• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor politik, Ekonomi, Sosbud, dan Kamtib ( Political,

BAB IV. FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN

G. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Korban dalam Kasus

3. Faktor politik, Ekonomi, Sosbud, dan Kamtib ( Political,

b. Faktor Ekonomi (economic faktor).

goyah.

Jika diperhatikan nilai-nilai dasar hukum diatas, apabila penegakan hukum menitikberatkan kepada nilai keadilan sedangkan nilai kegunaan dan kepastian hukum dikesampingkan maka hukum itu tidak berjalan dengan baik, demikian juga dengan sebaliknya jika menitikberatkan

hukum dan keadilan dikesampingkan maka memperlakukan suatu hukum itu akan goyah. Idealnya nilai-nilai dasar keadilan yang merupakan nilai hukum filsafat, dan nilai-nilai dasar kegunaan yang merupakan yang sah secara sosiologis serta nilai dasar kepastian hukum yang berlaku secara yuridis yang h

seimbang dalam penegakan hukum, agar suatu hukum itu tidak goyah. Keabsahan hukum itu muncul dalam dua relasi, antara lain :

a. Dalam hubungan pemerintah dan para pendukungnya, pemerintah harus menampilkan wajahnya dan citra dalam bentuk undang-undang dan ketetapan yang merumuskan suatu kebijakan yang dapat memikat hati kelompok- kelompok pendukung tersebut.

b.

kelompok-kelompok lawan politik organisasi-organisasi masyarakat yang bisa 90

and cultural, security and order Factors)

Faktor ketiga yang menyebabkan timbulnya korban dalam kasus ganti rugi tanah adalah:

a. Faktor Politik (political faktor).

c. Faktor Kamtib (security and order factor). 90

I. ctor Politik (political faktor).

populisme menjadi otoritarisme, konflik dan kekerasan politik masa orde lama berpokok otoriter ini berakar dari trauma. Pada masa zezim Soekarna menonjolkan masyarakat pada program agraria seperti tercermin pada program agraria, seperti 1960 sedangkan otoritarianisme diwujudkan dengan menghilangkan kekuatan politik II. Faktor Ekonomi (economic faktor)

tanah, sehingga terjadi perebutan terhadap tanah yang akibatnya timbullah konflik meningkatnya kebutuhan industri terhadap tanah akan membawa meningkatnya harga sedangkan pada sisi lain pihak yang membutuhkan tanah menginginkan harga tanah oleh pihak untuk mendapatkan tanah

Fa

Perubahan rezim yang dramatis membawa perubahan strategis politik dari memberikan trauma yang mendalam bagi pengusaha baru. Politik orde baru yang mobilisasi (political mobilization) atau mengikut sertakan kekuatan politik tercermin pada program landreform yang merupakan amanat UUPA No 5 Tahun masyarakat dan memusatkan kekuatannya pada rezim yang berkuasa.

Kemajuan di bidang ekonomi yang meningkat turut juga meningkatnya harga kepentingan dalam perolehan tanah. Misalnya penyediaan lahan kawasan industri, tanah, sehingga pemilik tanah dalam satu sisi menginginkan harga tanah lebih tinggi lebih murah karena adanya dua kepentingan yang berbeda berbagai cara dilakukan

akhirnya timbul korban. III. Faktor Kamtib (security and order factor)

dikaitkan dengan masalah kamtib merupakan faktor yang penting, karena ketertiban dalam masyarakat tertanggu atau diganggu oleh pihak-pihak yang tidak jika kamtib tidak terjamin atau tidak ada yang bertanggung jawab terhadap modal-

mengusahakan, memelihara produktivitas seperti penyewa, penggarap maupun bagi yang menguasai tanah dengan perjanjian pemilik tanah.

Pembebasan dan pengadaan Tanah untuk kepentingan umum maupun swasta jika pembebasan tanah dan pengadaan tanah tidak akan sukses baik jika keamanan dan bertanggung jawab. Penanaman modal asing tidak akan mau menanamkan modalnya modal yang ditanamkan di Indonesia.91

Prinsip-prinsip dalam RUU dibandingkan dengan Keppres yang berlaku ada yang berubah, perubahan tersebut antara lain dimulai dari definisi masyarakat yang terkena dampak pembebasan tanah. Sebelumnya, dalam Keppres definisi ini terbatas pada pemilik tanah dan ahli warisnya. Namun, dalam RUU Perolehan Tanah Untuk Pembangunan, masyarakat yang terkena dampak juga meliputi orang yang

