• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

2.4 Faktor Perusak Internal dan Eksternal Bahan Pustaka

2.4.2 Faktor Perusak Eksternal

Penyebab perusak eksternal merupakan faktor yang berasal dari suasana area setempat ruangan simpanan bahan bacaan, termuat manusia yang mengendalikan serta membuka bahan bacaan, yakni pustakawan dan pemustaka.

Faktor perusak eksternal meliputi:

A. Iklim, Suhu dan kelembapan relatif

Di Indonesia merupakan zona beriklim tropis. Temperatur anginnya berpusar bekisar 20˚-35˚ C pada perbandingan suhu di siang dan malam hari yang tak gitu tinggi. Keadaan ini berpengaruh pada kekuatan kertas, karena jika suhu udaranya meningkat, makanya hendak merajai turunnya kapasitas air dalam kertas yang menyebabkan kertas jadi keringan juga rapuhan. Begitu juga sebaliknya, jika suhu udara menurun serta kelembapan meningkat, jadi pasti membuat kertas jadi lapuk kerena kondisi itu membuat kesempatan jamuran bisa membiak. Kelembapan angin yang optimal untuk ruang penyimpanan sebaiknya antara 45-65% RH dan 18˚ - 20˚ C. Selain itu, ruangan penyimpanan yang jarang dibersihkan juga dapat memicu terjadinya ruakan bahan psutaka. Untuk itu, kegiatan pemeliharaan bahan pustakaharus senantiasa dilakukan.

B. Pencahayaan

Cahaya dapat dikatakan sebagai penyebab utama atas kerusakan dari berbagai materi di perpustakaan dan museum. Cahaya alami dan cahaya buatan, keduanya bertanggung jawab atas kerusakan kertas. Cahaya dapat menghancurkan kekuatan bahan organik sumber daya informasi dan dapat memudar tinta dan warna. Cahaya adalah bentuk energi, bentuk radiasi setiap sumber penerangan, yang merambat dalam bentuk gelombang.

Jenis materi yang mudah rusak akibat cahaya meliputi meteri yang berupa bahan celupan (dyestuff) seperti kain dan juga bahan yang mengandung selulosa, serta berbagai macam materi berbahan dasar organik lainnya. Materi berbahan dasar organik dapat berubah dengan cepat, baik dari segi tampilan maupun strukturnya apabila disinari cahaya dalam jangka waktu yang lama.

Pencahayaan alamiah maupun buatan bisa berakibat warna kertas berkurang

serta menimbulkan imbas kekuningan serta kegelapan di kertas. Keadaannya diakibatkan oleh pemancaran binar ultraungu komponen spektrum yang paling aktif serta memusnahkan. Pada tingkat penerangan tertentu, cahaya bisa dengan gampang menyebabkan keruskan, terlebih pada materi berupa foto. Penerangan dari binar mentari secara spontan yang melintasi cermin bisa menyebabkannya suhu naik, sebaliknya sistem penerangan artifisial pelita membuat bahang. Kehancuran ini dikarenakan jalannya oksidasi yang merusakkan susunan pada selulosa kertas. Prosesan oksidasi timbul karena terdapat pemancaran sinar ultraungu yang diangkat melewati sinar surya juga pelita pijar. Setidaknya terdapat 2 dampak penting yang diakibatkan penerangan. Kesatu, yang dinamakan bleaching action yang mengakibatkan penjernihan ataupun kelunturan warna kertas serta lunturnya dawat. Kedua, menyebabkan timbulnya ligtin, yaitu suatu kondisi dimana senyawa dikertas dengan komponen lainnya bereaksi jadi mengakibatkan pergantian rona jadi kuningan atau coklatan. Serat dalam kertas menjadi rusak dan terurai menjadi unit-unit yang lebih kecil hingga menjadi pendek sehingga tidak dapat bertahan lebih lama untuk menyangga jilidan kertas.

C. Zat polutan

Bahan kimia buatan manusia yang dilepaskan di udara seperti sulfur-di-oxide, asap, debu, kotoran, angin kotoran kendaraannya, asap rokok, serta keadaan udara yang panas bisa menyebabkan kehancuran pada bahan pustaka. Abu terdiri dari tanah, zat logam, spora jamur dan kelembaban. Bahan pustaka juga harus dihindari dari berbagai macam kotoran dan debu. Kotoran yang menempel dibuku mungkin saja tidak terlihat tetapi tetap dapat menghancurkan materi. Partikel debu dapat menyebabkan kerusakan pada fisik kertas. Jika kelembapan relatifnya besar, abu bisa memperlaju reduksi susunan selulosa di kertas.

D. Serangga dan hama

Kecoa adalah insekta yang bisa mengintimidasikan kelanjutan nyawa bahan bacaan. Kecoa bisa memuntahkan larutan kental warnanya gelap serta menciptakan bercak yang susah untuk dihapuskan. Kuman lain yang berbahaya adalah tikus. Tikus adalah hewan pengerat (rodents) yang susah dibasmi. Hewan pengerat ini memiliki sifat merusak juga menggerogoti benda apa pun, termasuk koleksi dan peralatan perpustakaan. Binatang ini kerap melahap kertas serta membentuk sobekan ataupun serpihan kertas guna dijadikan sangkar. Serangan tikus tersebut tidak bisa diabaikan, karena hama semacam ini diketahui menjadi mengganggu dan sulit untuk diberantas.

