BAB IV. FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN
C. Instansi yang memeriksa dan memutus tuntutan Ganti Rugi
dic
menetapkan hari sidang dengan memanggil tersangka (pemohon) serta pejabat yang
yang menanggung/membayar ganti kerugian dan apa yang men
uang.
lah uang sebagai mana dirumuskan dalam pasal 1 butir ke-22
na dalam stelsel pemidanaan.
Jepang, ditentukan jumlah mak nya, sehingga dalam menentukan jumlah besarnya ganti
atatnya perkara tersebut pada register perkara (bukan setelah ditunjuk), berwenang guna didengar keterangannya.73
Besarnya ganti kerugian yang dapat diberikan adanya lembaga ganti kerugian didalam KUHAP yang tidak dikenal sebelumnya dalam HIR dahulu, adalah sebagai salah satu manifestasi dari perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, khususnya para pencari keadilan. Namun dalam pelaksanaannya kita dihadapkan dengan beberapa permasalahan yang timbul dalam praktek. Misalnya masalah eksekusi putusan Praperadilan Pengadilan Negeri Jakarta Utara, putusan mana hingga kini belum dapat dilaksanakan, karena tidak satu pasalpun dalam KUHAP, yang mengatur siapa/instansi manakah
jadi kriteria bagi hakim dalam menunjukkan jumlah besarnya ganti kerugian yang berupa imbalan sejumlah
Dalam hal tersebut terakhir, maka terdapat berbagai penafsiran khususnya mengenai imbalan sejum
KUHAP. Apakah diukur dari keadaan ekonomi seorang atau penghasilannya atau diadakan batas-batas maksimum dan minimumnya.
Sekedar bahan perbandingan, kita lihat misalnya dalam Hukum Pidana, yang mengenal adanya maksimum dan minimum pida
Demikan pula sebagai perbandingan dengan Negara-negara lain, seperti misalnya Jepang. Dalam “CRIMINAL INDEMNITY LAW”
simum dam minimum
73
rug
sarana penyelesaian yang lebih ekonomis, baik dari sudut pandang maupun b. Faktor ruang lingkup yang dibahas, Alternatif penyelesaian sengketa memiliki
permasalahan secara lebih luas, an main
ng sangat rumit
an pentingnya pembinaan hubungan baik antara manusia yang telah berlangsung maupun yang akan datang.75
B
i Hakim membatasi daripada jumlah tersebut. Perbandingan ini dikemukakan mengingat dibeberapa Negara ganti kerugian dalam proses pidana ini, telah diatur sejak lama sehingga mereka telah cukup berpengalaman dan daripadanya dapat dipetik sebagai bahan perbandingan dan pertimbangan untuk disesuaikan dengan kondisi dinegara kita.74
Beberapa perkembangan Alternatife Penyelesaian Sengketa Indonesia didasari oleh faktor-faktor antara lain:
a. Faktor ekonomis, Alternatif penyelesaian sengketa memiliki potensi, sebagai waktu.
kemampuan untuk membahas agenda
komperensif, dan fleksibel. Hal ini dapat terjadi karena atur
dikembangkan dan ditentukan oleh para pihak yang bersengketa sesuai dengan kepentingan dan kebutuhannya, alternatife penyelesaian sengketa memiliki potensi untuk menyelesaikan konflik-konflik ya
(polycentris) yang disebabkan oleh substansi kasus dengan persoalan- persoalan ilmiah (scientifically complicated).
c. Faktor pembinaan hubungan baik, Alternatif penyelesaian sengketa yang mengandalkan cara-cara penyelesaian kooperatif sangat cocok bagi mereka yang menekank
eberapa keunggulan dan kelebihan alternatife penyelesaian sengketa diluar pengadilan dibangdingkan dengan penyelesaian pada badan peradilan. Garry Goodpaster menyatakan: penyelesaian sengketa melalui litigasi biasanya mahal dan sangat menyita waktu dan dapat membangkitkan pertikaian yang mendalam, sedangkan cara non litigasi masih diperdebatkan bahwa biayanya tidak lebih mahal,
74
Ibid Halaman 123-124
ps) di bidang lngkungan hidup di Indonesia, Jakarta wahli, 1992 Halaman 3
75
Mas Achmad santoso dan Antony LP. Hutapea, Mendayagunakan Mekanisme Alternatif
sering lebih cepat dan barangkali lebih memungkinkan untuk menjamin kepuasan relative semua pihak. Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif penyelesaian sengketa menyebutkan beberapa kele
b. Dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan karena hal prosedural.
keyakinannya mempunyai pengetahuan, pengalaman serta latar belakang yang d. Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan masalahnya e. Putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak dan dengan
dilaksanakan
Kelebihan atau keunggulan dari alternatif penyelesaian sengketa diluar badan peradilan atau penyelesaian sengketa secara non Litigasi dewasa ini menjadi suatu cara penyelesaian yang amat diminati khususnya bagi kalangan bisnis, karena selain dalam pengeluaran suatu keputusannya dapat dilaksanakan secara cepat, tidak memakan waktu yang lama karena prosedur dan administratif yang terlalu rumit, penyelesaian sengketa diluar peradilan ini pula menjamin kerahasiaan para pihak yang bersengketa sehingga para pihak yang bersengketa tetap terjaga nama baiknya. Karena biasanya para pebisnis tidak ingin memiliki sengketa dengan rekan ataupun mantan rekan bisnisnya.
