• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemerolehan

4.3.3 Faktor Latar Belakang Sosial

Faktor yang memberikan pengaruh yang cukup besar dalam pemerolehan bahasa AN1 adalah faktor latar belakang sosial yang dimilikinya. Kedua orang tuanya adalah sarjana, sehingga ayah dan ibunya selalu memberikan contoh berupa bahasa yang baik. Ibunya seorang sarjana sastra Inggris yang sangat peduli dengan perkembangan bahasa yang dialami AN1 dan saudaranya. Demikian juga ayahnya. Kedua orang tuanya berusaha menyediakan fasilitas yang cukup memadai berupa tontonan yang baik dari televisi maupun dari dvd atau vcd yang dibelikan orang tuanya, sehingga sangat membantu dalam proses pemerolehan bahasanya.

4.3.3.2AN2

Latar belakang sosial AN2 juga mempengaruhi pemerolehan bahasanya yang belum baik. AN2 lebih banyak menghabiskan waktunya berdagang dengan kedua orang tuanya di warung mereka yang terletak di pinggir jalan. Bahkan, mereka sekeluarga lebih sering bermalam di warung mereka daripada di rumah mereka. AN2 tidak sering menghabiskan waktunya dengan anak-anak lain. Selain itu, AN2 juga tidak memiliki media, seperti televisi, yang dapat membantunya memperoleh bahasa

dengan baik. Hal-hal yang disebutkan di atas merupakan faktor latar belakang sosial yang memberikan pengaruh yang besar bagi pemerolehan sintaksis AN2.

4.3.3.3AN3

Ayah dan ibu AN3 memiliki latar belakang pendidikan yang cukup baik. Mereka berdua adalah tamatan D3 jurusan Komputer. Sehingga bahasa yang mereka gunakan sehari-hari di rumah adalah bahasa yang cukup baik. Hal ini memberikan pengaruh kepada pemerolehan bahasa AN3. Dia sudah mampu mengungkapkan idenya dan perasaannya melalui kalimat dalam modus deklaratif, interogatif, imperatif dan interjektif.

4.3.3.4AN4

Latar belakang sosial yang dimiliki oleh AN4 juga memberikan andil dalam proses pemerolehan sintaksis yang dialaminya. Ayah dan ibunya adalah sarjana. Apalagi, ibunya adalah seorang sarjana sastra. Ibu dan ayahnya sangat peduli pada perkembangan bahasa yang dialami olehnya. Mereka berusaha menyediakan fasilitas yang memadai berupa tontonan yang baik untuknya yang berguna untuk mendukung perkembangan pemerolehan bahasa yang dialami olehnya. Kedua orang tuanya juga selalu mendorong AN4 untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya, baik anak-anak maupun orang dewasa, sehingga pemerolehan bahasa AN4, khususnya pemerolehan sintaksisnya, berada pada tahap yang sangat baik.

4.3.3.5AN5

Ayah AN5 adalah seorang pemilik sekaligus supir angkutan umum. Sementara ibunya adalah seorang guru SD. Orang tuanya paling banyak memberikan pengaruh pada pemerolehan bahasa yang dialaminya karena AN5 menghabiskan waktunya sehari-hari dengan kedua orang tuanya. Ketika ibunya mengajar, ayahnya yang menjaganya. Setelah ibunya pulang, barulah ayahnya bekerja. Kemudian, AN5 juga berinteraksi dengan orang-orang di sekitar rumahnya. Hal ini memberikan pengaruh yang cukup besar pada pemerolehan sintaksisnya sehingga AN5 mampu memproduksi kalimat dalam berbagai modus, baik deklaratif, interogatif, imperatif, maupun interjektif.

