BAB III SEJARAH BERDIRINYA UNIVERSITAS KARO
3.2. Faktor Pendukung Berdirinya Universitas Karo
Didalam mendirikan sebuah instansi baik yang negeri maupun swasta, hendaknya perlu mamperhatikan faktor-faktor yang juga akan berpengaruh dalam pengerjaanya. Begitu pula halnya dalam pendirian sebuah instansi pendidikan seperti perguruan tinggi/universitas. Tidak akan berhasil sebuah pendirian tersebut jika tidak diketahui apa saja faktor pendukung maupun faktor penghambatnya.
Dalam ha ini akan coba di jelaskan beberapa faktor pendukung dari berdirinya Universitas Karo di Kabanjahe. Dan faktor pendukung disini maksudnya adalah hal- hal apa saja yang membantu bahkan hal utama dalam latar belakang berdirinya universitas karo. Adapun beberapa faktor pendukung tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
3.2.1. Hasil Musyawarah
Adapun musyawarah disini maksudnya adalah melakukan perkumpulan dan memutuskan untuk mencapai suatu tujuan (mufakat) musyawarah juga dengan diselingi kegiatan diskusi. Inilah salah satu faktor pendorong berdirinya Universitas Karo di Kabanjahe. Dan salah satu hasil penting dari musyawarah yang dilakukan pada tanggal 1 sampai 3 oktober 1985 di Kabanjahe adalah adanya suatu rumusan tentang perlunya perguruan tinggi yang lahir dan berdiri di tengah-tengah kota Kabanjahe itu sendiri. Musyawarah tersebut dihadiri oleh para tokoh masyarakat, pejabat dan pimpinan pemerintahan Kabupaten Karo pada saat itu.
Musyawarah mufakat dalam usaha membangun pendidikan perguruan tinggi di Tanah Karo (Kabanjahe) adalah salah satu dari tiga butir penting yang dibuat oleh para peserta musyawarah tersebut. Dan inti dari musyawarah tersebut adalah
musyawarah mufakat untuk pembangunan Daerah Kabupaten Karo. Catatan mengenai musyawarah dan ketiga hasilnya tersebut antara lain :
1. Musyawarah Mufakat Pembangunan Desa (MMP-D) adalah salah satu program dari Bupati Tingkat II Karo, dan MMP-D yang pertama dilaksanakan di Kabupaten Karo adalah Musyawarah Mufakat Pembangunan tanggal 1-3 Oktober 1985 dengan peserta Muspida Dati II Karo, DPRD Tingkat II Karo, dan anggota pemerintahan Daerah (49 Orang).
2. Adapun musyawarah mufakat pembangunan tersebut terlaksana dengan fasilitator dari Universitas Sumatera Utara yaitu oleh tim Lembaga Pengabdian pada masyarakat USU. Terdiri dari Drs. S.S. Brahmana, Hj. Rehngena Purba,S.H dan teman-temannya dengan pembukaannya dilaksanakan langsung oleh Rektor USU : Prof. Dr. A.P. Parlindungan , S.H.
3. Hasil Musyawarah Mufakat Pembangunan tersebut tertuang dalam perumusan: Strategi dan Pembangunan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Karo yang berisikan tentang “ Idaman - Hambatan Dasar - Usul - Taktik - Pelaksanaan.”. Dalam rumusan tersebut dalam “ Idaman” tercantum salah satu kata “Idaman” adalah keberadaan Perguruan Tinggi di Tanah Karo12
Setelah Musyawarah Mufakat Pembangunan tersebut, terjadi beberapa kali pertemuan, diskusi, antara Bupati Dati II Karo dengan para Alumni SMA Negeri
12
Meneth Ginting, Idaman dan Harapan Masyarakat Desa Kabupaten Karo, Medan:
Kabanjahe (secara terpisah- pisah maupun secara bersamaan) untuk membicarakan reuni SMA Negeri Kabanjahe dan juga membicarakan mengenai perguruan tinggi di Tanah Karo.
Beberapa orang diantara alumni SMA Negeri Kabanjahe yang sering mengadakan diskusi tersebut adalah :
- Kolonel Peringeten Ginting (Komandan Resimen Kawal Samudra Bukit Barisan).
