• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMENUHAN HAK MANTAN ISTERI SERTA FAKTOR

B. Temuan Penelitian

3. Faktor Pendorong dan Penghambat Pemenuhan Hak Isteri

Faktor-faktor yang menghambat mantan suami untuk memenuhi hak mantan isteri diantaranya sebagai berikut:

1. Faktor Ekonomi

Persoalan biaya nafkah setelah terjadinya Cerai talak merupakan masalah yang sangat penting untuk menjamin masa depan anak-anak yang dilahirkan dalam perkawinan. Mereka tidak tahu menahu dan tidak bersalah atas kondisi orang tuanya. Jika diperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia maupun hukum Islam serta beberapa ketentuan tradisi adat di Indonesia mengatur bahwa tanggung jawab tentang biaya nafkah anak setelah terjadinya talak pada prinsipnya membebankan kepada orang tua laki. Dan apabila dikaitkan dengan keadaan dan kondisi masyarakat Indonesia, seharusnya mantan suami yang bertanggung jawab dalam

memberikan biaya naf kah kepada keluarga karena pada umumnya kaum lelakilah yang bekerja. Seandainya dijumpai istri atau ibu yang bekerja, hal tersebut tidak lain adalah untuk menunjang kehidupan ekonomi keluarga, bukan merupakan tanggung jawab. Mengingat bahwa mantan suami yang lazimnya mencari nafkah, maka biaya anak setelah terjadi Cerai talak adalah merupakan tanggung jawab mantan suami

Dari data yang diperoleh, jelas menunjukkan bahwa sebagian besar mantan suami tidak melakukan kewajibannya memenuhi nafkah anak maupun isteri. Adapun yang menjadi penyebab tidak memberikan hak mantan isteri oleh mantan suami sangat ditentukan oleh berbagai faktor. Bahwa mantan suami sama sekali tidak memberikan biaya nafkah isteri dan anak, salah satu penyebabnya adalah karena mereka tidak mempunyai pekerjaan tetap, dimana mantan suami kebanyakan berpenghasilan kecil. Dengan penghasilan yang kecil apalagi tidak mempunyai pekerjaan tetap, dapatlah difahami jika mantan suami tidak pernah memberikan hak nafkah .

Dari 10 pelaku, lima diantaranya terjadi karena alasan ekonomi, Sri Darmini, Sakdiyah, Siti Nur Azizah, Nur Aini dan Ari. Yang terjadi pada Sri Darmini mantan suaminya hanya memberikan nafkah selama enam bulan saja. Sedangkan Sri Darmini hanya bekerja sebagai buruh. Sakdiyah mantan suaminya tidak memberi nafkah sama sekali sejak putusnya Cerai talak. Padahal pekerjaan Sakdiyah

hanya sebagai buruh, hal ini memuat Sakdiyah kesulitan untuk membiayai kehidupan mereka. Orangtua Sakdiyah yang merasa kasihan turut serta membantu permasalahan ekonomi yang dialami Sakdiyah demi masa depan anaknya di kemudian hari.

Permasalahan ini dialami pula oleh Siti Nur Azizah mantan suaminya sama sekali tidak memberikan nafkah karena tidak mempunyai penghasilan yang tetap. Siti Nur Azizah pun tidak berusaha untuk meminta kepada suaminya karena sejak awal perkawinan mereka mengalami kesulitan. Suami Azizah yang tidak mempunyai pekerjaan tetap sedangkan Azizah sendiri tidak bekerja. Talak yang terjadi antara mereka disebabkan permasalahan ekonomi yang tidak dapat diselesaikan. Sehingga setelah berpisah Siti Nur Azizah terpaksa bekerja untuk menghidupi anaknya.

Nur Aini dan mantan suaminya Prasojo memutuskan bahwa hak anak menjadi tanggung jawab ibunya. Untuk biaya nafkah ditanggung oleh kedua belah pihak, sedangkan mantan suaminya Prasojo memberikan nafkah hanya sebesar 250 ribu rupiah setiap bulannya. Jika digunakan untuk biaya anak satu bulan sangat tidak cukup. Nur aini sudah beberapa kali meminta kenaikan biaya nafkah dari Prasojo namun karena keadaan ekonominya yang tidak memungkinkan hal itu tidak dapat dilakukan.

Pasangan Ari rahmawati binti Supangat dan Askowi menjatuhkan hak asuh anak kepada Ari Rahmawati. Biaya nafkah untuk anak

seharusnya menurut putusan pengadilan adalah menjadi tanggungjawab kedua orangtua. Pekerjaan kedua orangtuanya yang hanya sebagai buruh swasta tidak memungkinkan untuk mencukupi. Nafkah yang diberikan dari pihak Askowi hanya sebesar 300 ribu rupiah. Dan untuk sementara orangtua Ari Rahmawati (ibu) ikut membantu biaya kebutuhan anak tersebut.

