• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Peningkatan maupun penurunan produktivitas suatu usaha dipengaruhi oleh peningkatan maupun penurunan tenaga kerja lainnya. Salah satu tenaga kerja yang ada didalam perusahaan perkebunan kelapa sawit adalah tenaga kerja panen. Salah satu cara peningkatan kualitas sumberdaya manusianya, yaitu dengan memberdayakan SDM yang mempunyai kemampuan memadai dan menguasai bidang kerjanya.

Menurut Simanjuntak (1985) faktor yang berpengaruh pada produktivitas tenaga kerja adalah jumlah tanggungan keluarga, keterampilan, motivasi, gaji, insentif, iklim, manajemen dan sarana produksi. Secara perekonomian, produktivitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti umur, jumlah tanggungan keluarga, jumlah tanggungan, gaji, masa kerja.

Produktivitas pemanen kelapa sawit adalah kemampuan tenaga kerja dalam melakukan kegiatan panen, yaitu pemotongan tandan buah matang panen dan pengutipan brondolan, berbanding target panen yang diberikan oleh perusahaan.

Dari faktor-faktor yang telah disebutkan, diduga ada enam faktor yang memiliki pengaruh pada produktivitas tenaga kerja panen di perusahaan perkebunan kelapa sawit di PT. Sumbertama Nusapertiwi, yaitu :

2.4.1 Umur Tenaga Kerja Panen

Umur yang semakin tua cenderung akan semakin lambat dalam melakukan pekerjaan yang mengandalkan tenaga dan kondisi fisiknya. Kondisi fisik yang sangat dibutuhkan pada jenis pekerjaan yang banyak menggunakan tenaga, karena pemanen memerlukan tenaga yang cukup dan keadaan yang prima sehingga semakin bertambah umur petani maka kemampuan fisiknya semakin menurun, dan faktor umur yang diduga perpengaruh terhadap produktivitas.

Seperti yang ditunjukan oleh Hasanah (2011) merekomendasikan dampak umur kerja terhadap produktivitas kerja. Umur muda mencerminkan konstitusi yang solid sehingga dapat bekerja dengan cepat dengan tujuan bahwa hasil yang diciptakan juga kenaikan dan sakelar lebih lanjut. Usia secara signifikan mempenaruhi kapasitas

sebenarnya dari angkatan kerja.

Untuk memiliki pilihan bersaing dalam ranah pekerjaan, seperti yan ditunjukan oleh suyono (2013) rentan usian yan layak adalah 15-64 tahun atau umurnya disinggung sebaai tenaga kerja yang diandalkan untuk memiliki penguasaan dalam sesuatu yang penting untuk menciptakan hasil barang dagangan, manfaat yang membantu iklim atau individu itu sendiri. Pada kesempatan off bahwa usia seseorang berada di usia yang menguntungkan, pada saat itu efisiensi akan lebih menonjol dengan alasan bahwa pada tingkat usia yang menuntungkan maka tingkat inventif akan lebih tinggi.

2.4.2.Tingkat Pendidikan

Prestasi akademis yang telah dicapai oleh karyawan yang bersangkutan mengikuti jenjang pendidikan harus mendapatkan pertimbangan. Dengan mempertimbangkan faktor prestasi akademik, maka dapat ditetepakan dimana karyawan yang bersangkutan akan ditempatkan sesuai dengan prestasi akademisnya.

Pendidikan yang minim mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber alam yang tersedia. Hal ini diakibatkan pada setiap usaha penduduk yang hanya mampu menghasilkan pendapatan yang rendah.Rendahnya mutu SDM (pengetahuan dan keterampilan karyawan pemanen) karna kurangnya pendidikan dan pelatihan yang mereka peroleh. Lemahnya pendidikan karyawan pemanen dapat mengakibatkan kemiskinan.

Pendidikan tenaga kerja dalam suatu perusahaan dibagi dalam beberapa tingkat.

Menurut Idris (1986). Tingkat pendidikan adalah taraf kemampuan yag di tentukan

dari hasil belajar, saat masuk sekolah hingga akhir yang dicapai seseorang dengan mengabaikan waktu untuk jenjang pendidikannya. Hal ini hanya dilalui oleh individu yang mengikuti jalur pendidikan formal yaitu SD, SMP, SMA.semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi juga tingkat produktivitas atau kinerja seseorang tersebut.