- Dr. Ngarap Dat Tarigan (Dokter di RSU Kabanjahe dan pimpinan RS Esther Kabanjahe)
- Kitab Sembiring, S. H. (Dosen IKIP Medan)
- Ir. Musa Sembiring, MS. (Dosen USU dan juga Staff Kopertis Wilayah – I).
- Ir. Sehat Keloko (Kepala P. U. Dati II Medan)
- Drs. S. S. Berahmana (Dosen USU Medan)
- Terangate Purba (Wiraswasta di Kabanjahe).
- Beberapa orang alumni SMA Negeri Kabanjahe yang jadi staff Bupati Dati II Karo.
Pembicaraan dan diskusi mengenai perguruan tinggi di tanah karo bukan saja antara alumni SMA Negeri Kabanjahe dengan Bupati Karo, tetapi juga dengan tokoh masyarakat antara lain dengan :
- Let. Kol.(Purn) Kursi Singarimbun (Ketua DPRD Dati II Karo).
- Mulia Tarigan (seorang tokoh masyarakat dan pengusaha dari Jakarta).
- Ir. Derom Bangun (pernah menjabat Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Sumatra Utara, Pengurus Kamar Dagang Indonesia (KADIN) tingkat I Sumatra Utara, dan seorang pengusaha).
- Kolonel Drs. Kombar Sinulingga (Anggota DPRD Tingkat I Sumatra Utara).
Diskusi pendirian perguruan tinggi di Tanah Karo terlaksana secara sederhana yang dilaksanakan oleh Alumni SMA Negeri Kabanjahe tanggal 7 bulan januari tahun 1986. Adapun perlunya acara reuni SMA Negeri Kabanjahe dan panel diskusi dibicarakan pada tanggal 8 bulan september tahun 1985 dalam upacara pengantar tugas Bupati baru yang dilaksanakan oleh Staf Pengajar Merga Silima USU (yang kebanyakan para anggotanya adalah Alumni SMA Negeri Kabanjahe) dan para alumni SMA Negeri yang ada di Kabanjahe.
Dalam panel diskusi tersebut yang menjadi panelis adalah :
- Drs. S. S. Berahmana (dosen USU dan Ketua LPPM – USU).
- Pdt. Borong Tarigan (Petugas Lembaga Swadaya Masyarakat yang aktif dan seorang pecinta lingkungan).
- Ir. Meneth Ginting, M. A. D. E. (Bupati Dati II Karo).
Dalam diskusi ini diperoleh kesepakatan tentang perlunya mendirikan perguruan tinggi di Tanah Karo dengan alasan adanya potensi calon mahasiswa, dosen, keinginan, yang tinggi untuk memasuki perguruan tinggi. Juga disarankan akan perlunya pembentukan yayasan sebagai pembina perguruan tinggi yang akan dibentuk sekaligus sebagai penyantun administrasi. Yayasan tersebut adalah merupakan wujud nyata swadaya masyarakat.
Sebagai tambahan keterangan mengenai potensi tentang calon mahasiswa dalam panel diskusi tersebut mengajukan perkiraan bahwa: Akan ada 10% dari jumlah siswa SLTA yang akan memasuki perguruan tinggi swasta yang ada di Kabupaten (terdekat). Perkiraan ini untuk tahun 1986 adalah sekitar 950 orang dari Kabupaten Karo. Selain siswa SLTA lulusan dari Kabupaten Karo, diperkirakan juga bahwa lulusan SLTA dari Aceh Tenggara, lulusan SLTA dari Kabupaten Dairi dan SLTA Kabupaten Simalungun akan berminat menjadi mahasiswa, kalau perguruan tinggi didirikan di Kabanjahe Kabupaten Karo.
3.2.2. Pembentukan Yayasan
Untuk menjadi sebuah perguruan tinggi swasta baru maka para pendiri juga perlu memperhatikan tentang pembentukan sebuah yayasan yang bernaung dan
bertanggung jawab atas universitas swasta tersebut. Pembicaraan atas diskusi mengenai pendirian perguruan tinggi di Tanah Karo terus berkembang hingga para diantara alumni SMA Negeri Kabanjahe dan tokoh-tokoh masyarakat. Mereka bukan hanya mendiskusikan tentang potensi berdirinya saja, tetapi juga harus mendiskusikan tantangan dan kesempatan dalam pendirian perguruan tinggi.