2. Faktor Menikah Lagi

Pasca diputuskannya Cerai talak, baik mantan suami maupun mantan isteri berhak untuk menikah lagi. Jika pihak-pihak telah menikah lagi, persoalan anak-anak yang dilahirkan dalam perkawinan sebelumnya menjadi sangat penting untuk menjamin terutama mengenai biaya nafkah. Meskipun hak mantan isteri dan anak misalnya telah dijamin dalam putusan Pengadilan Agama yang memutus Cerai talak keduanya, akan tetapi dalam hal mantan suami telah menikah lagi, maka akan sangat sulit bagi mantan suami tersebut untuk tetap memberikan biaya nafkah, kecuali mantan suami tersebut sangat berkecukupan secara finansial

Bagi mantan suami dan mantan isteri setelah putusan terjadi memungkinkan bagi keduanya untuk menikah lagi. Jika mantan suami menikah lagi, Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap keadaan finansialnya, dimana ia harus membiayai keluarganya yang baru. Keadaan ini akan sangat berpengaruh pula

terhadap perhatian mantan suami dalam memberikan biaya nafkah. Karena mantan suami harus membiayai keluarganya yang baru, ia menjadi kurang atau tidak mampu lagi untuk memberikan biaya nafkah.

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa salah satu faktor tidak memberi nafkah adalah oleh sebab-sebab lain, dijumpai adanya pengakuan yang mengatakan bahwa tidak dipenuhinya hak nafkah disebabkan mantan suami telah menikah lagi dan mempunyai keluarga yang baru dan membutuhkan biaya nafkah pula untuk membiayai keluarganya yang baru. Dalam hal ini, mantan suami sangat sulit untuk menyisihkan penghasilannya untuk guna memberikan biaya nafkah.

Meskipun dalam hal ini tentunya faktor mantan suami telah menikah lagi yang lebih dominan, namun faktor ini sangat berkaitan erat dengan faktor ekonomi). Jadi faktor telah menikah lagi ini sangat berkorelasi dengan faktor ekonomi, bahwa tidak diberikannya biaya nafkah oleh mantan suami disebabkan istri baru tidak mengijinkan untuk memberikan biaya nafkah mantan isteri. sehingga mantan suami tidak lagi menjalankan kewajibannya sebagaimana telah diputus oleh Pengadilan Agama.

Pada kasus yang terjadi pada Sri Wulandari, mantan suaminya tidak memberikan nafkah setelah menikah dengan seorang janda. Namun penyebab tidak diberikannya nafkah Sri Wulandari bukan

karena ketidak mampuan dari mantan suaminya tetapi akibat adanya isteri baru yang tidak menyadari akan kewajiban yang masih melekat pada suaminya. Yang dapat dijadikan alasan lain adalah adanya anak meskipun sebenarnya mereka mampu.

3. Faktor Psikologis

Terjadinya talak antara suami istri memang disebabkan berbagai alasan, dan kadang-kadang alasan yang menjadi penyebabnya sangat prinsip bagi pihak-pihak yang mengakibatkan hubungan antara suami istri tidak dapat dipertahankan lagi dan harus bercerai. Ironisnya setelah terjadi Cerai talak, hubungan antara mereka tetap dalam keadaan retak. Hal ini kadang-kadang sangat berpengaruh terhadap hubungan anak dengan orang tua, dimana salah satu pihak yang biasanya sebagai pihak yang memegang hak pemeliharaan tidak mengijinkan pihak lain untuk menemui anak-anak.

Hadhanah bagi anak yang belum mumayyiz sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan, diberikan kepada orang tua perempuan. Karena alasan-alasan tertentu, orang tua perempuan kadang-kadang tidak memperbolehkan bekas suaminya untuk bertemu dengan anak-anaknya. Biasanya hal tersebut berkaitan dengan aspek psikologis orang tua perempuan. Maksudnya adalah berkaitan dengan perasaan, sakit hati dan perasaan tertekan yang dialami akibat tindakan yang tidak layak dalam perkawinan. Perasaan

tertekan dan sakit hati yang dirasakan misalnya, selama dalam masa perkawinan suami melakukan tindakan kekerasan, perselingkuhan dan menikah lagi dan lain sebagainya.

Faktor-faktor psikologis ini dapat menyebabkan mantan isteri sebagai pemegang hak pemeliharaan tidak mengijinkan bekas suaminya untuk bertemu dengan anak mereka. Keadaan ini akan dapat mengakibatkan mantan suami tersebut tidak mau memberikan biaya nafkah. Keadaan ini ditemukan pula dalam kasus yang terjadi pada Anna Nur Anisa. Sebab putusnya ikatan perkawinannya adalah karena percekcokan yang terjadi terus menerus. Mantan suami juga tidak mau memberikan biaya nafkah, karena berkaitan dengan aspek psikologis mantan suami yang menganggap bahwa biaya nafkah tersebut tidak lain adalah akan dipergunakan dan dimanfaatkan oleh mantan istrinya.

