• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

3) Faktor Kelelahan

Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya, sehingga perlu

diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan,

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar individu siswa. Menurut Daryanto (2009:57), faktor ekstern yang berpengaruh terhadap

24

belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu :

1) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, hubungan antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

2) Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

3) Faktor masyarakat, meliputi : kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, dan bentuk kehidupan masyarakat.

B. Mata Pelajaran Al Qur’an Hadits a. Definisi Al-Qur’an

Kata Al-Qur’an menurut bahasa (lughat) adalah “Qara-a \ artinya : “Ia telah membaca”, maka dari arti kata tersebut Al-Qur’an dapat diartikan sebagai “Bacaan”. Pengertian Al-Qur’an menurut istilah adalah ayat firman Allah swt yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw yang tertulis dalam beberapa halaman, sehingga menjadi sebuah buku yang besar dan tebal dari masa ke masa sampai kepada manusia dengan berita yang mutawatir, yang tidak akan dapat ditolak kebenarannya (Kholil, 1994:1).

Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits adalah bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Madrasah Ibtidaiyah yang dimaksudkan untuk memberikan motivasi, bimbingan, pemahaman, kemampuan dan penghayatan terhadap isi yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits

sehingga dapat diwujudkan dalam perilaku sehari-hari sebagai perwujudan iman dan taqwa kepada Allah SWT (Dirjen Pendidikan Islam, 2009:3).

b. Sejarah Penulisan dan Pembukuan Al-Qur’an

1) Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang tidak dapat membaca dan menulis (Ummi). Demi menjaga kemurnian dan kesucian Al-Qur’an, maka nabi Muhammad SAW memerintahkan para sahabat untuk menulis ayat-ayat Al-Qur’an saja, sedangkan Hadits Nabi tidak diizinkan untuk ditulis karena dikhawatirkan akan bercampur aduk dengan ayat- ayat Al-Qur’an.

Dalam kaitan penulisan Al-Qur’an, Nabi Muhammad SAW menunjuk Zaid bin Tsabit sebagai juru tulis sekaligus mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an. Saat akan melakukan penulisan ayat-ayat Al- Q ur’an, Zaid bin Tsabit sangat berhati-hati. Ia meminta dua orang saksi yang adil, meskipun ia sendiri hafal Al-Qur’an agar Al-Qur’an tetap terjamin mumi dan bersih dari segala noda kesalahan dan kekeliruan (Fikri, 1986).

2) Al-Qur’an pada masa Khulafaur Rasyidin.

Sebelum nabi Muhammad SAW wafat, ayat-ayat Al-Qur’an secara keseluruhan telah ditulis walaupun belum tersusun dalah satu m ashaf (satu buku) dan para sahabat juga telah menyimpan ayat-ayat Al-Qur’an itu dalam hafalan mereka. Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, dan Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, timbullah golongan

26

orang-orang murtad yang dipimpin oleh Musailamah Al-Kazzab. Golongan ini segera ditumpas Khalifah Abu Bakar dibawah pimpinan panglima perang Khalid bin Walid. Dalam pertempuran ini pasukan Khalid bin Walid banyak yang gugur mati syahid, di antaranya termasuk sahabat-sahabat yang yang hafal Al-Qur’an. Dengan meninggalnya sahabat-sahabat yang hafal Al-Qur’an, maka Abu bakar mempunyai ide untuk membukukan Al-Qur’an dalam satu mashaf agar Al-Qur’an tetap teijamin mumi dan terhindar dari kekeliruan.

Untuk tugas yang mulia ini, Zaid bin Tsabit diberi kepercayaan untuk mengumpulkan Al-Qur’an dengan dibantu oleh sahabat-sahabat yang hafal Al-Qur’an seperti Ubay bin Ka’ab, Ali bin Abi Thalib, Usman bin Affan dan lain-lainnya. Pengumpulan Al-Qur’an dapat diselesaikan dalam jangka + 1 tahun dalam bentuk mashaf, kemudian disimpan di mmah Khalifah Abu Bakar sampai beliau wafat.

Setelah Abu Bakar wafat dan Umar bin Khattab diangkat menjadi Khalifah, ayat-ayat Al-Qur’an yang sudah terkumpul menjadi satu mashaf, disimpan oleh Umar bin Khattab, kemudian disimpan oleh Hafsah. Hal ini dilakukan mengingat bahwa Hafsah adalah istri Nabi Muhammad SAW, yang hafal Al-Qur’an dan anak Khalifah Umar bin Khattab yang pandai membaca dan menulis.