Dari diskusi yang dilakukan dalam usaha pembentukan Yayasan, dapat diambil keterangan penting saat itu. Antara lain :
- Pemerintah dapat membantu kalau ada yayasan mendirikan perguruan tinggi berupa bantuan dari Kopertis wilayah I, bantuan dari Gubernur dan bantuan Presiden. Malahan pada tahun 1986 diketahui bahwa Pemerintah Daerah tingkat II Karo, bersedia memberikan izin kepada stafnya untuk meninggalkan tugas (apabila tidak sangat dibutuhkan), pada hari tertentu kalau untuk keperluan studi.
- Dalam diskusi muncul gambaran tantangan yang berat yaitu antara lain mengenai dana (paling sedikit dana pendahuluan untuk keperluan pembangunan gedung, mobil, honorer dll) yang tidak sedikit dan siapa yang akan jadi pengelola yang memerlukan keahlian dan dedikasi. Disadari pula bahwa kesempatan untuk memperoleh kemudahan lain adalah terbatas dan mestilah ada yang mau berkorban baik pikiran, tenaga dan harta dan yang mau berkorban inilah yang akan memjadi pengurus yayasan yang akan menyantuni perguruan tinggi yang akan dibentuk.
Dari suatu pertemuan dirumah dinas Bupati Tingkat II Karo, Kabanjahe, pada pertengahan bulan April 1986 disepakati untuk mengadakan pertemuan di Medan, dirumah Kolonel Purn. Nahud Bangun pada akhir bulan April 1986. Pertemuan penting ini di hadiri oleh sebahagian orang-orang yang selama ini memang telah terlibat dalam diskusi atau pembicaraan-pembicaraan mengenai berdirinya perguruan tinggi di Tanah Karo yaitu : Prof. Dr. Payung Bangun,MA, Kolonel (Purn) Nahud Bangun, Kitab Sembiring,S.H, Ny.H. Rehngena Purba,S.H, Mulia Tarigan, Drs.Rajangaku Sitepu, Dr. Pengarapen Tarigan, Karim Kuetteh Sembiring, S.H,
Ir. Meneth Ginting, M.A.D.E, Reh Malem Sitepu. Dalam pertemuan tersebut telah disepakati mengenai dua hal yaitu Pertama : Setuju didirikan tinggi dengan nama Universitas Karo (UKA) di Kabanjahe dan kedua : sepakat membentuk Yayasan Karo Simalem sebagai yayasan penyantun Universitas Karo (UKA)13
Untuk menjadikan kesepakatan tersebut diatas menjadi kenyataan, dibentuklah Yayasan Karo Simalem yang dituangkan dalam Akte No: 2 dari Notaris Raskami bersama menunjuk penulis sebagai ketua umum, dengan pengurus selengkapnya sebagai berikut :
- Ketua Umum : Ny. Reh Malem Sitepu
- Ketua - I : Kitab Sembiring, S.H
- Ketua - II : Kolonel Purn. Nahud Bangun
13
- Ketua - III : Dr. Pengarapen Tarigan
- Sekretaris Umum : Ir. Musa Sembiring, MS
- Sekretaris - I : Dr. Ngarap Dat Tarigan
- Sekretaris - II : Ir. Mag Muis Menjerang
- Bendahara Umum : Kapiten S. Meliala
- Bendahara - I : Ny. Hj. Rehngena Purba, S. H
- Anggota : 1. Mulia Tarigan
2. Drs. Datmalem Ginting
3. Ir. Sehat Keloko
4. Kuetteh Sembiring, S. H
Setelah Yayasan Karo Simalem terbentuk ,masih ada diadakan sejumlah rapat guna melengkapi hasil rapat yang terdahulu. Yang salah satunya adalah dengan acara penyelesaian proyek proposal pendirian Universitas Karo dan pengiriman surat permohonan izin operasional yang dulunya di tujukan ke Kopertis Wilayah 1. Hasilnya adalah pada tanggal 15 mei 1986 yang merupakan tanggal dimana keluarnya surat izin operasional Universitas Karo dari Kopertis wilayah 1.