4.3.3.6AN6

Pekerjaan ibu AN6 sebagai seorang guru yang ditempatkan di luar kota membuatnya tidak dapat berada di rumah setiap hari, sehingga AN6 menghabiskan waktunya sehari-hari dengan ayah dan saudara-saudaranya. Karena ayahnya juga harus bekerja, AN6 dan saudara-saudaranya juga sering ditinggal sendirian di rumah. Hal ini menyebabkan AN6 paling sering berkomunikasi dengan saudara-saudaranya saja. AN6 juga jarang bermain-main dengan anak-anak lain di sekitar rumahnya. Kedua abangnya sudah bersekolah, maka bahasa mereka yang sudah baik menjadi contoh baginya. Hal ini membuat pemerolehan bahasanya, khususnya pemerolehan sintaksisnya, cukup baik, walaupun pengucapan kata-katanya belum sempurna. AN6 sudah memiliki kompetensi yang cukup baik dalam memproduksi kalimat dalam

berbagai modus. Lagipula, kalau ibunya sedang berada di rumah, ibunya sering mengajarinya sambil bermain ‘guru dan murid’. Hal ini memberikan pengaruh yang baik bagi pemerolehan bahasa AN6.

4.3.4 Faktor Keturunan 4.3.4.1AN1

Faktor terakhir yang mempengaruhi pemerolehan bahasa AN1 adalah faktor keturunan yang berupa faktor intelegensia dan faktor kepribadian dan gaya/cara pemerolehan bahasa. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa AN1 merupakan anak yang pintar. AN1 sudah mampu menghasilkan kalimat-kalimat yang dapat dimengerti dengan baik oleh lawan bicaranya. Dari segi kepribadian, AN1 memiliki kreativitas yang cukup baik dalam menghasilkan kalimat-kalimat dalam berbagai modus, walaupun terkadang AN1 masih meniru apa yang diucapkan orang lain, terutama abangnya. Dari segi gaya/cara pemerolehan bahasa AN1 sudah berada pada tahap Linguistik III di mana AN1 sudah mampu menghasilkan kalimat pada tingkat tiga kata yang memiliki makna yang lengkap sehingga orang mengerti apa yang dimaksudkannya dengan mudah.

4.3.4.2AN2

Dari segi intelegensia, AN2 dianggap memiliki tingkat intelegensia yang cukup baik. AN2 bukanlah anak yang bodoh. Hal ini disimpulkan karena dari data yang ada ditemukan bahwa AN2 sudah mampu mengucapkan urutan angka dengan

benar. Walaupun AN2 belum bersekolah, dia sudah mampu mengucapkan angka- angka mulai dari satu sampai sebelas. Pada saat dilakukan pengambilan data, AN2 memegang buku dan pensil, kemudian mencoret-coret buku sambil bertingkah seolah-olah dia sedang menuliskan tentang bapaknya, ibunya dan adiknya. Hal ini menunjukkan bahwa AN2 memiliki intelegensia yang cukup baik. Sedangkan dari segi cara/gaya pemerolehan bahasa, AN2 berada pada tahap Linguistik II di mana AN2 menghasilkan kalimat pada tingkat dua kata.

4.3.4.3AN3

Dari segi intelegensia dapat disimpulkan bahwa AN3 memiliki intelegensia yang baik. Hal ini bisa dilihat dari contoh data yang disebutkan di atas. AN3 sudah mengerti bagaimana menggunakan kamera, sedangkan ayahnya sendiri seperti kaget ketika AN3 berkata demikian karena ayahnya tidak menyangka AN3 mengerti tentang kegunaan tombol kamera tersebut. Sedangkan dari segi gaya/cara pemerolehan bahasa, AN3 sudah berada pada tahap Linguistik III di mana AN3 sudah mampu menghasilkan kalimat yang terdiri dari lebih dari dua kata dan mengandung konsep kalimat yang lengkap.

4.3.4.4AN4

Dari segi intelegensia, AN4 merupakan anak yang memiliki tingkat intelegensia yang sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan kompetensi bahasanya yang sangat baik. AN4 sudah mampu memproduksi kalimat dalam berbagai modus dengan

kosa kata yang sudah cukup kaya dan beragam untuk mengungkapkan maksudnya dengan baik. Dari segi gaya/cara pemerolehan bahasa, AN4 sudah berada pada tahap Linguistik IV di mana AN4 sudah mampu menghasilkan kalimat multi kata yang cukup lengkap.

