• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.3. Analisis Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas

5.3.1. Faktor Manusia

Faktor manusia merupakan faktor tertinggi yang berkontribusi menyebabkan kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor. Faktor penyebab kecelakaan yang berasal dari faktor manusia yaitu pengendara lengah, mengantuk, mabuk, tidak tertib, tidak terampil, dan kecepatan tinggi. Berikut pembahasan mengenai faktor manusia:

a. Lengah

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengendara sepeda motor yang lengah dalam berkendara ada sebanyak 412 kejadian (48,4%). Proporsi faktor lengah merupakan faktor tertinggi kedua yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor.

Faktor lengah merupakan faktor yang berasal dari manusia dikarenakan pengendara melakukan hal atau kegiatan lain ketika berkendara, sehingga perhatiannya tidak fokus ketika berkendara atau tidak memperhatikan lingkungan sekitar yang dapat berubah mendadak. Menurut penelitian Kartika (2008), banyak pengemudi yang melakukan kegiatan lain saat mengemudi sehingga menyebabkan konsentrasi terganggu dan berisiko terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Berdasarkan kasus di BAP, contoh yang sering terjadi di lapangan adalah ketika pengendara sepeda motor sedang mengendarai kendaraannya di sisi sebelah kiri jalan, sedangkan pengendara lainnya berada di sisi kanan jalan dan di belakang pengendara tersebut. Lalu pengendara yang berada di sisi kiri jalan tersebut merubah arah ke kanan, karena tidak memperhatikan situasi lalu lintas dan kurang hati-hati dalam berkendara sehingga mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dan tidak jarang menyebabkan korban jiwa.

Berdasarkan analisis hubungan antara pengendara lengah dengan kejadian meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas menunjukkan 25% dari kecelakaan yang disebabkan oleh pengendara lengah menyebabkan meninggal dunia. Artinya, 1 dari 4 kejadian kecelakaan yang disebabkan faktor lengah dalam berkendara, menimbulkan 1 korban meninggal dunia.

Jika dianalisis lebih lanjut, hubungan antara pengendara lengah dan akibat kecelakaan lalu lintas secara statistik terlihat bermakna. Hal ini mencerminkan bahwa pengendara lengah berperan dalam menyebabkan cedera serius, bahkan kematian. Sedangkan bila dilihat berdasarkan nilai OR, diperoleh bahwa pengendara yang lengah dalam berkendara tidak berisiko menyebabkan kejadian meninggal dunia atau luka/cedera akibat kecelakaan lalu lintas. Artinya, bahwa pengendara lengah memiliki hubungan menyebabkan kejadian meninggal dunia atau luka/cedera akibat kecelakaan lalu lintas, tetapi lebih berisiko bila di dukung faktor lainnya diluar faktor lengah.

b. Mengantuk

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengendara sepeda motor yang mengantuk dalam berkendara hanya terdapat 1 kejadian (0,1%). Meskipun faktor pengendara mengantuk merupakan faktor penyebab terkecil yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas, namun dari data tersebut dapat diketahui bahwa masih ada pengendara yang tetap mengendarai kendaraannya walaupun dalam kondisi mengantuk. Mengantuk adalah suatu keadaan dimana pengemudi kehilangan daya reaksi dan konsentrasi akibat kurang istirahat dan/atau sudah berkendara selama 5 jam tanpa berhenti (Warpani, 2002). Ciri-ciri pengendara yang mengantuk adalah sering menguap, perih pada mata, lambat dalam bereaksi, berhalusinasi, dan pandangan kosong.

