• Tidak ada hasil yang ditemukan

BANIT BAMIN

F.2. Faktor Mempengaruhi Penerapan Program Perpolisian Masyarakat di Wilayah Hukum Polres Salatiga

Dengan penerapan perpolisian masyarakat tidak terlepas dari faktor yang ingin di capai dalam penerapan program perpolisian masyarakat itu sendiri, namun pada penerapan perpolisian masyarakat ada faktor penghambat di beberapa wilayah hukum Polres Salatiga terutama di wilayah Polsek Sidorejo, terbukti dengan masih banyak terjadinya gangguan kamtibmas selain faktor kurangnya personil anggota kepolisian di Polsek Sidorejo, masih kurangnya keasadaran masyarakat dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan gangguan kamtibmas dan keberanian dari warga untuk berdialog dengan polisi serta masyarakat kurang menyadari akan peran dan tanggung jawabnya dalam upaya untuk melakukan pencegahan dan mendeteksi terhadap terjadinya gangguan kamtibmas di lingkungannya.

Pada pelaksanaannya program perpolisian masyarakat di Salatiga tidak berjalan dengan optimal, faktor yang mempengaruhi tidak optimalnya penerapan perpolisian masyarakat karna kurangya koordinasi yang sinergis antara pihak kepolisian dengan masyarakat, masyarakat membebankan baik penanganan maupun pencegahan kejahatan kepada pihak kepolisian.

83

Selain masyarakat membebankan baik penanganan maupun pencegahan kepada pihak Kepolisian, tidak adanya evaluasi yang dilakukan oleh Polres Salatiga dalam penerapan program Polmas itu sendiri, sehingga secara tidak lansung tidak dapat memonitori aspek apa saja yang menjadi kendala dalam penerapan program perpolisian masyarakat hal inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab ketidak optimalan program Polmas khususnya di wilayah Kelurahan Salatiga dan Kelurahan Sidorejo Lor.

Perpolisian masyarakat akan berorientasi pada pencegahan kejahatan dan mengutamakan pencegahan kejahatan dan mengutamakan kemitraan dengan masyarakat. keterlibatan masyarakat dalam mengontrol, memberikan masukan, serta memberikan masukan kepada polisi, di harapkan untuk mencapai keberhasilan dalam mencegah kejahatan. namun kurangnya partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan gangguan kamtibmas dan keberanian dari warga untuk berdialog dengan polisi serta masyarakat kurang menyadari akan peran dan tanggung jawabnya dalam upaya untuk melakukan pencegahan dan mendeteksi terhadap terjadinya gangguan kamtibmas di lingkungannya.

Upaya yang dilakukan Polres Salatiga untuk mengantisipasi terjadinya gangguan kamtibmas adalah memantau ke daerah yang di anggap rawan terhadap tindak kejahatan. Sebab dimungkinkan kondisi sosial yang buruk tidak akan menyebabkan kejahatan tetapi meningkatkan kemungkinan terjadinya tindakan- tindakan kriminal, Dengan mengetahui beberapa faktor tersebut maka harapan

84

yang di capai polisi akan mampu menentukan sasaran mereka, baik kelompok maupun tempat terdapat faktor kerawanan yang tinggi terhadap terjadinya kejahatan.

Berikut adalah beberapa faktor yang menjadi kurang optimalnya penerapan program perpolisian masyarakat di Salatiga :

a. Faktor Masyarakat

Setiap masyarakat memiliki karakteristik yang berbeda, antaralain budaya, nilai dan masalah yang beraneka ragam, terutama wilayah perkotaan. Perpolisian masyarakat menekankan pentingnya kemitraan aktif antara polisi dan masyarakat dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah kejahatan. Anggota masyarakat dapat berperan lebih besar dalam hal keamanan publik.

Masyarakat tidak mengetahui adanya program perpolisian masyarakat, kurang kesadaran dan ketaatan terhadap hukum, Sikap inferior, menyendiri, tidak peduli dengan lingkungan dan individualis, tidak aktif dan tidak peduli dengan kegiatan sosial merupakan faktor terjadinya potensi kejahatan sehingga menjadi lebih sulit untuk mendeteksi terhadap potensi terjadinya kejahatan di lingkungan masyarakat dan menjadikan hubungan tidak sinergis antara pihak kepolisian dan

85

masyarakat untuk bersama-sama mencegah terhadap potensi terjadinya kejahatan.

