertentu, yang
bergerak mendekati atau menjauhi objek tersebut. Sikap menyebabkan orang
berperilaku secara cukup konsisten terhadap objek yang serupa. Oleh karena itu,
sikap sangat sulit berubah (Kotler, 2005: 219).
Berdasarkan pemikiran di atas, maka kerangka konseptual dapat dibuat
secara skematis sebagai berikut:
Atribut Produk (X)
Sumber: Simamora (2000)
Gambar 1.1: Kerangka Konseptual
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
harus dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan perumusan masalah yang telah
ditetapkan, maka hipotesis yang dikemukakan adalah: “Terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan dari atribut produk terhadap sikap konsumen pada Green
Product Cosmetics.”
Merek produk (X1)
Kualitas produk (X2
)
Desain produk (X3)
Label produk (X4)
Kemasan produk (X5)
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan peneliti mengadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh atribut produk terhadap sikap konsumen pada
Green Product Cosmetics.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
a. Bagi Perusahaan Sariayu Martha Tilaar, penelitian ini dapat menjadi
sumber informasi dan pengetahuan mengenai Green Product
Cosmetics untuk meningkatkan kualitas produknya.
b. Bagi Peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk memperdalam
pengetahuan dan cakrawala berpikir ilmiah di bidang pemasaran
khususnya perilaku konsumen dan Green Product Cosmetics.
c. Bagi Peneliti Lain, penelitian ini sebagai bahan referensi dan informasi
yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan
penelitian pada bidang yang sama di masa yang akan datang.
F. Metode Penelitian
1. Batasan Operasional
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan, maka penelitian ini dibatasi pada variabel bebas
(independent variable) yaitu atribut produk terhadap variabel terikat
Martha Tilaar Sun Plaza Medan yang telah melakukan pembelian minimal
2 kali. Variabel yang dianalisis adalah:
a. Variabel Bebas (X), yaitu Atribut Produk , yang terdiri dari:
X1 = Merek Produk
X2 = Kualitas
X3 = Desain
X4 = Label
X5 = Kemasan
b. Variabel Terikat (Y), yaitu sikap konsumen Puri Ayu Martha Tilaar
Sun Plaza Medan.
2. Defenisi Operasional Variabel
Peneliti menjelaskan variabel-variabel yang sudah diidentifikasi, maka
perlu ada defenisi operasional dari masing-masing variabel sebagai upaya
pemahaman dalam penelitian. Defenisi variabel-variabel yang diteliti
adalah sebagai berikut:
a. Variabel Bebas
Variabel Bebas yaitu atribut produk (X). Atribut produk ini memiliki
beberapa sub variabel, yaitu:
Merek Produk (X1), yaitu nama, istilah, tanda, simbol atau desain, atau
kombinasi di antaranya agar mudah dikenali oleh konsumen.
Kualitas (X2), yaitu kualitas kinerja-kemampuan produk untuk
Desain (X3), yaitu desain atau bentuk, ukuran berat, warna, dan gaya
yang menarik perhatian konsumen sehingga produk selalu diingat.
Label (X4), yaitu mengidentifikasi produk atau merek melalui
keterangan-keterangan yang tertera di produk tersebut.
Kemasan (X5), yaitu pembungkus fisik untuk melindungi produk dan
sekaligus menciptakan identitas unik kepada konsumen.
b. Variabel Terikat
Variabel Terikat yaitu Sikap Konsumen (Y).
Sikap konsumen yaitu menjelaskan motivasi, perasaan emosional,
Tabel 1.2
c. Daya tahan produk
Likert
b. Praktis untuk dibawa
c. Dapat melindungi
S
umber: Simamora (2000)3. Skala Pengukuran Variabel
Proses pengolahan data untuk menghitung masing-masing indikator
dengan mengggunakan skala likert. Dimana ditentukan item-item yang relevan
dengan apa yang ingin diketahui, kemudian responden diminta untuk
Pengukuran atribut produk terhadap sikap konsumen pada Green Product
Cosmetics, melalui skala likert digunakan dengan lima tingkatan yang diberi
skor sebagai berikut (Sekaran, 2006: 31):
a. Sangat setuju diberi skor lima
b. Setuju diberi skor empat
c. Ragu-ragu diberi skor tiga
d. Tidak setuju diberi skor dua
e. Sangat tidak setuju diberi skor satu
4. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari subjek-subjek yang
karakteristiknya akan diduga. Berdasarkan pra-survei yang dilakukan
peneliti, diketahui bahwa jumlah para pengunjung Puri Ayu Martha Tilaar
sebagai berikut:
Tabel 1.3
Jumlah Pengunjung Puri Ayu Martha Tilaar Sun Plaza Medan
Bulan Jumlah Pengunjung (Orang)
Januari 800 Pebruari 832
Maret 1180 Jumlah 2812 Sumber: PT Martha Tilaar Sun Plaza Medan (2008)
Rata-rata populasi berdasarkan Tabel 1.3 dalam sebulan adalah 937,33,
b. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi (Sekaran, 2006: 123).
Sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Penetapan
jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Umar,
2005: 146), sebagai berikut:
n = 2
Dengan menggunakan rumus tersebut, maka sampel dapat dihitung
sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan diatas diambil sampel sebanyak 90,35
responden dan dibulatkan menjadi 90 responden.
Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive
random sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
karakter dan ciri-ciri yang ditentukan terlebih dahulu untuk membatasi
sampel (Sugiyono, 2004: 78). Adapun karakter yang ditentukan adalah
2 kali melakukan pembelian kosmetik mulai dari januari 2008 sampai
penelitian dilakukan, dan telah berusia 17 tahun, sebagai pelanggan
dewasa yang dapat mengambil keputusan pembelian atau paling tidak
mempengaruhi keputusan pembelian.
5. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puri Ayu Martha Tilaar, Sun Plaza Ground
Floor A 37, Jl. KH Zainul Arifin No.7, Medan. Waktu penelitian dimulai dari
bulan Maret sampai bulan Mei 2008.
