FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT
A. Faktor Pendukung
1. SMK SPP Dharma Lestari
Keberhasilan sekolah melaksanakan kurikulum integral ini tentu tidak lepas dari dukungan banyak hal, utamanya dari 3 faktor ini, siswa, guru dan sarana. Antusiasme siswa dalam melaksanakan seluruh program kegiatan yang dicanangkan dan juga dukungan orangtua, membuat program ini berjalan lancar. Demikian juga dari faktor guru. Proses dari awal yang sudah mensyaratkan berbagai kompetensi dari guru menjadikan lembaga ini banyak memiliki sumberdaya yang siap diposisikan sebagai guru mapel, gurudiniyyah maupun pendamping siswa dalam berbagai kegiatan pembelajaran. Demikian juga dari faktor sarana, sudah tersedia ruang kelas, ruang praktek dan laboratorium PAI yang representatif serta buku buku pendukung yang cukup. 2. SMK Pancasila
Keberhasilan integrasi kurikulum PAI di SMK Pancasila tidak bisa dilepaskan dari faktor faktor pendukungnya yaitu keberadaan siswa yang tertib dan patuh terhadap peraturan sekolah maupun pondok dengan cara mengikuti semua kegiatan tanpa mengutamakan salah satunya. Ketaatan terhadap Pengasuh Pondok selalu diutamakan, sehingga apapun yang menjadi keputusan dari Pengasuh Pondok melalui Pengurus, selalu dilaksanakan dengan baik. Kemudian tentu guru atau tenaga pengajar yang sebagian besar adalah alumni Pondok Pancasila, sehingga tidak memerlukan masa adaptasi yang panjang untuk melakukan kegiatan belajar mengajar baik di SMK maupun di Pondok.
Demikian juga dari faktor sarana, untuk KBM sekolah dan pondok sudah tersedia ruang ruang belajar secara klasikal maupun ruang praktek dan peralatannya, yang sudah cukup untuk memenuhi kompetensi yang akan di pelajari.
3. SMK Al Falah
Diantara faktor yang mendukung keberhasilan integrasi kurikulum PAI di SMK Al Falah adalah keberadaan siswa yang terkondisikan dan memiliki kesadaran untuk melaksanakan kegiatan keagamaan walaupun mereka santri yang tidak mukim di pondok. Setiap jam pagi dimana kajian agama dimulai, mereka akan dengan tertib langsung menuju aula. Penyadaran dan motivasi akan pentingnya belajar agama dan tradisi pesantren terus menerus diberikan kepada siswa. Bahkan guru guru di SMK Al-Falah juga ikut mendampingi siswa dalam kajian kajian tersebut untuk menambah semangat dan motivasi. Disamping tentu keberadaan sarana dan prasarana sekolah yang cukup memadai untuk proses pembelajaran secara teori maupun praktek. Dari sini diharapkan siswa tidak hanya memiliki kemampuan akademik, namun juga berakhlak baik, bahkan mampu menjadi panutan di lingkungannya kelak.