Hama tikusnya bisa diselesaikan dengan melaksanakan pengawasan secara bertahap dan tutup lubangan yang memungkinkan tikusnya masuk.

Selain kecoa juga tikus, hama lainnya yang mesti diawasi yaitu rayap juga kutu buku. Rayap adalah salah satu penghancur yang sangat mengancam.

Hewan ini bisa melenyapkan kertas-kertas pada buku dengan tempo yang cepat. Hewan ini bernapas di daerah yang beriklim tropis juga subtropis.

Rayap bisa dibantu secara tradisional, yaitu menggunakan minyak sereh yang dibaluri di sekitar tempatan penyimpanan bahan pustaka.

Kutu buku merupakan hewan yang terkecil, warnanya kelabu ataupun putihan. Hewan ini gemar sekali memakan perekatan pada buku juga kertas yang dihidupi masrum. Insekta lainnya yang mesti diwaspadai yaitu serbuk buku. Hewan ini menaruh telurnya dipermukaan kertas dan menimbulkan lava yang berbahaya sekali. Larvanya hendak melahap kertas jadi menyebabkan kertas yang mendiami serbuk buku pasti jadi bolong.

Perawatan ruangan supaya selalu bersihan serta keadaan setempat yang baik bisa mengurangnya bahaya binatang-binatang ini.

E. Jamur

Tanaman yang juga patut diwaspadai adalah jamur. Jamur merupakan tumbuhan multisel yang tidak memiliki klorofil jadi guna mendapatkan makanan, maka jamur wajib mengambilnya dari makhluk lainnya (benalu) atau juga dari barang tak hidup. Jamur juga mencipkatan beragam macam asam organik berupa asam oksalat, asam formiat, dan asam sitrat yang bisa menyebabkan kertas jadi asam dan mudah hancur. Kertas yang asam dan rapuhan dikarenakan masrum bisa dilainkan dari wujud kertas.

Kertas rapuh karenakan asam jika dilepit pasti jadi remuk, sebaliknya yang diakibatkan jamuran meski rapuh maka tak pasti jadi hancur jika dilepit.

Jamuran jua bisa menghancurkan pengeleman yang ada di kertas, jadi dapat meminimalisirkan kadar rekat juga menodai tinta sehingga menimbulkan coretan sulit dibaca. Spora jamur bisa mengembang dalam bermacam level bila kelembapan udaranya berada diatas 70%. Jamur yang menerang pita magnetis pada rekaman suara biasanya ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih pada permukaan pita magnetis.

F. Bencana alam

Musibah alam berupa banjir, gempa, kebakaran, dan kerusuhan dapat menimbulkan kehancuran yang sangat merugikan. Musibah alam bisa dengan mudahnya menghancurkan koleksi naskah yang dipunyai oleh masyarakat (Susetyo, 2011).

Musibah banjir bisa memunculkan noda pada bahan pustaka serta mendorong pertambahan jamur dikarenakan kelembapan yang tertinggi. Menyimpan bahan pustaka di tempat yang aman dan cukup tinggi dapat mengurangi resiko kerusakan bahan pustaka bila suatu saat tejadi bencana banjir. Tidak hanya meletakkan bahan pustaka ditempat yang teraman, perbaikan terhadap dinding yang berlubang atau atap yang bocor dapat mencegah masuknya air ke dalam ruangan tempat penyimpanan bahan pustaka.

Kebakaran bisa dengan gampang melenyapkan bahan pustaka tidak tersisa.

Musibah ini bisa dihambat dengan mengerjakan pemeriksaan terhadap instalasi listrik diruangan guna meyakinkan kondisi yang aman dan tidak menghidupkan api ataupun rokok disekitar letak penyimpanan bahan pustaka.

G. Manusia

Manusia akan secara tidak sengaja atau sengaja membahayakan bahan perpustakaan. Faktor manusia juga salah satu pemicu dari kehancuran bahan perpustakaan. Manusia yang tidak bisa menjaga bahan pustaka dengan baik dan menggunakannya dengan bijak. Kerusakan yang dilakukan biasanya membaca buku dengan cara melipat punggung buku tersebut, mencoret-coret tulisan pada buku untuk menandai tulisan yang ingin ditulis. Melipat halaman

buku untuk menandai batas buku yang sedang dibaca. Merobek gambar pada buku untuk kepentingannya sendiri. Meletakkan buku diatas buku yang sudah tersusun rapih di rak buku. Hal-hal seperti itu yang dapat merusak buku.

Dari penjelasan yang dijabarkan maka simpulannya yaitu kerusakan bahan bacaan dikarenakan aspek internal yang asalnya dari dalam, dari buku itu sendiri serta dipengaruhinya oleh bahan belum jadi yang dipakai dalam membikin suatu jenis bahan pustaka, serta zat-zatnya yang ditambahan dalam prosedur pembentukan bahan pustaka tersebut. Kerusakan bahan pustaka juga disebabka oleh faktor ekternal yang berasal dari kerusakan dari keadaan lingkungan setempat ruangan simpan bahan pustaka.

Dokumen terkait