91

Selain itu, masalah ganti rugi yang selama ini sering menjadi akar pokok permasalahan juga ada perbedaan dengan Keppres No.55 Tahun 1993. Ganti rugi

snya diperoleh dari tanah yang dicabut haknya. Hal tersebut ma ini dikenal dalam Keppres sebagai nya upaya pemulihan tersebut juga meliputi pemulihan

al untuk royek, sebelumnya hanya diserahkan

pada ng terdiri dari sembilan wakil dari komponen

merintahan. Satu hal lagi baru dalam RUU tersebut adalah tentang pengajuan

teri tidak hanya didasarkan jenis tanah, kondisi fisik bangunan, Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), tapi akan diperhitungkan juga segi non fisiknya. Segi non fisik tersebut meliputi kesempatan untuk memperoleh pendapat pekerjaan maupun kepentingan ekonomi yang seharu

sejalan dengan upaya pemulihan yang sela tindakan relokasi. Rencana

kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan sumber pendapatan termasuk integrasi kehidupan sosial di tempat relokasi.

Adapun dari proses pembebasan tanah ini, keterlibatan masyarakat maupun LSM akan dibuka. Keterlibatan tersebut dimulai sejak pengumpulan data, perencanaan pemukiman kembali, pelaksanaan proyek dan pemulihan pendapatan. Padah

urusan perencanaan maupun pelaksanaan p ke panitia pengadaan tanah ya

pe

keberatan. Prinsip dalam Rancangan Undang-Undang Perolehan Tanah tersebut akan mengenal pengajuan keberatan sampai tingkat pengadilan tinggi. Sebelumnya, dalam upaya penyelesaian keberatan terdapat campur tangan dari Presiden, BPN, Men

Dalam Negeri dan Menteri Hukum dan HAM, dimana keputusan tertinggi tetap berada dalam musyawarah yang ditentukan oleh Presiden dan menterinya. 92

1. DASAR PENETAPAN GANTI RUGI:

a. Nilai jual Obyek Pajak( NJOP) atau nilai sebenarnya dengan memperhatikan NJOP tahun berjalan yang berdasarkan penilaian tim, penilai yang ditunjuk oleh panitia.

b. Nilai jual bangunan. c. Nilai jual tanaman.

Penetapan ganti rugi haruslah didasarkan musyawarah antara panitia dengan para pemegang hak atas tanah, didalam mengadakan penaksiran/penetapan besar ganti rugi panitia hendaknya benar-benar mengusahakan tercapainya persetujuan kedua belah pihak berdasarkan atas musyawarah, penetapan ganti rugi haruslah dengan memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga tanah.93

2. GANTI RUGI DISERAHKAN PADA : a. Pemegang hak atas tanah.

b. Nadzir bagi tanah wakaf.

c. Apabila tanah dimiliki beberapa orang secara bersama, sedangkan satu atau beberapa orang tidak dapat diketemukan, maka ganti rugi yang menjadi hak nya dititipkan di Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi tanah tersebut.

92

www.http. Hukum oline.com 26 Mei 2009 93

Abdurrahman. Masalah Pencabutan Hak Atas Tanah dan Pembebasan Tanah indonesia, PT.Citra Bakti, Bandung,1991 Halaman 36

3. KEBERATAN ATAS GANTI RUGI:

Pemegang hak yang tidak menerima keputusan panitia, dapat mengajukan ke deng meng nginan peme pertim meng i/ Walikota/ Gube sional deng

hukum dan hak asasi manusia. Setelah menerima usul penyelesaian Kepala Badan Pertanahan Nasional berkonsultasi dengan Menteri Hukum Dan HAM (Hak Asasi Manusia). Permintaan pencabutan hak disampaikan kepada Presiden oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional yang ditanda tangani oleh menteri Instansi yang memerlukan tanah dan menteri Hukum Dan HAM. Apabila keputusan Presiden tentang ganti rugi tidak diterima oleh pemegang hak, maka dapat dimintakan banding pada Pengadilan Tinggi.Terhadap tanah yang digarap tanpa ijin yang berhak atau kuasanya penyelesaiannya dilakukan berdasarkan Undang-Undang No 51 Tahun beratan kepada Bupati/ Walikota/ Gubernur/Mendagri sesuai kewenangan disertai

an penjelasan mengenai sebab-sebab dan alasan keberatan. Pejabat tersebut upayakan penyelesaian dengan mempertimbangkan pendapatan kei

gang hak atau kuasanya.

Setelah mendengarkan dan mempelajari pendapat dan keinginan serta bangan panitia, Pejabat dapat mengeluarkan keputusan mengukuhkan atau ubah keputusan panitia, apabila upaya yang dilakukan Bupat

rnur/ Mendagri tetap tidak diterima pemegang hak, sedang lokasi tidak dapat dipindah maka diusulkan untuk dilakukan pencabutan hak menurut Undang-Undang No 20 Tahun 1961. Usul disampaikan pada Kepala Badan Pertanahan Na

1960 Tentang Larangan Pemakaian. Dalam pasal 7 tugas panitia pengadaan tanah adalah:

I. Mengadakan penelitian dan inventarsasi atas tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang ada kaitannya dengan tanah yang haknya II. Mengadakan penelitian mengenai status hukum tanah yang haknya akan

en yang mendukungnya.