Ketiga faktor ini menjadi penentu keberhasilan integrasi kurikulum, utamanya dari faktor guru sebagai kunci pembelajaran. Karena itu guru dituntut mengembangkan ilmu, wawasan, bacaan dan kompetensinya secara interdisipliner agar mampu mengintegrasi-interkoneksikan mapel yang diampu. Di SMK-SPP Dharma Lestari, SMK Pancasila, dan SMK Al-Falah guru diberi kebebasan untuk berkembang dan maju dengan dukungan fasilitas belajar yang memadai dan situasi sosial yang nyaman. Di SMK Dharma Lestari, selain guru Mapel disekolah, ada guru diniyyah, fasilitator kamar, guru
pamong yang semuanya siap membantu proses belajar siswa. Di SMK Pancasila, mayoritas guru adalah alumni pondok, sehingga nilai dan falsafah dari pondok terjaga dengan baik. Di SMK Al-Falah, dimana pengajar pendalaman materi agama diambilkan dari luar sekolah, menjadikan pembelajaran lebih menarik dan meningkatkan semangat belajar siswa. Ketiga jenis manajemen guru ini sama-sama menarik untuk dilakukan, tergantung kebutuhan sehingga integrasi pembelajaran bisa berlangsung dengan baik. B. Faktor Penghambat
1. SMK SPP Dharma Lestari
Faktor penghambat dari terlaksananya integrasi kurikulum PAI dari 3 faktor diatas yaitu latar belakang pengalaman beragama siswa yang tidak sama, sehingga membutuhkan waktu yang agak lama untuk pengenalan dan pendalaman materi dasar PAI yaitu baca tulis Al Quran dan Ibadah muamalah. Kemudian faktor penghambat lainnya adalah padatnya kurikulum SMK yang harus dipenuhi sehingga KBM SMK menyita banyak waktu belajar siswa. Dari faktor guru, semakin banyaknya tugas administrasi guru mengurangi waktu luang untuk pembinaan dan pendampingan siswa utamanya dalam kegiatan kegiatan agama. Selain itu, tenaga pendidik rata rata dari tenaga yang baru lulus dari Perguruan Tinggi, sehingga guru guru senior harus melakukan pendampingan yang intens agar visi dan misi sekolah bisa dicapai.
2. SMK Pancasila
Faktor yang menghambat pelaksanaan integrasi kurikulum PAI di SMK Pancasila dari faktor siswa hampir sama dengan SMK SPP Dharma Lestari, dimana kebanyakan siswa kemampuan agamanya tidak sama sehingga membutuhkan waktu yang agak lama untuk menyamakan tingkatan, atau penempatan kelas bagi siswa baru. Dari sisi pembinaan pesantren salah satu kendalanya adalah sedikitnya tenaga pendidik yang tinggal di lingkungan pondok pesantren sehingga mengurangi intensitas pendampingan siswa sehari-hari, kaitannya dengan sholat jamaah 5 waktu, dan kegiatan harian lainnya.
3. SMK Al Falah
Di SMK Al Falah siswa tidak diwajibkan tinggal di pondok, sementara yang tinggal di pondok berasal dari berbagai latar belakang sekolah dan jenjang pendidikan, sehingga secara administratif antara sekolah formal dan sekolah pondok memang berbeda. Maka hasil akhir dari lulusan sekolah yang tinggal di pondok dan tidak, tentu berbeda pula. Ini tentu menjadi salah satu hambatan dari pelaksanaan integrasi kurikulum PAI, dimana penguasaan ilmu agama untuk siswa SMK menjadi tidak imbang. Selain itu, tidak banyak tenaga pendidik yang berlatar belakang pesantren, sehingga pendampingan kegiatan keagamaan juga terbatas.
Dari paparan data diatas, faktor pendukung dan penghambat keberhasilan kurikulum berasal dari unsur yang sama, yaitu siswa, guru dan sarana. Di SMK-SPP Dharma Lestari dan SMK Pancasila, siswa berasal dari latar belakang yang tidak sama dan dengan standar tes penerimaan yang tidak memungkinkan untuk menyaring kemampuan siswa. Di SMK Al-Falah, selain
faktor diatas, tidak semua siswa mau tinggal di pondok, sehingga membutuhkan strategi untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan beragama siswa. Dari faktor guru, penghambatnya adalah adanya guru yang sibuk dengan mapel yang diampunya sehingga tidak mau bersinggungan dengan mapel lain, dan banyaknya tugas administrasi guru yang harus diselesaikan.