6. Jenis dan Sumber Data
Peneliti menggunakan dua jenis data untuk membantu memecahkan
masalah, yaitu (Sugiyono, 2003: 129):
a. Data Primer, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli. Dalam penelitian ini data diperoleh
langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner yang
disebarkan pada pengunjung Puri Ayu Martha Tilaar Sun Plaza Medan
yang menjadi sampel.
b. Data Sekunder, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh oleh
peneliti dari data yang sudah diolah, seperti dari buku, jurnal, majalah
7. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu:
a. Observasi
Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung di
lokasi penelitian guna memperoleh data dan informasi mengenai obyek
penelitian.
b. Wawancara
Wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang terlibat
langsung di dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian.
c. Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaaan tertulis yang telah dirumuskan
sebelumnya yang akan responden jawab. Teknik ini dilakukan dengan
cara memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk dijawab.
Jawaban tersebut selanjutnya diberi skor sesuai dengan skala Likert.
d. Studi Dokumentasi
Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara meninjau, membaca,
dan mempelajari berbagai macam buku, artikel yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti.
8. Uji Validitas dan Reliabilitas
Menurut Arikunto (2002: 144), validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Penelitian ini
menggunakan alat kuesioner, karena itu uji validitas dilakukan untuk menguji
data yang telah di dapat setelah penelitian merupakan data yang valid atau
tidak dengan menggunakan alat ukur kuesioner tersebut.
Kriteria yang digunakan dalam pengujian validitas sebagai berikut:
Jika rhitung positif dan rhitung > rtabel,maka butir pertanyaan tersebut valid.
Jika rhitung negatif atau rhitung < rtabel, maka butir pertanyaan tersebut tidak valid.
rhitung dapat dilihat pada kolom Corrected Item Total Correlation.
Uji reliabilitas menurut Arikunto (2002: 154) menunjukkan pada suatu
pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai
alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik. Reliabilitas
menunjukkan tingkat kestabilan, konsistensi, dan atau kehandalan instrumen
untuk menggambarkan gejala seperti apa adanya. Suatu instrumen tersebut
digunakan untuk subjek yang sama, dalam waktu dan kondisi yang berbeda,
tetap menunjukkan hasil yang sama. Uji validitas dan reliabilitas ini diukur
dengan menggunakan Software SPSS 14,00 for Windows.
Butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan
ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika nilai Cronbach Alpha > 0,80 (Kuncoro dalam Situmorang et al, 2008:
40), maka pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel.
b. Jika nilai Cronbach Alpha < 0,80 (Kuncoro dalam Situmorang et al, 2008:
9. Metode Analisis Data
a. Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif merupakan metode yang digunakan dengan
mengadakan pengumpulan data dan penganalisaaan data yang diperoleh
sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai fakta-fakta
dan sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti.
b. Analisis Statistik
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis Regresi Linier Berganda digunakan untuk mengetahui
pengaruh dari variabel bebas (Merek produk, kualitas produk, desain
produk, label produk, dan kemasan produk) terhadap variabel terikat
(Sikap konsumen). Dengan persamaan yang digunakan adalah :
Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+e
Keterangan:
Y = Sikap Konsumen
a = Konstanta
b1,b2,b3,b4,b5 = Koefisien Regresi Berganda
X1 = Variabel Merek Produk
X2 = Variabel Kualitas Produk
X3 = Variabel Desain Produk
X4 = Variabel Label Produk
X5 = Variabel Kemasan Produk
Sebelum data tersebut dianalisis, model regresi berganda diatas harus
memenuhi syarat asumsi klasik sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, variabel independen, variabel dependen mempunyai distribusi
normal atau tidak. Jika terdapat normalitas, maka residual akan
terdistribusi secara normal dan independen. Model yang paling baik
adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Metode yang
digunakan untuk menguji normalitas adalah dengan menggunakan
Kolmogorov Smirnov lebih besar dari 0,05 (5%), maka data
terdistribusi normal dan sebaliknya. Selain itu deteksi normalitas dapat
dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal
dari grafik normalitas.Tetapi jika data menyebar di setiap garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Namun
jika data menyebar jauh dari data garis diagonal atau titik tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
2. Uji Multikolonieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model sebuah regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent variable)
(Ghozali, 2005: 91). Hubungan linier antar variabel independen inilah
yang disebut dengan multikolonieritas. Model regresi yang baik
multikolinearitas menggunakan kriteria Variance Inflation Factor
(VIF) melalui program SPSS. Tolerance mengukur variabilitas variabel
terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai
umum yang biasa dipakai nilai Tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 0,5,
maka tidak terjadi multikolinearitas (Situmorang et al, 2008: 104).
3. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya) (Ghozali, 2005:
95). Autokorelasi terjadi jika observasi yang berturut-turut sepanjang
waktu mempunyai korelasi antara satu dengan yang lainnya. Jika
terjadi autokorelasi maka dikatakan ada problem autokorelasi. Model
regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi.
Uji autokorelasi menggunakan Durbin Watson (DW) Test dengan
ketentuan sebagai berikut:
Tabel 1.4
Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi
Hipotesis nol Keterangan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<DW<dl
Tidak ada autokorelasi yang negatif No decision dl<DW≤du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4-dl<DW<4
Tidak ada korelasi negatif No decision 4-du≤DW≤4-dl
Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak Du<DW<4-du
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pegamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda
disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2005:
105). Analisis ini dilakukan dengan menggunakan Uji Gletser.
Model regresi yang sudah memenuhi syarat asumsi klasik tersebut akan
digunakan untuk menganalisis, melalui pengujian hipotesis sebagai
berikut:
1) Pengujian Koefisien Determinan (R2) atau Goodness of Fit Test
Digunakan untuk melihat besar pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. Dari persamaan dengan model persamaan tersebut
akan dapat R2 atau Coefficient of Determination yang menunjukkan
persentase dari variasi variabel keputusan pembelian yang mampu
dijelaskan oleh model. Selanjutnya dengan membandingkan besarnya
nilai R2 untuk masing-masing variabel atribut produk, dapat diketahui
faktor terpenting atau dominan yang menentukan pengaruhnya
terhadap sikap konsumen.
Jika determinan (R2) semakin besar atau mendekati sama, maka
variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5) terhadap variabel terikat (Y)
Jika determinan (R2) semakin kecil atau mendekati satu, maka variabel
terikat (Y) semakin kecil.