Pada masa Khalifah Usman bin Affan diadakan penelitian kembali dan ditulis kembali dalam 6 (enam) mashaf. Satu mashaf disimpan di Madinah dan yang lain di kirim ke Basrah, Kuffah,

Makkah, Syiria dan satu mashaf pada khalifah Usman yang disebut dengan M ashaf “Al-Imam” sebagai Al-Qur’an Standard. Selanjuntya khalifah Usman bin Affan meminta kepada kaum muslimin dimanapuw mereka berada untuk berpedoman kepada Alqur’an yang resmi itu, dan beliau memerintahkan mereka untuk membakar mashaf-mashaf Al- Qur’an yang lain. Hal ini dimaksudkan agar kesucian dan kemurnian Alqur’an tetap terjamin sepanjang masa dari kesalahan dan penyelewengan.

c. Tujuan Mengajarkan Al-Qur’an

Menurut Abdul Qadir Ahmad (2008:78), dalam mengajarkan Al- Qur’anulkarim, baik ayat-ayat bacaan maupun ayat-ayat tafsir hafalan bertujuan memberikan pengetahuan kepada peserta didik yang mampu mengarah k ep ad a.

1) Kemantapan membaca sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan dan menghafal ayat-ayat atau surah-surah yang mudah bagi mereka.

2) Kemampuan memahami ktab Allah secara sempurna, memuaskan akal dan mampu menenangkan jiwanya.

3) Kesanggupan menerapkan ajaran Islam dalam menyelesaikan problema hidup sehari-hari.

4) Kemampuan memperbaiki tingkah laku murid melalui metode pengajaran yang tepat.

28

5) Kemampuan memanifestasikan keindahan retorika dan uslub Al- Qur’an.

6) Penumbuhan rasa cinta dan keagungan Al-Qur’an dalam jiwanya. 7) Pembinaan pendidikan Islam berdasarkan sumber-sumber yang utama

dari Al-Qur’anul karim.

d. Definisi Hadits

Menurut Abdul Qadir Ahmad (2008:100), definisi hadits ialah:

1) Semua yang bersumber dari rasulullah SAW baik berupa perkataan, perbuatan atau pengakuan beliau terhadap pekerjaan atau perkataan

orang lain.

2) Semua yang bersumber dari sahabat yang langsung menemani rasul, melihat pekeijaan-pekerjaannya dan mendengar perkataan-perkataannya. 3) Semua yang bersumber dari tabi 'm yang bergaul langsung dengan para

sahabat dan mendengar sesuatu dari mereka.

e. Tujuan Mengajarkan Hadits :

1) Sunnah menjelaskan hal-hal yang bersifat masih umum dalam alqur’an, menerangkannya atau membatasi pengertiannya.

2) Agar dapat mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan rasulullah SAW walaupun peraturan itu tidak terdapat dalam Al-Qur’an.

3) Taat kepada Allah SWT adalah melalui taat kepada rasulullah dan mengamalkan segala haditsnya.

5) Memahami hadits dengan baik agar dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.

6) Mengenal berbagai segi kehidupan nabi Muhammad SAW. 7) Memperlihatkan ungkapan-ungkapan yang indah dalam hadits.

e. Pokok Bahasan Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits

Materi Al-Qur’an Hadits yang diambil dan dilaksanakan dalam penelitian pada kelas IV ini adalah materi tentang tajwid, yaitu mengenai hukum bacaan nun mati dan tanwin, meliputi bacaan Idghom Bighunnah, ldghom Bilaghunnah dan Iqlab. Materi ini diambil berdasarkan urutan materi yang harus disampaikan kepada peserta didik di semester 2 tahun pelajaran 2009/2010.

f. Hasil Belajar Al-Qur’an dan Hadits

Hasil belajar mata pelajaran Al-Qur’an Hadits merupakan manfaat yang diperoleh setelah melaksanakan pembelajaran Al-Qur’an Hadits. Hasil belajar ini m eliputi:

1) Aspek kognitif, berupa bertambahnya pengetahuan dan pemahaman secara baik hal ini ditunjukkan oleh hasil ulangan formatif maupun

ulangan umum yang memuaskan.

2) Aspek afektif, berupa sikap-sikap yang dimiliki siswa setelah melaksanakan pembelajaran. Seperti sikap menerima dan memberikan respon.

30

3) Aspek psikomotorik, berupa praktik pengamalan berbagai keterampilan yang dapat dilakukan baik saat pembelajaran berlangsung maupun setelah usai pembelajaran.

Dokumen terkait