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Implementasi integrasi kurikulum PAI di SMK Berbasis komunitas Pesantren harus terus dilakukan untuk menghindari dikotomi pendidikan umum dan pendidikan agama karena hal ini bisa menjauhkan agama dengan realitas kehidupan manusia. Pesantren dan lembaga pendidikan umum memiliki jalan tengah penyatuan visi pendidikan melalui integrasi kurikulum. Perencanaan dan pelaksanaan integrasi kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK Berbasis Pesantren di Kota Salatiga yaitu SMK-SPP Dharma Lestari di PP Agro Nuur el Falah Pulutan, SMK Pancasila di PP Pancasila Blotongan, dan SMK Al Falah di PP. Al Falah Grogol sudah terlaksana dengan baik, dengan cara :
1. Perencanaan Integrasi kurikulum PAI dimulai dari penyusunan visi misi sekolah dimana visi misi tersebut menjadi salah satu sasaran pencapaian tujuan dari proses pendidikan yang dilaksanakan. Dari visi misi tersebut diturunkan lagi menjadi Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang dilakukan setiap awal tahun pelajaran. RKS itu menjadi dasar penyusunan perangkat pembelajaran seperti Kaldik, RPP, Silabus, Prota dan Promes.
2. Implementasi Kurikulum PAI di SMK Berbasis Pesantren di Kota Salatiga dilaksanakan secara menyeluruh, dimulai dari Kegiatan Belajar Mengajar di SMK dan Pendidikan Madrasah Diniyyah sebagai pembelajaran langsung yang terstruktur dan dirancang secara khusus, sampai pada pengembangan nilai dan karakter sebagai pembelajaran tidak langsung yang berjalan di luar jam formal melalui kegiatan pengembangan kepribadian, unjuk kerja nyata, dan pembiasaan ibadah sunnah dari Pengurus, Ustadz, dan Kyai.
3. Faktor Pendukung dari pelaksanaan integrasi kurikulum PAI adalah adanya kesiapan siswa mendukung seluruh program pembelajaran yang berlangsung dari pagi sampai malan hari, ketersediaan tenaga pendidik yang terlibat secara langsung dalam pendidikan formal dan non formal serta fasilitas pembelajaran yang cukup memadai mulai ruang praktek, ruang teori, alat pembelajaran dan sumber belajar. Sedangkan faktor penghambatnya adalah latar belakang siswa yang tidak sama sehingga membutuhkan waktu panjang untuk penyesuaian, padatnya kompetensi yang harus dipenuhi sehingga menyita waktu belajar diniyyah, dan banyaknya tenaga pendidik yang baru lulus sehingga membutuhkan pendampingan yang intens dari guru-guru senior.
B. Saran
Adapun saran yang disampaikan peneliti adalah sebagai berikut :
1. Untuk sekolah memberikan penataran dan pelatihan yang lebih intens untuk guru supaya pembelajaran semua mapel bisa lebih inovatif dan bermakna bagi para siswa.
2. Guru PAI sebaiknya terus menggali kemampuan dan meningkatkan kompetensi paedagogi dan professional yang dimiliki karena sebagai kunci proses pembelajaran, guru dituntut untuk memiliki wawasan interdisipliner guna meningkatkan kualitas diri dalam pembelajaran.
3. Supervisi dari Kepala Sekolah atau Pengawas sebaiknya dilakukan secara rutin untuk meningkatkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Amin.Islamic Studies di Perguruan Tinggi Pendekatan Integratif- Interkonektif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
Abdullah, M. Amin. “Membangun Kembali Filsafat Ilmu-Ilmu Keislaman : Tajdidi dalam Perspektif Filsafat Ilmu” dalam A. Syafi’i Maarif dkk., Tajdid Muhammadiyah untuk Pencerahan Peradaban (ed.) Mifedwil Jandra dan M. Safar Nasir, Yogyakarta: MT-PPI & UAD Press, 2005.
Abdullah, M. Amin dkk., Kerangka Dasar Keilmuan dan Pengembangan Kurikulum
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta,Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006.
Abdullah, M. Amin, “Desain Pengembangan Akademik IAIN menuju UIN Sunan
Kalijaga : dari pendekatan Dikotomis-Atomistis ke arah Integratif- Interdisiplinnary” dalam Zainal Abidin Baqir, Integrasi Ilmu dan Agama, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008. viii
Al Barry, M. DahlanKamus Ilmiah Populer, Surabaya:Arloka,1994.