2) Uji Serempak (Uji F)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat secara
bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji F dilakukan
secara serentak untuk membuktikan hipotesis awal tentang pengaruh
atribut produk melalui variabel merek produk (X1), kualitas produk
(X2), desain produk (X3), label produk (X4), kemasan produk (X5)
sebagai variabel bebas, terhadap sikap konsumen (Y) sebagai variabel
terikat.
Pengambilan keputusannya dengan membandingkan nilai Fhitung
dengan nilai Ftabel. Bila Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel maka dapat
disimpulkan bahwa variabel bebas dalam model mempengaruhi
variabel terikat.
Model hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5=0 artinya variabel bebas (X1, X2, X3, X4,
X5) secara bersama-sama tidak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel terikat (Y).
H0 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 artinya variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5)
secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Nilai Fhitung akan dibandingkan dengan nilai Ftabel. Kriteria
pengambilan keputusan, yaitu:
H0 diterima bila Fhitung < Ftabel pada α = 5 %
H0 ditolak bila Fhitung > Ftabel pada α = 5 %
3) Uji secara Parsial (Uji-t)
Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara parsial. Variabel bebas dikatakan berpengaruh
terhadap variabel terikat bisa dilihat dari probabilitas variabel bebas
dibandingkan dengan tingkat kesalahannya (α). Jika probabilitas
variabel bebas lebih besar dari tingkat kesalahannya (α) maka variabel
bebas tidak berpengaruh, tetapi jika probabilitas variabel bebas lebih
kecil dari tingkat kesalahannya (α) maka variabel bebas tersebut
berpengaruh terhadap variabel terikat.
Model pengujiannya adalah:
H0 = bi = 0, artinya variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh
positif dan signifikan terhadap variabel terikat.
Ha : bi ≠ 0, artinya variabel bebas secara parsial berpengaruh positif
dan signifikan terhadap variabel terikat.
Nilai Thitung akan dibandingkan dengan nilai Ttabel. Kriteria
pengambilan keputusan, yaitu:
H0 diterima bila Thitung < Ttabel pada α = 5%
BAB II
URAIAN TEORETIS
A. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dhimas Aditya Rahardja
(2007) dengan judul penelitian “Pengaruh Atribut Produk Terhadap Sikap
Konsumen Pada Produk Mie Sedaap (Suatu Survey Pada Mahasiswa Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi Angkatan 2003-2006)” bertujuan untuk
mengetahui pengaruh dari atribut produk yang terdiri dari merek produk, mutu
produk, ciri produk, desain produk, label produk, dan kemasan produk terhadap
sikap konsumen pada mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi Angkatan
2003-2006. Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh signifikan antara
atribut produk terhadap sikap konsumen. Berarti semakin baik atribut Mie Sedaap
maka akan memberikan pengaruh yang baik pula terhadap sikap konsumen pada
produk Mie Sedaap.
Johri dan Sahasakmontri (1998) melakukan penelitian dengan judul
“Green Marketing of Cosmetics in Thailand”. Hasil penelitiannya menunjukkan
strategi pemasaran hijau oleh THE BODY SHOP dan Oriental Princess
membuktikan bahwa atribut produk memiliki pengaruh terhadap sikap konsumen
pada saat membeli produk hijau, dan merek produk berpengaruh signifikan
B. Produk
1. Pengertian Produk
Menurut Kotler dalam Susanto (2001:560), produk adalah apa saja
yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, diperoleh, digunakan, atau
dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Produk–produk
yang dapat dipasarkan meliputi barang fisik, buku, jasa, orang, tempat,
organisasi, dan ide.
Menurut Kotler (2001:139), produk akan berfungsi sebagai berikut:
a. Produk berfungsi lebih baik dari yang diharapkan, inilah yang disebut
sebagai diskonfirmasi positif (positive disconfirmation), jika ini terjadi
maka konsumen akan merasa puas.
b. Produk berfungsi seperti apa yang diharapkan, inilah yang disebut sebagai
konfirmasi sederhana (simple confirmation), jika ini terjadi maka
konsumen akan merasa puas dan produk tidak mengecewakan konsumen
dan konsumen memiliki perasaan netral.
c. Produk berfungsi lebih baik dari yang diharapkan, inilah yang disebut
sebagai diskonfirmasi negatif (negative disconfirmation). Produk yang
berfungsi lebih baik, tidak sesuai dengan harapan konsumen akan
menyebabkan kekecewaan sehingga konsumen merasa tidak puas.
Setiap produk berhubungan dengan produk lainnya. Hierarki produk di
mulai dari kebutuhan dasar sampai produk-produk khusus yang memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tersebut. Identifikasi tujuh tingkat hierarki produk
1. Keluarga Kebutuhan: Kebutuhan utama yang mendasari kelompok produk.
Contoh : Keamanan.
2. Keluarga Produk: Semua kelas produk yang dapat memenuhi kebutuhan
utama dengan efektivitas yang memadai.
Contoh : Tabungan dan Pendapatan.
3. Kelas Produk: Sekelompok produk dalam keluarga produk yang diakui
mempunyai kesamaan fungsional.
Contoh : Instrumen keuangan.
4. Lini produk: Sekelompok produk dalam kelas produk yang saling
berhubungan erat karena memiliki fungsi yang sama, dijual pada
kolelompok pelanggan yang sama, dipasarkan melalui jaringan distribusi
yang sama, atau berada dalam kisaran harga tertentu.
Contoh : Asuransi jiwa.
5. Jenis Produk: Produk-produk yang berada dalam lini produk yang
memiliki salah satu bentuk dari produk tersebut.
Contoh : Lama kontrak.
6. Merek: Nama yang dihubungkan dengan satu atau lebih produk dalam lini
produk yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber atau karakter
produk tersebut.
7. Unit Produk: Suatu unit dalam merek atau lini produk yang berbeda dalam
hal ukuran, harga, penampilan, atau atribut lainnya. Unit produk tersebut
disebut unit penjaga persediaan, atau varian produk.