Alasan yang tersebut diatas, penyelesaian sengketa diluar peradilan ini juga memiliki suatu keputusan yang mengikat bagi kedua belah pihak, atau dengan kata
bihan tersebut antara lain:
a. Dijamin kerahasiaan sengketa para pihak.
c. Para pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya mempunyai cukup mengenai masalah yang disengketakan, jujur dan adil.
serta proses dan tempat penyelenggaraan arbitrase.
melalui tata cara (prosedur) sederhana saja ataupun langsung dapat 76
Gunawan Wijaja dan Ahmad Yani, Hukum Arbitrase,Raja Grafindo Persada Jakarta 2000, Halaman 4
lain para pihak wajib menghormati putusan yang telah diambil oleh para arbiter. Selain itu keputusan yang telah diputuskan tersebut bersifat final atau prosedur pelaksanaan putusan tersebut dapat langsung dilaksanakan tanpa adanya upaya hukum lain, seperti halnya pada lembaga peradilan yang memiliki upaya hukum lain sep
daan tempat antara domisili badan peradilan dan tempat
fenisi mengenai mediasi, maka defenisi ahli hukum ters
erti banding, kasasi, yang memakan waktu yang lama dan berbelit-belit.
Keunggulan ataupun kelebihan yang dimiliki oleh cara penyelesaian sengketa
non litigasi atau Alternatif penyelesaian sengketa juga terdapat beberapa kelemahan,
menurut Lely Niwan ada beberapa problem dapat timbul yang disebabkan oleh hal- hal antara lain:
a. Pendirian atau sikap hakim tentang klausul Arbitrase
b. Kekurangan-kekurangan dalam klausula Arbitrase sendiri karena soal bahasa, misalnya menggunakan terminologi yang mengandung banyak arti dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda.
c. Apabila ada perbe
(Negara) dimana putusan badan itu harus dilaksanakan.
Mediator merupakan orang yang melakukan mediasi, apabila dilihat pandangan beberapa ahli hukum mengenai de
ebut berbeda-beda, seperti yang dapat dilihat dari defenisi yang diberikan oleh Nolan Haley dan Kovach yaitu: Nolan Halay mendefenisikan mediasi adalah “A short
term structured task oriented, partipatory invention process disputing parties. Work with a neutral third party the mediator, to reach a mutually acceptable agreement 77
ing parties in reaching a mutually satisfaction solution,
menfasilitasi sebuah negoisasi yang dalam prosesnya berpartisipasi, mediator memberikan
sosulusi yang akan saling me
dpaster menyatakan: Penyelesaian Sengketa melalui litigasi biasanya
mahal dan sangat menyita waktu dan dapat membangkitkan pertikaian yang gan cara non litigasi masih diperdebatkan bahwa biayanya tidak mahal, sering lebih cepat dapat barangkali memungkinkan untuk menjamin
.78
Semakin subur pertumbuhan ekonomi, tanah semakin dibutuhkan dan semakin an tanah tersebut, dapat mempercepat tujuan dari pembangunan itu tercapai, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-
erkandung di
Maksudnya mediasi adalah tugas jangka pendek yang tersusun, mengambil bagian dalam menemukan proses penyelesaian sengketa para pihak, mediator bekerja dengan netral sebagai pihak ketiga, untuk mencari sebuah persetujuan yang nantinya akan saling disepakati oleh para pihak. Sedangkan kovach mendefinisikan mediasi adalah “facilitated negotiation, it process by which a neutral third party, the
mediator, assist disput
maksudnya adalah
memungkinkan pihak ketiga yang netral untuk
penyelesaian sengketa para pihak dalam mencari muaskan para pihak.
Garry Goo
mendalam, sedangkan den kepuasan relatife semua pihak
Diakui bahwa pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari masalah pertanahan. penting. Sehingga dengan fungsi dan keguna
Undang Dasar yang berbunyi : “Bumi, air dan kekayaan alam yang t
77
Nolan Halley dan M, Jaqueline, Alternatif Dispute Resolution, st,Paul: West Publishing Co,U
yakarta Halaman 2 SA 1994, Halaman 56
78
Garry Goodpaster, Arbitrase di Indonesia (Tinjauan Terhadap Penyelesaian Sengketa), Ghalia,
dalamnya dikuasai Negara dan dipergunakan untuk 79
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
dipersoalkan karena dapat mengandung konotasi yang negatife yaitu satu
Salah satu kata kunci yang kelihatannya juga cukup menentukan dalam Keppres No 55 Tahun 1993 ini, adalah yang berkenaan dengan ganti kerugian, istilah ini sudah dimulai
penggantian yang mengakibatkan orang menjadi rugi, Menurut Kepres No 55 Tahun1993, Pasal 12 ganti kerugian dalam rangka pengadaan tanah diberikan untuk:
a. Hak atas tanah. b. Bangunan. c. Tanaman.
d. Benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.
Dalam Pasal 13 ditentukan bahwa bentuk ganti kerugian dapat berupa: a. Uang.
b. Tanah pengganti. c. Pemukiman kembali.
d. Gabungan dari dua atau bentuk ganti kerugian, sebagaimana dimaksud dalam huruf dan huruf c dan
e. Bentuk lain yang disetujui oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
79
Undang-undang Dasar Republik Indonesia, Pasal 33 ayat 3, bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.