• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN

2.3 Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang pemerolehan bahasa Indonesia sudah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, di antaranya Dardjowidjojo (2000) yang dituangkan dalam sebuah buku yang berjudul Echa, Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Buku tersebut berisi hasil penelitian longitudinal yang dilakukan Dardjowidjojo selama lima tahun terhadap cucu pertamanya, Rei Safia, yang biasa dipanggil Echa. Dalam penelitian tersebut Dardjowidjojo meneliti pemerolehan bahasa Echa dari tataran pragmatik, fonologi, morfosintaksis dan leksikon. Dari penelitian tersebut beliau mendapatkan bahwa banyak konsep universal yang dipatuhi anak dalam pemerolehan bahasa tetapi kepatuhan ini tidak merata pada ketiga komponen yang diteliti. Bahkan pada tiap komponen pun terjadi perbedaan-perbedaan yang kadang- kadang muncul secara fundamental.

Gustianingsih (2002) dalam tesis yang berjudul Pemerolehan Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak membahas tentang bagaimana kalimat majemuk koordinatif bahasa Indonesia diperoleh anak taman kanak-kanak, yaitu jenis konjungsi kalimat koordinatif apa yang diperoleh anak dan berapa jumlah frekuensinya. Anak TK memiliki pola struktur kalimat majemuk koordinatif bahasa Indonesia yang berbeda dengan orang dewasa. Jenis kalimat majemuk koordinatif yang sedang, akan dan telah dipahami anak TK ternyata berbeda-beda bagi setiap anak. Anak TK memiliki karakteristik kalimat majemuk koordinatif bahasa Indonesia yang berbeda dengan karakteristik bahasa orang dewasa.

Putri Nasution (2009) dalam tesis yang berjudul Kemampuan Berbahasa Anak Usia 3-4 Tahun (Prasekolah) di Play Group Tunas Mekar Medan: Tinjauan Psikolinguistik menemukan bahwa para responden yaitu anak-anak yang berusia 3-4 tahun di Play Group Tunas Mekar Medan mampu berbahasa baik dari pemerolehan fonologi, sintaksis, maupun semantik. Walaupun pada pemerolehan fonologi anak mengalami pergantian sebuah bunyi yang disuarakan dengan bunyi yang tidak disuarakan. Pada pemerolehan sintaksis anak telah mampu menggunakan kalimat- kalimat yang gramatikal dan pada pemerolehan semantik anak lebih cenderung menggunakan kata-kata yang memiliki makna denotatif.

Tay Meng Guat (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Pemerolehan Bahasa Kanak-Kanak: Suatu Analisis Sintaksis mengkaji tentang pemerolehan sintaksis bahasa seorang anak yang berumur tiga setengah tahun. Bahasa yang diteliti dalam penelitian ini adalah bahasa Melayu Iban yaitu bahasa yang digunakan di daerah Bahagian Dua-Betong, Malaysia. Data dianalisis berdasarkan tiga ciri utama aspek sintaksis yaitu panjang kalimat, struktur sintaksis dan jumlah ujaran setiap giliran bertutur. Penghitungan Mean Panjang Ujaran atau Mean Length of Utterance (MLU) berdasarkan Brown’s Stages of Development yang digunakan untuk menentukan tahap perkembangan bahasa anak- anak yang bersangkutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang menjadi subjek penelitian memiliki MLU sebesar 2.38 yaitu satu tahap di bawah perkiraan tahap yang seharusnya dalam perkembangan penguasaan bahasa anak-anak berdasarkan Brown’s Stages of Development. Penguasaan bahasa subjek berada pada Fase Akhir Linguistik II dan

mulai beralih ke Fase Awal Linguistik III, sehingga ujaran anak masih terikat dengan bahasa holofrase dan telegrafik.

Mahmud Aziz Siregar (2002) dalam tesis yang berjudul Pengaruh Stimuli Terhadap Pemerolehan Bahasa Anak Prasekolah (Studi Komparatif) menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemberian stimuli dengan perkembangan kosa kata dan semantik anak prasekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin intensif lingkungan memberikan stimuli terhadap anak, maka perkembangan pemerolehan bahasa anak prasekolah semakin baik. Selain itu, dari hasil penelitian ditemukan juga fakta bahwa anak masih melakukan generalisasi terhadap benda yang memiliki karakteristik yang sama.

Endang Rusyani (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Pemerolehan Bahasa Indonesia Anak Usia 2,5 Tahun (Studi Kasus Terhadap Pemerolehan Bahasa Anak Usia Dini) menemukan bahwa anak yang berusia dua setengah tahun sudah mampu mengucapkan kata-kata yang sesuai dengan lingkungan dan benda-benda yang ada di sekitarnya. Perbendaharaan kata anak juga sudah mulai berkembang karena anak mengambil contoh dari kata-kata yang diucapkan orang tua, teman- teman, saudara-saudaranya dan orang-orang lain yang ada di sekitarnya. Dalam penelitian ini juga ditemukan fakta bahwa anak yang berusia dua setengah sudah mampu menghasilkan kalimat pada tingkat satu kata, dua kata, dan tiga kata yang sudah memiliki makna yang lengkap. Selain itu, anak juga sudah mampu menghasilkan kalimat dalam modus deklaratif, interogatif dan imperatif.

H. Noldy Pelenkahu (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Pemerolehan Bahasa Pertama Anak Kembar Usia Dua Tahun Delapan Bulan menemukan bahwa anak kembar usia dua tahun delapan bulan yang menjadi subjek penelitian ini dalam mengujarkan satu, dua dan tiga kata mengawalinya dengan mengujarkan suku kata awal dan akhir secara bergantian. Dalam pemerolehan morfologinya anak sangat tergantung pada pola kehidupan berbahasa yang ada di lingkungan keluarganya, maksudnya sedikit banyaknya bergantung pada pola berbahasa yang dilakukan oleh ibu mereka, kemudian ayah, dan saudara-saudaranya. Kebanyakan kata-kata yang mampu diujarkan merupakan gambaran kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam kehidupan kedua anak tersebut. Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa kedua anak tersebut kurang memiliki bakat bahasa yang dibawa sejak lahirnya sehingga orang tua perlu mengembangkannya agar tidak mengalami keterlambatan dalam pemerolehan bahasa yang baik dan benar.

Semua penelitian terdahulu yang disebutkan di atas sangat membantu penulis untuk menentukan tahap-tahap yang harus dilakukan dalam penelitian ini karena semua penelitian tersebut menjadikan anak usia dini yaitu anak yang berusia dua tahun, tiga tahun, dan empat tahun sebagai subjek penelitian. Dengan adanya penelitian-penelitian terdahulu tersebut penulis dapat membandingkan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini dengan hasil yang didapat dalam penelitian-penelitian tersebut. Sebagian penelitian tersebut mengkaji tentang pemerolehan sintaksis, sehingga hasil yang didapatkan dalam penelitian terdahulu tersebut dapat dibandingkan dengan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini.

Dokumen terkait