Rapat-rapat selanjutnya baik di Medan dan di Kabanjahe setelah keluarnya izin operasional Universitas Karo dari Kopertis Wilayah I dilakukan sampai akhir
tahun 1986. Dari agenda rapat-rapat dapat dilihat bahwa rapat Yayasan Karo Simalem pada tahun 1986 yaitu permulaan berdirinya Universitas Karo, tidaklah dengan jelas membedakan program kerja Yayasan Karo Simalem dengan program kerja Universitas Karo, oleh karena sebahagian besar pengurus Yayasan Karo Simalem juga menjadi pimpinan universitas karo.
Dalam perkembangan berikutnya mengenai organisasi Yayasan Karo Simalem, telah terjadi perubahan pengurus Yayasan Karo Simalem, perubahan yang terjadi adalah berdasarkan kesepakatan bersama sehubungan dengan intensitas seseorang dalam pengabdiannya terhadap Yayasan Karo Simalem.
Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan Rapat-rapat Yayasan Karo Simalem pada tahun 1986.
No Tanggal Kegiatan / Agenda Rapat
1 25-5-1986 Pemantapan izin 0perasional dari
Universitas Karo sehubungan dengan penyerahan AHTI, gedung perkuliahan, rencana anggaran biaya, kurikulum, lambang, logo dan mars Universitas
2 23-6-1986 Penerimaan mahasiswa baru, program kerja pimpinan : Rektor dan dekan-dekan Universitas Karo dan mobil untuk pengangkutan para dosen Universitas Karo: Kabanjahe-Medan Pulang Pergi.
3 19-7-1986 Rapat jam 15.00 (Surat undangan YKS No. 020/yks-k/1986) terlaksana sampai malam dengan acara : Operasionalisasi Universitas Universitas, orientasi pengenalan kampus (Ospek) dan pembiayaan kegiatan Universitas Karo.
4 9-8-1986 Penentuan gedung perkuliahan (gedung
nasional, gedung YPP GKKP, gedung SD V dan aula SPPH untuk kuliah umum), penentuan dosen-dosen Universitas Karo dan pemantapan Opspek.
5 11-8-1986 Penentuan lambang, logo dan buku
pedoman Universitas Karo.
6 9-8-1986 Keuangan, penjajakan lokasi kampus,
peresmian Universitas Karo.
7 18-10-1986 Program dan usaha Yayasan Karo Simalem, penentuan jadwal kuliah, rencana hari peresmian Universitas Karo, honorarium dosen dan reorganisasi Yayasan Karo Simalem.
8 15-11-1986 Penentuan lokasi dan dana pembelian dari kampus Universitas Karo.
9 23-12-1986 Pembentukan tim pembelian tanah kampus Ny, Rehngena Purba,S.H, dan penyetoran dana oleh anggota Yayasan Karo Simalem,
perpustakaan dan majalah / bulletin Universitas Karo.
Sumber: Catatan Ketua Yayasan Karo Simalem
Kegiatan Yayasan Karo Simalem setelah tahun kedua berdirinya universitas karo, tidak mengalami perkembangan yang pesat, hal ini mungkin dikarenakan para pengurus yang juga sibuk di luar selain bertugas di universitas karo. Kegiatan Yayasan Karo Simalem setelah tahun kedua berdirinya universitas karo juga bisa dikatakan terlaksana apabila diperlukan, namun para pengurus selalu menghadiri kegiatan Universitas Karo seperti Ordik, wisuda sarjana dan kegiatan lainnya
3.2.3.Bantuan-Bantuan
Perjalanan sejarah berdirinya Universitas Karo sendiri tak lepas adalah adanya dukungan dari pihak luar yang siap membantu pelaksanaan pendirian Universitas Karo tersebut. Para pendiri dan anggota dari yayasan yang sudah dibentuk yaitu Yayasan Karo Simalem yang sekaligus menjadi pengurus universitas selanjutnya juga tak pernah berhenti mencari dukungan dan bantuan dari pihak lain saat itu.
