• Tidak ada hasil yang ditemukan

(95% CI) Kasus Kontrol

5.1 Faktor Gizi

Dalam masa kehamilan, kebutuhan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang janin, pemeliharaan kesehatan ibu, dan persediaan laktasi baik untuk ibu maupun janin. Faktor gizi dalam penelitian ini meliputi variabel berat badan dan zat besi.

5.1.1 Pengaruh Penambahan Berat Badan Selama Hamil terhadap Kejadian BBLR

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa responden kasus memiliki penambahan berat badan tidak normal yaitu sebanyak 41 orang atau 80,39%, sebaliknya pada responden kontrol, mayoritas penambahan berat badan ibu saat hamil adalah normal yaitu sebanyak 114 orang atau 74,51%. Pada analisis bivariat menunjukkan adanya pengaruh berat badan terhadap BBLR dengan nilai p = 0,001 dan OR 13,940, dan ketika dimasukkan kedalam analisis multivariat penambahan berat badan ibu selama hamil merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kasus BBLR, hal ini ditunjukkan dengan nilai OR = 11, 206, yang artinya bahwa ibu hamil yang berat badannya ≤ 9 kg selama kehamilan mempunyai risiko melahirkan BBLR sebesar 11,206 kali dibanding dengan ibu yang mempunyai berat badan normal selama hamil.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Jaya (2010), yang menyatakan bahwa ada hubungan antara berat badan ibu saat hamil

dengan BBLR. Hal ini dibuktikannya dalam hasil penelitiannya yaitu dari 44 bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah sebanyak 58,6% memiliki ibu dengan status gizi kurang, sedangkan 72,2% ibu dengan status gizi baik dapat melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal.

Penelitian yang dilakukan oleh Usman (2013) mengatakan bahwa Usia ibu antara 20-35 tahun merupakan usia yang baik untuk kehamilan karena memberikan pertambahan berat badan yang lebih tinggi dan sesuai untuk kehamilan dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Secara statistik ada hubungan yang bermakna antara total kenaikan berat badan ibu dengan berat lahir bayi (p<0,05) dengan korelasi positif. Dengan rata-rata total kenaikan berat badan 11,56 kg pada ibu hamil menghasilkan berat badan lahir bayi rata-rata 3119 gram.

Menurut Varney (2007), bahwa berat badan digunakan sebagai ukuran standar evaluasi semua bayi baru lahir di seluruh dunia, dan merupakan pengukuran yang paling akurat dan yang rutin dilakukan. Banyak penelitian berfokus pada efek malnutrisi pada hasil kehamilan itu sendiri. Hal ini disebabkan karena nutrisi merupakan salah satu faktor penentu pada semua kehamilan, adanya perbedaan pada berat badan bayi yang lahir secara langsung dapat dikaitkan dengan status gizi selama kehamilan.

Menurut Maulana (2009), penambahan berat badan yang terjadi selama kehamilan disebabkan oleh peningkatan ukuran berbagai jaringan reproduksi, adanya pertumbuhan janin, dan terbentuknya cadangan lemak dalam tubuh ibu. Risiko melahirkan BBLR meningkat pada kenaikan berat badan yang kurang selama

kehamilan. Untuk menghindari terjadinya kelahiran bayi BBLR atau di bawah 2500 gram, seorang ibu harus menjaga kondisi fisiknya dengan mencukupkan kebutuhan gizinya. Proverawati (2011) menyatakan bahwa kenaikan berat badan selama hamil adalah sekitar 10-12 kg, dengan asumsi kenaikan trimester I kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg.

Penambahan berat badan selama hamil mempunyai arti penting untuk mengetahu status gizi ibu hamil, dalam hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner didapatkan bahwa responden pada kasus sebanyak 80,39% yang mengalami penambahan berat badan kurang dari 9 kg, mereka mengatakan selama hamil tidak nafsu makan dan tidak suka ngemil atau makan makanan lain selain nasi. Mereka juga membatasi makan dikarenakan takut gemuk setelah melahirkan. Selama kehamilan ibu juga tidak selalu melakukan penimbangan berat badan secara rutin. Penambahan berat badan juga kurang terkontrol dengan baik dikarekan selama hamil ibu jarang melakukan kunjungan antenatal care.

5.1.2 Pengaruh Tablet Zat Besi terhadap Kejadian BBLR

Zat besi merupakan mikro elemen yang esensial bagi tubuh yang diperlukan untuk hemopoesis, juga untuk metabolisme protein, pertumbuhan tulang, daya tahan tubuh dan mencegah kelelahan. Dari hasil penelitian diketahui ada pengaruh zat besi terhadap kejadian BBLR dengan nilai p = 0,001 (p<0,05), dengan nilai OR= 4,009 yang berarti bahwa zat besi merupakan faktor resiko terjadinya BBLR.

Selama kehamilan suplemen ini bertujuan untuk sintesis hemoglobin. Pengunaan suplemen zat besi mengurangi angka kejadian anemia defisiensi besi.

Menurut Varney (2007), secara umum disepakati bahwa semua wanita hamil (kecuali wanita yang memiliki kontraindikasi medis) harus menerima suplemen zat besi dalam bentuk zat besi ferro 30 miligram per hari selama trimester kedua dan ketiga. Sebagian besar wanita tidak memiliki simpanan zat besi yang adekuat dan asupan diet yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ibu hamil yang mendapatkan asupan zat gizi cukup pada masa kehamilannya, akan memberikan cadangan zat besi pada bayinya untuk kurun waktu 3 bulan setelah kelahiran.

Tablet zat besi sangat penting dikonsumsi oleh ibu hamil selama kehamilan minimal sebanyak 90 tablet. Dalam hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner didapatkan dilapangan bahwa responden pada kasus sebanyak 66,67 mengatakan tidak mengkonsumsi tablet zat besi dikarenakan sering lupa dalam mengkonsumsinya. Ada sebahagian ibu mengkonsumsi tablet zat besi akan tetapi tidak setiap hari dan kurang dari 90 tablet. Ibu juga merasa kebutuhan zat besinya sudah dapat terpenuhi dari makanan sehari – hari. Tidak suka mengkonsumsi tablet zat besi karena efek samping yaitu sering mual setelah minum tablet zat besi, sering mengalami konstipasi dan feces berwarna hitam. Apabila ibu sering merasa lemas dan mengantuk yang mereka lakukan adalah istirahat bukan minum tablet zat besi karena mereka tidak tahu bahwa sering mengantuk dan suka lemas adalah merupakan tanda dan gejala dari anemia.

Dokumen terkait