2. Green Product (Produk Hijau)
Menurut Johri dan Sahasakmontri (1998, 267), Green Product (Produk
hijau) adalah produk ramah lingkungan, sedangkan konsumen hijau
didefenisikan sebagai konsumen yang dalam membeli produk lebih memilih
membeli dari perusahaan yang memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan
Menurut Herbig dalam Lanasier (2002: 92), terdapat beberapa
karakteristik sebuah produk yang dianggap sebagai produk hijau adalah :
a. Produk yang menggunakan bahan non toxic (nontoxic adalah bahan kimia
yang tidak beracun)
b. Produk lebih tahan lama
c. Produk menggunakan bahan baku yang dapat didaur ulang
d. Produk mengggunakan bahan baku dari bahan daur ulang
Karakteristik lain mengenai produk hijau yang dikemukakan oleh
United States Federal Trade Commision adalah:
1. Produk yang menggunakan bahan non toxic
2. Produk tidak mengandung bahan yang dapat merusak lingkungan
3. Tidak melakukan uji poduk yang melibatkan binatang apabila tidak
betul-betul diperlukan
4. Selama penggunaannya tidak merusak lingkungan
5. Menggunakan kemasan yang sederhana atau menyediakan produk isi
ulang
6. Memiliki daya tahan penggunaan yang lama
Karakteristik tersebut didefenisikan setelah banyak perusahaan yang
menyalahgunakan pengertian dari produk hijau ini, yaitu menggunakan istilah
produk lingkungan bagi produk yang kemasannya dapat didaur ulang hanya
pada kondisi tertentu. Beberapa istilah yang sering disalahgunakan adalah
Biodegradable-digunakan pada produk yang belum tentu dapat diproses pada
waktu yang ditentukan, Environmentally safe dan Environtmentaly friendly
-aman untuk lingkungan.
Menurut Kotler dalam Lanasier (2002: 91), environmentalism dapat
didefenisikan sebagai suatu gerakan yang terorganisasi dari sekumpulan
konsumen, pelaku bisnis dan lembaga pemerintah dalam rangka melindungi
dan meningkatkan kualitas lingkungan. Kelestarian lingkungan menurut
Kotler adalah pendekatan manajemen yang melibatkan pengembangan strategi
selain dapat menghasilkan profit bagi perusahaan juga tetap dapat bertanggung
jawab terhadap lingkungan. Oleh sebab itu, perusahaan harus melakukan
langkah-langkah tanggung jawab soaialnya kepada konsumen dengan
mengiklankan produknya yang menunjukkan kepekaan mereka terhadap
lingkungan, yaitu dengan menekankan bahwa produk yang dihasilkan
perusahaannya menggunakan kemasan yang sederhana, memberikan dampak
limbah yang minimal, lebih aman bagi lingkungan dan dapat di daur ulang.
3. Kosmetik
Menurut Fabricant dan Gould dalam Ferrinadewi (2005: 128) kosmetik
merupakan produk yang unik karena selain produk ini memiliki kemampuan
menjadi sarana bagi konsumen untuk memperjelas identitas dirinya secara
sosial dimata masyarakat.
Defenisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
445/MenKes/Permenkes/1998 (Tranggono dan Latifah, 2007: 6), Kosmetik
adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar
badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi
dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah
penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau
badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu
penyakit.
Penggolongan kosmetik menurut (Tranggono dan Latifah, 2007: 7):
a. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, kosmetik dibagi ke dalam 13
kelompok:
1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dan lain-lain.
2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, dan lain-lain.
3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dan lain-lain.
4. Preparat untuk wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dan
lain-lain.
5. Preparat pewarna untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dan
lain-lain.
6. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dan lain-lain.
7. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstick, dan
lain-lain.
9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dan lain-lain.
10.Preparat kuku, misalnya cat kuku, dan lain-lain.
11.Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelindung, dan lain-lain.
12.Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dan lain-lain.
13.Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation,
dan lain-lain.
b. Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatan:
1. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern
(termasuk antaranya adalah cosmetics).
2. Kosmetik tradisional:
a) Betul-betul tradisional tradisional, dibuat dari bahan alam dan
diolah menurut resep dan cara yang turun-menurun.
b) Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet
agar tahan lama.
c) Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang
benar-benar tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan
tradisional.
c. Penggolongan menurut kegunaannya bagi kulit:
1. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics), untuk merawat
kebersihan dan kesehatan kulit. Kosmetik yang termasuk didalamnya
adalah untuk membersihkan kulit, untuk melembabkan kulit,
2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up), untuk merias dan menutup
cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih
menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya
diri.
C. Atribut Produk
Menurut Gitosudarmo (2000:188), Atribut produk adalah suatu komponen
yang merupakan sifat-sifat produk yang menjamin agar produk tersebut dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diharapkan oleh pembeli.
Atribut produk dapat berupa sesuatu yang berwujud (tangible) maupun
sesuatu yang tidak berujud (intangible). Atribut yang berwujud dapat berupa
merek, kualitas produk, desain produk, label produk, kemasan dan sebagainya.
Sedangkan yang tidak berwujud seperti kesan atau image konsumen terhadap
nama merek yang diberikan kepada produk tersebut. Setiap produk akan memiliki
atribut yang berbeda dengan jenis produk yang lain.
1. Merek Produk
Merek dapat didefenisikan sebagai nama, istilah, tanda, simbol atau
desain, atau kombinasi di antaranya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi
barang dan jasa dari satu penjual atau sekelompok penjual dan membedakannya
dari barang dan jasa para pesaingnya (Tjiptono, 2006: 98).