2.4.3 Jumlah tanggungan

Semakin banyak jumlah tanggungan, maka semakin banyak tekanan bagi tenaga kerja untuk membiayai kebutuhan keluarganya. Jumlah tanggungan yang semakin tinggi akan mendorong tenaga kerja bekerja lebih giat dan mendorong produktivitas kerjanya. Mengenai jumlah tanggungan adalah merupakan hal yang sangat penting.

Selain untuk kepentingan ketenagakerjaan juga sebagai bahan pertimbangan dalam penempatan karyawan. Jumlah tanggungan semakin banyak menekankan akan adanya lahan tanaman yang luas untuk membiayai kebutuhan keluarganya. Jumlah tanggungan semakin tinggi dan rendahnya pendidikan disektor pertanian akan terlambat, hal ini mengakibatkan tabungan rendah, investasi pengembangan rendah, sulit memperoleh modal pinjaman.

2.4.4 Pengalaman Bekerja

Pengalaman bekerja pada pekerjaan yang sejenis yang telah dialami sebelumnya perlu mendapatkan pertimbangan dalam rangka penempatan karyawan tersebut. Hal tersebut berdasarkan pada kenyataan yang menunjukkan bahwa makin lama bekerja maka makin banyak pengalaman yang dimiliki oleh karyawan bersangkutan.

Banyaknya pengalaman bekerja memberikan kecenderunagn bahwa kartawan yang

bersangkutan memiliki keahlian dan pengalaman yang relatif tinggi.

Pengalaman seseorang dapat menunjukan sifatnya dalam bekerja, individu yang berpengalaman memliki kapasitas besar di berbagai bidang yang mereka lanjutkan. Pengalaman merupakan siklus pembelajaran dan peningkatan yang diharapkan dari bertindak sekolah formal maupun non-formal atau dapat diuraikan menjadi siklus untuk mendorong seseorang kecontoh perilaku tinggi. Pengalaman kerja dapat terlihat pada pemanen yang dapat bekerja di tempat sebelum. Bertambah banyak pengalaman yang dialami maka semakin siap dan berbakat untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. (Amron, 2009).

2.4.5 Premi

Menurut Wungu (2003), premi merupakan bayaran lebih yang diberikan perusahaan karena pegawai harus bekerja lebih keras untuk berbagai keadaan atau kondisi kerja yang kurang nyaman. Pegawai mendapat premi karena pegawai tersebut bekerja melebihi waktu kerja normal atau lembur, kerja saat hari libur, atau karena pretasi kerja dan produktivitas pegawai dalam bekerja. Selain itu menurut Ghani (2003), premi adalah pendapatan yang diperoleh pekerja apabila telah melampaui batas ketentuan yang telah di tetapkan perusahaan.

2.4.6 Umur Tanaman

Menurut Risza (2009), produktivitas tanaman kelapa sawit sangat ditentukan oleh komposisi umur tanaman. Semakin luas perbandingan komposisi umur tanaman remaja dan tanaman tua, semakin rendah produktivitas perhektarnya. Komposisi umur tanaman ini berubah setiap tahunnya sehingga berpengaruh terhadap pencapain

produktivitas perhektar setiap tahunnya. Produksi TBS yan dihasilkanakan terus bertambah seiring bertambahnya umur dan akan mencapai produksi yang optimal pada saat tanaman berumur 9-14 tahun, dan setelah itu produksi TBS yan dihasilkan akan semakin menurun. Kebun Aa1 memiliki umur tanaman palin lama pada tahun 2004 dan yang palinn muda adalah 2009.

Harapan hidup tanaman mempengaruhi hasil yang akan diciptakan, dipeternakan, terutama kelapa sawit, semakin dibumbui beratnya produk alami yang dikirimkan dan siap untuk membangun efisiensi dan selanjutnya tanaman muda juga memiliki ciptaan yan bener-benar layak. Setiap pengumpulan memiliki harapan hidup alternatif dari tanaman kelapa sawit satu sama lain yang mengakui produktivitasnya dari yang lain. Umur tanaman berpengaruh pada hasil yang akan dihasilkan, pada perkebunan khususnya kelapa sawit semakin tua semakin berat buah yang dihasilkan dan mampu meningkatkan produktivitas, dan juga tanaman muda memiliki produksi yang cukup baik. Setiap tenaga kerja panen memiliki umur tanaman kelapa sawit yang berbeda satu antara dengan yang lainnya yang membedakan produktivitasnya dengan yang lain.

Dokumen terkait