4.3.4.5AN5

Hasil analisis dari data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa AN5 memiliki tingkat intelegensia yang baik. AN5 sudah mampu memproduksi kalimat dengan kosa kata yang cukup beragam. Hal ini menunjukkan bahwa AN5 memiliki tingkat intelegensia yang baik. Dari segi gaya/cara pemerolehan bahasa, AN5 berada pada tahap Linguistik III di mana AN5 sudah mampu memproduksi kalimat yang terdiri lebih dari dua kata yang sudah memiliki makna yang lengkap.

4.3.4.6AN6

Kompetensi AN6 untuk memproduksi kalimat dalam berbagai modus menunjukkan bahwa AN6 memiliki tingkat intelegensia yang baik. Dari data yang dikumpulkan ditemukan fakta bahwa AN6 sudah mampu membedakan warna dan mengetahui ciri-ciri binatang. Misalnya, ketika AN6 beranggapan bahwa kutu itu berwarna coklat bukan berwarna hitam. Hal ini menunjukkan bahwa AN6 memiliki intelegensia yang baik. Sedangkan dari gaya/cara pemerolehan bahasa disimpulkan bahwa pemerolehan sintaksis AN6 berada pada Linguistik IV di mana dia sudah mampu menghasilkan kalimat multi kata yang cukup lengkap.

BAB V TEMUAN

5.1 Pemerolehan Sintaksis Bahasa Indonesia Anak Usia Dua Tahun dan Tiga Tahun

No. Kalimat Modus Anak

Dua Tahun Tiga Tahun

1. Pernyataan Deklaratif + + Imperatif __ + Interjektif + + 2. Pertanyaan Deklaratif __ + Interogatif + + 3. Perintah Imperatif + + Interjektif + +

Tabel 4. Pemerolehan sintaksis bahasa Indonesia anak usia dua tahun dan tiga tahun Keterangan: + : Mampu

__ : Tidak mampu

Tabel di atas merupakan hasil temuan dalam penelitian terhadap pemerolehan sintaksis bahasa Indonesia anak usia dua tahun dan tiga tahun di Padang Bulan Medan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa anak usia dua tahun mampu menghasilkan berbagai kalimat dalam berbagai modus. Dua dari tiga anak usia dua

tahun yang menjadi subjek dalam penelitian sudah memiliki kompetensi yang cukup baik dalam menghasilkan berbagai kalimat yaitu kalimat pernyataan, pertanyaan dan perintah kemudian menggunakan kalimat-kalimat tersebut dalam berbagai modus, baik deklaratif, interogatif, imperatif, dan interjektif. Misalnya, ketika AN1 ditanya ibunya apa yang membuatnya terkejut, dia menjawab dengan menggunakan kalimat pernyataan dalam modus deklaratif dengan mengatakan, “Jalan cosmosnya”, yang menyatakan bahwa Ultraman Cosmos yang tiba-tiba berjalan membuatnya terkejut. Ataupun ketika AN3 menyuruh ayahnya untuk memencet tombol yang ada di kamera, dia menggunakan kalimat perintah dalam modus imperatif dengan berkata, “Pencet gini biar bica dia.”

Mereka menggunakan berbagai kalimat tersebut dalam modus yang sesuai dengan kegunaan kalimat-kalimat tersebut, misalnya kalimat pernyataan digunakan dalam modus deklaratif dan interjektif, kalimat pertanyaan dalam modus interogatif, dan kalimat perintah dalam modus imperatif. Namun, hasil analisis data menunjukkan bahwa mereka paling sering menggunakan kalimat pernyataan dalam modus deklaratif.

Sementara hasil analisis data anak usia tiga tahun menunjukkan bahwa semua anak usia tiga tahun sudah memiliki kompetensi yang baik dalam menghasilkan berbagai kalimat dalam berbagai modus. Berbeda dengan anak usia dua tahun, semua subjek penelitian sudah mampu melakukan improvisasi dengan kalimat yang mereka hasilkan. Misalnya, mereka sudah mampu menggunakan kalimat pernyataan dalam modus imperatif dan kalimat pertanyaan dalam modus deklaratif. Contohnya ketika

AN4 mengatakan, “Harum, kan?”, sebenarnya AN4 bukan bertanya, namun dia menggunakan kalimat pertanyaan tersebut dalam modus deklaratif untuk menyatakan bahwa badannya harum karena dia baru selesai mandi.