III. Menaksir dan mengusulkan besarnya ganti rugi atas tanah yang haknya IV. Memberikan penjelasan atau penyuluhan kepada masyarakat yang

ah mengenai rencana dan tujuan pengadaan tanah tersebut dalam bentuk elektronik agar dapat diketahui oleh seluruh masyarakat yang terkena V. Mengadakan musyawarah dengan para pemegang hak atas tanah dan

tanah dalam rangka menerapkan bentuk dan/atau besarnya ganti rugi. tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang ada di atas tanah. VIII. Mengadministrasikan dan mendokumentasikan semua berkas 4. PELAKSANAAN MUSYAWARAH

Dari tata cara pengadaan tanah oleh panitia yang ditunjuk Bupati/Walikota, maka inti dari hasil kerja panitia tersebut untuk dapat terlaksananya pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum. Dalam pelaksanaan pembangunan untuk pengadaan tanah harus dilakukan dengan musyawarah dan sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Peresiden Republik Indonesia No 36 Tahun 2005 Pasal 8 yaitu:

akan dilepaskan atau diserahkan. dilepaskan atau diserahkan, dan dokum akan dilepaskan atau diserahkan.

terkena rencana pembangunan dan/atau pemegang hak atas tan konsultasi publik baik melalui tatap muka, media cetak maupun media rencana pembangunan dan/atau pemegang hak atas tanah.

instansi Pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang memerlukan VI. Menyaksikan penyerahan ganti rugi kepada para pemegang hak atas VII. Membuat berita acara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.

pengadaan tanah dan penyerahan kepada pihak yang berkopeten.94

94

a. Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum dilakukan melalui musyawarah dalam rangka memperoleh kesepakatan mengenai:

i. Pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum di lokasi tersebut.

ii. Bentuk dan besarnya ganti rugi.

b. Musyawarah dilakukan di tempat yang ditentukan dalam surat undangan. Pasal 9 (1) musyawarah dilakukan secara langsung antara pemegang hak atas tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah ber

panitia pengadaan tanah dan instansi Pemerintah atau pemerintah daerah yang memerlukan tanah dengan wakil- wakil yang ditunjuk diantara dan oleh para pemegang hak atas tanah, yang sekaligus bertindak selaku kuasa mereka. (3) penunjukan wakil atau kuasa dari para pemegang hak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan secara tertulis, bermaterai cukup yang diketahui oleh Kepala Desa/Lurah atau surat penunjukan/kuasa yang dibuat dihadapan pejabat yang berwenang. (4) musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dipimpin oleh kedua panitia pengadaan tanah.

Pasal 10 (1) Dalam hal kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum yang dak dapat dialihkan atau dipindahkan secara teknis tata ruang ke tempat atau lokasi sama panitia pengadaan tanah, dan instansi Pemerintah atau pemerintah daerah yang memerlukan tanah. (2) dalam hal jumlah pemegang hak atas tanah tidak memungkinkan terselenggarannya musyawarah secara efektif, maka musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh

lain, maka musyawarah dilakukan dala a waktu paling lama 90 hari kalender

terhitung sejak tanggal un h dilakukan musyawarah

aksud pada ayat (1) tidak tercapai kesepakatan, panitia pengadaan tan

maka panitia

esepakatan antara pemegang m jangk

dangan pertama. (2) apabila setela sebagai mana dim

ah menetapkan bentuk dan besarnya ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam pasal (3) dan menitipkan ganti rugi uang kepada pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah yang bersangkutan. (3) apabila terjadi sengketa kepemilikan setelah penetapan ganti rugi sebagai mana dimaksud pada ayat (2),

menitipkan uang ganti rugi kepada pengadilan negeri yang wilayahnya meliput lokasi tanah yang bersangkutan.

Pasal 11 Apabila dalam musyawarah telah dicapai k

hak atas tanah dan instansi Pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang memerlukan tanah, panitia pengadaan tanah mengeluarkan Keputusan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi sesuai dengan kesepakatan tersebut.

BAB V

adi di Silangit Siborong-borong,

tersebut.

3. Faktor yang diperhatikan dalam menyelesaikan ganti rugi tanah antara Masyarakat dengan Pihak Bandar Udara adalah dengan pemberian “Pago-

pago”atau“diuloshon” dan perorangan yaitu adanya musyawarah,

kesepakatan, dan manfaat, antara pemilik tanah dengan pelaksana pembangunan bandar udara Silangit Siborong-borong.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait