• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BOBOT HIDUP KAMBING BETINA PERANAKAN ETAWAH

(PE) YANG DIBERIKAN PAKAN TAMBAHAN DAUN

GAMAL (Gliricidia sepium) DAN KULIT BUAH KAKAO

(Theobroma cocoa L.)

(Effect of Feed Additive of Gliricidia (Gliricidia sepium) Leaves and Cocoa

(Theobroma cocoa L.) Shell on Life Weight of Etawah Grade Ewes)

F.F.MUNIER

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah Jl. Raya Lasoso No. 62 Biromaru, 94364

ABSTRACT

Availability of forage in cocoa plantation is not optimally utilized by farmer. This forage could be utilized as basal feed or alternative of cheap feed additive for ruminants such as cattle and goat. The aim this assessment was to study the effect of feed additive of gliricidia and cocoa shell on life weight of goats which were semi intensively reared. Coopetator farmer in this assessment was six farmers of Lelea Katuvua farmer group of Tondo Village, Sirenja Sub Disrtrict, Donggala Regency. Goats observed in this study were 18 heads Etawah Grade doe aged 8 – 12 mouths. Goats were randomly placed in batteray cages. Every treatment group (per cage unit) used six heads. P0 = without any feed additive (control), P1 = 500 g/head/day of gliricidia leaves and 1,500 g/head/day of cocoa shell, P2 = 750 g/head/day of gliricidia leaves and 1,250 g/head/day of cocoa shell. Wilted gliricidia leaf was offered every morning before grazing time, and cocoa peel was chopped with 1 x 5 cm size. The basal diet was native grass which was consumed by goat during grazing under coconut plantation and around rice field. Weighing was done every two weeks in the morning before feeding. Statistical analysis employed was Complate Random Desain (CRD) and to be tested with Least Signicantly Different (LSD) Test. Result showed that feeding of glisicidia leaves and cocoa shell was signicantly affected (P < 0.01) life weight. The highest average body weight was from P2 = 26.75kg with daily life weight gain = 70.42 g/head and to be followed by P1 = 24.58 kg with daily life weight gain = 52.33 g/head. The lowest was P0 = 20.91 kg with daily life weight gain = 10.50 g/head.

Key Words: Life Weight, Etawa Grade Doe, Gliricidia Leaves, Cocoa Shell

ABSTRAK

Ketersediaan hijauan pakan di perkebunan kakao belum dimanfaatkan secara optimal oleh petani. Padahal hijauan pakan ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan dasar atau pakan tambahan alternatif yang murah untuk ternak ruminansia baik sapi dan kambing. Tujuan pengkajian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan tambahan daun gamal dan KBK terhadap bobot hidup akhir kambing yang dipelihara secara semi intensif.Petani koperator pada pengkajian ini sebanyak enam orang, anggota Kelompok Tani Lelea Katuvua, Desa Tondo, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala. Kambing digunakan 18 ekor, jenis kambing Peranakan Etawa (PE) berkelamin betina yang memiliki umur kisaran 8 – 12 bulan. Kambing ditempatkan didalam kandang sistem panggung secara acak. Setiap kelompok perlakukan (per unit kandang) menggunakan sebanyak enam ekor kambing betina PE. P0 = tanpa pemberian pakan tambahan daun gamal dan KBK yang merupakan kebiasaan petani(kontrol), P1 = 500 g/ekor/hari daun gamal dan 1.500 g/ekor/hari KBK, P2 = 750 g/ekor/hari daun gamal dan 1.250 g/ekor/hari KBK. Pemberian daun gamal dan KBK ini pada kambing setiap pagi sebelum digembalakan. Pemberian daun gamal ini dalam bentuk dilayukan dan KBK dicacah dengan ukuran 1 x 5 cm. Pakan dasar berupa rumput alam yang dikonsumsi kambing saat digembalakan di perkebunan kelapa dan tepian persawahan. Penimbangan dilakukan setiap dua minggu yakni pagi hari sebelum diberikan pakan tambahan. Analisis statistik menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan diuji dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian pakan tambahan daun gamal dan KBK berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) terhadap bobot hidup akhir kambing. Rataan bobot hidup akhir tertinggi pada P2 yaitu 26,75kg dengan PBHH 70,42 g/ekor

(2)

dan diikuti oleh P1 24,58 kg dengan PBHH 52,33 g/ekor. Terendah P0 hanya 20,91 kg dengan PBHH 10,50 g/ekor.

Kata Kunci: Bobot hidup, Kambing Betina PE, Daun Gamal, KBK

PENDAHULUAN

Ketersediaan hijauan pakan di perkebunan kakao rakyat belum dimanfaatkan secara optimal oleh petani. Padahal hijauan pakan ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan dasar atau pakan tambahan alternatif yang murah untuk ternak ruminansia baik sapi dan kambing. Produk hijauan pakan yang tersedia di kebun kakao yakni daun kakao (limbah dari pemangkasan), kulit buah kakao (KBK) saat panen buah dan daun gamal sebagai tanaman pelindung bagi tanaman kakao. Pada saat pemangkasan yakni sesudah panen buah kakao atau awal musim hujan umumnya para petani melakukan pemangkasan cabang-cabang pohon kakao sehingga cukup tersedia daun kakao. Namun daun kakao ini belum banyak dimanfaatkan untuk pakan dasar ternak ruminansia. Kandungan nutrisi terutama protein kasar relatif sama dengan rumput alam yakni 7,22%, serat kasar 38,54% dan bahan kering 67,85% (LAB. ANALITIK FAPERTA UNTAD, 2004).

KBK cukup melimpah tersedia saat panen raya buah kakao, khusus di Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, panen raya buah kakao terjadi setiap tahun pada bulan Maret - April dan September - Oktober. KBK yang tersedia ini tidak semuanya dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak kambing karena masih banyak serangan penggerek buah kakao (PBK) dan busuk buah. Buah yang terserang hama PBK (cocoa moth) dan penyakit busuk buah mengakibatkan kerusakan pada kulit buah (cocoa shell) yakni rasanya pahit dan berbau busuk sehingga tidak disukai ternak kambing. Agar KBK dapat dimanfaatkan secara optimal maka perlu dilakukan pengendalian serangan hama PBK dan penyakit busuk buah. Pengendalian PBK dapat dilakukan dengan penyarungan buah menggunakan plastik (MUNIER et al., 2006) atau pengendalian menggunakan agen hayati

Trichogrammoidea bactroefumata dengan

memparasiti telur Conopomorphs crameralla

(hama PBK) (LIM dan CHONG (1986) dalam

WILLSON (1999). Pengendalian penyakit busuk

buah dengan melakukan sanitasi kebun, pemangkasan dan penyemprotan fungisida.

Pohon gamal sebagai penaung tanaman kakao juga harus dipangkas, apabila tidak dilakukan pemangkasan dapat menciptakan kondisi lembab disekitar tanaman kakao yang merupakan tempat bersarangnya hama dan penyakit kakao. Disamping itu dapat terjadi persaingan penggunaan hara dengan dengan tanaman utama. Hasil pangkasan pohon gamal berupa daun dapat dimanfaatkan untuk pakan kambing sebagai sumber protein. Produksi biomassa pohon gamal ini cukup tinggi. Menurut PRAWIRADIPUTRAet al. (2006) bahwa tanaman pohon gamal yang telah berumur satu tahun dapat menghasilkan bahan kering 3 – 4 kg sekali panen. Kandungan protein kasar daun gamal sangat tinggi yakni mencapai 24,22% (BAKRIE, 1996).

Pemanfaatan kedua produk dari kebun kakao yakni KBK sebagai sumber serat kasar dan daun gamal sebagai sumber protein kasar pada ransum kambing dapat memenuhi kebutuhan nutrisi kambing untuk hidup pokok dan produksi. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi daun gamal dan KBK sebagai pakan tambahan terhadap bobot hidup akhir kambing yang dipelihara secara semi intensif.

MATERI DAN METODE

Pengkajian ini dilaksanakan di Desa Tondo, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah mulai bulan Agustus - Desember 2006. Penentuan lokasi pengkajian ini berdasarkan arahan dari Pemerintah Kecamatan Sirenja karena desa ini merupakan salah satu desa pengembangan tanaman kakao dan kambing yang potensial di Kecamatan Sirenja. Petani koperator pada pengkajian ini sebanyak enam orang yang termasuk anggota Kelompok Tani Lelea Katuvua. Sebanyak 18 ekor kambing yang digunakan dalam pengkajian ini, jenis kambing Peranakan Etawah (PE) berkelamin betina yang memiliki umur kisaran 8 – 12 bulan.

(3)

Kambing ini yang dibagi menjadi satu kelompok kontrol kebiasaan petani (kontrol) dan dua kelompok untuk perlakuan pemberian pakan tambahan. Kambing ditempatkan di dalam kandang sistem panggung secara acak. Setiap kelompok perlakukan (per unit kandang) menggunakan sebanyak enam ekor kambing betina PE. P0 = tanpa pemberian pakan tambahan daun gamal dan KBK yang merupakan kebiasaan petani(kontrol), P1 = 500 g/ekor/hari daun gamal dan 1.500 g/ekor/hari KBK, P2 = 750 g/ekor/hari daun gamal dan 1.250 g/ekor/hari KBK. Pemberian daun gamal dan KBK ini pada kambing setiap pagi hari sebelum digembalakan. Pemberian daun gamal ini dalam bentuk dilayukan (dikering-anginkan) dan KBK dicacah dengan ukuran 1 x 5 cm. Daun gamal dan KBK ini dipersiapkan sore hari untuk pemberian pagi hari berikutnya sehingga terjadi pelayuan pada kedua pakan tambahan ini. Tujuan pelayuan untuk mengurangi kandungan air, kumarin dan bau kurang enak pada daun gamal, sedangkan kandungan theobromin (theobromine) pada KBK.

Pakan dasar adalah rumput alam yang dikonsumsi kambing saat digembalakan di padang penggembalaan pada perkebunan kelapa dan tepian persawahan milik masyarakat dengan sistem ikat pindah mulai pukul 12.00 – 17 00. Ikat pindah kambing dilakukan dua kali sehari yaitu pertama pukul 12.00-14.00 dan kedua pukul 14.00 – 17 00. Pengendalian parasit cacing pada kambing betina PE ini diberikan obat parasit cacing berbentuk kaplet yang mengandung bahan aktif

Levamisole. Disamping itu diberikan vitamin B-kompleks dan B12 untuk memperbaiki kondisinya fisik kambing dan meningkatkan nafsu makan. Kambing yang terserang kudis (scabies) diobati hingga sembuh dengan penyuntikan dibawah kulit (subcutaneous) dengan bahan aktifnya Ivermectin.

Sisa daun gamal dan KBK yang tidak dihabiskan oleh kambing diambil sebagian dan dikumpulkan, sedangkan rumput alam diambil dari padang penggembalaan perkebunan kelapa dan tepian persawahan tempat kambing digembalakan untuk dianalisis dengan metode Proximate Analysis untuk mengetahui kandungan bahan kering, protein kasar, serat kasar dan lemak.

Perhitungan efisiensi konversi pakan (EKP) menurut prosedur ENSMINGER dan PARKER (1986) yaitu:

EPK (%)

= Konsumsi bahan kering (g/ekor/hari) Pertambahan bobot hidup (g/ekor/hari) Pengaruh pemberian daun gamal dan KBK terhadap bobot hidup akan diamati dengan melakukan penimbangan kambing setiap dua minggu sekali pada pagi hari sebelum diberikan pakan tambahan. Perkembangan pertambahan bobot hidup harian (PBHH) selama pengkajian pada kambing betina PE menggunakan rumus:

PBHH = B - A L

B : bobot badan akhir A : bobot badan awal L : lama pemeliharaan

Analisis data menggunakan Rancangan Acak Lengkap (SASTROSUPADI, 2000) dengan rumus:

Yij = µ + Ti + Eij i = 1,2,3, …… t J = 1,2,3, …… r

Yij : nilai pengamatan dari perlakuan ke i dan ulangan ke j

µ : nilai tengah umum Ti : pengaruh perlakuan ke i

Eij : pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke i dan ulangan ke j

Apabila hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakukan memberikan pengaruh nyata terhadap bobot hidup akhir kambing betina PE, maka akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dari prosedur SASTROSUPADI (2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan nutrien pakan

Kandungan nutrien rumput alam daun gamal dan KBK yang dikonsumsi kambing selama pengkajian dapat memenuhi kebutuhan unsur nutrien untuk hidup pokok dan produksi terutama protein kasar. Terpenuhinya

(4)

kebutuhan nutrien bagi kambing betina akan memberikan respon positif yang ditandai dengan bobot hidup akhir yang tinggi. Pada Tabel 1 dapat dilihat kandungan nutrisi pakan yang dikonsumsi kambing selama pengkajian.

Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa kandungan protein kasar daun gamal lebih rendah dari hasil pengkajian sebelumnya. EFFENDY et al. (2001) melaporkan bahwa kandungan protein kasar saat musim kemarau 20,94% dan musim hujan 22,09%. Adanya perbedaan kandungan protein kasar ini kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan tempat tumbuh pohon gamal untuk mendapatkan unsur hara dari dalam tanah. Pada pengkajian ini pohon gamal sebagai tanaman penaung diantara tanaman kakao dengan padat pertanaman yang tinggi dan sesama tanaman tahunan, sedangkan pengkajian sebelumnya gamal ditanam sebagai lorong diantara tanaman jagung yang rendah terjadinya persaingan penggunaan unsur hara didalam tanah.

Kandungan nutrisi KBK pada pengkajian ini relatif sama dengan hasil penelitian sebelumnya di Kabupaten Jembrana, Bali. GUNTORO (2002) melaporkan bahwa kandungan nutrisi KBK adalah protein kasar 9,88%, serat kasar 17,10% dan lemak 2,11%. Kandungan protein kasar KBK ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan protein kasar bagi kambing betina. Untuk memenuhi kekurangan protein kasar dari KBK yang dikonsumsi kambing betina maka perlu dikombinasikan pemberiannya dengan daun gamal.

Konsumsi pakan

Pakan merupakan sarana produksi yang sangat penting bagi ternak karena berfungsi sebagai bahan pemacu pertumbuhan tubuh (ELLA et al., 2004). Kambing mengkonsumsi

bahan kering lebih tinggi dibandingkan dengan domba dan sapi. Kemampuan kambing mengkonsumsi bahan kering bekisar 5 – 7% dari bobot badan, sedangkan sapi betina hanya 3 – 3,5% dari bobot badan dan dapat mengkonsumsi hijauan pakan berserat kasar tinggi yang tidak disukai sapi dan domba (BLAKELY and BADE, 1994). Susunan pakan yang diberikan pada kambing betina terdiri dari pakan dasar (basal feed) berupa rumput alam dan diberikan pakan tambahan (feed additive) berupa daun gamal dan KBK. Rumput alam dikonsumsi kambing betina saat digembalakan di padang penggembalaan perkebunan kelapa rakyat dan tepian persawahan. Pemberian pakan tambahan daun gamal dan KBK saat kambing dikandang (pagi hari). Porsi pakan yang diberikan pada kambing betina yaitu P1 = 500 g/ekor/hari daun gamal + 1.500 g/ekor/hari KBK dan P2 = 750 g/ekor/hari daun gamal + 1.250 g/ekor/hari KBK menunjukkan respon positif yang ditandai dengan PBHH yang cukup tinggi. Uraian komposisi nutrisi pakan yang dikonsumsi kambing dapat dilihat pada Tabel 2.

Daun gamal memiliki kandungan protein yang cukup tinggi sehingga dapat berfungsi sebagai bank protein (SEJATI, 1996). Disamping itu daun gamal memiliki nilai kecernaan yang tinggi pada ternak ruminansia. Menurut MATHIUS et al., (1981) bahwa persentasi kecernaan daun gamal pada ternak domba yaitu bahan kering 52,5%, bahan organik 53,9%, protein kasar 58,5% dan serat kasar 30,7%. Pada pengkajian ini, kambing betina yang mengkonsumsi daun gamal pada P1 adalah bahan kering 112,1 g, protein kasar 53,5 g, serat kasar 58,6 g, sedangkan pada P2 yakni bahan kering 168,2 g, protein kasar 80,3 g, serat kasar 87,9 g. Efisien konversi pakan P1 9,44% dan P2 7,87%, berarti P2 lebih efiensi 1,57% dibanding P1 dalam konversi pakan terhadap PBHH.

Tabel 1. Kandungan nutrisi pakan kambing

Kandungan nutrisi No. Jenis pakan

Bahan kering (%) Protein kasar (%) Serat kasar (%) Lemak (%) 1. 2. 3. Rumput alam Daun gamal KBK 32,9 42,7 18,7 7,5 18,3 9,9 29,5 38,2 32,7 2,2 2,8 9,2 Pakan Dianalisis Di Lab. Analitik, Fak. Pertanian Untad, Palu, (2005.)

(5)

Tabel 2. Total konsumsi pakan per individu kambing berdasarkan kandungan nutrisi Total dikonsumsi (g)

Perlakuan

Bahan kering Protein kasar Serat kasar Lemak

P1 Daun gamal 213,5 91,5 191,0 14,0 KBK 280,5 148,5 490,5 138,0 Total 494,0 240,0 681,5 152,0 P2 Daun gamal 320,3 137,3 286,5 21,0 KBK 233,8 123,8 408,8 115,0 Total 554,1 261,1 695,3 136,0 Bobot hidup

Bobot hidup akhir (finisher) sangat dipengaruhi oleh jenis, jumlah dan mutu pakan yang diberikan pada kambing. Jumlah dan kualitas pakan yang baik akan membantu ternak untuk tumbuh dan berproduksi (WARDANI et al., 1997). Namun apabila pemberian pakan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi kambing maka akan mengakibatkan penurunan bobot hidup. Sebaliknya apabila kebutuhan pakannya dapat terpenuhi hingga berlebih maka dapat meningkatkan bobot hidup akhir kambing. Hasil pengamatan melalui penimbangan bobot hidup yang dilakukan setiap dua minggu memperlihatkan bahwa pemberian pakan tambahan daun gamal dan KBK memberikan peningkatan bobot hidup kambing (Tabel 3). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian pakan tambahan daun gamal dan KBK berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) terhadap rataan bobot hidup akhir kambing betina PE (Tabel 3). Perlakuan pemberian

pakan tambahan daun gamal dan KBK berdasarkan uji statistik memperlihatkan perbedaan sangat nyata (P < 0,01) antara rataan bobot hidup akhir P0 (20,91 kg) dengan P2 (26,75 kg), berbeda nyata (P < 0,05) antara P0 (20,91 kg) dengan P1. (24,58 kg). Adanya perbedaan rataan bobot akhir ini disebabkan karena perbedaan komposisi pakan tambahan yang diberikan. P0 tidak diberikan pakan tambahan sehingga mengalami kekurangan kebutuhan unsur nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, sedangkan P1 dan P2 diberikan pakan tambahan namun tetap terjadi perbedaan PBHH. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan komposisi pakan tambahan, P1 diberikan pakan tambahan 500 g/ekor/hari daun gamal + 1.500 g/ekor/hari KBK atau 494,0 g/ekor/hari pakan (bahan kering), sedangkan P2 = 750 g/ekor/hari daun gamal + 1.250 g/ekor/hari KBK atau 554,1 g/ekor/hari pakan (bahan kering). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa kedua perlakukan yakni P1 dan P2 mengalami kenaikkan rataan bobot

Tabel 3. Rataan bobot hidup awal, bobot hidup akhir, kenaikkan bobot hidup, PBHH selama empat bulan Perlakuan Bobot hidup awal

(kg)

Bobot hidup akhir (kg) Kenaikkan bobot hidup (kg) PBHH (g) P0 P1 P2 19,65 18,30 18,30 20,91a 24,58b 26,75b 1,26 6,28 8,45 10,50 52,33 70,42 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda nyata (P < 0,01)

(6)

hidup akhir masing-masing 6,28 kg dan 8,45 kg, sedangkan pada P0 (tanpa pemberian daun gamal dan KBK) juga mengalami kenaikkan bobot hidup akhir tetapi kenaikkan rendah yakni 1,26 kg. Kenaikan rataan bobot hidup pada pengkajian ini masih lebih tinggi dengan hasil pengkajian sebelumnya. BAHAR et .al. (2005) melaporkan bahwa kambing yang dikandangkan dan diberikan pakan gamal, turi dan lamtoro sebanyak 1 kg/ekor/hari, ditambahkan konsentrat 1% dari bobot hidup dan diberikan rumput-rumputan, daun-daunan kakao, kopi, dadap dan nangka tanpa dibatasi (ad libitum) dengan kenaikan rataan bobot hidup 5,3 kg. Adanya perbedaan rataan kenaikan bobot hidup ini kemungkinan disebabkan oleh sistem pemeliharaan. Pada pengkajian ini kambing digembalakan (ikat pindah) sehingga dapat mengkonsumsi hijauan pakan sebanyak-banyak dalam bentuk segar sesuai kebutuhannya (ad - libitum) sedangkan pada pengkajian sebelumnya kambing dikandangkan sehingga pakan yang dikonsumsi juga terbatas dan terjadi kompetisi dalam mengkomsumsi pakan antara kambing sekandang.