Berdasarkan analisis hubungan antara pengendara mengantuk dan akibat kecelakaan lalu lintas menunjukkan 100% dari 1 kejadian kecelakaan yang disebabkan oleh pengendara mengantuk menyebabkan meninggal dunia. Jika dianalisis lebih lanjut, hubungan antara pengendara mengantuk dan akibat kecelakaan lalu lintas secara statistik terlihat bermakna atau memiliki hubungan. Dan apabila dilihat berdasarkan nilai OR diperoleh bahwa pengendara yang mengantuk dalam berkendara berisiko 4,885 kali menyebabkan kejadian meninggal dunia atau luka/cedera dibanding faktor penyebab kecelakaan lainnya. Hal ini berarti pengendara mengantuk memiliki hubungan dalam menyebabkan meninggal dunia atau luka/cedera ketika terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor dan memiliki risiko 4,485 kali menimbulkan korban meninggal dunia atau

luka/cedera dibandingkan faktor penyebab lainnya. Berdasarkan Asian Develoment

Bank (1998) yang mengutip hasil penelitian Kartika (2008), menyatakan bahwa risiko

kecelakaan tertinggi terjadi pada pengemudi yang mengantuk.

c. Mabuk

Berdasarkan hasil penelitian dari 851 kejadian kecelakaan, kecelakaan yang disebabkan pengendara mabuk atau dalam pengaruh alkohol adalah sebanyak 7 kejadian (0,8%). Pengendara mabuk mungkin saja mampu mengendarai sepeda motor tetapi tidak dapat memperhatikan hal penting lainnya ketika berkendara seperti lampu lalu lintas dan situasi lalu lintas sekitarnya.

Berdasarkan analisis hubungan antara pengendara mabuk dan akibat kecelakaan lalu lintas menunjukkan 14,3% dari kecelakaan yang disebabkan oleh pengendara mabuk menyebabkan meninggal dunia. Jika dianalisis lebih lanjut, hubungan antara pengendara mabuk dan akibat kecelakaan lalu lintas secara statistik terlihat tidak cukup bermakna. Berdasarkan nilai OR didapatkan bahwa pengendara mabuk tidak berisiko menyebabkan meninggal dunia atau luka/cedera pada kejadian lalu lintas.

Artinya, pengendara mabuk merupakan faktor yang berisiko menyebabkan kecelakaan lalu lintas, namun hanya secara kebetulan menyebabkan kejadian meninggal dunia atau luka/cedera. Kejadian meninggal dunia atau luka/cedra bisa jadi dipengaruhi faktor lain di luar faktor pengendara mabuk.

d. Tidak Tertib

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengendara sepeda motor yang tidak tertib dalam berkendara ada sebanyak 541 kejadian (63,6%). Proporsi faktor tidak tertib merupakan faktor tertinggi yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor. Faktor pengendara tidak tertib merupakan faktor pengendara yang melanggar peraturan dan rambu-rambu lalu lintas seperti melanggar marka atau rambu lalu lintas, mendahului kendaraan lain melalui jalur kiri, dan sebagainya. Berdasarkan pendapat Kartika (2008) menyebutkan kurangnya public

safety awareness yang dimiliki masyarakat sehingga menyebabkan masyarakat tidak

mengutamakan keselamatan dan lebih banyak mengutamakan kecepatan dan faktor ekonomi dalam berlalu lintas.

Berdasarkan analisis hubungan antara pengendara tidak tertib dan akibat kecelakaan lalu lintas menunjukkan 15,5% dari kecelakaan yang disebabkan oleh pengendara tidak tertib menyebabkan meninggal dunia, sedangkan 84,5% dari kecelakaan fatal menyebabkan luka/cedera. Jika dianalisis lebih lanjut, hubungan antara pengendara tidak tertib dan akibat kecelakaan lalu lintas secara statistik terlihat bermakna. Hal ini mencerminkan bahwa pengendara tidak tertib berperan dalam menyebabkan cedera serius, bahkan kematian. Sedangkan bila dilihat berdasarkan nilai OR, diperoleh bahwa pengendara yang tidak tertib dalam berkendara tidak berisiko menyebabkan kejadian meninggal dunia atau luka/cedera akibat kecelakaan lalu lintas. Artinya, bahwa pengendara tidak tertib memiliki hubungan menyebabkan

kejadian meninggal dunia atau luka/cedera akibat kecelakaan lalu lintas, tetapi lebih berisiko bila di dukung faktor lainnya diluar faktor tidak tertib.

