• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Ketergantungan

Berdasarkan gambar 1.1 terdapat beberapa hal yang mempengaruhi tingkat ketergantungan individu terhadap media. Beberapa di antaranya adalah:

a. Kebutuhan

Kebutuhan dalam arti sempit dapat didefinisikan sebagai suatu zat sel yang harus dimiliki oleh setiap sel organisme agar tetap sehat. Akan tetapi pada umumnya kebutuhan dalam arti luas merupakan setiap kekurangan yang dirasakan seseorang yang berlawanan dengan kesejahteraannya (Komarudin, 1990:34).

Manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dan secara sadar melalui kelakuan mereka berusaha memenuhinya agar mereka dapat menjalankan kehidupan yang mereka inginkan.

Dalam bentuk paling sederhana, studi tentang kebutuhan individu pada media dikemukakan dalam teori uses and gratifications. Dalam bentuk paling sederhana, teori ini mengemukakan bahwa khalayak memiliki kebutuhan dan dorongan tertentu yang dipuaskan oleh sumber media dan non media. Sejumlah peneliti mengklasifikasikan berbagai kebutuhan yang dapat dipuaskan dengan menggunakan sumber daya media ke dalam empat kategori sistem yaitu:

1) Cognitive(pengetahuan)

Kognisi mendasari tindakan seseorang untuk melalukan sesuatu. Seseorang menggunakan media untuk memperoleh informasi tentang sesuatu.

2) Diversion(hiburan)

Hiburan dapat diperoleh melalui beberapa bentuk yang dikemukakan para peneliti sebagai berikut yaitu (a) stimulation

atau pencaraian untuk mengurangi rasa bosan atau melepaskan diri dari kegiatan rutin, (b) relaxation (santai) atau pelarian dari tekanan dan masalah, dan (c)emotional release (pelepasan emosi) dari perasaan atau energi yang terpendam.

3) Social utility(kepentingan sosial)

Mencakup kebutuhan untuk memperkuat hubungan dengan keluarga, teman, dan yang lainnya dalam masyarakat.

4) Withdrawl(pelarian)

Individu menggunakan media untuk mengatasi rintangan antara mereka dan orang lain, atau untuk menghindari aktivitas lain (Ardiyanto dan Erdiyana, 2005: 26-27).

Teori ketergantungan menyatakan bahwa semakin tergantung seseorang dalam memenuhi kebutuhannya, media akan menjadi sesuatu yang penting baginya dan bahkan juga akan mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi dirinya (Baran dan Dennis, 2003: 307).

b. Perhatian

Perhatian merupakan reaksi umum dari organisme dan kesadaran, yang menyebabkan bertambahanya aktivitas, daya, konsentrasi, dan pembatasan kesadaran terhadap satu objek. Perhatian sangat dipengaruhi oleh perasaan dan suasana hati serta ditentukan oleh kemauan (Kartono, 1990:111).

Berdasarkan prinsip selective attention dijelaskan bahwa individu akan memberikan perhatian terhadap pesan yang menarik perhatiannya. Perhatian juga berhubungan dengan kebutuhan- kebutuhan (Ahmadi, 1992:145).

Berdasarkan prinsip tersebut, seorang individu melakukan saringan untuk mengambil yang terbaik dari pesan yang berasal dari media-media yang dirasa sesuai dengan sikap, nilai, dan kepercayaannya (Liliweri, 1991: 147).

Selain itu, keanggotaan seseorang pada berbagai kelompok sosialpun ikut berpengaruh pada pilihan pesan. Misalnya pada afiliasi agama, partai, suku bangsa, sehingga dapat dilihat mereka yang mempunyai agama yang sama cenderung memilih untuk memperhatikan pesan yang sama pula. Seorang individu akan lebih berminat terhadap informasi yang dapat membangun citra hubungannya dengan orang lain. Jika informasi tersebut menarik untuk seseorang, keluarganya, tetangganya, kenalannya, maka

informasi itu akan disukainya karena adanya hubungan sosial yang terjadi di antara mereka (Liliweri, 1991: 147).