Tingginya rataan PBHH kambing betina PE pada P2 yakni 70,42 g karena diberikan pakan tambahan daun gamal yang lebih banyak (750 g/ekor/hari) dan KBK sebanyak 1250 g/ekor/hari, sedangkan P1 hanya 52,33 g dengan diberikan daun gamal sebanyak 500 g/ekor/hari) dan KBK sebanyak 1500 g/ekor/hari. P2 mengkonsumsi bahan kering dan protein kasar lebih banyak dibandingkan dengan P1 masing-masing 554,1 g/ekor/hari, dan 261,1 g/ekor/hari, 494,0 g/ekor/hari, dan 240 g/ekor/hari. Konsumsi bahan kering dan protein kasar pada kedua perlakukan sudah melebihi standar kebutuhan hidup pokok dan produksi kambing betina yakni bahan kering 480 g/ekor/hari dan 38 g/ekor/hari (NRC, 1981). Bahan kering dan protein kasar yang dikonsumsi kambing pada P0 diduga masih dibawah standar kebutuhan hidup pokok dan produksi sehingga rataan PBBHnya rendah (10,50 g).

KESIMPULAN

Pemberian pakan tambahan gamal dan KBK pada kambing betina PE memberikan

respon positif terhadap bobot hidup akhir (finisher). Rataan bobot hidup akhir tertinggi pada P2 yaitu 26,75 kg dengan PBHH 70,42 g/ekor diikuti dan P1 24,58 kg dengan PBHH 52,33 g/ekor dan terendah P0 (tanpa pemberian pakan tambahan daun gamal dan KBK) hanya 20,91 kg dengan PBHH 10,50 g/ekor.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Koordinator Penyuluh Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala Bapak Hi. Ade Rusmana, SP. atas bantuan dan kerjasamanya terutama dalam pembinaan dan memotivasi anggota Kelompok Tani Lelea Katuvua, Desa Tondo Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala. Saudari Tasna, SP. (Penyuluh Desa Tondo), Bapak Ardin L (Ketua Kelompok Tani Lelea Katuvua) dan Saudara Aslan Lasenggo AMd. (Teknisi BPTP Sulteng) atas segala bantuannya dalam kegiatan pengamatan dan pengumpulan data serta memotivasi petani pelaksana (koperator) pada pengkajian ini.

DAFTAR PUSTAKA

BAHAR,S.,A.ELLA,D.PASAMBE,SUNANTO dan M. AZIS. Kajian pakan leguminosa, daun limbah kubis dan konsentrat pada kambing. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 12 – 13 September 2005. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 637 – 649. BAKRIE,B. 1996. Feeding management of ruminant livestock in Indonesia. In: Ruminant Nutrition and Production in the tropics and Subtropics. Australian Centre for International Agricultural Research, Canberra. pp. 119 – 130.

BLAKELY,Jand D.H.BADE. 1994. The Science of Animal Husbandry. 6th Ed. Printice Hall Career and Teknology Prentice-Hall, Inc., USA.

EFFENDY, A.R.,M.A. YUSRAN, D. EKO WdanA. RASYID. 2001. Pengaruh pertanaman lorong Gliricidia dengan jagung: Pengaruh jarak tanam dan jumlah benih tanaman jagung terhadap produksi hijauan pakan ternak. Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian/Pengkajian BPTP Jawa Timur. Malang. 11 – 12 September 2001. BPTP Jawa Timur, Malang hlm 437 – 446.

(7)

ELLA, A., D. PASAMBE dan A.B. LOMPENGENG. 2004. Pengaruh Perbaikan Pakan melalui Saplementasi terhadap Robot Badan Kambing PE Lepas Sapih. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 4 – 5 Agustus 2004 Puslitbang Peternakan Bogor. hlm. 416 – 420.

ENSMINGER, M.E. and R.O. PARKER. 1986. Sheep and Goats Science. 5th Ed. The intersate Printers & Publisher Inc. Danville, Illinois. pp 370 – 402.

GUNTORO, S. 2002. Penggunaan Limbah Kakao Terfermentasi untuk Pakan Ayam Buras Petelur. Laporan Hasil Penelitian TA. 2002. BPTP Bali. 15 hlm.

LAB ANALITIK FAPERTA UNTAD. 2004. Laporan Analisa Proksimat Sampel Hijauan Pakan. Laboratorium Analisa Fakultas Pertanian Universitas Indonesia.