Al Jahuri, Zuwaynah Binti Salim. “Failiyah At Thariqah At Takamuliyyah fi Tahqiqi Al Ahdaf Al Marjuwwah fi Tadriisi Al Muthaala’ati wa An Nushusi laday Thaalibaati Ash-shoffi Al Awwali Ats Tsanawiy bi Sulthanah ‘Amman”, Thesis, Kulliyyah At Tarbiyah, Univ. Sulthan Qabus, Oman, 2002.
Alghamdi, Amani K.H. The Effects of an Integrated Curriculum on Student
Achievement in Saudi Arabia, EURASIA Journal of Mathematics Science and Technology Education University of Dammam, Vol 13, Number 3 (2017) :6074- 6100
Assegaf, Abd. Rahman. Sebuah Pengantar Dalam Pendidikan Islam Integratif. Yogyakarta: Jasa Ungguh Mulia, 2005.
Atsumbe B. Numgwo, Emmanuel Raymond, Francis Abutu, Okwori Robert O.“Curriculum Integration in Vocational and Technology Education: Implication for Teaching and Learning”,Journal of Centre for Education Programmes, The University of Trinidad and Tobago, Vol.23, Issue 2 (2015):15-27
Faizin, Nur. “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbasis Kitab Kuning Di SMK Roudlotul Mubtadiin Nalumsari Jepara”, Tesis, IAIN Walisongo Semarang, 2012.
Hargreaves, Andy and Shawn Moore, “Curriculum Integration and Classroom Relevance: A Study of Teacher’s Practice”, Journal of Curriculum and Supervision, Vol. 15 Number 2, (2000):89-112.
J. Jhon, Yvonne. “A “New” Thematic, Integrated Curriculum for Primary Schools of Trinidad and Tobago:A Paradigm Shift”, International Journal of Higher Education, Vol. 4, Issue 3, (2015):172-187.
K, Becker & Park.K, “Effects of Integrative Approach Among STEM subjects on Students Learning: A Preliminary Meta – Analysis”,Journal of STEM Education, Vol. 12 Number 5, (2011):23-37.
Kartanegara, Mulyadi.Integrasi Ilmu:Sebuah Rekonstruksi Holistik. Bandung: Mizan,2005
Kuntowijoyo,Islam Sebagai Ilmu:Epistemologi, Metodologi dan Etika. Yogyakarta:Teraju, 2004
L. Loepp, Franzie.“Models of Curriculum Integration”,Journal of Technology Studies, Vol. 25 Number 2, (1999):21-25.
Mahendra,Yusril Ihza.Modernisme Islam dan Demokrasi, Pandangan Politik Muhammad Natsir Dalam Islamika. Bandung: Mizan,1994.
Majid, Nurcholis.Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan. cet I., Jakarta: Paramadina, 1992.
Nasir, M. Ridlwan.Mencari Tipologi Format Pesantren Ideal;Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan. 2010. Jogjakarta:Pustaka Pelajar, 2010.
Nasution,S.Asas-asas Kurikulum. Jakarta:Bumi Aksara,2006.
Nasution,S.Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif.Bandung: Tarsito,1998. Subki, “Integrasi Sistim Pendidikan Madrasah dan Pesantren Tradisional (Studi Kasus
Pondok Pesantren Al Anwar Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang)”Tesis, IAIN Walisongo Semarang, 2013.
Sugiyono, MetodePenelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2008.
Syukri Zarkasyi, Abdullah Manajemen Pesantren:Pengalaman Pondok Modern Gontor, Ponorogo : Trimurti Press, 2005.
Tamam, Badrut. Pesantren Nalar dan Tradisi; Geliat Santri menghadapi ISIS, Terorisme, dan Transnasionalisme Islam, Jogjakarta:Pustaka Pelajar, 2015.