Seperti yang kita ketahui juga, didalam pembangunan dan pendirian sebuah perguruan tinggi memerlukan dana yang cukup besar. Selain dana juga dibutuhkan dukungan pihak luar seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah lain, sampai kepada masyarakat, terutama masyarakat Karo disekitar Kabanjahe. Hal-hal semacam itu lazimnya disebut dengan bantuan atau sumbangan.
Adapun sumbangan pada waktu peletakan batu pertama gedung Universitas Karo tanggal 21 Maret 1989 adalah berupa uang maupun bahan-bahan dengan penyumbang yang hampir mencakup seluruh lapisan dari masyarakat. Selain itu juga ada beberapa sumbangan lainnya yaitu:- Dari pemerintah, mulai dari Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara (yang diwakili oleh Pembantu Gubernur Wilayah I). Bupati Tingkat II Karo, Unsur-unsur Muspida Dati II Karo, seluruh Camat Kabupaten Karo, lurah se-kota Kabanjahe dan beberapa Kepala desa termasuk juga KORPRI dan Dharma Wanita Dati II Karo. Berikut ini adalah beberapa jajaran organisasi yang ikut serta dalam pemberian sejumlah bantuan.
- Dari jajaran ABRI, mulai dari Pangdam I Bukit Barisan, Dandim 0205 Tanah Karo, Dharma Pertiwi, dan juga Warakuri, Pepabri, LVRI, FKPPI.
- Hampir seluruh kepala dinas dan Jawatan dan kantor yang ada di Kabupaten Dati II Karo.
- Dari para pengusaha, usaha swasta, BUMN, yang ada di DATI II Karo dan KADIN.
- Jajaran pendidik mulai dari Koprtis Wilayah – I Sumatera Utara, Universitas Medan Area (UMA), Universitas Islam Sumatra Utara (UISU), Depdikbud Dati II Karo, Yayasan-yayasan Pendidikan dan Perguruan- perguruan yang ada di Kabupaten Karo, dan juga pimpinan dan warga Civitas Akademika Universitas Karo.
- Organisasi Kemasyarakatan dan organisasi politik (PPP, GOLKAR, dan PDI) Dati II Karo dan juga tokoh masyarakat14
Selain itu bantuan dan sumbangan diberikan pula oleh para pejabat atau dinas dari dana kantor dan ada pula dana sendiri atau sumbangan pribadi.
Dalam perkembangan selanjutnya Universitas Karo juga menerima sumbangan berupa dana dan buku-buku untuk perpustakaan dan sumbangan lainnya seperti sumbangan dari Presiden RI saat itu sebesar 28 juta Rupiah, bantuan Mendikbud RI berupa buku-buku, bantuan Menteri Tenaga Kerja (Drs. Cosmas Batubara) berupa seperangkat computer dan buku-buku. Selain bantuan berupa dana dan material lainnya, ada juga bantuan yang diberikan masyarakat setempat waktu itu. Bantuan mereka berupa pengorbanan dan sumbangan moril. Hal ini sangat menguntungkan pihak universitas karo kala itu. Karena seperti yang kita ketahui bahwa dukungan masyarakat itu adalah yang terpenting. Mungkin itulah yang menjadi idaman dan kebanggaan masyarakat, sehingga mereka ikut serta dalam melengkapi pendirian Universitas Karo.
Sumbangan berbagai Individu / Masyarakat antara lain adalah :
- Ada yang bersedia mengorbankan tanahnya untuk pembuatan jalan ke Universitas Karo (UKA), upacara terlaksana dalam satu upacara sederhana di rumah kediaman ketua Yayasan Karo Simalem.
14
- Sumbangan dari masyarakat yang bersifat moril misalnya saja ucapan syukur seperti ucapan selamat disurat kabar Medan.
- Lagu mars Universitas Karo (UKA), nyanyian yang selalu diperdengarkan dalam upacara universitas karo, adalah sumbangan dari seorang mahasiswa Universitas Karo.
- Lambang Universitas Karo (UKA) yang merupakan panji-panji dari Universitas Karo, adalah sumbangan dari seorang mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Karo yang bernama Rafael Jono.
