• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Faktor-faktor yang mempunyai hubungan dengan Produksi Kedelai

maupun di Indonesia cukup banyak. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan semakin besarnya penawaran akan kedelai untuk diproduksi. Pengalihan lahan pertanian kedelai untuk menanam komoditi lain menyebabkan kurangnya lahan untuk areal tanam sehingga penawaran atas kedelai pun sedikit. Selain itu, masalah ketergantungan Indonesia atas komoditi pangan impor berdampak pada produksi kedelai nasional. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa produksi kedelai nasional dipengaruhi oleh hal-hal yang sangat krusial, hal-hal yang sangat krusial tersebut antara lain :.

1. Tingkat harga jual kedelai nasional

Perbedaan harga jual kedelai di Indonesia pada dasarnya dipengaruhi oleh perbedaan dalam jumlah produksi kedelai nasional, tingkat konsumsi kedelai baik di dalam pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Penentuan perbedaaan harga selain mempengaruhi tingkat konsumsi kedelai di dalam negeri juga akan mempengaruhi arus ekspor dan impor, selain dipengaruhi oleh lain seperti kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah di dalam proses penentuan harga kedelai nasional, misalnya kebijakan pajak impor kedelai mencapai 0 persen.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya penawaran antara lain harga barang yang bersangkutan, harga barang substitusi, selera, jumlah penduduk, tingkat pendapatan dan elastisitas barang (Soekartawi:1989; 172). Sesuai dengan hukum penawaran, makin tinggi

harga, maka makin banyak jumlah yang ditawarkan begitu juga dengan harga yang rendah, maka makin sedikit jumlah yang ditawarkan (Gilarso:1992; 157).

Kebijakan harga dasar dimaksudkan untuk mengamankan pendapatan petani terhadap fluktuasi harga produk sehingga berusaha meningkatkan produksi. Kebijakan harga dasar akan efektif apabila harga pasar lebih rendah daripada harga dasar yang ditetapkan (Kuntjoro;1997: 7).

Berdasarkan pada pemaparan di atas mengenai harga jual kedelai menjelaskan bahwa apabila harga jual pasar di pasar kedelai lebih tinggi maka akan memicu petani untuk memproduksi kedelai lebih banyak, begitu juga yang terjadi apabila harga pasar kedelai lebih rendah, maka produksi kedelai akan berkurang karena kurangnya minat dari petani. Dengan adanya perbedaan harga yang dipengaruhi kebijakan pemerintah maka akan mempengaruhi arus impor kedelai yang dilakukan oleh suatu negara data tingkat harga jual kedelai dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel II.2

Tingkat Harga Jual Kedelai Nasional Tahun 1995 - 2005

Tahun Tingkat Harga Jual Kedelai Nasional (Rp per kg)

1995 2975 1996 2775 1997 2820 1998 3050 1999 3186 2000 3060 2001 3485 2002 3682 2003 3793 2004 4205 2005 4630

Sumber: Laporan Mingguan Dolog (07 Agustus 2008)

2. Luas areal tanam kedelai di Indonesia

Luasnya areal tanam akan mempengaruhi skala usaha, dan skala usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan tanam mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisiensi akan berkurang, karena (1) lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi, (2) terbatasnya persediaan tenaga kerja yang nantinya berpengaruh terhadap efisiensi usaha pertanian tersebut, (3) terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha pertanian dalam skala luas tersebut. Seringkali dijumpai dengan semakin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian akan semakin tidak efisienlah lahan

tersebut untuk kegiatan produksi (Soekartawi; 1989: 15).

Kebijakan pengaturan penggunaan lahan merupakan kebijakan pemerintah daerah yang diterapkan, yaitu kebijakan mengenai penentuan batasan juga penggunaan lahan untuk kawasan industri dan kebijakan mengenai perlunya swasembada pangan yang memerlukan batasan luas penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian. (http://www.litbang.deptan.go. id).

Perkembangan luas lahan untuk pertanian untuk sektor kedelai di Indonesia mengalami penurunan setiap tahunnya sehingga untuk pertanian untuk sektor kedelai mengalami penurunan. Data untuk pertanian untuk sektor kedelai Indonesia dari periode tahun 1995 hingga 2005 berdasarkan data departemen pertanian (Kompas, 2007), yaitu:

Tabel II.3

Luas areal Tanam Kedelai Nasional Tahun 1995 - 2005

Tahun Luas areal Tanam Kedelai Nasional

(000 hektar) 1995 780,9 1996 772,4 1997 757,9 1998 735,7 1999 710,5 2000 679,2 2001 678,8 2002 544,5 2003 526,8 2004 565,2 2005 621,3