Pada prinsipnya, tujuan penggunaan merek untuk mengidentifikasi produk
diferensiasi suatu produk dari produk-produk pesaingnya. Bagi konsumen merek
memiliki fungsi dan manfaat pokok, yaitu:
a. Fungsi identifikasi, yakni dapat dilihat, dan diidentifikasi dengan jelas
dan cepat.
b. Fungsi praktikalitas, yaitu memungkinkan penghematan waktu dan
energi melalui pembelian ulang yang identik dan loyalitas.
c. Fungsi jaminan/garansi, yakni menjamin diperolehnya kualitas yang
sama di mana pun dan kapan pun konsumen membeli produk atau jasa
yang bersangkutan.
d. Fungsi optimalisasi, yaitu memastikan bahwa konsumen membeli
produk terbaik dalam kategorinya atau produk yang memiliki kinerja
terbaik dalam tujuan pembelian tertentu.
e. Fungsi karakterisasi, yaitu konfirmasi atas citra diri (self-image)
konsumen atau citra yang ditampilkan pembeli/konsumen kepada
pihak lain.
f. Fungsi kontinuitas, yakni adanya kepuasan yang didapatkan dari
familiaritas dan intimasi dengan merek yang sudah sejak lama
dikonsumsi konsumen.
g. Fungsi hedonistik, yakni kepuasan yang berkaitan dengan daya tarik
merek, logo, maupun komunikasinya.
h. Fungsi etis yaitu kepuasan berkenaan dengan perilaku merek yang
bertanggung jawab dalam jalinan relasinya dengan masyarakat
(misalnya ekologi, penyediaan lapangan kerja, dan iklan yang
2. Kualitas Produk
Menurut Tjiptono (2006: 96), kualitas merupakan tingkat kinerja suatu
barang, kualitas suatu produk dapat dilihat dari tingkat kepuasan pelanggan
terhadap hasil dan proses. Sedangkan menurut Sunarto (2004: 159), kualitas
adalah salah satu alat untuk positioning menetapkan posisi bagi pemasar.
Mutu atau kualitas produk berarti kualitas kinerja-kemampuan produk untuk
melaksanakan fungsinya.
Konsumen mengharapkan produk yang memiliki kualitas kesesuaian
dengan standar atau spesifikasi (conformance quality) yang tinggi. Kualitas
kesesuaian adalah tingkat kesesuaian dan pemenuhan semua unit yang
diproduksi terhadap spesifikasi sasaran yang dijanjikan (Kotler, 2005: 352).
3. Desain Produk
Ada beberapa pengertian desain produk, sebagai berikut:
a. Menurut Gitosudarmo (2000: 192), desain atau bentuk produk
merupakan atribut yang sangat penting untuk mempengaruhi
konsumen, agar konsumen tertarik dan kemudian membelinya.
b. Desain yang baik, akan menghasilkan gaya (style) yang menarik,
kinerja yang lebih baik, kemudahan dan kemurahan biaya penggunaan
produk serta kesederhanaan dan keekonomisan produksi dan distribusi.
Desain merupakan alat yang paling potensial untuk mendiferensiasi
4. Label Produk
Menurut Armstrong dan Kotler (2001: 369), label mengidentifikasi
produk atau merek, dan menggambarkan beberapa hal mengenai produk yang
membuatnya, di mana dibuat, isinya, bagaimana menggunakannya secara
aman. Label juga bisa mempromosikan produk lewat aneka gambar menarik.
Sedangkan menurut Irawan dkk (2000: 93), label adalah bagian dari sebuah
barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang barang tersebut atau
penjualnya.
Macam-macam label yang sering digunakan oleh perusahaan sebagai
berikut:
a. Label merek (brand label), merupakan label yang semata-mata sebagai
merek.
b. Label kualitas (grade label), merupakan label yang menunjukkan tingkat
kualitas tertentu dari suatu barang.
c. Label deskriptif (informative label), label ini disebut juga label informatif
yang merupakan label yang menggambarkan tentang cara penggunaan,
susunan, pemeliharaan, dan/atau hasil kerja dari suatu barang.
5. Kemasan Produk
Menurut Tjiptono (2006: 95), kemasan produk adalah pembungkus
fisik untuk melindungi produk dan sekaligus menciptakan identitas unik.
Sedangkan menurut Armstrong dan Kotler (2001: 367), kemasan adalah
Kemasan mencakup sebagai berikut:
a. Kemasan Primer, merupakan wadah utama produk yaitu yang memuat dan
melindungi produk.
b. Kemasan Sekunder, merupakan bagian yang dibuang ketika produk akan
digunakan.
c. Kemasan Pengiriman, merupakan kemasan yang diperlukan untuk
menyimpan, mengidentifikasi dan mengirimkan produk.
Kemasan harus konsisten dengan iklan, penetapan harga, dan distribusi
produk tersebut. Selain itu perusahaan harus memperhatikan keamanan produk
dalam menggunakan kemasan yang tahan pencemaran. Pengambilan yang
dilakukan dalam keputusan pengemasan, perusahaan harus memperhatikan
masalah-masalah lingkungan dan mempertimbangkan kepentingan masyarakat
sebaik perhatiannya kepada pelanggan dan tujuan perusahaan.
Kemasan yang baik akan menguntungkan perusahaan karena berbagai
hal sebagai berikut (Gitosudarmo, 2000: 194):
1. Kemasan yang indah atau menarik akan menambah hasrat untuk membeli.
2. Kemasan yang khas akan mempermudah pembeli mengingat produknya.
3. Kemasan yang baik akan melindungi kualitas (mutu) produk.
4. Memudahkan pengangkutan (transportasi)
5. Memudahkan penyimpanan dan penyusunan di rak toko (show room)
Kegiatan pengemasan harus mempertimbangkan aspek keindahan,
aspek ekonomis, dan aspek praktis. Aspek ekonomis pembungkus tidak boleh
menimbulkan biaya ekstra yang berlebihan karena dapat mengakibatkan
(estetika) pengemasan harus menarik atau dapat mensugesti konsumen agar
bersedia melakukan pembelian, serta kemasan harus sesuai dengan sifat
produknya. Ditinjau dari aspek praktisnya, kemasan harus sederhana, mudah
dibawa, mudah disusun atau diletakkan di suatu tempat.
D. Sikap Konsumen
Menurut Allport (Setiadi, 2005:214) sikap adalah suatu mental dan syaraf
sehubungan dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman
dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan atau dinamis terhadap perilaku.
Sedangkan menurut Engel dalam Sumarwan (2003: 136), mengemukakan bahwa
sikap menunjukkan apa yang konsumen sukai dan yang tidak disukai.
Produsen dalam mengukur sikap dan perilaku konsumen dapat dilakukan
dengan menggunakan model multiatribut, yaitu model sikap multiatribut dari
Fishbein. Model sikap Fishbein berfokus pada prediksi sikap yang dibentuk
seseorang terhadap obyek tertentu. Model ini mengidentifikasi tiga faktor utama
untuk memprediksi sikap. Faktor pertama, keyakinan seseorang terhadap atribut
yang menonjol dari obyek. Faktor kedua, keyakinan seseorang bahwa atribut
memiliki atribut khas. Faktor ketiga, Evaluasi dari masing-masing keyakinan akan
atribut yang menonjol, di mana diukur seberapa baik atau tidak baik keyakinan
mereka terhadap atribut-atribut itu (Umar, 2005: 57).