Selain itu, alasan mantan suami tidak memberikan biaya nafkah anak berkaitan dengan aspek psikologis si anak yang tidak dapat menerima kondisi kedua orang tuanya, apalagi alasan Cerai talak itu disebabkan oleh tindakan mantan suami yang tidak pantas, misalnya karena alasan perselingkuhan mantan suami, menikah lagi dengan perempuan lain atau alasan tindakan kekerasan yang pernah dilakukan mantan suami terhadap mantan isteri atau terhadap. Keadaan ini ditemukan pula dalam jawaban anak yang tidak mau menerima biaya nafkah dari orang tua laki-laki (ayah)nya disebabkan

dalam masa perkawinan orang tuanya, anak tersebut selalu merasa tertekan akibat tindakan orang tua laki-laki (ayah)nya yang melakukan perselingkuhan dengan perempuan lain sehingga terjadi pertengkaran orang tuanya yang juga diiringi tindakan kekerasan kepada orang tua perempuannya.

4. Faktor Mantan Isteri Mampu Untuk Biayai Nafkah

Banyak faktor yang menyebabkan mantan isteri mampu untuk mencukupi kebutuhannya dan anaknya setelah Cerai talak. Dewasa ini, bukan hal yang baru dimana perempuan juga mempunyai penghasilan sendiri dengan bekerja, sehingga secara ekonomi ia tidak bergantung pada orang tua atau tergantung pada suaminya jika telah menikah. Dengan demikian, bagi mantan isteri yang mempunyai penghasilan sediri apabila bercerai, persoalan biaya nafkah tidak bagitu menjadi persoalan apalagi sejak dalam masa perkawinan pihak istrilah yang secara finansial lebih menghasilkan dibandingkan suaminya.

Kasus yang terjadi pada Supriyanto dan Budi Rahayu, sejak diputusnya perkawinan mereka Budi tidak pernah mendapatkan nafkah baik

mut’ah maupun iddah. Menghadapi kondisi yang seperti itu Budi tidak pernah berupaya untuk meminta mantan suaminya melaksanakan kewajibannya. Sedangan untuk biaya hadhanah pada awalnya Supriyanto memberikan hanya sebesar 300 ribu setiap bulannya namun hanya berjalan selama 8 bulan. Hal ini terjadi karena profesi Supriyanto yang hanya sebagai buruh dengan pengasilan yang pas-pasan tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan sehari-harinya apalagi untuk membiayai kehidupan anak. Namun karena Budi Rahayu berasal dari keluarga yang berkecukupan, persoalan biaya nafkah tidak menjadi persoalan baginya.

Faktor-faktor yang mendorong Mantan Suami memberikan nafkah kepada mantan isteri diantaranya:

1. Adanya keinginan dan kesadaran penuh dari mantan suami

Adanya kesadaran bahwa baik nafkah anak, mut’ah maupun nafkah selama masa iddah merupakan tanggung jawab mantan suami. anak merupakan sesuatu anugerah yang dititipkan tuhan dan harus dididik, dilindungi hak-haknya mendorong orangtua untuk bersedia membiayai segala sesuatu yang dibutuhkannya yang menunjang perkembangannya. Selain itu pendidikan juga dapat mempengaruhi mantan suami untuk tetap melaksanakan kewajibannya meskipun tidak ada putusan yang menetapkan kewajiban baginya untuk menafkahi anak. Pada kasus ini terjadi pada Nur Yasin dan Sherly, Pendidikan Nur Yasin yang sampai pada tingkat SMA dan didukung dengan kondisi ekonominya yang stabil karena bekerja di luar kota.

2. Tempat kediaman yang dekat

Putusnya ikatan perkawinan tidak serta merta membuat hubungan silaturahmi antara mantan suami dan mantan isteri menjadi terputus. Bagaimanapun juga perkawinan yang telah terjadi menimbulkan ikatan batin yang kuat, selama beberapa tahun hidup dalam rumah tangga bersama. Pasangan Nur Jahidin dan Lailatul Lafifah

merupakan salah satu pasangan yang dapat menjadi contoh bagi pasangan lain pasca terjadinya Cerai talak. Meskipun keduanya telah bercerai mereka masih tetap menjaga hubungan kekeluargaan. Dan anak-anak hasil dari perkawinan mereka tetap tumbuh berkembang dengan baik karena kondisi psikologis yang stabil. Selain itu yang membuat hubungan mereka terjalin dengan baik adalah tempat tinggal yang masih dalam satu lingkungan yang sama.

Dokumen terkait