Ketika melihat adanya kegiatan-kegiatan yang mencurigakan atau kegiatan yang tidak biasa, seharusnya masyarakat segera memberi informasi kepada polisi sehingga dapat di lakukan penyelidikan oleh polisi, jika masyarakat mengenal lingkungannya maka akan lebih awas untuk memperhatikan situasi-situasi yang mencurigakan. Meskipun sistem keamanan lingkungan berjalan namun di rasakan tidak efektif karena salah satu faktornya adalah tidak semua warga mau ikut dalam kegiatan siskamling dengan alasan- alsan tertentu dan kesibukan pekerjaan masing-masing.

Kurang partisipasi dari masyarakat dalam menciptakan dan memelihara kamtibmas di lingkungan masing-masing dan kurang kesadaran dan kemauan masyarakat untuk bekerjasama dengan polisi, dalam mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi di lingkungannya maka masih sering terjadi gangguan kamtibmas di salatiga khususnya wilayah Polsek Sidorejo.

b. Faktor Personil Kepolisian

Satjipto Raharjodalam bukunya “Polisi Sipil dalam Perubahan Sosial di Indonesia” mengatakan bahwa Watak sipil menghendaki polisi dekat dengan rakyat atau masyarakat yang dilayaninya. Polisi yang berwatak sipil harus banyak berdialog dengan lingkungannya. Salah satu cara untuk mendekatkan

86

polisi kepada masyarakat yang menjadi lingkungannya adalah dengan membuatnya bertanggung jawab kepada masyarakat tempat dia bertugas.

Kurang optimalnya anggota polisi untuk melakukan sosialisasi baik dalamhal pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat dalam rangka penyebarluasan informasi kamtibmas dalam hal menciptakan situasi kamtibmas yang kondusif, serta anggota Kepolisian kurang efektif untuk melaksanakan sambang dan tatap muka baik dengan masyarakat langsung, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, serta masyarakat lainnya dalam upaya untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu yang berkaitan dengan kamtibmas.

c. Institusi Kepolisian (POLRI)

Polri merupakan salah satu institusi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban dalam negeri, memiliki

kewajiban untuk meyelenggarakan pemerintah yang baik (Good Governance)

dalam pelaksanaan tugas sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat maupun sebagai aparat penegak hukum.

Polmas lahir disebabkan kesadaran para pimpinan kepolisian bahwa cara- cara pemolisian yang dilaksanakan selama ini tidak lagi efektif dalam menanggulangi kriminalitas dan Kamtibmas pada masyarakat saat ini. Program perpolisian masyarakat membangun dan membina rasa saling percaya dalam

87

membina kemitraan dengan masyarakat. Polisi mengakui pentingnya makna kemitraan dan kerjasama dengan masyarakat serta keuntungan yang bisa diraih dari kerjasama tersebut.

Kurang jumlah personil kepolisian di wilayah Polsek Sidorejo untuk memantau terhadap potensi-potensi terjadinya kejahatan, serta kurang optimalnya untuk melakukan pendekatan menjalin kemitraan dengan masyarakat langsung dalam upaya melakukan pencegahan kejahatan, serta kurangnya pembekalan pengetahuan tentang program perpolisian masyarakat inilah hal yang menjadi kurang optimal dalam penerapan program perpolisian masyarakat.

Program perpolisian masyarakat dalam penyelenggaraannya

membutuhkan kerjasama dan dukungan dari berbagai kalangan termasuk unsur polri itu sendiri. Unsur polri bertanggung jawab untuk menyiapkan petugas polmas terutama dalam memberdayakan Bhabin kamtibmas yang sudah dilatih dan di angkat secara khusus untuk jabatan tersebut, menyiapkan peralatan/perlengkapan petugas polmas termasuk barang-barang bekal untuk administrasi, mengawasi dan mengarahkan operasionalisasi polmas dan paling utama adalah menyediakan atau menyalurkan dukungan anggaran petugas polmas untuk tunjangan khusus/fungsional dan operasionalisasi. tidak adanya anggaran untuk pelaksanaan program perpolisian, meskipun sempat ada pada awal pelaksanaan program namun tanpa ada alasan yang jelas memberhentikan dana untuk oprasional program perpolisian masyarakat. Selain faktor dana