Sikap menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut
dan manfaat dari objek tersebut. Selain itu, sikap juga menjelaskan suatu
Lebih lanjut, sikap adalah cara kita berpikir, merasa, dan bertindak melalui aspek
di lingkungan seperti toko retail, program televisi atau produk.
Tiga komponen dalam pembentuk sikap adalah (Simamora, 2003: 12):
1. Komponen kognitif
Komponen ini terdiri dari kepercayaan konsumen dan pengetahuan tentang
obyek.
2. Komponen afektif
Merupakan komponen sikap yang terdiri dari perasaan dan reaksi emosional
kepada suatu obyek.
3. Komponen konaktif
Komponen ini adalah respons dari seseorang terhadap obyek atau aktivitas.
Karakteristik Sikap terdiri dari:
a. Sikap memiliki Obyek
Artinya sikap itu harus terkait dengan obyek yang dituju, obyek tersebut bisa
terkait dengan berbagai konsep konsumsi dan pemasaran seperti produk,
merek, iklan, harga, kemasan, penggunaan, media, dan sebagainya.
b. Konsistensi Sikap
Konsistensi sikap adalah gambaran persaan dari seorang konsumen, dan
perasaan tersebut akan direfleksikan oleh perilakunya, karena itu sikap
memiliki konsistensi dengan perilaku.
c. Sikap Positif, Negatif dan Netral
Menunjukkan adanya rasa menyukai terhadap sesuatu (sikap positif), rasa
tidak menyukai suatu produk (sikap negatif) dan tidak memiliki sikap (sikap
d. Intensitas Sikap
Terdapat derajat tingkat kesukaan terhadap suatu produk, maka dapat
diungkapkan melalui intensitas sikapnya.
e. Resistensi Sikap (Resistance)
Resistensi sikap adalah seberapa besar sikap konsumen bisa berubah. Seperti
seorang konsumen yang tidak menyukai tomat, kemudian disarankan oleh
dokter untuk banyak mengkonsumsi tomat karena alasan kesehatan, mungkin
sikapnya akan mudah berubah.
f. Persistensi Sikap (Persistence)
Persistensi sikap adalah karakteristik sikap yang menggambarkan bahwa sikap
akan berubah karena berlalunya waktu.
g. Keyakinan Sikap (Confidence)
Keyakinan sikap adalah kepercayaan konsumen mengenai kebenaran sikap
yang dimilikinya.
h. Sikap dan Situasi
Sikap seseorang terhadap suatu objek seringkali muncul dalam konteks situasi.
Ini artinya situasi akan mempengaruhi sikap konsumen terhadap suatu objek.
Menurut Kazt dalam Sumarwan (2003: 138) menyatakan empat klasifikasi
fungsi sikap antara lain:
1. Fungsi Utilitarian (The Utilitarian Function)
Sikap seseorang terhadap suatu objek atau produk karena ingin memperoleh
manfaat dari produk (rewards) atau menghindari risiko dari produk
2. Fungsi Mempertahankan Ego (The Ego-Defensive Function)
Sikap berfungsi melindungi seseorang (citra diri-self images) dari keraguan
yang muncul dari dalam dirinya sendiri atau dari faktor luar yang mungkin
menjadi ancaman bagi dirinya.
3. Fungsi Ekspresi Nilai (The Value-Expressive Function)
Sikap berfungsi untuk menyatakan nilai-nilai, gaya hidup dan identitas sosial
dari seseorang. Sikap akan menggambarkan minat, hobi, kegiatan, dan opini
dari seorang konsumen.
4. Fungsi Pengetahuan (The Knowledge Function)
Pengetahuan yang baik mengenai suatu produk yang mendorong seseorang
untuk menyukai suatu produk. Sikap positif terhadap suatu produk
mencerminkan pengetahuan konsumen terhadap suatu produk. Fungsi
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Perusahaan
Martha Tilaar membangun industri jamu dan kosmetika dimulai dari
garasi rumah orangtuanya, di Jalan Kusuma Atmaja No. 47, Menteng, Jakarta
Pusat di sebuah ruangan berukuran 6x4 meter. Usaha tersebut diberi nama Martha
Salon, yang berdiri pada tanggal 3 Januari 1970, kemudian pada tahun 1972 Ia
membuka salon kedua di Jalan Anggur No. 3 Cipete, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan, dengan memulai penggunaan merek dagang Sariayu Martha Tilaar yang
berarti Sarinya Wong Ayu. Saat ini salon kecantikan sederhana tersebut
berkembang menjadi Martha Tilaar Group (MTG), sebuah grup usaha industri
jamu dan kosmetika dengan produk merek dagang Sariayu Martha Tilaar. Grup
usaha ini memiliki 11 anak perusahaan dan mempekerjakan 6.000 karyawan.
Karir dan usaha Martha Tilaar yang saat ini sudah berada pada puncak
kesuksesan, oleh sebab itu Ia ingin berbuat banyak kepada masyarakat karena
beban persoalan hidup yang mendesak setiap wanita untuk mencari nafkah. Hal
tersebut menyebabkan Martha dan bersama rekannya, Emma Pratiwi, mendirikan
industri kerajinan, dengan konsep community trade. Industri tersebut diberi nama
Prama Pratiwi Martha Galery, dengan jumlah 142 perajin di Sentolo, Yogyakarta.
Produk dari perajin sebagian besar ditujukan untuk pasar ekspor ke Perancis,
Australia, dan Amerika.
Keberhasilan Martha Tilaar untuk selalu mencintai produk dalam negeri,
membangun kemandirian bangsa khususnya di bidang jamu dan kosmetika, yang
Sriwedari sebagai trend tata rias baru, yang didasari oleh kekayaan alam dan
budaya Indonesia. Maka sejak saat itu, Ia selalu memberi nama tempat dan unsur
budaya suatu daerah, yang dipadukan dengan trend busana daerah, ke setiap
produk Sariayu Martha Tilaar, sehingga nama produk ini berhasil menjadi sebuah
trendsetter tata rias wajah wanita Indonesia.