3.3 Kelengkapan dan Fasilitas Universitas Karo
Didalam mendirikan sebuah instansi seperti universitas, perlu hendaknya melihat hal apa saja yang akan melengkapi didalamnya. Kelengkapan itu akan menunjang dari seluruh kegiatan universitas dan kampus tersebut. Pihak universitas berhak menambah sarana, prasarana maupun segala fasilitas yang memadai guna memantapkan seluruh kegiatan akademik maupun kegiatan kampus lainnya. Hal ini bisa juga disebut sebagai persyaratan dalam mendirikan sebuah perguruan tinggi atau universitas. Bentuk dari kelengkapan dan fasilitas tersebut merupakan hal wajib dalam pendiriannya. Berikut ini adalah beberapa bentuk dari kelengkapan dan fasilitas yang ada di Universitas Karo.
Seperti yang kita ketahui bahwa dalam mendirikan sebuah instansi baik negeri maupun swasta harus mempunyai izin operasional untuk menjalankan aktifitasnya. Demikian pula halnya dengan Universitas Karo dimana universitas ini adalah instansi pendidikan swasta yang berdiri di Kabupaten Karo. Dan surat izin operasional Universitas Karo adalah SK NO 302/SK/KOP.I/86 dari Kopertis Wilayah I, tertanggal 14 Mei 1986 memberikan izin sementara untuk membuka 5 (Lima) fakultas untuk program S1 yaitu :
a. Akademi Pertanian Yayasan Pendidikan Tropis Indonesia menjadi Fakultas Pertanian.
Jurusan Budaya Pertanian. Program Studi Bercocok Tanam Pertanian Pangan.
Jurusan Hama dan Penyakit tanaman. Program Studi Proteksi Tanaman.
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Program Studi teknologi Hasil Pertanian.
b. Fakultas Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan,Jurusan Manajemen. Program Studi Manajemen Umum.
c. Fakultas Umum
Jurusan Hukum Pidana. Program Studi Hukum Pidana.
Jurusan Hukum dan Keperdataan. Program Studi Hukum Keperdataan.
d. Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Sipil. Program Studi Teknik Sipil.
Jurusan Teknik Industri. Program Studi Teknik Industri.
Surat Izin Operasional dari Kopertis Wilayah–I untuk Universitas Karo menjadi Izin terdaftar dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI NO. 0377/0/1987 tahun 1987, hanya dalam waktu setahun dua bulan setelah Universitas Karo dibuka. Dan dengan keluarnya surat terdaftar bagi Universitas Karo berarti bahwa :
1. Telah berhak mengikuti Ujian Negara yang diselenggarakan Pemerintah
2. Penguji Ujian Negara tersebut sudah ikut dosen-dosen dari Universitas Karo sendiri bersama-sama dengan Kopertis Wilayah – I.
3. Kehidupan Universitas Karo telah terjamin oleh pemerintah RI dalam hal ini Kopertis wilayah – I menjamin kelangsungan studi bagi mahasiswanya.
Ada beberapa hal yang mempercepat keyakinan dari Kopertis Wilayah I, akan kelayakan berdirinya Universitas Karo dan salah satu yang sangat penting adalah bahwa Universitas Karo mempunyai bibit yaitu (embrio) yaitu Akademi Hortikurtura Tropis Indonesia (AHTI) yang telah terdaftar pada Depdikbud RI berdasarkan SK NO 0309/0/1986 tanggal 8 April 1986.
Yayasan Pendidikan Tropis Indonesia (YPTI) yang menyantuni AHTI bukan saja tidak keberatan AHTI digunakan sebagai embrio Universitas Karo dalam surat
permohonan ke Kopertis Wilayah–I, malah ditandatangani Ir. Mag Muis Menjerang (mewakili YPTI) dengan saksi seorang dosen AHTI yaitu Bitani Bangun, S. H. Menyerahkan sepenuhnya AHTI kepada Yayasan Tanah Karo Simalem yang ditandatangani saksi Ir. Musa Sembiring, MS. penyerahan tersebut mencakup :
1. Seluruh mahasiswa AHTI mulai tahun Akademi 1882/1983 sampai dengan 1985/1986.
2. Staff Educatif dan non Edukatif.
3. Semua perangkat administrasi.
Dengan penyerahan alih fungsi tersebut maka dapat di simpulkan bahwa semua aktifitas dan kepemilikan dari Akademi Hortikurtura Tropis Indonesia (AHTI) diserahkan, bergabung, dan menjadi tanggung jawab dari yayasan yang bernaung kepada Universitas Karo. Sehingga kita dapat melihat bahwa universitas karo yang kita kenal adalah bermula dari AHTI.
