• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Jalan Cepat

2.4.1 Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh atlet sendiri diantaranya; umur, genetik, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, teknik, mental, motivasi, disiplin dan pengalaman (Musneno, 2013).

1. Umur

Hampir semua komponen biomotorik dipengaruhi oleh umur. Umur menunjukkan tingkat kematangan yang berkaitan dengan pengalaman belajar. Menurut Astrand dan Rodahl (2003), peningkatan kekuatan otot berkaitan dengan pertambahan umur, dimensi, anatomi atau diameter otot dan kematangan seksual. Kekuatan otot akan terus meningkat sesuai dengan pertambahan umur hingga mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun. Setelah umur tersebut kekuatan otot akan menurun, kecuali di berikan pelatihan. Walaupun demikian, di atas umur 65 tahun kekuatan otot sudah berkurang sebanyak 20 % dibandingkan waktu muda (Nala, 2011). Untuk cabang olahraga jalan cepat mulai dilatih dari umur 8 tahun, mulai dilatih spesialisasi 14-16 tahun, dan puncak prestasinya pada umur 20-25 tahun (Bompa, 2009).

2. Genetik

Genetik berpengaruh terhadap kapasitas jantung paru, postur tubuh, obesitas, haemoglobin/sel darah dan serat otot (Anonim, 2005). Genetik bersifat pembawaan yang sering kali ikut berperan dalam penampilan fisik seperti proporsi tubuh, karakter fsikologis, otot putih dan otot merah, dan suku. Pengaruh genetik terhadap kecepatan, kekuatan dan daya tahan pada umumnya berhubungan dengan komposisi serabut otot yang terdiri dari serabut otot putih dan otot merah. Atlet yang memiliki lebih banyak serabut otot putih lebih mampu untuk melakukan kegiatan yang bersifat anaerobik, sedangkan yang lebih banyak memiliki serabut otot merah lebih tepat melakukan kegiatan yang bersifat aerobik (Nala, 2002). Dengan demikian faktor genetik juga berpengaruh terhadap pencapaian prestasi seorang atlet jalan cepat.

3. Jenis kelamin

Secara umum jenis kelamin mempengaruhi kemampuan anak dalam beraktivitas apalagi setelah mengalami pubertas, baik kekuatan, daya tahan, maupun kecepatan. Hal ini terjadi karena adanya hormon testosteron pada anak laki-laki (Astrand dan Rodahl, 2003).

Perbedaan kekuatan otot antara pria dan wanita sudah berbeda pada umur 10-12 tahun, kekuatan otot anak laki-laki lebih kuat sedikit daripada anak wanita, dan semakin jauh meningkat dengan bertambahnya umur (Nala, 2002). Pada umur 18 tahun ke atas laki-laki mempunyai kekuatan dua kali lebih besar dari wanita, hal ini disebabkan karena adanya

pengaruh hormon testoteron pada laki-laki yang memacu pertumbuhan tulang dan otot (Bompa, 2009). Dengan demikian jelas bahwa jenis kelamin mempengaruhi kecepatan jalan cepat.

4. Berat badan

Berat badan sangat mempengaruhi kecepatan jalan. Tubuh yang berat dengan kekuatan otot yang sama akan menghasilkan kecepatan jalan yang berbeda. Hal ini disebabkan karena berat badan merupakan gaya berat yang dipengaruhi oleh percepatan gravitasi. Makin tinggi gaya berat, maka gaya otot yang dibutuhkan untuk bergerak semakin besar. Sehingga dengan gaya otot yang sama pada berat badan yang lebih kecil akan lebih mudah tubuh untuk berjalan dan kecepatan tubuh yang membentuk sudut semakin tinggi (Hay, 1978). Hasil penelitian Pradana dan Wahyudi (2010), bahwa Berat badan memberikan kontribusi sebesar1,93% terhadap kecepatan lari cepat (sprint ) 100meter putra.

Dengan kecepatan tubuh semakin tinggi maka kecepatan berjalan makin banyak, dan bila tubuh berat maka kecepatan semakin rendah dan tubuh akan semakin lambat.

5. Tinggi badan

Tinggi badan berhubungan erat dengan panjang kaki, sehingga makin panjang kaki seseorang makin panjang jangkauan seseorang akan menghasilkan langkah kaki kiri dan kanan yang lebih baik atau lebih jauh. Hasil penelitian Pradana dan Wahyudi (2010), bahwa tinggi badan

memberikan kontribusi sebesar 62,57% terhadap kecepatan lari cepat (sprint ) 100 meter putra.