Produk kosmetik Martha Tilaar dikenal sebagai produk kosmetik
internasional. Produk-produk kosmetik tersebut adalah produk Belia, Berto Tea,
Biokos, Caring, Cempaka Cosmetics, Dewi Sri Spa Martha Tilaar, Jamu Garden,
Mirabella Cosmetics, PAC (Professional Artist Cosmetics), Sariayu Martha
Tilaar, dan Rudi Hadisuwarno Cosmetics. Produk tersebut dipasarkan di luar
negeri seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, dan Los Angeles, Amerika
Serikat, serta sebuah Laboratorium di Paris sebagai tempat penelitian. Perusahaan
Martha Tilaar juga memiliki puluhan tempat spa di luar negeri yang tetap
menggunakan merek dagang Martha Tilaar, seperti di Malaysia yang bertempat di
Crown Princess Kuala Lumpur.
Perusahaan Martha Tilaar pernah mengalami penolakan di Tanah Air,
yaitu saat hendak menyewa dan membuka gerai jamu dan kosmetika di beberapa
tempat perbelanjaan modern yang terkemuka di Jakarta. Penyebab penolakan itu
karena pihak penyedia tempat perbelanjaan modern tersebut hanya mau menerima
produk yang sudah terkenal di dunia. Namun penolakan tersebut mendorong
Martha Tilaar untuk mendirikan Puri Ayu Martha Tilaar, Mei 1995, sebagai gerai
jamu dan kosmetika Sariayu sekaligus berfungsi sebagai pusat pelayanan
di kawasan elit Kuningan, Jakarta Selatan, yang kemudian berkembang di
kota-kota besar di Indonesia.
Adanya komitmen yang tinggi untuk membangun industri kosmetika,
mendorong Martha Tilaar untuk menginvestasikan di bidang riset dan
pengembangan, dengan mengirimkan staf ahli farmasinya belajar ke luar negeri,
atau mengikuti berbagai pameran di luar negeri. Selain itu, perusahaan ini juga
berhasil mengurangi ketergantungan kandungan bahan baku impor, dengan
menggantikan bahan baku untuk semua produknya ke bahan baku lokal.
Kemudian pada bulan Juli 2002 Sekjen PBB Kofi Annan mengundang Martha
Tilaar untuk hadir dalam forum Global Compact, di New York, Amerika Serikat.
Forum tersebut meminta agar setiap perusahaan mempromosikan praktik berbisnis
yang baik dalam bidang hak asasi manusia, tenaga kerja, dan lingkungan untuk
segera dipraktikkan dalam dunia usahanya.
B. Perkembangan Perusahaan Martha Tilaar
Bersama dengan Theresia Harsini Setiady, sebagai pemilik PT Kalbe
Farma, pada tahun 1977 Martha Tilaar melakukan kerjasama. Mereka besepakat
untuk membuat perusahaan kosmetika dan jamu, dengan nama perusahaan adalah
PT Martina Berto, dan meluncurkan Sariayu Martha Tilaar sebagai produk
pertama. Pabrik kosmetika PT Martina Berto yang pertama sekali didirikan pada
22 Desember 1981 di Jalan Pulo Ayang, Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta
Timur yang diresmikan oleh Nelly Adam Malik yang merupakan istri Wakil
Presiden Adam Malik. Tahun 1983 Martha Tilaar mendirikan PT Sari Ayu
1986 Martha Tilaar kembali membuka pabrik kedua, di Jalan Pulokambing II/1, di
kawasan Industri Pulo Gadung yang diresmikan oleh Karlinah Umar
Wirahadikusumah, istri Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah.
Sepanjang tahun 1977 PT Martina Berto mengakuisisi sejumlah
perusahaan, seperti PT Kurnia Harapan Raya, PT Cempaka Belkosundo Indah, PT
Cedefindo, PT Estrella Lab, dan PT Kreasi Boga. Kemudian, pada tahun 1999
Martha Tilaar beserta anggota keluarga membeli seluruh saham PT Kalbe Farma
yang ada pada PT Martina Berto. Sejak saat itu Martha Tilaar dan keluarga
menguasai sepenuhnya saham PT Martina Berto, dan saat itu juga terjadi
konsilidasi perusahaan digabungkan ke dalam Martha Tilaar Group.
Anak perusahaan Martha Tilaar Group terdiri dari PT Martina Berto dan
PT Tiara Permata Sari (Sebagai pemanufaktur dan pemasar produk Sariayu
Martha Tilaar, Biokos Martha Tilaar, Belia Martha Tilaar, Berto Martha Tilaar,
Aromatic Oil of Java Martha Tilaar, Dewi Spa Martha Tilaar, Jamu Garden
Martha Tilaar). PT Cedefindo (pemanufaktur dan pemasar produk Rudy
Hadisuwarno Cosmetics, Madonna), PT Cempaka Belkosindo Indah
(pemanufaktur dan pemasar produk Mirabella dan Cempaka), PT Sari Ayu
Indonesia (distributor semua produk PT Martina Berto dan PT Tiara Permata Sari,
produk Cempaka Belkosindo Indah, kecuali produk Cempaka), PT Martha Beauty
Gallery (perusahaan jasa untuk Martha Tilaar Salon, Martha Tilaar Salon and
Day Spa, Cipta Busana Martha Tilaar, Art and Beauty Martha Tilaar, Puspita
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
A. Uji Validitas dan Realibilitas
Uji validitas dan reabilitas dilakukan terhadap alat penelitian, yakni
kuesioner. Valid artinya data-data yang diperoleh dengan penggunaan alat
(kuesioner) dapat menjawab tujuan penelitian ini, sedangkan reliabel artinya
konsisten atau stabil.
Berdasarkan hasil penelitian jika nilai rhitung > rtabel berarti data empirik dari
variabel penelitian valid atau sahih, sedangkan uji kehandalan untuk mengetahui
tingkat konsistensi dari variabel atau instrumen penelitian pada objek penelitian
yang sama secara berulang. Apabila hasilnya sama atau sangat mendekati, maka
dinyatakan data empirik yang diuji handal atau reliabel.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk menguji validitas sebagai berikut:
1. Mendefenisikan secara operasional untuk konsep yang akan diukur
2. Melakukan uji coba pengukuran pada sejumlah responden
3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban
4. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor
total dihitung dengan menggunakan software SPSS (statistical
production and service solution) versi 14.0.
