• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : PEMBAHASAN

5.3. Faktor Kepuasan Psiko-Sosial

a. Distribusi responden berdasarkan puas tidaknya karyawan terhadap kesesuaian tugas dengan minat yang dimiliki.

Bila dilihat daridata ada 15 orang (75%) karyawan yang puas terhadap kesesuaian tugas dengan minat yang dimiliki dan hanya 5 orang (25,00%) yang menyatakan bahwa karyawan merasa tidak puas terhadap kesesuaian tugas dengan minat yang dimiliki . karyawan yang tidak puas bekerja di bagian personalia dan umum, marketing dan pembelian, 3 (orang) di bagian akuntansi dan keuangan. Ketidak puasan karyawan disebabkan karena mereka lebih menyukai di bagian tanaman karena bagian ini lebih mudah untuk dipromosikan sebagai Asisten kebun. Heidjrachman Ranupandojo & Suad Hasnan (1984) dalam bukunya menyebutkan bahwa semua orang mempunyai minat terhadap suatu pekerjaannya akan mengerjakan pekerjaannya dengan lebih baik daripada yang tidak berminat. b. Distribusi responden berdasarkan puas tidaknya karyawan terhadap

ketenteraman selama bekerja.

Dari data yang ada bahwa 19 orang (95%) yang menyatakan puas dengan ketenteraman yang mereka rasakan selama melakukan pekerjaan dan hanya 1 orang (5,00%) di bagian tehnik yang menyatakan tidak tenteram selama melakukan pekerjaannya karena karyawan merasa terganggu dengan suara mesin genset. Ada karyawan yang sangat peka terhadap kebisingan, terutama pada suara tinggi. Hal ini dapat dikendalikan dengan penempatan mesin genset jauh dari ruangan kerja kantor. Sehingga dapat menghasilkan suatu pekerjaan yang baik sangat diperlukan ketenteraman dalam melaksanakan tugasnya.

c. Distribusi responden berdasarkan puas tidaknya karyawan terhadap keterampilan yang dimiliki.

Pada elemen keterampilan, diperoleh data bahwa ada 17 orang (85,00%) merasa puas terhadap kesesuaian tugas dengan keterampilan yang dimiliki dan hanya 3 orang (15,00%) karyawan di bagian akuntansi dan keuangan yang menyatakan bahwa merasa tidak puas terhadap kesesuaian tugas dengan keterampilan yang dimiliki karena ketiga karyawan bukan lulusan dari pendidikan akuntansi sehingga lambat untuk menyelesaikan pekerjaan. Keterampilan ini dapat diperoleh melalui training atau latihan-latihan yang diberikan pada waktu karyawan memasuki tempat bekerja mereka. Menurut Soeripto (1998) dalam bukunya mengenai manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dan penerapanya mengatakan bahwa penyelenggaraan program training merupakan salah satu kebutuhan yang harus diperhatikan untuk membina keterampilan karyawan. Diketahui bahwa pihak perusahaan cukup baik dalam memberikan latihan-latihan disamping rata-rata karyawan yang bekerja di sana sudah mempunyai masa kerja yang lama sehingga terbiasa dengan pekerjaannya.

d. Distribusi responden berdasarkan puas tidaknya karyawan terhadap bakat yang dimiliki.

Faktor psikososial lainnya yaitu bakat, lebih lanjut As’adKaryawan juga dalam bukunya psikologi industri mengemukakan bahwa bakat adalah kemampuan dasar yang menentukan sejauh mana kesuksesan individu untuk memperoleh keahlian atau pengetahuan tertentu, apabila individu itu di beri latihan-latihan tertentu. Dari hasil data yang ada bahwa 19 orang (90,00%)

karyawan yang puas terhadap bakat yang dimiliki dan hanya 2 orang (10,00%) karyawan dibagian akuntansi dan keuangan yang menyatakan bahwa mereka tidak puas dengan pekerjaannya karena tidak berbakat dalam melakukan pekerjaan tersebut. Karena karyawan bukan dari lulusan akuntansi sehingga kurang mampu menyelesaikan pekerjaan walaupun perusahaan menyelenggarakan. Kondisi- kondisi yang akan membantu karyawan dalam mengenali bakat yang di miliki yaitu : karyawan harus memiliki hasrat dimana ketika melihat, mendengar atau menerima ajakan dari seseorang untuk mengerjakan aktivitas, karyawan merasa memiliki hasrat yang kuat untuk mengerjakannya. Kemampuan untuk menguasai pekerjaan yang baru diperkenalkan dan merasa puas ketika mengerjakan pekerjaan.

e. Distribusi responden berdasarkan puas tidaknya karyawan terhadap ketegasan pimpinan dengan minat yang dimiliki.