Secara garis besar, prinsip selective attention adalah suatu pengaruh kuat dari struktur kognitif seseorang, kategori keanggotaan sosialnya, serta hubungan sosialnya sangat menentukan bagaimana seseorang memilih pesan-pesan media (Liliweri, 1991: 147).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Young yang berjudulInternet addiction: The emergence of a new clinical disorder

pada tahun 1996, Young menyimpulkan bahwa pengguna yang tergantung mempunyai perhatian yang lebih banyak dibandingkan dengan pengguna biasa. Intensitas penggunaan media internet pada pengguna tergantung dalam penelitiannya menunjukkan delapan kali lebih sering dibandingkan dengan pengguna biasa.

c. Motif

Menurut Gerungan (1996:18) motif adalah dorongan keinginan, hasrat dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Motif ini memberikan tujuan arah tingkah laku kita, juga kegiatan-kegiatan yang biasanya kita lakukan sehari-hari.

Menurut penelitian yang dilakukan maka faktor-faktor terpenting yang mempengaruhi motivasi adalah sebagai berikut: 1) Kebutuhan-kebutuhan pribadi

2) Tujuan dan persepsi-persepsi orang atau kelompok yang bersangkutan.

3) Cara dengan apa kebutuhan-kebutuhan serta tujuan-tujuan tersebut akan terealisasi (Santosa, 1999: 312).

Khalayak dengan didorong oleh tujuan kognitifnya akan mencari informasi yang beragam dari media agar keinginanya terpenuhi. Kebutuhan akan informasi bila dihubungkan dengan fungsi media massa mengandung tiga hal, yaitu media berusaha memberi informasi (tujuan), orang mengetahui sesuatu dari media (konsekuensi), dan media diharapkan dapat memberikan informasi (keharusan atau harapan) (McQuail, 1996: 68).

Sementara itu, khalayak yang didasari oleh tujuan diversinya akan bersifat pasif tingkat partisipasinya, karena hanya bertumpu pada perasaan senang atau tidak senang. Motivasi penggunaan media yang dimiliki oleh khalayak tidak terlepas dari beberapa fungsi yang terdapat dalam media itu sendiri. Terdapat sebuah asumsi yang menyatakan bahwa beberapa fungi penting dalam masyarakat dipegang oleh media (yang keberadaannya tergantung pada penerimaan sukarela para individu) pada akhirnya menuntut adanya pola pemakaian kompleks yang ditentukan oleh individu. Sehingga tidak mungkin ada fungsi yang diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat, tanpa adanya penyelenggaraan fungsi yang diarahkan untuk kepentingan individu (McQuail, 1996: 70).

Lasswell memberikan ringkasan kesimpulan mengenai fungsi media untuk masyarakat yaitu sebagai pengawasan lingkungan, pertalian (korelasi) bagian-bagian masyarakat dalam memberikan respons terhadap lingkungannya, transmisi warisan budaya. Semua itu berurutan bertalian dengan: pemberian informsi, pemberian komentar atau interpretasi yang membantu pemahaman makna penggalan informasi, dan pembentukan kesepakatan (konsesnsus), ekspresi nilai- nilai dan simbol budaya yang diperlukan untuk melestarikan identitas dan kesinambungan masyarakat (McQuail, 1996: 70).

McQuail menguraikan beberapa motif seorang individu dalam menggunakan media berdasarkan fungsinya:

1) Informasi

a) Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia.

b) Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan. c) Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum.

d) Belajar, pendidikan diri sendiri.

e) Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan. 2) Identitas pribadi

a) Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi. b) Menemukan model perilaku.

d) Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri. 3) Integrasi dan interaksi sosial

a) Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial.

b) Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki.

c) Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial. d) Memperoleh teman selain dari manusia.

e) Membantu menjalankan peran sosial.

f) Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak keluarga, teman, dan masyarakat.

4) Hiburan

a) Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan. b) Bersantai.

c) Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis. d) Mengisi waktu.

e) penyaluran emosi.

f) Membangkitkan gairah seks (McQuail, 1996: 72).

Berdasarkan tesis yang dilakukan oleh Hilts yang berjudul

Internet Dependency, Motivations for Internet Use and Their Effect on

Work Productivity: The 21st Century Addictionpada tahun 2008, Hilts

ketergantungan mempunyai motif yang lebih tinggi untuk mengakses internet dibandingkan pengguna biasa.

d. Sifat Psikologis

Psikologi yang berasal dari bahasa Yunani “psyche” mengandung arti jiwa dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi (menurut arti kata) psikologi artinya Ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya (Ahmadi, 1999:1).

Psikologi juga merupakan ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku dan kehidupan psikis (jiwani) manusia (Kartono, 1990:1). Tingkah laku atau perbuatan mempunyai pengertian yang sangat luas. Tidak hanya mencakup kegiatan motoris saja tetapi juga membahas bermacam-macam fungsi seperti melihat, mendengar, berpikir, dan sebagainya (Kartono, 1990:3).

