• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor yang Mendukung dan Menghambat Berlangsungnya Proses Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan RME

Dalam dokumen s pgsd kelas 1101454 chapter4 (Halaman 36-40)

Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat berlangsungnya proses pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan RME adalah dengan adanya instrumen penelitian berupa wawancara terhadap guru kelas IV dan observasi kinerja guru di kelas eksperimen. Guru kelas berlaku pula sebagai observer yang bertugas untuk menilai kinerja peneliti selama pembelajaran. a. Wawancara kepada guru kelas IVa

Terdapat enam buah pertanyaan dalam wawancara kepada guru, yaitu:

1) Bagaimana pendapat Anda tentang pembelajaran matematika yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan realistic mathematics education?

2) Bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran?

3) Apa saja faktor yang menunjang terlaksananya pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistic mathematicseducation?

4) Apa saja yang menghambat proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistic mathematics education?

5) Bagaimana kinerja guru praktikan selama mengajar?

6) Apa saja yang harus diperbaiki dalam pembelajaran selanjutnya?

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan pembelajaran yang dilakukan bagus, media yang digunakan juga menarik, jadi siswa lebih antusias dengan pembelajaran.Aktivitas siswa selama pembelajaran sudah lebih rapih, artinya siswa tidak ribut selama pembelajaran. Selain itu, siswa juga aktif dalam menyampaikan pendapat dengan membacakan hasil diskusi kelompok di depan kelas.Faktor yang menunjang tentunya cara mengajar guru di kelas, selain itu adapula media, lembar kerja siswa

dan pembawaan guru selama pembelajaran yang dapat membuat pembelajaran lebih bagus.Faktor yang menghambat adalah ada siswa dalam kelompok yang tidak bekerja sehingga menggangu siswa lain yang sedang bekerja kelompok. Selain itu, ada sebagian media yang ukurannya terlalu kecil sehingga menyulitkan siswa untuk menggunakannya.Kinerja guru selama pembelajaran sudah baik, guru menjelaskan materi dengan jelas dan dengan suara yang lantang.Sedangkan hal-hal yang harus diperbaiki adalah media yang harus dibuat lebih besar, pengelolaan waktu yang baik, pengelolaan kelas yang harus lebih ditingkatkan.

b. Observasi Kinerja Guru di Kelas Eksperimen

Terdapat 2 jenis lembar observasi terhadap guru di kelas eksperimen yaitu lembar perencanaan dan lembar pelaksanaan.Berikut hasil observasi kinerja guru di kelas eksperimen.

Tabel 4.24

Hasil Observasi Kinerja Guru di Kelas Eksperimen Kelas Pertem

uan Ke-

Perencanaan Pelaksanaan

Skor Persentase Interpretasi Skor Persentase Interpretasi

Eksperimen 1 17 85% Baik 38 63% Cukup

2 19 95% Sangat Baik 50 80% Baik

3 20 100% Sangat Baik 56 93% Sangat Baik

Rata-rata 18 90% Sangat Baik 48 80% Baik

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa kinerja guru selama pembelajaran berada pada kategori baik.Sesuai dengan hasil wawancara bersama guru, bahwa kinerja guru dalam pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mendukung keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RME ini.

c. Observasi Kinerja Guru di Kelas Kontrol

Terdapat 2 jenis lembar observasi kinerja guru di kelas kontrol yaitu kinerja perencanaan dan pelaksanaan.Berikut hasil observasi kinerja guru di kelas kontrol.

Tabel 4.25

Hasil Observasi Kinerja Guru di Kelas Kontrol Kelas Pertemuan

Ke-

Perencanaan Pelaksanaan

Skor Persentase Interpretasi Skor Persentase Interpretasi

Kontrol 1 16 80% Baik 39 81% Baik

2 18 90% Sangat Baik 44 92% Sangat Baik

3 20 100% Sangat Baik 47 98% Sangat Baik

Rata-rata 18 90% Sangat Baik 43 89% Baik

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa kinerja guru selama pembelajaran berada pada kategori baik.Kinerja guru di kelas kontrol pun salah satu faktor yang mendukung keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional.