Oleh karena kemajuan yang pesat dari Universitas Karo, maka status Terdaftar yang mulanya menjadi status universitas, telah dapat ditingkatkan dan berubah menjadi status Diakui. Hal ini berlaku untuk semua fakultas di Universitas Karo. Oleh Pemerintah status tersebut berubah sesuai berdasarkan SK MENDIKBUD RI No. 0161/0/1991.
Dengan demikian Universitas Karo telah diberi hak oleh Negara untuk melaksanakan Ujian Negara cicilan dengan dosen penguji 75% dari Universitas Karo
dan 25% dosen penguji dari Kopertis Wilayah I. Untuk seterusnya hanya tinggal satu status lagi yang menjadi perjuangan Universitas Karo yaitu status Disamakan yang merupakan status yang tertinggi bagi perguruan tinggi swasta.
3.3.2.Struktur Organisasi
Dalam sebuah organisasi yang menjalankan suatu kegiatan tentunya mempunyai tujuan yang hendak dicapai dan dalam pencapaian tujuan tersebut, organisasi menggunakan berbagai cara atau usaha yang berkaitan dengan tujuan tersebut. Organisasi yang menjalankan suatu kegiatan sudah tentu memiliki struktur dalam kepengurusannya.
Sebuah universitas juga digolongkan kepada sebuah organisasi. Ini dapat kita lihat pada semua struktur universitas merupakan bagian seperti struktur organisasi. Pada waktu berdirinya Universitas Karo tahun 1986, universitas ini memiliki struktur organisasi atau struktur pejabat dan kepemimpinannya adalah :
Rektor
Pembantu Rektor I
Pembantu Rektor II
Pembantu Rektor III
Pemimpin Fakultas (Dekan)
Pembantu Dekan II
Pembantu Dekan III
Ketua Bidang Studi
Kepala Biro Adsministrasi Akademik dan Kemahasiswaan (KaBAAK)
Kepala Biro Administrasi Umum (KaBAU)
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat
Humas Universitas
Sementara itu Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) dan Biro Administrasi Umum membawahi beberapa bidang yaitu :
1. Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) terdiri dari :
a. Kasubag Perencanaan / Akademik
b. Kasubag Kemahasiswaan
c. Kasubag Registrasi / Statistik
d. Penghubung Kopertis
a. Kasubag Administrasi Umum
b. Kasubag Keuangan
c. Unit Pelaksana Teknis Perpustakaan (Kasubag Perpustakaan)
d. Sekretariat Universitas
e. Kasubag Laboratorium.
Sementara itu Universitas Karo juga mempunyai suatu Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Lembaga ini bertugas dalam hal penelitian yang dilakukan oleh setiap dosen dan mahasiswa. Dan lembaga ini juga sering terjun ke lapangan atau masyarakat. Hal ini sesuai dengan namanya yaitu Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat.
Adapun hubungan atau kedudukan masing-masing jabatan tersebut ada yang berupa hubungan timbal balik dan ada pula yang searah. Kedudukan tertinggi di jabat oleh Rektor dan Senat universitas dimana keduanya mempunyai hubungan timbal balik atau sejajar dan keduanya didalam menjalankan tugas bertanggung jawab kepada Yayasan Karo Simalem selaku yayasan penanggung jawab Universitas Karo.
Setelah Rektor, kedudukan selanjutnya adalah ditempati oleh BAU dan BAAK yang kedudukannya sejajar. Kedua biro ini bertanggung jawab langsung kepada Rektor dan keduanya membawahi beberapa bagian yang telah disebutkan diatas. Dalam melaksanakan semua kegiatan di lingkungan universitas, tugas lapangan
diserahkan kepada para Dekan yang memimpin setiap fakultas. Dekan mempunyai hubungan yang vertical dengan BAU dan BAAK. Semua urusan fakultas diproses di BAU dan BAAK yang kemudian masuk ke rektorat. Setiap dekan membawahi ketua jurusan yang memimpin setiap jurusan dan bertanggung jawab terhadap dekan.