• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengelolaan kawasan konservasi perairan a. Faktor Internal b. Faktor eksternal Nelayan Wawancara mendalam Kualitatif

21

PENDEKATAN LAPANG

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan beberapa pertimbangan. Desa Pemuteran adalah salah satu desa dengan kondisi terumbu karang yang rusak parah di seluruh Bali. Pada tahun 2011, masyarakat setempat bersama LSM mengajukan pencadangan kawasan konservasi terumbu karang untuk mengembalikan kondisi terumbu karang yang rusak dan langka. Sebelum menentukan lokasi penelitian, peneliti melakukan observasi melalui penelusuran kepustakaan hasil penelitian dari peneliti, artikel dari internet, serta beberapa narasumber yang memberikan informasi mengenai wilayah ini.

Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu enam bulan, terhitung mulai bulan Februari 2014 sampai dengan Agustus 2014. Penelitian ini dimulai dengan penyusunan proposal penelitian, kolokium penyampaian proposal penelitian, perbaikan proposal penelitian, pengambilan data di lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode survei. Penelitian survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang lengkap (Singarimbun dan Effendi 1987). Data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi. Wawancara mendalam dilakukan kepada informan dengan panduan pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis respon nelayan terhadap pengelolaan kawasan konservasi perairan Buleleng Barat.

Teknik Pengambilan Informan dan Responden

Sumber data dalam penelitian ini adalah responden dan informan. Unit analisa dalam penelitian ini adalah nelayan. Responden akan diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah dibuat. Alasan pemilihan unit analisa ini dikarenakan nelayan menjadi pihak yang terkena dampak langsung dari pembentukan sebuah kawasan menjadi kawasan konservasi perairan. Populasi dalam penelitian ini adalah nelayan Desa Pemuteran. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 40 orang. Penentuan jumlah responden dilakukan dengan menggunakan jumlah minimal responden menurut Singarimbun dan Effendi (1987), yaitu 30 orang.

Metode pengambilan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random sampling) yang dilakukan di Desa Pemuteran. Metode sampel acak sederhana adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Singarimbun dan Effendi 1987). Pertama,

22

semua unit penelitian disusun dalam daftar kerangka sampling yang berjumlah 94 orang ( lihat Lampiran 1). Jumlah ini merupakan jumlah nelayan yang tergabung dalam kelompok nelayan Cinta Mina Samudera. Pemilihan sampling dilakukan pada kelompok tersebut dikarenakan nelayan kelompok Cinta Mina Samudera telah memenuhi kriteria. Salah satu kriterianya adalah kelompok ini adalah satu-satunya kelompok nelayan yang masih aktif hingga saat ini dan mengetahui sejarah pembentukan Kawasan Konservasi Buleleng Barat. Kemudian dari kerangka sampling diambil beberapa sampel untuk diteliti, yaitu 40 responden. Sumber data lainnya adalah informan, yaitu pihak yang mampu memberikan informasi mengenai keberadaan kawasan konservasi. Pihak-pihak yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini berjumlah lima orang, yaitu Kepala Sumber Daya Pesisir Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng, aparatur desa, ketua adat, ketua

pecalang, sekretaris pecalang, ketua dan anggota LSM yang membantu masyarakat dalam menginisiasi pembentukan kawasan konservasi. Informan-informan tersebut dianggap mengetahui dengan jelas mengenai pembentukan kawasan konservasi perairan di desa tersebut.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam peneilitian ini terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer didapatkan langsung di lapangan dengan cara observasi, kuesioner, serta wawancara mendalam yang dilakukan langsung kepada responden maupun informan. Data sekunder diperoleh baik dari dokumen-dokumen tertulis di kantor desa, kantor LSM, dan kantor Pemerintah Daerah. Data sekunder berupa dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian ini, seperti dokumen Surat Keputusan Bupati mengenai pencadangan kawasan, aturan lokal tidak tertulis masyarakat adat sekitar, dan data mengenai sejarah kehidupan masyarakat sekitar. Data sekunder juga diperoleh melalui berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan pada penelitian ini, yaitu buku, laporan hasil penelitian, artikel, dan sebagainya.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data kuantitatif dilakukan melalui proses pemeriksaan data yang terkumpul (editing) kemudian dilakukan pengkodean (coding) dengan tujuan untuk menyeragamkan data. Tahap selanjutnya dilakukan analisis deskriptif dan analisis korelasi. Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui karakteristik setiap variabel pada sampel penelitian. Analisis korelasi dibutuhkan untuk melihat hubungan antara variable yang diteliti. Tipe yang digunakan dari variable penelitian adalah data ordinal dan data nominal. Data nominal diperuntukkan variabel etnisitas yang terbagi menjadi etnis Bali dan non Bali. Data ordinal diperuntukkan variabel alternatif pekerjaan dan respon nelayan. Pengujian statistik dilakukan menggunakan SPSS 20 for windows. Pengujian dilakukan terhadap variabel etnisitas dan respon nelayan menggunakan Chi Square, sedangkan untuk variabel alternatif pekerjaan dengan respon Rank Spearman.