88

institusi kepolisian membuat suatu program tanpa ada kelanjutan yang jelas dan setiap pergantian pimpinan polisi akan melakukan program baru dan meninggalkan program yang lama yang sudah di bentuk ini merupakan salah satu indikasi kurang optimalnya penerapan program perpolisian masyarakat.

d. Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM)

Forum kemitraan Polisi dan Masyarakat merupakan gabungan dari perwakilan-perwakilan dari berbagai unsur di masyarakat yang bekerja dan menetap di lingkungan masyarakat berikut Kapolsek, Kanit-kanit dan petugas Babinkantibmas yang bertugas di Polsek. Tugas pokok FKPM adalah melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan operasionalisasi polmas dan mendorong fungsinya pranata polmas dalam rangka menyelesaikan setiap permasalahan gangguan keamanan dan ketertiban yang terjadi dan atau bersumber dari kehidupan masyarakat.

Forum kemitraan polisi dan masyarakat di Kelurahan Sidorejo Lor untuk akhir-akhir ini dikatakan pasif hal ini dikarenakan beberapa faktor diantaranya masalah anggota FKPM beberapa tidak aktif yang semula beranggotakan 10 orang kini hanya tinggal 7 orang, 2 orang meninggal dan 1 orang pindah dan tidak berdomisili di salatiga. Selain itu ketua FKPM mengeluhkan tentang tidak adanya dana operasional untuk menjalankan program polmas, pada awalnya kurun waktu 2 sampai 3 tahun penerapan program perpolisian masyarat sempat di berikan dana baik dari kepolisian dan pemerintah daerah.

89

Pada awalnya program perpolisian masyarakat dirasakan positif oleh ketua FKPM Sidorejo Lor, tidak aktifnya beberapa anggota FKPM, kurangnya koordinasi, tidak adanya infrastuktur yang memadai dan masalah anggaran menjadi faktor utama yang menjadi masalah tidak berjalannya program Perpolisian masyarakat sebagaimana yang diharapkan. tidak aktifnya FKPM Kelurahan Salatiga, dengan alasan mengenai pendanaan untuk forum kemitraan polisi masyarakat FKPM tidak ada dan anggota FKPM terbentur oleh masalah waktu karena di sibukkan dengan pekerjaan utamanya masing- masing seperti ketua FKPM kelurahan salatiga Bpk. Ismail Djunaedi yang pekerjaan utamnya sebagai kepala sekolah, selain itu mengenai sarana dan prasarana yang belum memadai.

Bpk. Ismail Djunaedi selaku ketua FKPM kelurahan salatiga mengeluhkan tentang penerapan program perpolisian masyarakat, karena di anggap hanya di bentuk tapi tidak ada kelanjutannya dan setiap pergantian pimpinan polisi maka akan ganti kebijakan. Sebagai harapan kedepannya menginginkan untuk program perpolisian tetap berjalan dengan melengkapi sarana dan prasarana serta program perpolisian masyarakat lebih jelas.

e. Faktor Kejahatan

Tidak dapat di pungkiri, memberantas kejahatan sulit selain susah untuk di deteksi kapan dan dimana akan terjadinya kejahatan apalagi untuk memberantas akar penyebab terjadinya kejahatan. di sinilah peran Polisi dan

90

masyarakat di tuntut untuk menjalin kemitraan yang aktif untuk bersama-sama melakukan pencegahan terjadinya potensi yang menyebabkan terjadinya kejahatan. Polisi dan masyarakat memiliki peran dan tangung jawab yang berbeda. Namun, kemitraan polisi dan masyarakat menyandarkan kedua belah pihak sebagai mitra yang sejajar dalam memberantas kejahatan. Kekuatan dari kemitraan akan menentukan berhasil yang dicapai. Hal ini bukan merupakan pekerjaan yang harus dilakukan dari atas tetapi merupakan pendekatan dari bawah yang dimulai dari pribadi masing-masing pihak.

Dalam penyelenggaraan program polmas sudah jelas tidak hanya bekerja sendiri, namun membutuhkan kerjasama dan dukungan dari berbagai kalangan baik dari unsur polri dan masyarakat namun pada kenyataannya setelah berjalan beberapa tahun program perpolisian fakum dengan berbagai faktor.

Dokumen terkait