Sedangkan kegiatan psikis pada umumnya digolongkan ke dalam emapat kategori, yaitu pengenalan atau kognisi, perasaan atau emosi, kemauan atau konasi, dan gejala campuran (Kartono, 1990:4).

Sifat psikologis pada setiap orang yang berbeda-beda membuat setiap orang berbeda dalam menanggapi media. Hal ini sejalan dengan ungkapan De Fleur bahwa setiap individu memilki kepribadian masing-masing yang akan mempengaruhi juga perilaku mereka dalam menanggapi sesuatu. Perbedaan individu disebabkan

karena perbedaan lingkungan yang menghasilkan pula perbedaan pandangan dalam menghadapi sesuatu. Dari lingkungannya akan terbentuk sikap, nilai-nilai, serta kepercayaan yang mendasari kepribadian mereka (Liliweri, 1991:105).

Berdasarkan teori psikologi umum maka dapat dirumuskan konsep persepsi selektif yang didasarkan pada perbedaan kepribadian individu. Setiap orang akan menganggapi isi media berdasarkan kepentingan mereka, disesuaikan dengan kepercayaannya serta nilai- nilai sosial mereka (Liliweri, 1991:106).

e. Kategori Sosial

Perspektif ini berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok sosial berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan, pendidikan, tempat tinggal, dan keyakinan beragama menampilkan kategori respons. Anggota-anggota kategori tertentu akan cenderung memilih isi komunikasi yang sama dan akan memberi respons yang hampir sama pula terhadap isi media tersebut (Rakhmat, 1994:204).

Penggolongan sosial didasarkan pada pengelompokkan individu yang mempunyai golongan yang sejenis misalnya dalam hal pendapatan, jenis pekerjaan, status sosial, dan agama. Masing-masing kelompok (golongan sosial) tersbut mempunyai perbedaan sehingga

seringkali teori ini disebut dengan teori perbedaan sosial (Liliweri, 1991: 121).

Menurut McQuail khalayak (audience) dapat dikelompokkan dalam kategori sebagai berikut:

(1) Kelompok atau publik sejalan dengan pengelompokkan minoritas politis, religius, atau etnis dan dengan karakteristik sosial bersama dari tempat, kelas sosial, politik, budaya, dan sebagainya.

(2) Kelompok kepusaan yang terbentuk atas dasar tujuan atau kebutuhan tertentu yang ada dari media, tetapi berkaitan misalnya dengan isu politik atau sosial, jadi suatu kebutuhan akan informasi atau akan kepuasan emosional dan afeksi tertentu. (3) Kelompok penggemar atau budaya cita rasa yang terbentuk atas dasar minat pada jenis isi (atau gaya) atau daya tarik tertentu akan kepribadian tertentu atau cita-cita rasa budaya atau intelektual tertentu.

(4) Audiens atau medium yang berasal dari dan dipertahankan oleh kebiasaan atau loyalitas kepada sumber media tertentu.

Dengan asumsi tersebut maka orang-orang yang berada dalam satu golongan sosial, kelompok sosial yang sama cenderung menanggapi atau memilih jenis pesan media yang sama. Cara menanggapi pesan media yang berbeda tersebut juga akan

menimbulkan tingkat ketergantungan yang berbeda terhadap media. (Liliweri, 1991: 122).

f. Hubungan Sosial

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia hubungan sosial dapat diartikan sebagai hal yang berkaitan dengan khalayak, masyarakat dan umum (Zul dan Aprilia, 1990:512).

Perspektif hubungan sosial menekankan pentingnya peranan hubungan sosial yang informal yang mempengaruhi reaksi seseorang trehadap media (Rakhmat, 1994: 204).

Seseorang yang mempunyai hubungan sosial informal dengan lingkungan sekitar yang bagus tidak akan terlalu tergantung dengan media. Hal ini dikarenakan orang tersebut mempunyai sumber informasi selain media (Littlejohn, 1999:354).

g. Alternatif Fungsional Media

Alternatif bisa juga diartikan sebagai pilihan lain. Pilihan lain yang dimaksudkan disini adalah pilihan media lain yang dapat digunakan. Adanya beragam media lain di luar media yang sudah dipilih oleh seseorang akan mempengaruhi ketergantungan seseorang terhadap salah satu media. Semakin banyak alternatif yang dimiliki oleh individu untuk memuaskan kebutuhannya, individu tersebut tidak akan bergantung pada media apa pun (Littlejohn, 1999:354).

Dokumen terkait