• Tidak ada hasil yang ditemukan

(95% CI) Kasus Kontrol

5.2. Faktor Merokok, Minum Kopi, Minum Teh

Faktor merokok, minum kopi dan minum teh merupakan beberapa penyalahgunaan zat yang bermasalah sering dilakukan oleh ibu hamil. Zat – zat yang bermasalah tersebut termasuk kafein dan tembakau yang mengakibatkan adanya ketergantungan pada penggunaan zat tersebut.

5.2.1 Pengaruh Merokok terhadap Kejadian BBLR

Ibu yang merokok selama kehamilan sering mengandung bayi lebih kecil dari pada yang tidak merokok. Ibu yang merokok mempunyai angka lebih besar terhadap ketidakberhasilan kehamilan karena meningkatnya kematian perinatal. Efek tembakau dapat menyebabkan berat plasenta yang rendah, abortus spontan, malforasi kongenital, masalah pernafasan pada bayi baru lahir dan bayi.

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pada responden kasus dari 51 responden, sebanyak 5,88% ibu yang merokok melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, sementara sebanyak 94,1% ibu yang tidak merokok, melahirkan bayi tidak BBLR. Selanjutnya, pada responden kontrol dari 153 responden, sebanyak 10,5% yang merokok, melahirkan bayi BBLR dan sebanyak 89,5% melahirkan bayi tidak BBLR. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada pengaruh merokok terhadap kejadian BBLR, dengan nilai p = 0,314 (p > 0,05), dan nilai OR diperoleh 0,50 yang berarti bahwa merokok merupakan faktor risiko terjadinya BBLR namun memiliki hubungan yang negatif.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Farraz (1990) bahwa paparan asap rokok menyebabkan berat badan lahir bayi dengan risiko relatif antara

1,0 sampai 1,6 kali. Sirajuddin at.al (2011) dalam penelitiannya mengatakan bahwa jumlah batang rokok yang dihisap > 25 batang/hari maka berisiko > 1, artinya jika seseorang merokok > 1 bungkus sehari maka sudah dapat menyebabkan berat lahir bayi < 2500 gram. Penelitian yang dilakukan oleh British Medical Association Tobacco Control Resource Centre menunjukkan bahwa ibu yang merokok selama kehamilan memiliki resiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) sebesar 1,5 - 9,9 kali dibandingkan dengan berat badan lahir bayi dari ibu yang tidak merokok.

Penelitian yang dilakukan oleh Shiono at.al (2007) membuktikan bahwa rokok menyebabkan kanker paru, risiko penyakit kardiovaskular, aterosklerosis, penyakit jantung koroner. Transmisi unsur karsinogenik dapat menyebabkan kelahiran prematur, gangguan perkembangan post natal dan fetal hypoxemia melalui reduksi darah dari plasenta.

Nikotin memiliki vasokonstriktor yang kuat, dan meningkatkan tekanan darah, denyut jantung dan kadar epinefrin dan noripinefrin dalam darah. Selama kehamilan nikotin, karbon monoksida dan berbagai komponen yang ada dalam rokok memengaruhi sirkulasi ibu dan menyebabkan kontriksi pembuluh darah uteri dan plasenta, khususnya karbonmonoksida yang dapat mengurangi oksigen yang dibawa ke janin, akibatnya janin akan mengalami gangguan pertumbuhan.

Merokok selama kehamilan sangat dikaitkan dengan berat badan lahir rendah. Hasil wawancara dilapangan dengan menggunakan kuesioner didapatkan bahwa responden pada kasus sebanyak 94,12 % mengatakan bahwa ibu tidak suka merokok hanya mereka sering terpapar oleh asap rokok yang ada dilingkungan disekitarnya.

Budaya merokok kebanyakan dilakukan oleh kaum pria bukan wanita. Wanita kebanyakan terpapar oleh asap rokok yang dihisap oleh suami dan orang di lingkungan sekitarnya. Sebagian kecil ibu merokok filter dan lebih dari 1 batang rokok yang mereka hisap.