LABORATORIUM ANALITIK PAPERTA UNTAD. 2005. Laporan Analisa Proksimat Sampel Hijauan Pakan.

MATHIUS,I.W.,M.RANGKUTI danA.DJAJANEGARA. 1981. Daya Konsumsi dan Daya Cerna Gliricidia (Gliricidia maculata HB & K). Lembaran LPP (IX) 2 – 4: 21 – 24.

MUNIER, F.F., A. ARDJANHAR, U. FADJAR, D PRIYANTO, SYAFRUDDIN, FEMMI N.F., Y. LANGSA danS.WIRYADIPUTRA. 2005. Laporan Hasil Pengkajian Pengembangan Sistem Usahatani Integrasi Kambing dan Kakao di Sulawesi Tengah. TA, 2005. Kerjasama BPTP Sulteng dengan LRPI, Puslitbangnak. MUNIER,F.F.,A.ARDJANHAR,Y.LANGSA,D.BULO,

SYARUDDIN, M. RUSDI, MASKAR, SAIDAH, N.F. FEMMI, BASRUM dan Y. BUNGA. 2006. Laporan Hasil Pengkajian Pengembangan Sistem Usahatani Terpadu Berbasis Kakao di Lahan Kering Di Kabupaten Donggala dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Petani. TA, 2006.

NATIONAL RESEARCH COUNCIL (NRC). 1981. Nutrient Requiraments of Domestic Animal; Nutrient Requiraments of Goats. Phisiologyof Digestion No. 15. National Academy of Sciences, Washington DC., USA.

PRAWIRADIPUTRA,B.R.,SAJIMIN,N.D.PURWANTARI

dan I. HERDIAWAN. 2006. Hijauan Pakan Ternak Di Indonesia. Badan Litbangtan, Deptan.

SASTROSUPADI, A. 2000. Rancangan percobaan praktis bidang pertanian. Edisi Revisi. Kanisius, Yogyakarta.

SEJATI, W.K. 1996. Kajian Pengetahuan Peternak Ruminansia Kecil terhadap Gamal (Gliricidia sepium) sebagai Hijauan Pakan Ternak. Pros. Temu Ilmiah Hasil-Hasil Penelitian Peternakan, Aplikasi Hasil Penelitian untuk Industri Peternakan Rakyat, Ciawi - Bogor 9 – 11 Januari 1996.

WARDANI, N.K., A. MUSOFIE dan R. HARWONO. 1997. Upaya Perbaikan Pakan dengan Metode

Flushing untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak Kambing di Wilayah Kering Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Ciawi-Bogor 18 – 19 Nopember 1997. WILLSON, K.C. 1999. Crop Production Science in

Horticulture: Coffee, Cocoa and Tea. CABI Publishing, United Kingdom by The University Press, Cambridge, London. pp. 100 – 165.

Gambar

Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa  kandungan protein kasar daun gamal lebih  rendah dari hasil pengkajian sebelumnya
Tabel 2. Total konsumsi pakan per individu kambing berdasarkan kandungan nutrisi   Total dikonsumsi (g)

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku transaksi properti perumahan ditinjau dari tipe rumah adalah menarik diteliti karena berkaitan dengan jumlah permintaan yang berbeda, sehingga dapat mencerminkan

Menurut Ramaiah (2006) bahwa salah satu cara yang sangat efektif untuk mencegah nyeri disminore adalah melakukan aktifitas olahraga. Beberapa latihan dapat meningkatkan

Dari hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja Badan Keswadayaan Masyarakat Artha Bhakti Adhi Guna dalam mengelola dana PNPM Mandiri sudah dapat

Enklaf merupakan metode delimitasi batas maritim yang biasa digunakan pada kasus dua negara yang berhadapan dan diantaranya terdapat sebuah pulau yang keberadaannya jauh

Konsumen kepada peraturan baru yang dibuat sepihak oleh pihak Pelaku Usaha yang melanggar Pasal 18 Ayat (1) huruf d Undang-Undang Perlindungan Konsumen, bahwa

Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan mengenai latar belakang permasalahan penelitian, serta menerangkan alasan pengambilan topik permasalahan untuk penelitian,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) implementasi program sudah sesuai dengan panduan, terdiri dari tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi (2) Program yang

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh efisiensi (BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap kinerja keuangan perusahaan