Penyebaran kuesioner khusus dalam uji validitas dan relibialitas diberikan
kepada 30 orang diluar responden. Nilai tabel r dengan ketentuan df = jumlah
kasus – 2 jadi 30 – 2 = 28, dengan tingkat signifikansi sebesar 5% angkanya =
Hasil pengolahan dari uji validitas dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
Butir1 69.2667 39.513 .629 .909
Butir2 69.4333 39.013 .614 .909
Butir3 69.3000 38.976 .502 .914
Butir4 69.5333 39.706 .615 .909
Butir5 69.4667 39.568 .733 .907
Butir6 69.4333 41.220 .424 .914
Butir7 69.5000 39.500 .689 .908
Butir8 69.4333 38.944 .623 .909
Butir9 69.4000 41.421 .530 .912
Butir10 69.2333 39.082 .551 .912
Butir11 69.3667 39.826 .579 .910
Butir12 69.4333 40.185 .514 .912
Butir13 69.5000 39.224 .647 .908
Butir14 69.3000 40.493 .504 .912
Butir15 69.4000 39.834 .606 .910
Butir16 69.4333 40.530 .532 .912
Butir17 69.5333 39.223 .689 .908
Butir18 69.5333 39.016 .642 .909
Sumber : Hasil Olahan SPSS 14.00 (2008)
Interprestasi item total statistik, yaitu:
1. Scale mean if item deleted, menerangkan nilai rata-rata total jika variabel
tersebut dihapus, misalnya jika pertanyaan (item) 1 dihapus maka rata-rata
variabel sebesar 69,2667, jika pertanyaan (item) 2 dihapus maka rata-rata
totalnya bernilai 69,4333, dan seterusnya.
2. Scale Variance if item deleted menerangkan besarnya variance total jika
variabel (butir) tersebut dihapuskan. Misalnya variabel (butir) item 1 dihapus
maka besarnya variance adalah sebesar 39,513, sedangkan jika variabel
(butir) item 2 dihapus adalah 39,013, dan seterusnya.
3. Corrected item total correlation merupakan korelasi antar skor item dengan
pada kolom Corrected item total correlation merupakan nilai rhitung yang akan
dibandingkan dengan rtabel untuk mengetahui validitas pada setiap butir
pernyataan. rtabel pada α 0,05 dengan derajat bebas: df = jumlah kasus-2.
Jumlah kasus adalah 30, jadi df adalah 28, maka r (0,05;28) pada uji satu arah
0,2407 (uji satu sisi).
Ketentuan untuk pengambilan keputusan:
1. Jika rhitung positif dan rhitung > rtabel maka butir tersebut valid.
2. Jika rhitung negatif atau rhitung < rtabel maka butir pernyataan tersebut tidak
valid.
3. rhitung dapat dilihat pada kolom Corrected item total correlation.
Tabel 4.2 Validitas Instrumen Corrected item total correlation
(rhitung)
rtabel Validitas
Butir1 .629 .2407 Valid
Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa hasil uji validitas menunjukkan
Ketentuan untuk pengambilan keputusan:
a. Jika nilai Cronbach Alpha > 0,80 (Kuncoro dalam Situmorang et al,
2008), maka pernyataan tersebut dinyatakan reliabel.
b. Jika nilai Cronbach Alpha < 0,80 (Kuncoro dalam Situmorang et al,
2008), maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak reliabel.
Reliabilitas instrumen dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Reliabilitas Intrumen
Cronbach Alpha Kuncoro Reliabilitas
Butir1 .909 0,80 Reliabel
Butir10 .912 0,80 Reliabel
Butir11 .910 0,80 Reliabel
Butir12 .912 0,80 Reliabel
Butir13 .908 0,80 Reliabel
Butir14 .912 0,80 Reliabel
Butir15 .910 0,80 Reliabel
Butir16 .912 0,80 Reliabel
Butir17 .908 0,80 Reliabel
Butir18 .909 0,80 Reliabel
Sumber : Hasil Olahan SPSS 14.00 (2008)
Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai Cronbach Alpha setiap butir
pernyataan lebih besar dari 0,80. Oleh karena itu setiap butir pernyataan telah
reliabel.
Reliabilitas instrumen dapat dilihat pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Reliability Statistics Cronbach’s Alpha N of Items
.915 18
Interpretasi dari Tabel 4.4 adalah sebagai berikut:
1. Setelah semua butir pertanyaan dinyatakan valid maka uji selanjutnya
adalah reliabilitas kuesioner tersebut dengan ketentuan sebagai berikut:
Jika ralpha positif dan lebih besar dari rtabel maka reliabel.
Jika ralpha negatif dan lebih kecil dari rtabel maka tidak reliabel.
2. ralpha dapat dilihat pada akhir analisis yaitu sebesar 0,915 sedangkan rtabel
sebesar 0,2407.
3. ralpha positif dan lebih besar dari rtabel maka kuesioner tersebut reliabel
sehingga dapat diteliti.
B. Analisis Deskriptif
1. Deskriptif Responden
Analisis deskriptif dalam penelitian ini merupakan uraian atau
penjelasan dari hasil pengumpulan data primer berupa kuesioner yang telah
diisi oleh responden penelitian. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian
ini diukur dalam Skala Likert untuk menanyakan tanggapan konsumen atas
pengalaman yang dirasakan pada saat mengkonsumsi atau menggunakan
produk kosmetik Martha Tilaar yang mempengaruhi sikap konsumen.
Variabel sikap konsumen terdiri dari 3 butir pernyataan, sedangkan variabel
yang mempengaruhinya terdiri dari 5 variabel yaitu variabel merek (X1),
kualitas (X2), desain (X3), label (X4), dan kemasan (X5) terdiri dari 15
pernyataan. Kuesioner penelitian ini disebarkan kepada 90 responden.
Tabel-tabel dan penjelasan berikut ini menjelaskan deskripsi responden yang