Analisis kualitatif diolah dengan penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data yang relevan dan mendukung data yang telah ada, sehingga dapat diambil kesimpulan berdasarkan masalah penelitian

23

PROFIL DESA PEMUTERAN

Kondisi Geografis dan Demografi

Desa Pemuteran terletak di Kabupaten Buleleng sebelah Barat yang termasuk ke dalam Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Desa Pemuteran memiliki luas 3 033 ha/m2 dengan luas tanah kering sebesar 482.25 ha/m2, tanah perkebunan sebesar 246 ha/m2, dan tanah hutan sebesar 2 257.89 ha/m2. Adapun batas-batas Desa Pemuteran secara asministrasi adalah sebagai berikut: (a) sebelah utara berbatasan dengan Laut Bali; (b) sebelah selatan berbatasan dengan hutan Negara; (c) sebelah timur berbatasan dengan Desa Banyupoh; dan (d) sebelah barat berbatasan dengan Desa Sumberkima.

Data yang diperoleh dari kantor desa Pemuteran menunjukkan jumlah penduduk desa ini pada tahun 2013 berjumlah 9 748 jiwa yang terdiri atas 4 870 penduduk laki-laki dan 4 878 penduduk perempuan. Desa Pemuteran ini juga memiliki desa adat atau yang disebut desa Pakraman. Desa ini merupakan desa adat untuk penduduk yang beragama Hindu. Jumlah penduduk dari desa Pakraman

sendiri adalah 4 977 jiwa yang termasuk ke dalam jumlah penduduk secara adminitrarif.

Kondisi Sosial dan Ekonomi

Penduduk Desa Pemuteran terbagi ke dalam beberapa etnis yaitu etnis Sunda, Jawa, Madura, dan Bali. Hal ini dikarenakan lokasi Desa Pemuteran yang berada di Jalan Raya Gilimanuk yang merupakan jalan utama yang dekat dengan pulau Jawa di bagian utara. Tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Desa Pemuteran berasal dari etnis Bali dengan jumlah 6509 penduduk atau sebesar 67 persen. Jumlah kedua terbesar berasal dari etnis Madura dengan jumlah 2 850 penduduk atau sebesar 30 persen. Penduduk dengan presentase terkecil adalah penduduk yang beretnis Jawa dengan jumlah 374 penduduk atau sebesar 3 persen. Hal ini dikarenakan banyak pendatang yang berasal dari Madura. Lokasi yang berdekatan antara Madura dan Bali membuat banyak penduduk Madura yang tinggal dan bekerja di Desa pemuteran.

Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak berdasarkan etnis

Etnis Jumlah Persentase (%)

Jawa 374 3

Madura 2 850 30

Bali 6 509 67

Jumlah 9 733 100

24

Pekerjaan yang dimiliki oleh masyarakat Desa Pemuteran pun beragam. Kondisi ini menjadi wajaw karena lokasi Desa yang berada di tengah bukit dan laut. Mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa Pemuteran ada;ah sebagai petani, nelayan, peternak, dan karyawan. Tabel 6 menunjukkan jumlah dan persentase penduduk Desa Pemuteran berdasarkan pekerjaannya.