5.2 Perbedaan Pemerolehan Sintaksis Bahasa Indonesia Anak Usia Dua Tahun dan Tiga Tahun

No. Perbedaan Anak

Dua Tahun Tiga Tahun

1. Improvisasi _ +

2. Peniruan + _

3. Kalimat multi kata _ + Tabel 5: Perbedaan pemerolehan sintaksis

anak usia dua tahun dan tiga tahun Keterangan: + : mampu/terjadi

_ : tidak mampu/tidak terjadi

Dalam kasus yang terjadi pada anak usia dua tahun dan tiga tahun di Padang Bulan Medan ini ditemukan beberapa perbedaan pemerolehan sintaksis bahasa Indonesia anak usia dua tahun dan tiga tahun. Perbedaan yang pertama terletak pada berbagai kalimat dan modus yang mereka hasilkan. Anak usia dua tahun umumnya menghasilkan kalimat pernyataan dalam modus deklaratif. Mereka juga sudah mampu menghasilkan kalimat pertanyaan dalam modus interogatif, kalimat perintah dalam modus imperatif dan kalimat pernyataan dalam modus interjektif, namun

mereka belum mampu berimprovisasi dengan jenis kalimat dan modus yang mereka gunakan. Sedangkan, anak usia tiga tahun sudah mampu menghasilkan berbagai kalimat dalam berbagai modus dan melakukan improvisasi dengan jenis kalimat dan modus yang mereka gunakan. Misalnya, mereka mampu menghasilkan kalimat pernyataan dalam modus imperatif. Contohnya, ketika AN4 berkata kepada adiknya, “Biar kawan kita”, sebenarnya maksud kalimat pernyataan tersebut adalah membujuk adiknya untuk memberikan mobil-mobilan yang masih bagus kepadanya, sehingga kalimat pernyataan tersebut digunakan dalam modus imperatif.

Perbedaan kedua terletak pada tingkat kalimat yang mereka hasilkan. Pada umumnya, anak usia dua tahun sudah mampu menghasilkan kalimat pada tingkat tiga kata, misalnya, ketika AN1 berkata, “Tekaget dedeknya, bang”. Sedangkan anak usia tiga tahun sudah mampu menghasilkan kalimat pada tingkat enam kata atau multi kata, contohnya ketika AN6 mengungkapkan kekesalannya kepada ibunya dengan mengatakan, “Becok, becok, nggak mau pake’ cayul.”

Dan perbedaan yang terakhir terletak pada originalitas kalimat yang mereka hasilkan. Anak usia dua tahun masih meniru ucapan orang lain jika mereka mengalami kesulitan untuk mengungkap ide atau gagasan mereka, sedangkan anak tiga tahun sudah memiliki kompetensi penuh dalam menghasilkan kalimat yang merupakan hasil kreasi mereka sendiri. Contohnya ketika AN1 ditanya ibunya apa yang dimakannya untuk makan siangnya, dia mengikuti apa yang diucapkan oleh abangnya. Seperti yang dapat dilihat dari data di bawah ini:

AN4 : Makan apa ya?

Mama : Kok mikir? Tadi dedek makan apa? AN1 : Nagget (nugget).

AN4 : Ikan. AN1 : Ikan.

Dari percakapan di atas dapat dilihat bahwa semula AN1 menjawab bahwa dia makan nugget untuk makan siangnya. Tetapi ketika AN4 mengatakan bahwa dia makan ikan, AN1 pun meniru dan mengatakan hal yang sama. Hal ini membuktikan bahwa anak usia dua tahun masih meniru apa yang diucapkan oleh orang lain.

5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Sintaksis Anak Usia

Dokumen terkait