5.2.2 Pengaruh Minum Kopi terhadap Kejadian BBLR

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pada responden kasus sebanyak 17,6% minum kopi memiliki bayi BBLR, tidak berbeda jauh dengan responden yang juga minum kopi, memiliki bayi tidak BBLR yaitu sebanyak 16,3%. Hasil bivariat menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh minum kopi terhadap kejadian BBLR dengan nilai p = 0,825 (p > 0,05), dan nilai OR adalah 1,10 yang dapat diartikan bahwa minum kopi bukan merupakan faktor risiko terjadinya BBLR.

Menurut Suririnah (2008) bahwa ibu hamil yang mengkonsumsi kafein dapat menyebabkan beberapa efek negatif. Kafein mengerutkan pembuluh darah ke rahim, sehingga aliran darah ke plasenta berkurang. Akibatnya risiko melahirkan bayi berat lahir rendah menjadi lebih besar. Kafein juga dapat lebih mudah melewati sawar darah plasenta dan masuk ke dalam aliran darah janin dan meningkatkan denyut jantung janin. Bahkan efek ini dapat bertahan sampai bayi dilahirkan.

Menurut Li (2008) mengatakan bahwa Ibu hamil yang mengkonsumsi kafein 300 mg atau lebih per hari (setara dengan 3 cangkir kopi instan atau 5 gelas) mempunyai risiko mengalami keguguran dua kali lipat dan berat badan bayi lahir rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak mengkonsumsi kafein.

Kopi (Caffeine) dapat menyebabkan detak jantung dan metabolisme pada tubuh ibu, yang dapat menimbulkan stress yang nantinya mengganggu perkembangan janin. Kafein juga dapat menyebabkan insomnia, mudah gugup, sakit kepala, merasa tegang dan lekas marah. Caffeine berdampak pada janin karena dapat masuk kedalam peredaran darah janin melalui plasenta, dampaknya yaitu keguguran, berat lahir rendah, sindrom kematian bayi mendadak (SIDS), detak jantung meningkat. Varney (2007) menyatakan bahwa kopi juga dapat menganggu reabsorpsi dari zat besi sehingga dikhawatirkan dapat menyebabkan ibu hamil mengalami anemia sehingga berpengaruh pada janin yang dikandung.

Hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner didapatkan dilapangan bahwa responden pada kasus sebanyak 68,63% mengatakan bahwa ibu tidak minum kopi. Pada saat tidak sedang hamil mereka suka minum kopi berupa kopi sachet setelah sarapan pagi, pada saat hamil mereka menghentikan konsumsi tersebut karena mereka tahu dampak dari minum kopi yaitu salah satunya adalah jantung berdebar dan mengalami gangguan tidur. Selain itu kopi juga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin.

5.2.3 Pengaruh Minum Teh terhadap Kejadian BBLR

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa minum teh berpengaruh terhadap kejadian BBLR dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05) dengan nilai OR 5,199 yang artinya minum teh merupakan faktor risiko terjadinya BBLR, dimana risiko melahirkan BBLR pada ibu yang memiliki kebiasaan konsumsi teh, memiliki peluang 5,199 kali lebih besar dari pada ibu hamil yang tidak mengkonsumsi teh.

Menurut Suririnah (2008) walaupun teh tidak mengandung zat yang sangat berbahaya, namun mengkonsumsi teh diketahui juga dapat memberikan pengaruh terhadap berat badan bayi karena teh mengandung zat polyphenol yang dapat menggangu penyerapan zat besi yang sangat berguna bagi pembentukan sel darah merah yang berakibat ibu rentan untuk mengalami anemia.

Hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner didapatkan di lapangan bahwa responden pada kasus sebanyak 80,39% mengatakan minum teh setelah sarapan pagi, minum lebih dari 1 gelas teh dalam sehari. Minum teh pada pagi hari sudah menjadi kebiasaan, apabila dalam sehari mereka tidak minum teh mereka akan merasa badannya lemas dan tidak bugar. Minum teh setelah makan juga akan mengurangi rasa mual. Responden juga mengatakan bahwa selama ini mereka tidak tahu dampak dari minum teh selama hamil.

Dokumen terkait