Tabel 6 Jumlah dan persentase penduduk Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

Petani 3 753 62

Buruh tani 342 6

Pegawai Negeri Sipil (PNS) 37 1

Wiraswasta 65 1

Peternak 652 11

Nelayan 369 6

Karyawan swasta 651 11

Pengrajin industri rumah tangga 99 2

Tukang kayu 37 1

Tukang batu 78 1

Jumlah 6 027 100

Sumber: Profil Desa Pemuteran 2013 (diolah)

Desa Pemuteran ini berada di antara bukit dan pantai, sehingga sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani dan nelayan. Pantai yang berada di sepanjang jalan raya utama Desa Pemuteran ini menjadi sasaran yang tepat bagi para investor yang membuka usaha perhotelan dan penginapan. Para wisatawan lokal maupun luar negeri memilih Desa Pemuteran sebagai salah satu tempat

snorkeling dan diving yang paling indah di Bali. Keberadaan teknologi Biorock

sebagai teknologi transplantasi terumbu karang menjadi pusat perhatian para wisatwan. Bentuk-bentuk terumbu karang buatan yang sengaja dibentuk berupa arca-arca dewata menjadi nilai tambah tersendiri untuk wisata di sana.

Hasil pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan keberadaan pantai yang dijadikan obyek wisata ini memberikan peluang bekerja bagi beberapa warga Desa Pemuteran. Menurut keterangan warga, kegiatan perekonomian sekarang ini jauh lebih baik dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Hal ini diungkapkan oleh Wid (40 tahun) “… kalau dulu di sini sepi sekali, sejak adanya kegiatan snorkeling dan diving jadi leboh ramai. Lumayan ada usaha buat buka warung dan sewa sepeda motor…”

Kondisi masyarakat Desa Pemuteran berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 7. Mayoritas masyarakat Desa Pemuteran merupakan lulusan SD/Sederajat yaitu sebanyak 1 613 orang. Selanjutnya sejumlah 1 254 orang dan 907 orang merupakan lulusan SLTP/Sederajat dan lulusan SLTA/Sederajat.

25 Tabel 7 Jumlah dan persentase penduduk Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak

berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

Tamat TK/Playgroup 93 1

Tamat SD/sederajat 1 613 23

Tamat SLTP/sederajat 1 254 18

Tamat SLTA/sederajat 907 13

Tidak Tamat SD/sederajat 613 9

Tidak Tamat SMP/sederajat 1 200 17

Tidak Tamat SMA/sederajat 1 347 19

Tamat Perguruan Tinggi/D.1 49 1

Tamat Perguruan Tinggi/S.1 43 1

Tamat Perguruan Tinggi/S.2 0 0

Tamat Perguruan Tinggi/S.3 0 0

Jumlah 7 119 100

Sumber: Profil Desa Pemuteran 2013 (diolah)

Gambaran Potensi Sumber Daya Perikanan Pemuteran

Sumber daya perairan laut di Desa Pemuteran sebagian besar dimanfaatkan untuk perikanan tangkap. Wilayah penangkapan masyarakat berada di sekitar area Desa Pemuteran dan perairan Laut Jawa. Rata-rata nelayan Pemuteran menangkap ikan menggunakan jaring dan pancing. Tabel 8 menunjukkan angkapan utama nelayan Pemuteran adalah tuna, tongkol, cumi, kerapu, udang/lobster, dan teri. Jumlah produksi ikan kerapu menjadi produksi yang paling tinggi di Desa Pemuteran dengan jumlah 30 ton per tahun.

Tabel 8 Jumlah dan persentase jenis ikan di Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak berdasarkan jumlah produksi

Jenis ikan Jumlah produksi

(ton/tahun) Persentase (%) Tuna 1.5 4 Tongkol/Cakalang 3.1 9 Cumi 0.2 1 Kerapu/Sunuk 30 84 Udang/Lobster 0.1 0 Teri 0.8 2 Jumlah 35.7 100

27

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Responden dalam penelitian ini adalah nelayan anggota kelompok nelayan Cinta Mina Samudera yang berada di Desa Pemuteran. Kelompok nelayan ini berjumlah 94 orang, namun jumlah responden yang diambil adalah 40 orang. Anggota nelayan kelompok Cinta Mina Samudera diidentifikasi berdasarkan klasifikasi yang meliputi etnisitas dan pekerjaan.

Karakteristik Etnisitas Responden

Etnisitas responden adalah kelompok sosial yang memiliki kebudayaan berdasarkan dengan agama, adat, dan keturunan. Masyarakat Desa Pemuteran biasa menyebutkan pembagian etnis ke dalam kategori Bali dan non Bali. Kategori Bali adalah agama Hindu dan kategori non Bali adalah agama di luar Hindu. Desa Pemuteran memiliki desa adat yang disebut sebagai desa Pakraman. Masyarakat yang masuk ke dalam desa Pakraman hanya masyarakat yang beragama Hindu. Perbedaan kepercayaan yang dimiliki oleh responden memengaruhi terhadap keikutsertaannya dalam kehidupan adat. Responden yang beretnis Bali dengan otomatis diikutertakan dalam pembuatan awig-awig sebagai aturan di kawasan konservasi peraiaran. Berikut adalah jumlah dan persentase responden berdasarkan agama.

