• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas di lapangan terdapat beberapa penghambat yang secara garis besar bersumber dari faktor sumber daya manusia, sarana dan prasaran serta faktor alam. Hal tersebut terungkap dari hasil wawancara dengan Kanit Dikyasa Polres Temanggung yang secara lebih rinci dijabarkan pada bagian berikut:85

a. Faktor Sumber daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penghambat pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas. Sumber daya manusia tersebut meliputi pelaksana manajemen dan rekayasa lalu lintas dalam hal ini adalah kepolisian serta pihak pengguna jalan sebagai obyek dari pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas. Keterbatasan personil polisi merupakan salah satu faktor penghambat manajemen dan rekayasa lalu lintas. Dengan semakin kompleksnya permasalahan yang harus di tangani oleh polisi maka jumlah polisi yang ada di Temanggung dirasa masih kurang. Disamping itu kompetensi polisi untuk masing – masing bidang memerlukan kemampuan yang berbeda, oleh karena itu perlu dikembangkan pembinaan terhadap personil polisi dalam setiap satuan tugas yang memiliki permasalahan yang berbeda. Walaupun bukan merupakan hal yang terlalu fatal tetapi kompetensi personil polisi dalam bidang tertentu perlu di samakan persepsinya melalui diklat maupun pembinaan.

85 Wawancara dengan Kanit Dikyasa Iptu Sri Suryani SH, di kantor Dikyasa Polres

Pengguna jalan juga dapat menjadi faktor sebagai obyek dari pelaksanaan manajemen dan rekayasan lalu lintas. Menanggapi hal tersebut Kanit Dikyasa Polres Temanggung menyatakan:

“… problematika yang terjadi dalam pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas berkaitan dengan pemakai jalan yang tidak mengerti tentang tata tertib berlalu lintas. Misalnya jalan ditutup karena ada suatu acara insidental, ternyata masih ada juga pengendara yang menerobos masuk.86

Faktor pengguna jalan dapat disebabkan karena dua hal yakni karena kurangnya pengetahuan dan kurangnya kesadaran atas peraturan yang berlaku. Kurangnya pengetahuan dapat menjadi penghambat pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas karena apa yang dilakukan melanggar rambu – rambu lalu lintas karena kurangnya pengetahuan. Sedangkan kurangnya kesadaran pengguna jalan untuk mentaati peraturan lalu lintas bukan karena tidak tahu tetapi ada unsur kesengajaan untuk melanggar, menganggap hal tersebut merupakan hal yang tidak melanggar atau tidak berbahaya. Tetapi sebenarnya pelanggaran tersebut akan dapat berdampak pada akibat yang cukup berbahaya.

Sebagian besar pengguna jalan memang kurang memperhatikan dan menyadari pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas. Suatu hal yang sering terjadi jika pengguna jalan menerobos lampu pengatur lalu lintas adalah karena terburu – buru. Jika ditelaah maka hal itu akan dapat berakibat fatal jika terjadi kecelakaan. Waktu yang terbuang untuk

86Wawancara dengan Kanit Dikyasa Iptu Sri Suryani SH, di kantor Dikyasa Polres Temanggung tanggal 29 – 11 – 2017.

menunggu lampu pengatur lalu lintas untuk jalan menjadi tidak berharga jika terjadi kecelakaan yang berakibat fatal.

“….hambatan dalam pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalulintas yang dihadapi adalah masih banyak masyarakat yang kurang menyadari pentingnya berlalu lintas. Hal ini sangat nampak ketika terjadi kemacetan lalu lintas pada jam-jam tertentu atau pada situasional tertentu”.87

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berkendara maka dapat ditempuh melalui upaya yang dilaksanakan unit Dikyasa sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan sosialisasi kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesadaran berlalu lintas. Perilaku masyarakat yang tertib berlalu lintas mendukung upaya polisi dalam menekan angka kecelakaan. Kanit Dikyasa menyatakan bahwa:

“…. upaya – upaya yang dilakukan dalam menekan angka kecelakaan adalah (1) memberikan pendidikan lalu lintas melalui pembinaan kepada masyarakat terorganisir dan masyarakat tidak terorganisir. Kepada masyarakat terorganisir dilakukan dengan mengumpulkan kelompok masyarakat, misalnya kelompok pelajar, kelompok pengemudi dan sebagainya untuk diberikan pembinaan berlalu lintas. Sedang kepada masyarakat tidak terorganisir diberikan kepada para pelanggar lalulintas secara langsung (face to face). (2) memberikan himbauan – himbauan dengan pemasangan baleho, spanduk di tempat – tempat keramaian. (3) memberikan himbauan – himbauan dengan melalui media elektronik.88

Tindakan lain yang dapat dilaksanakan dalam menekan kecelakaan adalah melaksanakan operasi lalu lintas. Tindakan hukum terhadap pengguna jalan yang melanggar secara tidak langsung akan berpengaruh pada perilaku pengguna jalan untuk tertib berlalu lintas, mematuhi