6. Kebugaran fisik

Kebugaran fisik merupakan kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa merasa lelah berlebihan dan masih memiliki cadangan tenaga untuk menikmati waktu luang dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya mendadak (Nala, 2011). Daya tahan umum yang menyangkut kemampuan paru, jantung dan pembuluh darah (Respiratio Cardiovascular Endurance) merupakan salah satu unsur utama kebugaran fisik. Daya tahan paru, jantung, dan pembuluh darah dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan tugas-tugas berat yang melibatkan kelompok-kelompok otot besar untuk jangka waktu yang lama. Tingginya tingkat daya tahan umum menunjukkan tingginya kapasitas kerja fisik, yang merupakan kemampuan untuk melepaskan jumlah energi yang relatif tinggi dalam jangka waktu yang lama (Nurhasan, 2001). Kebugaran fisik dapat diukur dengan berlari secepat-cepatnya sejauh 2,4 km yang dinyatakan dalam waktu tempuh, satuan menit, ketelitian 0,01 menit. Penilaian kebugaran fisik untuk putra dan putri berdasarkan umur terlihat pada tabel 2.1 (Sajoto, 2000).

Tabel 2.1

Penilaian tes lari 2,4 km.

Kesegaran Jasmani dan Kesehatan Mental

Kategori Pa/Pi 13-19th 20-29 th 30-39 th 40-49 th Jelek sekali Pa >15:81 >16:01 >16:31 >17:31 Pi > 18:31 >19:01 >19:31 >20:01 Jelek Pa 12:11-15:30 14:01-16:00 14:44-16:20 15:36-17:30 Pi 16:55:18:30 18:31-19:00 19:01-19:30 19:31-20:00 Sedang Pa 10:45-12:10 12:01-14:00 12:31-14:45 13:01-15:35 Pi 14:31-16:54 15:55-18:30 16:31-19:00 17:31-19:30 Baik Pa 09:41-10:48 10:46-12:00 11:01-12:30 11:31-13:00 Pi 12:30-14:30 13:31-15:54 14:31-16:30 15:56-17:30 Baik sekali Pa 08:37-09:40 09:45-10:45 10:00-11:00 10:30-11:30 Pi 11:50-12:29 12:30-13:30 13:00-14:30 13:45-15:55 Luar biasa Pa <08:37 <09:45 <10:00 <10:30 Pi <11:50 <12:30 <12:30 <13:45 Dikutip dari: Ananto, 2000.

7. Teknik

Teknik sangat menentukan hasil kecepatan. Tanpa penguasaan teknik yang memadai sulit untuk memperoleh prestasi yang diharapkan. Teknik tersebut mulai dari teknik melangkah serta teknik ayunan tangan (Dei, 2011). Dalam penelitian ini semua sampel dilatih juga teknik-teknik jalan cepat agar semua sampel melakukan jalan cepat dengan teknik jalan cepat yang benar.

8. Mental

Mental atlet tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan faktor-faktor di atas karena betapapun sempurnanya fisik, teknik dan taktik apabila mentalnya kurang bagus prestasi puncak tidak mungkin tercapai. Oleh karena itu mental

perlu ditingkatkan dengan cara pelatihan. Pelatihan mental ini penekanannya pada perkembangan kedewasaan serta emosional dan impulsif misalnya; semangat berlomba, sikap pantang menyerah, sportivitas, percaya diri, dan kejujuran. Dengan memberikan pelatihan maka fungsi fisiologis dan fsikologis tubuh meningkat sehingga mampu mencapai puncak penampilannya (Dei, 2011).

9. Motivasi

Motivasi untuk berprestasi setinggi-tingginya atau ingin sukses merupakan faktor yang sangat menentukan prestasi atlet dengan cara memakai semua daya dan upaya yang ada dengan menekan semua hal-hal yang lain. Dengan motivasi yang tinggi dapat meningkatkan besar dan kecepatan infuls saraf sehingga membangkitkan tenaga yang tinggi dan akan mempercepat pelaksanaan gerak (Fox, Richard dan Merie, 1988).

10. Disiplin

Faktor disiplin juga penting diperhatikan untuk mencapai prestasi puncak seorang atlet. Disiplin ini termasuk dalam pelatihan, kehadiran dalam berlatih dan disiplin dalam pengambilan data. Tanpa disiplin yang tinggi atlet sulit untuk mencapai prestasi yang diinginkan.

Dokumen terkait