Tabel 9 Jumlah dan persentase responden berdasarkan etnisitas Agama responden Responden Jumlah Persentase (%) Non Bali 10 25 Bali 30 75 Jumlah 40 100

Sumber: data primer diolah

Berdasarkan data dari Tabel 9 responden yang beretnis Bali berjumlah 30 orang atau sebesar 75 persen, sedangkan responden yang beretnis non Bali. berjumlah 10 orang atau sebesar 25 persen. Mayoritas nelayan di Desa Pemuteran memang beretnis Bali, hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk Desa Pemuteran juga beragama Hindu. Nelayan yang beretnis non Bali adalah mereka yang berasal dari suku Sunda, Madura, dan Jawa. Keberadaan suku-suku tersebut dilihat dari lokasi Desa Pemuteran yang lebih berdekatan dengan Pulau Jawa bagian Timur. Perbedaan etnis yang dimiliki memberikan perbedaan dalam tata pemerintahan adat. Responden yang beretnis Bali ikut termasuk dalam desa dinas dan desa Pakraman, sedangkan responden yang non Bali hanya ikut dalam desa dinas, yaitu Desa Pemuteran. Perbedaan ini juga memberikan kesempatan yang berbeda kepada nelayan untuk ikut serta dalam pembuatan awig-awig. Pembuatan

awig-awig hanya diikuti oleh masyarakat adat desa Pakraman, sedangkan masyarakat non Bali hanya diikutsertakan dalam pelaksanaannya. Toleransi antar responden dijunjung tinggi oleh masyarakat Desa Pemuteran. Hal ini diungkapkan oleh ketua adat desa Pakraman, Ketut Wardika (37 tahun) “… walaupun disini

28

banyak juga pendatang dan yang bukan beragama Hindu, tapi kita tetap saling menghargai agama kita masing-masing …”.

Karakteristik Alternatif Pekerjaan Responden

Pantai Pemuteran yang dikenal sebagai pantai yang memiliki keindahan terumbu karangnya membuat pantai ini mulai diperhatikan oleh wisatawan lokal dan luar negeri. Pembangunan hotel dan penginapan semakin banyak dilakukan. Selain itu juga, di sepanjang jalan Desa Pemuteran banyak ditemukan snorkeling

dan diving center, tempat penyewaan kendaraan, dan restoran-restoran. Perubahan kondisi Desa Pemuteran ini berpengaruh terhadap pekerjaan yang dimiliki oleh masyarakat di sana. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, beberapa masyarakat memiliki pekerjaan ganda untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini juga dilakukan oleh para nelayan Desa Pemuteran. Berikut adalah Tabel 10 menunjukkan jumlah dan persentase responden berdasarkan alternatif pekerjaan.

Tabel 10 Jumlah dan persentase responden berdasarkan alternatif pekerjaan

Alternatif pekerjaan Responden

Jumlah Persentase (%)

Memiliki 8 20

Tidak memiliki 32 80

Jumlah 40 100

Sumber: data primer diolah

Tabel 10 menunjukkan bahwa sejumlah 8 orang nelayan memiliki alternatif pekerjaan selain menjadi seorang nelayan. Sejumlah 3 orang bekerja sebagai satpam atau penjaga hotel, 3 orang bekerja sebagai buruh bangunan atau buruh pembuat candi, dan 2 orang sisanya bekerja sebagai pedagang aksesoris. Responden yang memiliki alternatif pekerjaan mengaku bahwa mereka tidak bisa hanya mengandalkan dari menangkap ikan saja. Hal ini diungkapkan oleh nelayan bernama Jum (32 tahun) “… Saya membuka warung ini sebagai tambah-tambah uang sehari-hari, lumayan kan kadang-kadang ada turis yang jalan-jalan dan mampir ke sini…”.

