• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. Faktor pendorong dan penghambat partisipasi masyarakat

Dalam pengembangan pariwisata khususnya pariwisata yang ada di Dusun Suwanting sendiri, tentu dibutuhkan adanya partisipasi masyarakat. Besar kecilnya paritisipasi masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik itu faktor penghambat maupun faktor pendorong.

a. Faktor Pendorong

Menurut hasil penelitian, berikut ini disampaikan faktor pendorong masyarakat dalam mengembangkan pariwisata yang ada di Dusun Suwanting, meliputi :

Diungkapkan pula oleh Mas JF

alasan saya ikut berpartisipasi ya karena suka/ hobi mendaki gunung, kebetulan pertama kali mendaki sini, disambut baik sama pengelola, bagus positif, ada ruang untuk saya mengembangkan, ya saya ikut mengembangkan. Selain itu juga bisa menambah relasi untuk tour operator lainnya (CW5, 10/02/2017: 168).

Menunjukan bahwa relawan ikut berpartisipasi dikarenakan adnya sebuah pengakuan dan penghargaan ataupun kesempatan untuk ikut andil dalam pengembangan pariwisata yang ada.

103

a. Setiap masyarakat berpatisipasi karena adanya tuntutan lingkungan untuk saling gotong royong. Seperti yang diungkapkan oleh Pak Si, bahwa masyarakat berpartispasi karena tuntutan lingkungan yang masih kental dengan adat gotong royonh (CW, 16/02/2017: 169)”

b. Setiap masyarakat menginginkan Dusun Suwanting menjadi desa yang lebih baik dan maju sehingga Dusun Suwanting yang berada di pelosok ini bisa dikenal oleh masyarakat luas.

Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh warga Bapak Ar

sebelumnya udah pernah ikut komunitas pecinta alam mbak seperti AGMM (Anak Gunung Merbabu Merapi) untuk melestarikan sinilah khususnya jalur pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu dan masyarakat luas bisa tahu bahwa disini adapariwisata pendakian (CW9, 04/02/2017: 177).

Menunjukkan bahwa masyarakat ikut berpartipasi dengan alasan bahwa partisipasi yang diberikan bisa membawa perubahan atau dalam artian kepentingannya dalam partisipasi.

c. Sikap saling menghargai yang ada di Dusun Suwanting membuat masyarakat tanpa canggung untuk ikut berpartisipasi sesuai dengan kemampuan warga masing-masing.

Hal ini terlihat berdasarkan pengamatan penulis saat rapat-rapat rutin maupun kegiatan/ event, dimana satu sama lain bisa saling menghargai pendapat masing dan diputuskan berdasarkan musyawarah.

d. Manfaat yang dirasakan saat masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata pendakian yang ada di Dusun Suwanting mampu memenuhi kebutuhan masyarakat setempat seperti peningkatan kesejahteraan

104

masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh Mas Ep, bahwa masyarakat sudah merasakan hasil dari adanya pariwisata pendakian, kualitas hidup mereka kehifupan mereka membaik begitu pula dengan ekonomi (CW1, 09/02/2017). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat ikut merasakan manfaat dari adanya partisipasi pengembangan pariwisata pendakian.

b. Faktor penghambat

Dari hasil penelitian dapat diketahui beberapa faktor penghambat masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut :

a. Latar belakang pekerjaan masing-masing individu yang berbeda-beda membuat kesibukan individu berbeda-beda dan penyempatan waktu untuk ikut berpartisipasi menjadi berbeda-beda.

Seperti ungkapan Mas Ed, yakni

faktor yang menghambat adalah karena masyarakat memiliki profesi dan kesibukan masing-masing, jadi mayarakat itu tidak bisa ikut secara penuh andil dalam pengelolaan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pihak pengelola (CW3, 12/02/2017: 161).

b. Karena pariwisata yang ada di Dusun Suwanting merupakan pariwisata jalur pendakian, maka yang berpartisipasi aktif lebih banyak kaum laki-laki, karena dalam pengelolaan pariwisata pendakian membutuhkan banyak tenaga seperti saat pembenahan jalur, operasi bersih, mengevakuasi wisatawan dan lainnya.. Hal ini berdasarkan pengamatan atau observasi penulis, saat ada pembenahan jalur baik itu pembenahan pipa air maupun jalur pendakian sendiri, lebih banyak menggunakan jasa laki-laki hal ini juga diperkuat oleh dokumentasi dalam bentuk foto yang ada.

105

c. Kurangnya pegetahuan dan wawasan tentang konservasi hutan di pariwisata pendakian yang disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah membuat warga tidak bisa berpartisipasi secara maksimal dalam pengelolaan dan perawatan pariwisata pendakian yang ada.