Bila dilihat dalam suatu perusahaan bahwa ketegasan pemimpin dalam menegakkan disiplin sangat perlu untuk menghasilkan pekerjaan yang baik, dari data yang ada bahwa bahwa mereka puas dengan ketegasan pimpinan dalam menegakkan disiplin yaitu sebanyak 18 orang (90,00%) yang puas terhadap ketegasan pimpinan dengan minat yang dimiliki dan hanya 2 orang (10,00%) karyawan di bagian tehnik dan tanaman yang menyatakan bahwa mereka tidak puas dengan ketegasan pimpinan dalam menegakkan disiplin karena pimpinan tidak memberi peringatan terhadap karyawan yang terlambat memberi laporan bulanan. Pendapat ahli Ghiselli & Brown dalam bukunya As’ad (199) mengemukakan bahwa hubungan antara karyawan dengan pihak pimpinan sangat penting artinya dalam menaikkan produktivitas kerja. Kepuasan karyawan dapat

ditingkatkan melalui perhatian terhadap hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahan, sehingga karyawan akan merasa dirinya merupakan bagian yang penting dari organisasi kerja (sense of belonging). Pendapat dari ahli yang lain, Gilmer mengemukakan bahwa komunikasi yang lancar antara karyawan dengan pihak manajemen banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Misalnya adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar, memahami dan mengakui pendapat ataupun prestasi karyawannya. Hal ini sangat berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap kerja.

f. Distribusi responden berdasarkan puas tidaknya karyawan terhadap hubungan kerjasama dengan sesama karyawan.

Faktor yang lain dalam menghasilkan pekerjaan yang baik adalah kerjasama antara sesama karyawan, dari data yang ada bahwa 17 orang (85,00%) karyawan yang puas terhadap hubungan kerjasama dengan sesama karyawan dan hanya 3 orang (15,00%) karyawan di bagian marketing dan pembelian, 2 karyawan di bagian akuntansi dan keuangan, yang menyatakan bahwa mereka tidak puas dengan hubungan kerjasama antara sesama karyawan karena kurang adanya kerjasama antara karyawan dalam menyelesaikan tugas. Ada tenaga kerja yang dalam pekerjaannya memperoleh masukan dari tenaga kerja lain. Kepuasan kerja yang ada timbul karena mereka dalam jumlah tertentu dalam satu ruangan kerja sehingga dapat berkomunikasi.Tentang rekan atau mitra kerja, Heidjrachman Ranupandojo & Suad Hasnan (1984) menyebutkan bahwa rekan sekerja yang kompak adalah merupakan cerminan dari kebutuhan sosial. Setiap karyawan menginginkan adanya perhatian dari rekan sekerjanya karena manusia tersebut memerlukan persahabatan dan tidak akan berbahagia kalau ia

ditinggalkan sendirian. Pekerjaan seringkali memberikan kepuasan kebutuhan sosial, tidak hanya dalam artian memberikan persahabatan, tetapi juga dalam segi- segi yang lain.

g. Distribusi responden berdasarkan puas tidaknya karyawan terhadap suasana kekeluargaan dalam lingkungan kerja.

Dalam lingkungan kerja perlu dipelihara rasa kekeluargaan, dari data yang ada bahwa 18 orang (90,00%) mereka puas terhadap suasana kekeluargaan dalam lingkungan kerja dan hanya 2 orang (10,00%) karyawan di bagian akuntansi dan keuangan yang menyatakan bahwa mereka tidak puas terhadap suasana kekeluargaan dalam lingkungan kerja karena kurang adanya kerjasama sehingga karyawan yang satu dengan yang lain terjadi hubungan yang tidak baik antara karyawan.

Dokumen terkait