Alternatif pekerjaan yang dipilih oleh nelayan ini disesuaikan dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh nelayan. Sebagian besar nelayan hanya mengenyam bangku pendidikan sampai sekolah dasar, sehingga mereka memiliki keterbatasan untuk bekerja. Tabel 10 juga menunjukkan bahwa sejumlah 32 orang atau sebesar 75 persen tidak memiliki alternatif pekerjaan. Beberapa pekerjaan seperti penjaga hotel, koki restoran, dan pemahat candi membutuhkan keterampilan dan kemampuan khusus. Hal ini diungkapkan oleh nelayan bernama Pur (49 tahun) “… Kalau kerja di hotel-hotel begitu biasanya mereka cari orang yang bersekolah tinggi. Kalau kita-kita disini tamat SD pun engga …”.

Hal lain yang membatasi selain kemampuan dan keterampilan adalah modal usaha. Hasil wawancara yang dilakukan ke beberapa responden, mereka mengakui bahwa mereka tidak memiliki modal untuk memulai membuka usaha.

29 Ikhtisar

Responden dalam penelitian diambil secara acak dari kerangka sampling berjumlah 94 orang. Responden yang telah diambil kemudian diberikan pertanyaan sesuai dengan kuesioner yang telah disediakan. Karakteristik responden yang diukur hanya berdasarkan etnisitas dan alternatif pekerjaan. Hasil menunjukkan bahwa dari 40 responden yang diambil terbagi menjadi responden yang beretnis Bali dengan jumlah 30 orang dan yang beretnis non Bali dengan jumlah 10 orang. Perbedaan jumlah yang tidak seimbang ini dikarenakan mayoritas nelayan Desa Pemuteran beragama Hindu. Nelayan yang beragama Hindu tersebut merupakan penduduk asli Desa Pemuteran, sedangkan mayoritas yang beragama non Hindu adalah masyarakat pendatang dari pulau Jawa. Karakteristik responden yang juga diukur adalah alternatif pekerjaan yang dimiliki oleh responden. Sejumlah 32 responden diketahui tidak memiliki pekerjaan lain selain menjadi seorang nelayan, sedangkan 8 responden lainnya memiliki pekerjaan lain di luar nelayan, seperti penjaga hotel, buruh, dan pedagang. Keterbatasan kemampuan,keterampilan, dan modal menjadi faktor yang memengaruhi jumlah nelayan yang tidak memiliki pekerjaan lain.

31

PROFIL KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN BULELENG

BARAT

Sejarah Pembentukan Kawasan Konservasi Perairan Buleleng Barat Bali merupakan daerah yang menjadi tujuan utama pariwisata dunia. Pulau Bali yang berada di dalam kawasan segitiga karang dunia ini merupakan rumah berbagai biota laut. Keberagaman biota laut memberikan nilai tersendiri dalam pembangunan pariwisatanya. Salah satu lokasi yang memiliki keindahan terumbu karang di Bali terletak di Kabupaten Buleleng, tepatnya di daerah Buleleng Barat. Buleleng Barat merupakan tempat favorit para wisatawan untuk melakukan diving

ataupun snorkeling.

Kondisi terumbu karang di perairan Pemuteran sekarang ini jauh berbeda dengan kondisi di beberapa tahun yang lalu. Pada tahun 1990, nelayan di Pemuteran ini melakukan penangkapan ikan dengan cara yang tidak ramah lingkungan, yakni menggunakan potasium dan bahan peledak. Pemakaian bahan-bahan berbahaya ini dikarenakan semakin maraknya penangkapan ikan di peraiaran Pemuteran yang dilakukan oleh nelayan di luar desa. Nelayan Pemuteran sendiri merasa sumber daya di desa diambil oleh pihak luar, sehingga mereka pun tidak mau kalah untuk menangkap ikan dengan menggunakan potassium dan bahan peledak lainnya. Kegiatan ini berlangsung hingga akhir tahun 1997.