87Wawancara dengan Iptu Sri Suryani, SH, Kanit Dikyasa Polres Temanggung, di kantor Dikyasa Polres Temanggung tanggal 29 - 11 - 2017

peraturan – peraturan berlalu lintas yang beresiko pada tindakan melawan hukum (tindak pidana) yang memungkinkan terkena sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Jangka panjang dari operasi lalu lintas adalah kesadaran berlalu lintas dari semua pengguna jalan sehingga diharapkan akan dapat menekan angka kecelakaan. Dampak jangka pendek dari adanya operasi lalu lintas diharapkan akan menciptakan ketertiban pengguna jalan dalam mematuhi peraturan berlalu lintas. Adapun permasalahan yang berkaitan dengan kewenangan pihak lain, dilakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait. Koordinasi yang dilakukan adalah dengan DLLAJ Daerah, DLLAJ Propinsi, koordinasi dengan dinas perhubungan berkaitan dengan sarana dan prasarana jalan serta adanya inisiasi untuk membuat langkah kejut di jalan di beberapa titik yang sesuai dengankebutuhan. Upaya tersebut merupkan langkah implementasi manajemen dan rekayasa lalu lintas.

b. Faktor Sarana dan Prasarana

Faktor kedua yang dapat menghambat manajemen dan rekayasa lalu lintas adalah kelengkapan sarana dan prasarana jalan. Sarana dan prasrana yang memadai merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas. Sarana dan prasarana yang relatif terbatas dapat menjadi faktor penghambat terlaksananya manajemen dan rekayasa lalu lintas.

“….pada dasarnya faktor yang menghambat dalam pelaksanaan rekayasa lalu lintas adalah terbatasnya faktor pendukung berupa rambu – rambu lalu lintas, kondisi jalan secara kualitas yang ada

beberapa yang sudah rusak, dan penerangan jalan khususnya di waktu malam hari.”89

Rambu – rambu lalu lintas sebagai salah satu prasarana guna menjamin keamanan, ketertiban, keselamatan para pemakai jalan. Keberadaan rambu – rambu jalan perlu disediakan dengan jumlah yang cukup dan berada pada posisi yang tepat.

“Secara umum penyediaan rambu – rambu lalu lintas sudah baik. Namun untuk beberapa tempat memang perlu ditambah selaras dengan adanya pembangunan beberapa ruas jalan serta beberapa ruas jalan yang masih terjadi rawan kemacetan dan rawan kecelakaan dengan kualitas kecelakaan yang cenderung berat.90

Upaya pengadaan, pemasangan dan perbaikan sarana dan prasarana lalu lintas melibatkan instansi lain sesuai kewenangannya seperti dengan DLLAJ dan Dinas Perhubungan. Untuk itu pihak kepolisian berkoordinasi dengan pemangku kepentingan dari instansi tersebut untuk dapat memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana lalu lintas. Untuk mewujudkan koordinasi dalam memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana terbentur permasalahan yang walaupun tidak penting namun menjadi salah satu penghambat.

“….kendala yang dihadapi dalam rangka memenuhi kelengkapan lalu lintas berupa rambu – rambu, himbauan, petunjuk dan larangan di sepanjang ruas jalan adalah (1) birokrasi, (2) keterbatasan anggaran daerah/dana dan (3) keterbatasan SDM.91

Permasalahan birokrasi dapat dimaklumi karena setiap instansi mempunyai ketentuan – ketentuan birokratif yang harus ditempuh.

89Wawancara dengan Iptu Sri Suryani, SH, Kanit Dikyasa Polres Temanggung, kantor Dikyasa Polres Temanggung tanggal 29 - 11 - 2017

90Ibid

Birokrasi ini dapat menjadi suatu hal yang menghambat ketika ada kebutuhan yang mendesak ternyata harus menunggu karena harus melewati sejumlah birokrasi sehingga pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana menjadi tertunda. Keterbatasan anggaran dalam penyediaan sarana dan prasarana lalu lintas menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat penyediaan sarana dan prasarana lalu lintas. Dalam hal ini terkait kemampuan financial tiap daerah dalam pengadaan berbagai sarana dan prasarana lalu lintas yang di butuhkan. Keterbatasan SDM dalam hal ini menyangkut kompetensi personil dalam rangka penyediaan sarana dan prasarana lalu lintas sesuai dengan tugas dan tanggungjawab masing – masing.

c. Faktor alam (Geografis)

Keadaan alam atau letak geografis wilayah Temanggung akan mempengaruhi karakteristik jalan. Letak geografis wilayah Temanggung berada di daerah pegunungan. Hal ini akan berdampak pada karakteristik jalan yang naik turun dan berkelak kelok. Untuk melaksanakan manajemen dan rekayasa lalu lintas di wilayah Temanggung harus memperhatikan karakteristik jalan tersebut. Kondisi ini dapat menjadi salah satu faktor penghambat pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas. Sebagai contoh pada jalan tanjakan yang sempit maka akan menjadi rawan kemacetan lalu lintas dan kemungkinan terjadinya kecelakaan. Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diupayakan adanya pelebaran jalan. Upaya ini akan membutuhkan anggaran yang tidak sedikit dan dalam waktu yang lama. Hal ini tentunya berbeda

dengan wilayah yang berada di dataran rendah. Dengan demikian letak geografis akan mempengaruhi pengambilan kebijakan dalam rangka malaksanakan manajemen dan rekayasa lalu lintas.

Dokumen terkait