Hal ini terlihat berdasarkan observasi peneliti saat ditanya mengenai pengembangan pariwisata pendakian banyak yang kurang begitu paham, dan kebanyakan kegiatan untuk pengelolaan sendiri masih belum ada seperti bagaimana manajemen pariwisata atau pelatihan tentang konservasi. Kebanyakan yang membuat kegiatan adalah pihak luar, seperti komunitas- komunitas atau organisasi pecinta alam lainnya yang dibantu oleh relawan. d. Kesulitan berkomunikasi dengan bahasa asing saat ada wisatawan dari

mancanegara, yang membuat kesalahpahaman antara kedua belah pihak. Hal ini juga dilatar belakangi oleh rendahnya pendidikan masyarakat Dusun Suwanting.

Hal ini terlihat berdasarkan observasi peneliti saat terjadi interaksi antara wisatawan asing dengan warga setempat. Selain itu peneliti juga menerima keluhan dari masyarakat setempat kalau mereka tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa asing.

Untuk faktor eksternalnya adalah kurangnya perhatian dari pemerintah setempat, sehingga membuat pengelolaan pariwisata kurang berjalan secara maksimal. Hal ini berdasarkan ungkapan Ketua Dusun Suwanting, yakni:

Kalau dari pemerintahan sendiri mendukung mbak namun baru sampai tingkat Desa, untuk kecamatan apalagi kabupaten sendiri belum banyak

106

dukungan mbak, namun kami juga mendapat dukungan penuh dari pihak Taman Nasional Gunung Merbabu (CW4, 21/02/2017: 165).

c. Upaya mengatasi hambatan

Namun berdasarkan hasil penelitian, peneliti juga menemukan upaya yang dilakukan masyarakat dalam menangani faktor penghambat tersebut, yang meliputi:.

a. Pihak pengurus mendorong setiap masyarakat ikut berpatisipasi aktif dalam mengembangkan pariwisata. Hal ini terbukti dari adanya petugas piket yang dirolling setiap RTnya, sehingga masyarakat mau tidak mau harus ikut menjaga pariwisata yang ada sebab jika masyarakat tidak menghadiri piketnya mereka akan dienakan denda uang sebesar Rp.50.000. Hal ini diungkapkan oleh Pak St, bahwa RT mewajibkan setiap individunya untuk ikut berpartisipasi hal ini dilandasi oleh keputusan dusun (CW2, 12/02/2017). Diperkuat oleh Mas Ed

strategi untuk masyarakat agar ikut berpatisipasi adalah dengan membagi masyarakat bapak-bapak ataupun pemuda menjadi kelompok-kelompok agar masyarakat itu bisa bergiliran dan diwajibkan, jadi setiap individu ikut andil

mbak (CW3, 12/02/2017: 161).

b. Secara inisiatif dan dibantu oleh warga masyarakat Dusun Suwanting, tim perempuan berpartisipasi dengan memberikan kebutuhan pendaki (berjualan) melalui menyediakan makanan ataupun konsumsi baik yang masih mentah maupun olahan bahan mentah (makanan siap saji).

Hal ini terlihat dari pengamatan penulis dimana, warung-warung yang bisaanya hanya membuka warung kelontong, ketika ada pendaki bertanya

107

bisa menyediakan makanan, maka pihak pengelola langsung menghubungi para ibu-ibu untuk membuat makanan siap saji.

c. Pihak pengurus bekerjasama dengan pihak Taman Nasional mengadakan penyuluhan dan pelatihan tentang bagaimana mengelola konservasi hutan yang baik, dan menanganinya saat terjadi bencana seperti kebakaran hutan. Hal ini ditunjukkan oleh bukti-bukti dokumentasi dari pihak Paguyuban Suwanting Indah sendiri, dan diungkapkan oleh Mas BL

saat sebelumnya warga belum memiliki pengetahuan tentang pengelolaan konservasi, akhirnya ada kegiatan pelatihan tentang pengelolaan hutan konservasi terutama saat terjadi adanya kebakaran yang rawan terjadi saat musim kemarau mbak (CW8, 22/02/2017: 175).

d. Masyarakat Dusun Suwanting belum mampu mengatasi hambatan kesulitan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing. Saat ini belum ada tindak lanjut dari permasalahan tersebut.

Tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting juga dipengaruhi oleh adanya faktor pendorong atupun pendukung. Masyarakat setempat juga mengawasi atau mengontrol pembangunan kepariwisataan yang ada dengan ikut terlibat dalam menentukan visi, misi, dan tujuan pembangunan kepariwisataan, mengidentifikasi sumber-sumber daya yang akan dilindungi, dikembangkan dan dimanfaatkan untuk pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam mengimpelemntasikan rencana yang telah disusun.

108

Dokumen terkait