Luas areal tanam pertanian untuk sektor kedelai dunia mengalami penurunan setiap tahun, hal ini mengakibatkan pertanian Nasional pada sektor kedelai mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa luas areal tanam mempengaruhi produksi kedelai Nasional. Dari tabel di atas cenderung memiliki tren penurunan luas areal tanam. Hal ini disebabkan juga karena banyaknya konversi lahan yang terjadi sebelum tahun 2005. 3. Harga beras nasional

Persoalan beras bukan soal harga semata, tapi dibalik itu menggunung setumpuk persoalan yang patut dibenahi. Hukum pasar tidak lepas dari teori permintaan dan teori penawaran. Harga beras meningkat diakibatkan oleh permintaan meningkat dan atau penawaran menurun. Permintaan meningkat salah satunya diakibatkan oleh jumlah penduduk miskin meningkat. Di lain pihak, penawaran menurun, penyebabnya adalah meroketnya industrialisasi di negeri ini. Banyak kantong-kantong produksi beras menghilang, yang awalnya lahan tersebut adalah sawah kemudian dikonversi menjadi pabrik.(http://klipingut.wordpress.com).

Perubahan harga suatu barang akan mempengaruhi harga barang yang lain tergantung apakah barang tersebut mempunyai hubungan yang saling menggantikan (substitute), saling melengkapi (complement) atau tidak saling mempengaruhi atau netral saja (Soekartawi;1989: 131).

Hubungan antara beras dengan kedelai cenderung saling melengkapi (complement) dimana beras sebagai barang primer dan kedelai sebagai pelengkap saja, sehingga perubahan yang terjadi pada

harga beras jelas memberikan dampak juga terhadap harga kedelai. Apabila terjadi kenaikan harga beras maka keinginan petani untuk menanam padi sehingga lahan yang digunakan untuk memproduksi kedelai pun semakin berkurang. Perkembangan harga nasional untuk jenis IR cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnnya, dikarenakan tingkat biaya produksi yang meningkat (harga benih padi, harga pupuk), tingkat produksi yang menurun karena faktor alam dan berkurangnya luas lahan untuk pertanian, dan meningkatnya konsumsi beras yang tidak sebanding dengan tingkat produksi sehingga mempengaruhi harga beras nasional,secara lengkap dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel II.5

Harga Beras Nasional Tahun 1995 - 2005

Tahun Harga Beras Nasional

(Rp per Kg) 1995 1087 1996 1185 1997 1285 1998 2552 1999 2461 2000 2099 2001 2256 2002 2678 2003 2704 2004 2600 2005 3046 2006 4077 Sumber: Kadin, 2008

4. Harga Pupuk Nasional

Pupuk termasuk dalam salah satu input (faktor produksi) dalam pertanian. Seperti pada hukum permintaan untuk produksi, besar kecilnya harga input juga akan mempengaruhi besar kecilnya jumlah input yang akan dipakai. Bila harga faktor produksi (input) turun, maka petani cenderung akan membelinya pada jumlah yang relatif besar. Dengan demikian, dari penggunaan faktor produksi yang biasanya dalam jumlah yang terbatas, maka dengan adanya tambahan penggunaan faktor produksi (sebagai akibat dari turunnya harga faktor produksi), maka produksi akan meningkat (Soekartawi; 1989: 149). Petani menghargai pupuk buatan karena efek yang cepat dan penggunaanya relatif mudah.

Perubahan harga suatu barang akan mempengaruhi harga barang yang lain tergantung apakah barang tersebut mempunyai hubungan yang saling menggantikan (substitute), saling melengkapi (complement) atau tidak saling mempengaruhi atau netral saja (Soekartawi;1989: 131).

Hubungan antara pupuk dengan kedelai cenderung saling melengkapi (complement) dimana pupuk sebagai alat produksi untuk memproduksi kedelai, sehingga perubahan yang terjadi pada harga pupuk jelas memberikan dampak juga terhadap harga kedelai. Apabila terjadi kenaikan harga pupuk maka harga kedelai pun cenderung ikut naik, sementara apabila harga pupuk mengalami penurunan, maka harga kedelai pun ikut turun.

Pupuk merupakan komponen yang cukup penting di dalam proses produksi sektor sehinggga komponen pupuk ini masih diperhatikan oleh pemerintah dengan memberikan subsidi pupuk kepada petani agar harga jual pupuk dapat terjangkau oleh para petani, secara lengkap harga pupuk nasional dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel II.6

Harga Pupuk Nasional Tahun 1995 - 2005

Tahun Harga Pupuk Nasional

(Rp per Kg) 1995 2100 1996 2090 1997 2000 1998 1950 1999 1850 2000 1600 2001 1780 2002 1680 2003 1700 2004 1730 2005 1800

Tabel II.7

Kebutuhan pupuk urea, SP-36, ZA dan KCI untuk sektor pertanian (ton)

Tahun 2008

Sub sektor Urea SP-36 ZA KCI Tanaman Pangan 3.198.176 968.147 655.538 315.130

Perkebunan 957.379 184.773 163.255 671.665

Peternakan 8.068 1.578 0 847

Perikanan 74.829 56.148 0 0

Kehutanan 25.783 12.457 2.078 3.020 Sumber : Kompas 5 Desember 1998

Dari tabel dapat dilihat bahwa kebutuhan petani di sector tanaman pangan lebih mengandalkan pupuk Urea dibandingkan merk pupuk yang lain. Namun, pemilihan merk pupuk ini bukan hanya didasarkan pada jenis tanahnya namun lebih didasarkan pada jenis tanamannya.