e. Tidak Terampil

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengendara sepeda motor yang tidak terampil dalam berkendara ada sebanyak 246 kejadian (28,9%). Faktor pengendara tidak terampil merupakan pengendara yang tidak mampu mengendalikan kendaraannya sehingga menimbulkan kecelakaan, seperti tidak berjalan sesuai jalurnya atau terlalu ke kanan, tidak menjaga jarak aman. Oleh karena itu, dalam berkendara diperlukan latihan dan pengalaman dalam berkendara sehingga memiliki keterampilan alamiah menghadap bermacam-macam situasi lalu lintas.

Berdasarkan analisis hubungan antara pengendara tidak terampil dan akibat kecelakaan lalu lintas menunjukkan 30,5% dari kecelakaan yang disebabkan oleh pengendara tidak terampil menyebabkan meninggal dunia. Artinya, 3 dari 10 kejadian kecelakaan yang disebabkan faktor lengah dalam berkendara, menimbulkan 3 korban meninggal dunia. Faktor ini merupakan proporsi terbesar dalam menyebabkan meninggal dunia pada kecelakaan lalu lintas.

Jika dianalisis lebih lanjut, hubungan antara pengendara tidak terampil dan akibat kecelakaan lalu lintas secara statistik terlihat memiliki hubungan. Dan apabila dilihat berdasarkan nilai OR, diperoleh bahwa pengendara yang tidak terampil dalam berkendara berisiko 2,215 kali menyebabkan kejadian meninggal dunia atau luka/cedera akibat kecelakaan lalu lintas dibandingkan faktor penyebab lainnya. Data

ini mencerminkan bahwa pengendara tidak terampil merupakan salah satu faktor penyebab kecelakaan lalu lintas dan timbulnya korban meninggal dunia atau luka/cedera. Hal ini berarti pengendara tidak terampil memiliki hubungan dalam menyebabkan meninggal dunia atau luka/cedera ketika terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor dan memiliki risiko 2,215 kali menimbulkan korban meninggal dunia atau luka/cedera dibanding faktor lainnya.

f. Kecepatan Tinggi

Berdasarkan hasil penelitian dari 851 kejadian kecelakaan, kecelakaan yang disebabkan pengendara kecepatan tinggi adalah sebanyak 294 kejadian (34,5%). Pengendara yang berkendara dalam kecepatan tinggi merupakan faktor tertinggi ketiga yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor. Yang dimaksud dengan pengendara kecepatan tinggi adalah pengendara yang mengendarai kendaraannya dengan kecepatan tinggi atau diatas kecepatan normal pada suatu kondisi lalu lintas sehingga menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan pendapat Perez, dkk (2007) yang mengutip hasil penelitian Simarmata (2008), dapat disimpulkan kecepatan tinggi akan meningkatkan peluang terjadinya kecelakaan dan tingkat keparahan dari konsekuensi kecelakaan tersebut.

Berdasarkan analisis hubungan antara pengendara kecepatan tinggi dan akibat kecelakaan lalu lintas menunjukkan 23,1% dari kecelakaan yang disebabkan oleh pengendara kecepatan tinggi menyebabkan meninggal dunia. Jika dianalisis lebih lanjut, hubungan antara pengendara kecepatan tinggi dan akibat kecelakaan lalu lintas

secara statistik terlihat tidak cukup bermakna. Berdasarkan nilai OR juga didapatkan bahwa pengendara kecepatan tinggi tidak berisiko menyebabkan meninggal dunia atau luka/cedera pada kejadian lalu lintas. Artinya, pengendara kecepatan tinggi merupakan faktor yang berisiko menyebabkan kecelakaan lalu lintas, namun hanya secara kebetulan menyebabkan kejadian meninggal dunia atau luka/cedera. Kejadian meninggal dunia atau luka/cedera bisa jadi dipengaruhi faktor lain di luar faktor pengendara kecepatan tinggi.

Dokumen terkait