Kondisi ekosistem pantai yang semakin rusak akibat penggunaan potassium dan bahan peledak untuk menangkap ikan memberikan perubahan bagi masyarakat Desa Pemuteran.Pada tahun 1998 terjadi perubahan pengelolaan sumber daya pantai dan laut secara drastis. Terumbu karang sudah mulai tumbuh kembali, sehingga kelompok ikan kecil dan besar sudah bisa bermigrasi ke area rehabilitasi terumbu karang. Masyarakat mulai sadar bahwa sumber daya akan habis jika terus dieksploitasi. Pada tahun tersebut juga, dibentuklah pecalang segara yaitu polisi laut masyarakat adat desa Pakraman (adat). Pecalang segara ini bertugas untuk menjaga kelestarian ekosistem pantai dan laut. Keberadaan pecalang segara ini memberikan pengaruh positif untuk memulihkan kembali kondisi terumbu karang yang rusak, sehingga desa Pakraman ini memperoleh Kalpa Taru. Keberhasilan dari keberadaan pecalang segara ini juga melatarbelakangi Pemerintah Kabupaten Buleleng untuk membentuk POKMASWAS (Kelompok Masyarakat Pengawas) yang beranggotakan pecalang segara dan nelayan, baik secara individu maupun kelompok. Adanya POKMASWAS ini menunjukkan bahwa pengawasan pantai dan laut tidak hanya dilakukan oleh pecalang segara, melainkan oleh nelayan Pemuteran juga.

Kegiatan rehabilitasi terumbu karang terus dilakukan oleh masyarakat dengan dukungan dari I Gusti Agung Prana sebagai Ketua Yayasan Karang Lestari. Lembaga tersebut merupakan lembaga yang dibentuk untuk mengembalikan kondisi terumbu karang melalui terumbu karang buatan yang dikenal dengan teknologi Biorock. Teknologi ini merupakan aplikasi teknologi yang dikenalkan oleh ilmuan asal Jerman, yaituu Dr. Tom Goreau dan Prof. Wolf Hilbertz. Biorock

ini mampu merangsang pertumbuhan terumbu karang dua sampai enam kali lebih cepat dari teknologi normal. Sekitar 66 Biorock dipasang untuk mengembalikan keseimbangan biota laut dan menambah jumlah ikan. Masyarakat ikut serta dalam

32

pembuatan Biorock tersebut dengan membuat bentuk-bentuk terumbu karang berupa arca-arca dewata untuk menambah nilai estetika dalam pariwisata bawah laut.

Keberhasilan dari pemulihan terumbu karang ini merupakan hasil kerja sama di antara berbagai pihak. Oleh karena itu, pada tahun 2000 diadakan sebuah pertemuan untuk membahas keberlanjutan dari pengelolaan kawasan perairan Pemuteran. Pertemuan ini diikuti oleh nelayan, kepala dan pengurus desa

Pakraman dan desa dinas, kepala dan pengurus Yayasan Karang Lestari, pecalang segara, dan para pengusaha pariwisata terutama pemilik hotel. Hasil dari pertemuan tersebut adalah pembentukan awig-awig (hukum adat desa setempat) mengenai pelestarian laut. Awig-awig ini merupakan landasan dari pengelolaan perairan Pemuteran, yaitu mengenai aturan penangkapan ikan dan sanksi yang diberikan untuk setiap pelanggarannya. Masyarakat setempat memiliki rasa takut jika melanggar awig-awig tersebut karena sanksi yang diberikan bisa sampai dikeluarkan dari desa. Adanya awig-awig diharapkan mampu memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk tidak merusak lingkungan sekitar.

Kondisi perairan Pemuteran yang semakin membaik mendapat perhatian dari pihak pemerintah, yakni Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng. Pemerintah Kabupaten Buleleng telah mengambil langkah-langkah strategis yaitu dengan menyusun Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Buleleng Tahun 2009 sampai 2027. Tindak lanjut dari Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Buleleng Tahun 2009 sampai 2027 serta amanat Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 adalah dilakukannya Rencana Zonasi Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Buleleng pada tahun 2010. Pada tahun 2011 juga dilakukan pencadangan Kawasan Konservasi Perairan di wilayah Buleleng. Pencadangan ini dilakukan di tiga wilayah, yakni Buleleng Barat meliputi perairan sekitar Desa Pemuteran, Buleleng Tengah meliputi perairan kawasan Pariwisata Lovina dan Buleleng Timur yang meliputi perairan Kecamatan Tejakula. Melalui Surat Keputusan Bupati Nomor 523/630/HK/2011 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan di Kabupaten Buleleng, Pemerintah menetapkan kawasan perairan di Desa Pemuteran sebagai Kawasan Konservasi Perairan dengan luas 651.24 hektar (Lampiran 2).

Pembagian wilayah zonasi dari kawasan pencadangan KKP Buleleng Barat ini dibuat sesuai dengan zonasi yang telah dibuat sebelumnya oleh masyarakat Desa Pemuteran. Zonasi dibagi menjadi zona inti, zona tangkap, dan zona wisata. Dinas

Dokumen terkait