5. Harga Kedelai Internasional

Tingginya harga pangan dunia memiliki kecenderungan berjalan dalam waktu yang cukup panjang ke depan. Kebijakan perdagangan untuk menstabilkan harga bahan pangan bersifat temporer. Kebijakan perdagangan yang strategis dalam jangka menengah adalah meningkatkan produksi bahan pangan terutama beras, jagung, dan kedelai.

Di pasar kedelai Internasional, keinginan untuk berdagang kedelai adalah selisih antara permintaan dan sediaan kedelai di dalam negeri dimana permintaan konsumen terhadap produksi kedelai, harga akhir yang menjadi hasil kesepakatan dalam perdagangan antara dua negara dapat kita tentukan setelah kita memiliki analisis yang terdiri dari kurva

permintaan kayu olahan dan kurva sediaan kedelai di pasar domestik. Interaksi antara permintaan kedelai dan sediaan kedua negara itu menentukan harga kedelai dan kuantitas produksi kedelai yang diperdagangkan dan yang jumlah kedelai yang dikonsumsi.

Perbedaan harga kedelai di Indonesia pada dasarnya dipengaruhi oleh perbedaan dalam jumlah produksi kedelai, tingkat konsumsi kedelai baik di dalam pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.

Penentuan perbedaaan harga selain mempengaruhi tingkat konsumsi kayu olahan di dalam negeri juga akan mempengaruhi arus ekspor dan impor, selain dipengaruhi oleh faktor diatas juga dipengaruhi oleh kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah di dalam proses penentuan harga kedelai baik yang diekspor maupun yang diimpor. Kenaikan harga terjadi pada komoditas lain di pasar dunia karena peningkatan permintaan tidak dapat dipenuhi oleh pasokan. Aktifnya lembaga keuangan di pasar akan datang (future market) mendorong kenaikan harga komoditas semakin tinggi.

Ketika harga pangan dunia mengalami peningkatan karena permintaan yang tinggi dari negara dengan penduduk besar dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, terutama negara seperti Cina dan India, maka akan mempengaruhi harga kedelai Internasional, dan secara lengkap dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel II.8

Harga Kedelai Internasional Tahun 1995 - 2005

Tahun Harga Kedelai Internasional

(US$/kg) 1995 300 1996 286 1997 290 1998 268 1999 243 2000 211 2001 195 2002 212 2003 264 2004 306 2005 274

Sumber: World Bank, 2007

6. Jumlah Impor Kedelai Nasional

Di Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama, meskipun Indonesia harus mengimpor sebagian besar kebutuhan kedelai. Ini terjadi karena kebutuhan Indonesia yang tinggi akan kedelai putih. Kedelai putih bukan asli tanaman tropis sehingga hasilnya selalu lebih rendah daripada di Jepang dan Tiongkok. kedelai merupakan tanaman dengan kadar protein tinggi sehingga tanamannya digunakan sebagai pupuk hijau dan pakan ternak. Indonesia saat ini mendapatkan pasokan kedelai terbesar dari Amerika dan Argentina.

Konsumsi kedelai di negara kita adalah 2 juta ton/tahun dan komoditi kedelai telah menyedot devisa sebanyak 3 trilyun/tahun. Dan

saat ini para pengusaha dan pengrajin tempe tahu sedang resah dikarenakan harga kedelai mengalami kenaikan. Kedelai telah mengalami kenaikan harga mulai bulan oktober 2007.

Kebijakan impor dilakukan karena pertama, tingkat produksi yang tidak sebanding dengan tingkat konsumsi domestik atau dalam negeri, tidak cocoknya iklim di suatu negara untuk dapat menghasilkan suatu produk atau komoditas pertanian di dalam negeri, dan suatu negara tidak mampu memproduksi kedelai karena harus mengeluarkan biaya produksi yang mahal sehingga cenderung mengimpor, impor kedelai Indonesia secara lengkap dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel II.9

Impor kedelai Nasional Tahun 1995 - 2005

Tahun Impor kedelai Nasional

(ton) 1995 1.902.861 1996 1.705.583 1997 1.532.112 1998 1.033.802 1999 2.227.321 2000 2.568.565 2001 2.728.358 2002 2.716.641 2003 2.773.668 2004 2.881.735 2005 2.982.986

Dokumen terkait