B. Pembahasan

Pada pembelajaran matematika di kelas kontrol maupun di kelas eksperimen, pembelajaran dimulai dengan menerangkan tentang ciri-ciri jajargenjang, keliling jajargenjang lalu luas jajargenjang.Pembelajaran tersebut dimulai dari materi yang mudah hingga materi yang lebih kompleks.Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suwangsih dan Tiurlina (2010) yang menyatakan bahwa salah satu karakteristik pembelajaran matematika adalah dilakukan secara bertahap yaitu dimulai dari hal yang mudah lalu beranjak kepada materi yang lebih sulit.Selain itu, pada pembelajaran eksperimen materi luas dan keliling jajargenjang dikaitkan dengan persegipanjang. Terlihat pada LKS kelas eksperimen terdapat soal yang mengharuskan siswa mengubah bentuk jajargenjang menjadi persegipanjang dengan cara dipotong. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik pendekatan RME yaitu keterkaitan (intertwining).Menurut Treffers (dalam Wijaya, 2012) pendekatan RME menempatkan keterkaitan (intertwinement) antar konsep matematika sebagai hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran.Hal tersebut menunjukan pula bahwa hakikat matematika adalah adanya suatu pola dan hubungan antara materi.Menurut Ruseffendi (1992) matematika adalah

ilmutentang hubungan, suatu hubungan tersebut terlihat pada banyaknya keterkaitan satu ide dengan ide lain dalam ilmu matematika.

Pembelajaran matematika dengan pendekatan RME ini dilakukan dengan penghubungan benda-benda nyata dengan materi ajar.Hal tersebut sesuai dengan pendapat Vigotsky (dalam Budhiningsih, 2004, hlm. 102) “Kunci utama untuk memahami proses-proses sosial dan psikologi adalah tanda-tanda atau

lambang-lambang yang berfungsi sebagai mediator”.Cara guru menjelaskan hubungan antara benda-benda nyata dengan materi ajar adalah dengan memberikan konteks.Menurut Treffers (dalam Wijaya, 2012)penggunaan konteks dimaksudkan agar siswa dapat mengubah pola pikir yang konkret ke hal yang lebih abstrak.Konteks tidak harus berupa sesuatu yang nyata, namun konteks bisa disampaikan melalui gambar dan hal lain yang masih dapat dibayangkan oleh siswa.

Kemampuan komunikasi siswa untuk menyampaikan pendapat dan berpartisipasi dalam pembelajaran, dari pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga semakin meningkat.Hal tersebut merupakan hasil dari adanya diskusi kelompok dalam pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat LACOE (dalam Mahmudi, 2009, hlm. 4) bahwa “Cara lain untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematik siswa adalah dengan berdiskusi kelompok”. Kemampuan siswa untuk memahami soal komunikasi matematis pun terbukti semakin meningkat dengan nilai postes yang rata-rata lebih tinggi dari nilai pretes. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan pembelajaran yang bermakna, siswa dapat lebih mengerti tentang materi pelajaran.Hal tersebut sesuai dengan teori William Brownel (dalam Ruseffendi, 1992, hlm. 116) yang berpendapat

bahwa “Belajar matematika harus belajar bermakna dan pengertian”.

Kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas kontrol dengan di kelas eksperimen lebih besar di kelas eksperimen. Hal tersebut menunjukan bahwa pembelajaran akan lebih berhasil jika tidak hanya mendengarkan dan menghafal, tetapi harus ada praktiknya. Hal tersebut sesuai dengan teori Ausubel (dalam

Suyono dan Hariyanto, 2011) berpendapat bahwa pembelajaran berdasarkan hafalan (role learning) tidak banyak membantu siswa di dalam memperoleh pengetahuan, pembelajaran oleh guru harus sedemikian rupa sehingga membangun pemahaman dalam struktur kognitifnya, pembelajaran haruslah bermakna (meaningful learning) bagi siswa untuk menyelesaikan problem kehidupannya.

Berdasarkan respon siswa terhadap pembelajaran, banyak siswa yang berbicara bahwa pembelajaran yang telah dilakukan di kelas eksperimen banyak melibatkan kegiatan fisik.Hal tersebut sesuai dengan prinsip RME menurut Frudental (dalam Maulana, 2009a) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran RME matematika adalah suatu aktivitas manusia.Selain itu, berdasarkan hasil angket yang telah disebarkan kepada siswa, hasil penelitian menunjukan bahwa respon siswa menunjukkan bahwa dengan pembelajaran yang telah dilakukan, siswa dapat lebih mudah untuk menyelesaikan soal yang diberikan karena sesuai dengan kehidupan sehari-hari.Hal tersebut sesuai dengan kelebihan pendekatan RME menurut Suwarsono (dalam Panji, 2013) yang menyatakan bahwa dengan pembelajaran realistik dapat memberikan pengertian yang jelas kepada siswa tentang keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari dan pada umumnya bagi manusia.

Dalam dokumen s pgsd kelas 1101454 chapter4 (Halaman 36-40)

Dokumen terkait